• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peremajaan Kawasan Baben Menjadi Kampung Vertikal Ramah Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peremajaan Kawasan Baben Menjadi Kampung Vertikal Ramah Anak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEREMAJAAN KAWASAN BABEN MENJADI KAMPUNG

VERTIKAL RAMAH ANAK

Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Arsitetur Fakultas Teknik

Oleh:

IRFAN HAFFIDH FAUZAN

D 300 130 019

PROGRAM STUDI ARSITETUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PEREMAJAAN KAWASAN BABEN MENJADI KAMPUNG VERTIKAL RAMAH ANAK

Abstrak

Hunian yang layak merupakan kebutuhan primer yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Namun, berbagai masalah hadir dalam memenuhi kebutuhan ini. Jumlah manusia yang terus bertambah tidak dapat diimbangi dengan tersedianya lahan yang ada. Bangunan Vertikal menjadi solusi yang dianggap sesuai dengan perkembangan zaman, namun hal ini perlu kehadiran pemerintah untuk mewujudkannya. Salah satu wilayah yang memiliki program ini adalah Kabupaten Boyolali. Namun, pewujudan bangunan rumah vertikal terkendala harga lahan yang melebihi standar harga yang telah diatur. Konsep Peremajaan menjadi Kampung Vertikal dianggap cocok untuk pemerintah untuk mewujudkan hal ini, dimana pemerintah tidak perlu membeli tanah warga yang tinggi namun menggantinya dengan unit bangunan vertikal. Konsep wilayah ramah anak juga dimasukkan demi mewujukan Kabupaten Boyolali sebagai wilayah yang ramah untuk anak dan sebagai perwujudan Hak Asasi Manusia.

Kata Kunci: Kampung Vertikal, Ramah Anak, Boyolali

Abstract

Decent dwelling is a primary need that becomes a basic human need. However, various problems exist in meeting this need. The ever-increasing number of people can not be matched by the availability of available land. Vertical building becomes a solution that is considered to be in accordance with the times, but it needs government presence to make it happen. One of the areas that has this program is Boyolali District. However, the manifestation of vertical house building is constrained by land price that exceeds the set price standard. The concept of rejuvenation to Vertical Village is considered suitable for the government to make this happen, where the government does not need to buy a high population land but replace it with a vertical building unit. The concept of friendly areas is also included in order to refer Boyolali District as a child-friendly area and as a manifestation of Human Rights.

Keywords: Vertical Village, Child Friendly, Boyolali

1. PENDAHULUAN

Masalah umum permukiman perkotaan sebagian besar terdapat pada tidak seimbangnya antara pertumbuhan angka penduduk dengan tingginya standard hidup. Hal ini menyebabkan angka kemiskinan meningkat dan menyebabkan pada meluasnya lingkungan kumuh. Keberadaan lingkungan kumuh merupakan dampak yang timbul dari naiknya urbanisasi. Disaat kebutuhan ekonomi terus berkembang, kebutuhan akan rumah juga tidak dapat disingkirkan. Tidak sedikit

(6)

2

orang berpenghasilan rendah tidak mampu mewujudkan rumah menggunakan sektor formal, masyarakat golongan tersebut pada akhirnya hanya mampu mewujudkan kebutuhan tempat tinggal melalui sektor informal seperti membuat rumah tanpa izin, menyewa rumah dengan ukuran kecil dan berada dilingkungan yang sempit namun dengan tingkat kepadatan tinggi. Sebagian besar lingkungan kumuh yang ada di Indonesia biasanya terletak dilingkungan dengan tingkat ekonomi tinggi.

Pemanfaatan ruang yang tidak terencana dibeberapa daerah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan bahkan kawasan pemukiman, terutama di daerah perkotaan yang padat penghuni, berdekatan dengan kawasan industri, bisnis, kawasan pesisir dan garis pantai yang dihuni oleh nelayan, serta bantaran sungai dan rel kereta api (Mulia, 2008 dalam Arlis, 2016)

Salah satu wilayah di Kabupaten Boyolali yang tergolong lingkungan kumuh adalah Kawasan Baben. Kawasan tersebut berada di Desa Karangeneng Kecamatan Boyolali. Dilansir dari situs resmi Boyolali www.boyolali.go.id bahwa kawasan baben pada tahun 2017 dilakukan penataan dengan alokasi dana sebesar Rp 500 juta. Kawasan yang berluas sekitar 2.4 hektar tersebut, berada di dekat zona perdangan dan dipisahkan anak sungai dari Kali Gede. Kawasan yang berada di utara dari Kali Gede tersebut dahulu digunakan sebagai kandang peternakan babi. seiring berjalannya waktu muncullah rumah-rumah kecil yang lambat laun memadati wilayah tersebut. Dari situ pulalah nama Baben disematkan pada wilayah tersebut. Seiring berjalannya waktu, linkungan tersebut ditetapkan sebagai lingkungan padat penduduk. Mayoritas Masyarakat di lingkungan tersebut berkerja sebagai pemulung dan buruh.

2. METODE PEMBAHASAN

2.1 Tahap Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan studi literatur, berikut ini merupakan penjabaraannya :

(7)

3

Metode ini dengan cara pengumpulan data, pengumpulan data dengan cara : wawancara dengan narasumber yang terkait, pengumpulan data yang diperoleh dari instansi terkait, dan observasi lapangan secara langsung atau pengamatan secara langsung.

2.2.2 Pengumpulan data

Melakukan analisa dari berbagai data yang telah diperoleh sebagai acuan perencanaan yang sesuai dengan tujuan, sasaran dan faktor-faktor lain yang berpengaruh untuk dianalisa serta diselesaikan untuk menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan.

2.2 Tahap Analisis

Tahap ini merupakan penguraian permasalahan berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dianalisa berdasarkan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gagasan Perencanaan

Peremajaan Kawasan Baben Menjadi Kampung Vertikal Ramah Anak merupakan sebuah usaha yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah Boyolali demi tetap membantu masyarakatnya untukmemperoleh kebutuhan primer manusia berupa tempat tinggal yang layak yang diwujudkan dalam bentuk bangunan vertikal. Pemilihan Kawasan Baben dilakukan karena kawasan tersebut merupakan kawasan yang potensial untuk dikembangkan karena letaknya berada di jalan utama Solo-Semarang. Selain itu lokasi tersebut berada di kawasan zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) karena terletak di utara Kali Gedhe Boyolali. Penataan Kawasan ini dikonsep agar wilayah tersebut mampu menjadi wilaya perkampungan yang layak, selain itu juga dapat memenuhi hak-hak anak dalam tumbuh dan berkembang. Tumbuh kembang anak merupakan kewajiban pemerintah demi mewujudkan keadilan Hak Asasi Manusia (HAM).

(8)

4

3.2 Peremajaan Kawasan Baben Menjadi Kampung Vertikal Ramah Anak di Boyolali

Peremajaan Kawasan Baben Menjadi Kampung Vertikal Ramah Anak di Boyolali memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1) Menciptakan lingkungan baru yang mampu memfasilitasi hak rumah layak kepada masyarakat.

2) Menciptakan tempat tinggal yang mampu berintegerasi terhadap lingkungan sekitar dengan aturan-aturan yang berlaku.

3) Menciptakan bangunan vertikal yang tetap memperhatikan hak anak untuk terus berkembang.

3.3 Fungsi dan Peranan Kampung Vertikal Ramah Anak di Boyolali

1) Fungsi sebagai wilayah permukiman

Penataan wilayah Baben berfungsi sebagai penataan wilayah yang memiliki luas terbatas namun memiliki tingkat kepadatan tinggi, Penataan kampung vertikal diharapkan mampu menata wilayah Baben tanpa harus memindah masyarakat setempat.

2) Revitalisasi Kali Gedhe sebagai RTH Rekreasi

Revitalisasi Kali Gedhe diharapkan mampu memaksimalkan fungsi sungai, tidak hanya fungsi secara umum namun juga dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi publik yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Hal ini didukung lokasi wlayah yang berada di pusat kota.

3) Sebagai Wilayah Ramah Anak

Selain sebagai tempat rekreasi umum wilayah ini menekankan sebagai wilayah rekreasi yang ramah anak, yaitu tempat yang mampu memberikan anak edukasi serta mampu mengembangkan diri secara aman dan nyaman.

3.4 Program Kegiatan

1) Pelatihan

Pelatihan dilakukan dengan mengundang berbagai narasumber yang didatangkan secara teratur, pelatihan akan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kreatifitas masyarakat yang tinggal di kampung vertikal

(9)

5 2) Kerja Bakti

Kegiatan kerja bakti merupakan kegiatan yang sering dilakukan warga kampung kota dengan tujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan di kampung. Selain itu Kerja Bakti juga memberikan ruang waktu sehingga masyarakat dapat berkomunikasi dan berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan adanya kerja bakti yang rutin diharapkan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.

3) Baca Sungai

Baca sungai merupakan sebuah kegiatan untuk memberikan edukasi pentingnya membaca kepada anak-anak. Kegiatan ini dilakukan di sekitar pinggir sungai sehingga menciptakan suasana alam dan menumbuhkan kepedulian anak-anak terhadap fungsi sungai

4) Mengaji

Secara umum, masyarakat memahami artim mengaji adalah mempelajari dan memperdalam agama khususnya Islam. Namun, secara lebih dalam mengaji dapat dipahami sebagai sikap mempelajari segala hal yang terjadi untuk dijadikan titik ukur dalam perubahan yang sebelumnya memiliki sifat buruk perlahan diperbaiki.

3.5 Pengertian

3.5.1 Pengertian Peremajaan

Menurut Pedoman Peremajaan Kota Ditjen Cipta Karya Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan harkat masyarakat berpenghasilan rendah, yang dilakukan melalui penataan dan perbaikan kualitas yang lebih menyeluruh terhadap kawasan hunian yang sangat kumuh.

Menurut Djoko Sujarto (Sujarto, 1985), peremajaan kota dapat dilihat dalam 3 lingkup, yaitu:

1) Peremajaan kota sebagai suatu proses 2) Peremajaan kota sebagai suatu fungsi 3) Peremajaan kota sebagai suatu program

(10)

6 3.5.2 Kampung Kota

Keberadaaan kampung di wilayah perkotaan merupakan suatu proses panjang seiring berjalannya perkembangan kota tersebut. Kampung juga biasanya di tempati oleh orang-orang yang memiliki latar belakang yang tidak jauh berbeda (asal, pekerjaan, keturunan, dsb). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kampung adalah kelompok rumah yang letaknya berada atau menjadi bagian dari kota. Keberadaan kampung biasanya tidak dibangun dengan sengaja dari perancang kota, namun merupakan hasil keinginan masing-masing penghuniya. 3.5.3 Bangunan Vertikal

Menurut UU No. 28 tahun 2002 mengenai bangunan gedung pasal 1, adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2002 pasal 5 memiliki beberapa macam bangunan berdasarkan fungsinya antaralain:

1) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi khusus.

2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara.

3) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan.

Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium, dan pelayanan umum.

(11)

7

3.6 Tinjauan Ramah Anak

3.6.1 Pengertian Ramah Anak

UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2006).

1.Konservasi energi listrik

Menurut Undang–undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara.

Dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa :

a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan.

d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.

Selain itu perlindungan terhadap anak juga diharapkan berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Pancasila 1945, serta memenuhi prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak yang meliputi:

(12)

8 b. Kepentingan yang terbaik bagi anak

c. Hak untuk hidup, klangsungan hidup, dan perkembangan, serta d. Penghargaan terhadap anak

Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki jaminan untuk terpenuhinya hak-hak anak agar dapat tumbuh, berkembang, serta berpatisipasi secara optimal sesuai harkat martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, memperoleh perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi diperlukan demi terwujudnya anak yang berkualitas, sejahtera, dan berakhlak mulia.

2. Hak Anak

Selain hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtua, keluarga dan Negara, anak juga memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Kebutuhan dasar yang penting bagi anak adalah adanya hubungan orangtua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak, seperti : perhatian dan kasih sayang yang kontinue, perlindungan, dorongan, dan pemeliharaan harus dipenuhi oleh orangtua (Huraerah, 2006: 27).

Sedangkan, Huttman (dalam Huraerah, 2006) mengemukakan bahwa kebutuhan anak meliputi :

a. Kasih–sayang orangtua b. Stabilitas emosional c. Pengertian dan perhatian d. Pertumbuhan kepribadian

Dorongan kreatif 3. Permainan

Menurut Moeslichatoen (dalam Simatupang, 2005), bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi semua orang. Bermain akan memuaskan tuntutan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial, nilai- nilai dan sikap hidup.

(13)

9

Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa pertimbangan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau takanan dari luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Menurut Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak memiliki peraturan kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar. (Hurlock, 1995)

Sedangkan Graham (dalam Simatupang, 2005) mendifinisikan bermain sebagai tingkah laku motivasi instrinsik yang dipilih secara bebas, berorientasi pada proses yang disenangi. bermain merupakan wadah bagi anak untuk merasakan berbagai pengalaman seperti emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Anak akan merasa senang bila bermain, dan banyak hal yang didapat anak selain pengalaman.

4.PENUTUP

Peremajaan Kawasan Baben Memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam menyediakan hunian layak untuk masyarakat dalam bentuk bangunan vertikal dan penataan wilayah kumuh kota. Penataan wiayah ini diharapkan memenuhi kebutuhan wilayah tersebut sesuai fungsi yang telah ditetapkan di tempat tersebut, yaitu sebagai Zona Permukiman, Zona Ruang Terbuka Hijau, dan Zona Perdagangan dan Jasa.Konsep ramah anakn digunakan pada wilayah ini yang bertujuan sebagai tempat tinggal yang dapat memenuhi hak-hak anak sebagai pemenuhan Hak Asasi Manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Carr, 2004. Environment and Behavior Series: Public Space. London: Cambridge University press.

(14)

10

Departemen PU. 2009. Nomor: 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jendral Penataan Ruang.

Departemen PU. 2008. Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jendral Penataan Ruang.

Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan . Bandung: RefikaAditama.

Meira, S. 2010. Analisis Efektivitas Taman Kota Melalui Pendekatan Kondisi Tapak dan Perilaku Pengunjung. Tesis, Bogor Agricultural University. Bogor

Johannes, Parlindungan. 2013 Good Public Space Index Teori dan Metode. Malang: University of Brawijaya

Hardiyanto, Arlis. 2016. Penataan Kawasan Semanggi Surakarta Sebagai Kampung Wisata Kreatif Ramah Anak. Tesis, Universitas Muhammadyah Surakarta

Doxiadis, C. A. 1968. Ekistic, An Introduction to the Science of Human Settlements. London: Hutchinson of London

Mulyati. 1995. Pola Spasial Permukiman di Kampung Kauman Yogyakarta, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Wiriatmadja, S. 1981. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Yasaguna Dwi A. & Antariksa. 2005. Studi Karakteristik Pola Permukiman di Kecamatan

Labang Madura. Jurnal ASPI. 4 (2)

Sasongko, I. 2005. Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya (Studi Kasus: Desa Puyung - Lombok Tengah). Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur.

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan untuk melakukan pemodelan spasial adalah regresi linear berganda, uji asumsi residual, uji multikolinearitas, model spasial, Spatial Autoregressive Model

Gaji TKTL Listrik Penyusutan bangunan PBB Penyusutan inventaris -Pengehngan atau Penjemuran Jml bahan baku | X 1 Biaya TKL Penyusutan inventaris -Pencam puran dgn saos..

ITEM TERPILIH 1 Orang tua saya cukup mampu dan saya ingin segala keinginan saya dipenuhi 2 Ibu bekerja untuk menambah penghasilan ayah 3 Saya merasa sedih dengan ekonomi keluarga 4

Erupsi Gunung Merapi 2010 yang merupakan erupsi besar dan eksplosif dengan indeks letusan VEI 4 bisa digunakan sebagai refleksi untuk melihat mekanisme dampak erupsi

dan al-iltifa>t kepada lafz} al-jala>lah ( الله ) menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah, dan telah ditekankan pada ayat setelahnya bahwa meraka

Penyatuan kelompok dan membentuk paguyuban adalah sebagai wujud perlawanan para PKL di Surabaya terhadap tatanan sosial yang menurut mereka tidak adil, dengan cara

Berdasarkan hasil pada Gambar 1 menunjukkan hampir seluruh individu dan jenis tumbuhan bawah (>80%) di lahan bera berumur 15 tahun Womnowi Distrik Sidey Manokwari

adanya suatu kejelasan konsep- konsep yang bagi siswa dianggap sulit. Konsep-konsep inilah yang akan dijadikan sebagai bahan diskusi. 3) Pengumpulan data: dimaksudkan