• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN POHUWATO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAN PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN POHUWATO)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS DAN PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS

(STUDI KASUS KABUPATEN POHUWATO) Dediyanto Igirisa1;

Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd2; Supartin , S.Pd, M.Pd2 Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi1

Dosen Program Studi Geografi2

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Dediyanto Igirisa. Analisis Dan Pemetaan Sebaran Sekolah Berbasis Sistem Informasi Geografis, Studi Kasus Kabupaten Pohuwato (dibimbing oleh Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd, dan Supartin, S.Pd, M.Pd).

Pemerataan kesempatan belajar merupakan salah satu masalah pendidikan nasional yang masih belum dapat diselesaikan sampai saat ini. Pemerintah Kabupaten Pohuwato misalnya, sampai saat ini belum dapat menyelesaikan masalah pendidikan nasional tersebut. Hal itu disebabkan karena kurangnya media informasi yang dapat menyajikan informasi secara visual tentang analisi sebaran sekolah dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sebaran sekolah terhadap partisipasi anak usia sekolah (AUS) serta memetakannya dalam bentuk Sistem Informasi Geografis dengan analisis sebaran sekolah dan angka partisipasi AUS berdasarkan desa, kecamatan dan kabupaten. Berdasarkan analisis sebaran sekolah dan analisis angka partisipasi kasar (APK), dan angka partisipsi murni (APM), maka dapat dilihat bahwa sebaran sekolah di kabupaten pohuwato belum merata untuk tingkat kecamatan dan desa karena cenderung terpusat pada tempat-tempat tertentu saja. Selain itu, diperoleh suatu hubungan yang menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah siswa dan semakin rendah jumlah AUS yang sekolah maka APK akan semakin besar, semakin tinggi jumlah AUS yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai maka semakin tinggi nilai APM.

(3)

ABSTRACK

Dediyanto Igirisa . Analysis and Distribution of School Based Mapping Geographic Information Systems , Case Study Pohuwato ( mentored by Dr.Masri

Kudrat Umar , S. Pd, M.Pd, dan supartin, S.Pd, M.Pd Equitable distribution of learning opportunities is one of the national education issues unresolved to date . Government Pohuwato for example , has yet to be able to solve the problem of national education . It is caused due to lack of information media that can visually present information about the analysis of the distribution of school and community participation in education . The purpose of this study was to analyze the distribution of the participation of school children of school age ( AUS ) and map them in the form of Geographic Information Systems analysis and distribution of school enrollment AUS by village, district and county. Based on the analysis and the analysis of the distribution of school gross enrollment rate (APK ) , and pure partisipsi rate ( APM ) , it can be seen that the distribution of schools in Pohuwato not evenly distributed to district and village level as tends to be concentrated in certain places only. In addition , a relationship is obtained which shows that the higher the number the lower the number of students and the school AUS then APK will be even greater , the higher the number the school AUS at the appropriate level of education , the higher the value of APM. Keywords : Geographic Information Systems , Distribution Map of Schools , Enrollment

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Pohuwato adalah salah satu Kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.244,31 km² (35,46% dari luas Provinsi Gorontalo) dan berpenduduk sebanyak 128.748 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 30.33 jiwa/km² (BPS Kabupaten Pohuwato, 2010) dan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak 93,505 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten pohuwato selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 adalah 3.25%. Kabupaten pohuwato sebuah kabupaten yang sedang berkembang menjadi kabupaten yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang sangat besar dengan pertumbuhan penduduknya yang cukup tinggi. Seiring dengan laju pertumbuhan yang meningkat ini maka kebutuhan akan pendidikan juga pasti meningkat. Pemerintah kabupaten Pohuwato dalam hal ini sudah cukup

(4)

peka dengan keadaan tersebut, buktinya dengan tersedianya sarana pendidikan yang cukup memadai, dimana jumlah sekolah baik negeri maupun swasta yang tersebar di wilayah Kabupaten Pohuwato sebanyak 171 unit. Namun pertanyaannya kemudian apakah sebaran sekolah di Kabupaten Pohuwato sudah dapat memenuhi banyaknya jumlah Anak Usia Sekolah (AUS)?

Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk menurut kelompok umur dan status sekolah adalah 18,47 % orang kelompok umur 7-12 tahun, 6.82% orang pada kelompok umur 13-15 tahun dan 6.59% orang kelompok 16-18 tahun yang berstatus bersekolah. Sedangkan jumlah sekolah yang ada berdasarkan jenjang pendidikan dan jumlah siswa, SD/sederajat berjumlah 119 unit dengan jumlah siswa 19.117, SMP/sederajat berjumlah 38 unit dengan jumlah siswa 6.851 dan untuk SMA/sederajat berjumlah 14 unit dengan jumlah siswa 3.796 (BPS Kabupaten Pohuwato, 2010). Artinya rata-rata penyebaran sekolah berdasarkan jenjang pendidikan di tiap kecamatan di Kabupaten Pohuwato yaitu 9,15% untuk SD/sederajat, 2,92% untuk SMP/sederajat dan 1,07% untuk SMA/sederajat. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerataan sebaran sekolah berdasarkan jenjang pendidikan di kabupaten pohuwato masih belum merata, karena ada beberapa kecamatan yang belum ada sekolah SMP dan SMA serta masih banyaknya penduduk usia sekolah yang belum sekolah. Namun belum bisa dipastikan apakah jumlah penduduk yang belum sekolah dapat tertampung dengan jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Pohuwato. Permasalahan tersebut disebabkan karena informasi yang diperoleh pemerintah belum cukup dan kurangnya media informasi yang dapat menyajikan informasi sebaran sekolah di Kabupaten Pohuwato, serta jumlah anak usia sekolah (AUS) yang belum tertampung, sehingga pemerintah daerah sulit mengontrol dan mengambil keputusan dalam meningkatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya anak usia sekolah (AUS).

Oleh karena itu pemerintah harus memiliki suatu sistem informasi yang dapat menyajikan informasi sebaran pendidikan formal tersebut sehingga dapat memberikan masukan yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam pengembangan pendidikan di kabupaten pohuwato. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud menganalisa sebaran sekolah tingkat SMA/SMK/MA di kabupaten pohuwato terhadap banyaknya jumlah anak usia sekolah (AUS) dan memetakan penyebaran sekolah yang terdapat di Kabupaten Pohuwato berbasis sistem informasi geografis yang secara terintegrasi mampu mengolah data spasial (keruangan) maupun data non spasial, serta dapat menganalisis anak usia sekolah (AUS) yang belum tertampung di Kabupaten Pohuwato.

(5)

2. KAJIAN TEORI

Permasalahan Pendidikan

Indikator pemerataan kesempatan belajar adalah rasio daya tampung sekolah pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Indikator ini berguna untuk menunjukkan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada suatu wilayah tertentu (Sumarno, 2009)

Indikator pemerataan kesempatan belajar bernilai terpenuhi apabila jumlah daya tampung sekolah pada jenjang pendidikan tertentu lebih besar daripada jumlah penduduk kelompok usia pada jenjang pendidikan tersebut. Indikator pemerataan kesempatan belajar bernilai tidak terpenuhi apabila jumlah daya tampung sekolah pada jenjang pendidikan tertentu lebih kecil daripada jumlah penduduk kelompok usia pada jenjang pendidikan tersebut.

Berikut adalah klasifikasi umur AUS berdasarkan jenjang pendidikan :

a. Tingkat SD/MI : kelompok usia 7 - 12 tahun.

b. Tingkat SMP/MTs : kelompok usia 13 - 15 tahun.

c. Tingkat SMA/MA/SMK : kelompok usia 16 - 18 tahun.

Dalam penelitian ini hanya mengambil 3 (tiga) faktor pokok untuk analisa data guna mencapai tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Melalui indikator Angka Partisipasi Kasar (APK), dapat disusun suatu perencanaan untuk mengatasi masalah pemerataan pada masing-masing jenjang pendidikan. APK berguna untuk mengetahui banyaknya AUS yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu dan untuk menunjukkan tingkat partisipasi hsecara umum di suatu jenjang pendidikan tertentu. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan (Wahyudin, 2009).

Gambar 2.1 Rumus Angka Partisipasi Kasar

(sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Tahun 2005) keterangan :

t = Tahun

𝐴𝑃𝐾𝐻𝑡 = 𝐸𝐻

𝑡

(6)

h = Jenjang Pendidikan

EHt = Jumlah penduduk pada tahun t, dari kelompok usia sedang sekolah pada jenjang pendidikan h

PtH,a = Jumlah penduduk pada tahun t, pada kelompok usia a, pada jenjang pendidikan h.

Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah di jenjang pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya siswa di luar usia sekolah, daerah Kota, atau daerah perbatasan.

2. Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai.

Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan yang sesuai. Nilai ideal APM = 100 % dan tidak mungkin akan lebih dari nilai ideal tersebut (Wahyudin, 2009).

Gambar 2.2 Rumus Angka Partisipasi Kasar

(sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri RI tahun 2000) Keterangan :

t = Tahun

h = Jenjang Pendidikan

EH,at = Jumlah siswa penduduk usiaa yang bersekolah pada jenjang pendidikan h pada tahun t.

PtH = Jumlah penduduk pada tahun t pada jenjang pendidikan h. 3. Daya Tampung atau Kapasitas Sekolah

Kapasitas atau daya tampung sekolah adalah kemampuan menampung siswa. Nilai ideal daya tampung sekolah yaitu 40 (empat puluh), yang merupakan jumlah maksimum siswa yang berada pada 1 (satu) kelas, yang dirumuskan sebagai berikut :

Daya Tampung Sekolah =Jumlah Ruang Kelas * 40 (Sumber : Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007)

𝐴𝑃𝑀𝐻𝑡 = 𝑃𝐻

𝑡

(7)

Pemetaan

` Menurut Soekidjo (1994), Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat (dalam Ahaliki, 2012). Berdasarkan definisi diatas dan disesuaikan dengan penelitian ini maka pemetaan merupakan proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah awal dalam pembuatan peta, dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah tertentu secara meruang, memindahkan keadaan sesungguhnya kedalam peta dasar, yang dinyatakan dengan penggunaan skala peta.

Menurut Indarto (2010), tujuan utama pemetaan adalah untuk menyediakan: deskripsi dari suatu fenomena geografis, informasi spasial dan non spasial, informasi tentang jenis fitur (titik, garis, dan poligon).

Proses pemetaan

Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Adapun tahap proses pemetaan yang dilakukan yaitu :

a. Tahap pengumpulan data b. Tahap penyajian data c. Tahap penggunaan peta ArcGIS

Sejak akhir Tahun 1990-an, aplikasi sistem informasi informasi geografi (SIG) telah berkembang begitu pesat dengan hadirnya produk-produk baru. Salah satu produk yang paling menonjol sejak pertengahan Tahun 2000-an adalah software ArcGis beserta kosep dan implementasi Geodatabasenya.

Prahasta (2011: 1) bahwa: “ArcGis adalah produk sistem software yang merupakan kumpulan (terintegrasi) dari produk-produk software lainnya dengan tujuan untuk membangun sistem informasi geografi (SIG) yang lengkap”.

ArcGis merupakan software SIG yang dibuat oleh ESRI (Environmental System Research Institute) yang berpusat di Redlands, California, United State Amerika (USA). Software ini sangat populer di kalangan pengguna SIG, dan merupakan salah satu software SIG yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Saat ini, ArcGis telah dirilis hingga versi Arcgis 10.

(8)

Sistem Informasi Geografis atau sering juga disebut dengan Sistem Informasi Geospasial merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk menyusun, menyimpan, merevisi dan menganalisa data dan atribut yang bereferensi kepada lokasi atau posisi obyek-obyek di bumi (Sukarsa, 2009). Artinya, data atau informasi yang bereferensi kepada lokasi atau posisi obyek-obyek di bumi diistilahkan sebagai data atau informasi spasial, sementara atribut menggambarkan karakteristik dari data spasial tersebut. Lebih jelasnya, komponen-komponen data spasial meliputi posisi/lokasi geografis, data atribut, hubungan spasial dan waktu.

3. METODEOLOGI PENELITIAN

Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan yaitu:

1. Pengumpulan Data

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengumpulan data agar nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data sebaran sekolah terhadap pengalokasian AUS. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Pada teknik wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung atau tatap muka dengan dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKPORA), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan sekolah-sekolah yang merupakan objek penelitian guna mendapatkan informasi tentang keadaan objek serta mendapatkan gambaran tentang upaya dan perencanaan pendidikan di Kabupaten Pohuwato.

b. Kepustakaan

Dalam teknik ini, peneliti mencari dan mempelajari literatur yang ditulis oleh para ahli yang berhubungan masalah yang sedang diteliti seperti perancangan aplikasi SIG, permasalahan pendidikan yang ditemukan baik dari buku, internet, perpustakaan dan literature lainnya.

c. Pengambilan Titik Koordinat

Pada tahap ini, peneliti turun lapangan untuk menentukan titik koordinat lokasi sekolah-sekolah dengan menggunakan alat penentuan koordinat, dalam hal ini digunakan GPS.

2. Analisa dan Pengolahan Data

Dalam tahap ini, penulis melakukan analisa terhadap sebaran sekolah di kabupaten Pohuwato, mulai dari analisa daya tampung sekolah, perhitungan APK dan APM berdasarkan yang telah dibatasi dalam ruang lingkup masalah, kemudian diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan grafik agar data siap dimasukan dalam peta.

(9)

Berdasarkan hasil analisis sebaran sekolah di seluruh kecamatan yang ada di kabupaten pohuwato, Maka untuk rekapan data keseluruhannya dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut :

Tabel 4.14 Analisis Sebaran Sekolah Kabupaten Pohuwato

Berdasarkan hasil dari tabel 4.14 diatas, Untuk tingkat kabupaten pohuwato menunjukan bahwa perbandingan daya tampung SD dengan jumlah AUS 7-12 tahun yaitu 1.6 : 1, daya tampung SMP dengan jumlah AUS 13-15 tahun 1.4 : 1 dan daya tampung SMA dengan jumlah AUS 16-18 tahun yaitu 1.2 : 1. Artinya daya tampung SD lebih besar hampir satu kali lipat dari jumlah AUS 7-12 tahun, daya tampung SMP setengah lebih besar dari jumlah AUS 13-15 tahun dan daya tampung SMA hampir setengah lebih besar dari jumlah AUS 16-18 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa seharusnya kekurangan unit sekolah pada tiap-tiap kecamatan tidak terjadi apabila pembangunan direncanakan dengan baik. Secara umum memang terlihat sebaran sekolah di kabupaten pohuwato sudah merata, Namun apabila lebih spesifik lagi dilihat per-kecamatan, Maka sebenarnya sebaran sekolah di kabupaten pohuwato masih belum merata dan perlu diadakannya perencanaan yang matang untuk memecahkan masalah diatas.

(10)

Peta Sebaran Sekolah

Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK)

Analisis APK ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak AUS yang bersekolah pada suatu jenjang tertentu berdasarkan klasifikasi umur dan jenjang pendidikan yang sesuai. Rumus APK dapat dilihat pada BAB II. Hasil analisis APK tiap kecamatan di kabupaten pohuwato dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut :

Tabel 4.15 Analisis APK Tiap Kecamatan di Kabupaten Pohuwato

NO Kecamatan APK SD SMP SMA 1 Paguat 95.78% 106.90% 126.21% 2 Dengilo 82.53% 52.74% 67.90% 3 Marisa 133% 143.26% 150% 4 Taluditi 107.48% 146.46% 53.62% 5 Duhiadaa 121.63% 83.68% 54.25% 6 Buntulia 99.61% 72.01% 137.44% 7 Patilanggio 98.79% 106.09% 74.94% 8 Randangan 111% 129.62% 101.04% 9 Wanggarasi 72.22% 73.76% 32.16% 10 Lemito 102.17% 99.84% 90.70% 11 Popayato 120.94% 92.99% 208.13% 12 Popayato Barat 97.87% 105.37% 30.14% 13 Popayato Timur 76.50% 104.27% 0%

Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan pada tabel 4.15 diatas, APK SD pada kecamatan Marisa, Taluditi, Duhiadaa, Randangan, Lemito, dan Popayato lebih dari 100 %, artinya ada masing-masing 33%, 7.48%, 21.63%, 11%, 2.17%, dan 20.94% siswa yang sudah pasti bersekolah di kecamatan tersebut berasal dari luar kecamatan itu sendiri. Sedangkan APK SD untuk kecamatan paguat, dengilo, buntulia, patilangio, wangarasi, popayato barat, dan popayato timur kurang dari 100% ada 4.22% untuk paguat, dengilo 17.47%, buntulia 0.39%, patilangio 1.21%, wangarasi 27.78%, popayato barat 2.13%, dan popayato timur

(11)

23.5%. AUS 7-12 tahun yang tidak bersekolah, bersekolah di jenjang pendidikan lain atau bersekolah di luar kecamatan itu sendiri.

Hasil APK SMP menunjukan pada kecamatan paguat, marisa, taluditi, patilangio, randangan, popayato barat dan popayato timur masing-masing ada 6.90%, 43.26%, 46.46%, 6.09%, 29.62%, 5.37% dan 4.27% siswa SMP di kecamatan tersebut yang sudah pasti berasal dari luar kecamatan itu sendiri. Sedangkan untuk dengilo, duhiadaa, buntulia, wangarasi, lemito dan popayato masing-masing ada 47.26%, 16.32%, 27.99%, 26,24%, 0.16% dan 7.01% AUS umur 13-15 tahun yang tidak bersekolah, bersekolah di jenjang pendidikan lain atau bersekolah di luar kecamatan itu sendiri. Hasil APK untuk semua jenjang pendidikan di kabupaten pohuwato dapat dilihat pada tabel 4.16 dan gambar 4.1 berikut :

Tabel 4.16 APK Kabupaten Pohuwato

Jenjang Pendiidkan APK

SD 104.33%

SMP 105.04%

SMA 94.13%

Peta Angka Parsitifasi Kasar (APK)

Analisis Angka Partisipasi Murni (APM)

Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya AUS yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Rumus APM dapat dilihat pada BAB II.

Hasil analisis APM Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini: Berdasarkan hasil yang ditunjukan pada tabel 4.17 diatas, APM SD untuk pada kecamatan paguat, dengilo, marisa, taluditi, duhiadaa, patilanggio, randangan, lemito, popayato, popayato barat, popayato timur lebih dari 100% yang artinya masing-masing ada

(12)

11%, 3%, 40%, 11%, 14%, 15%, 12 %, 12%, 18%, 6% dan 9% AUS 7-12 tahun, siswa yang sudah pasti bersekolah di kecamatan tersebut berasal dari luar kecamatan itu sendiri. Sedangkan APM SD pada kecamatan buntulia dan wanggarasi sudah sebanding antara jumlah siswa 7-12 tahun yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk umur 7-12 tahun.

Hasil APM SMP untuk masing-masing kecamatan adalah 182%, 50%, 94%, 110%, 17%, 63%, 123%, 131%, 44%, 98%, 60%, 35% dan 49% AUS 13-15 tahun siswa yang sudah pasti bersekolah di kecamatan tersebut berasal dari luar kecamatan itu sendiri.

Hasil APM untuk kabupaten pohuwato dapat dilihat pada tabel 4.18 dan gambar 4.2 berikut :

Tabel 4.18 APM Kabupaten Pohuwato

Jenjang Pendiidkan APM

SD 114.44%

SMP 187.56%

SMA 369.20%

Peta Angka Parsitifasi Murni (APM)

(13)

5. PEMBAHASAN HASIL

Berdasarkan hasil penelitian, sebaran sekolah di kabupaten pohuwato terlihat dari data yang ada, keseluruhan AUS yang ada di akubupaten pohuwato sudah tertampung apabila di lihat dari data jumlah keseluruhan AUS 7-12, AUS 13-15, dan AUS 16-18 tahun yang ada, daya tampung untuk SD sederajat 30840, SMP sederajat 9640, dan SMA sederajat 8400 sedangkan untuk jumlah penduduk AUS yang berumur 7-12 tahun 18468, AUS 13-15 tahun 6862 dan AUS 16-18 tahun 6597. Maka untuk perbandingan antara daya tampung dan AUS 7-12 tahun 1.6 : 1 , AUS 13- 15 tahun 1.4 : 1 dan AUS 16-18 tahun 1.2 : 1 yang artinya daya tampung lebih besar dari jumlah penduduk AUS, akan tetapi apabila dilihat dari data per kecamatan yang ada di kabupaten pohuwato belum semua kecamatan bisa menampung AUS karena ada 6 kecamatan di kabupaten pohuwato yang masih membutukan ruang kelas baru (RKB) dan unit sekolah baru (USB), kecamatan dengilo dan wanggarasi masih membutukan 2 RKB untuk jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) kecamatan dengilo sedangkan sekolah menengah atas (SMA) kecamatan wanggarasi, kecamatan duhiadaa, patilangio dan popayato barat masih perlu pembangunan 1 USB untuk jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA), dan kecamatan popayato timur tidak ada sama sekali sekolah menengah atas (SMA) dan membutukan 4 USB.

APK Kabupaten Pohuwato berdasarkan hasil penelitian menujukan bahwa APK SD untuk Kabupaten Pohuwato menunjukan ada 4.33% siswa yang sudah pasti berasal dari luar Kabupaten Pohuwato. APK SMP Kabupaten Pohuwato menunjukan, ada 5.04% siswa yang sekolah di Kabupaten Pohuwato yang sudah pasti berasal dari luar Kabupaten Pohuwato. Hasil APK SMA menunjukan untuk Kabupaten Pohuwato, ada 5.87% AUS umur 16-18 tahun yang tidak bersekolah, bersekolah di jenjang pendidikan lain atau bersekolah di luar Kabupaten Pohuwato.

APM kabupaten pohuwato menujukan bahwa APM SD untuk kabupaten pohuwato menunjukan ada 14.44% AUS 7-12 tahun siswa yang sudah pasti bersekolah di kabupaten tersebut tersebut berasal dari luar kabupaten itu sendiri. APM SMP untuk kabupaten pohuwato, menunjukan ada 87.56% AUS 13-15 tahun siswa yang sudah pasti bersekolah di kabupaten pohuwato tersebut berasal dari luar kabupaten pohuwato. Hasil APM SMA untuk kabupaten pohuwato menunjukan ada 269.20% AUS 16-18 tahun siswa yang sudah pasti bersekolah di kabupaten pohuwato tersebut berasal dari luar kabupaten pohuwato. APM ini sangat berhubungan erat dengan jumlah AUS yang sedang bersekolah sesuai dengan

(14)

klasifikasi umur dan jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi AUS yang bersekolah di daerah itu pada jenjang pendidikan yang sesuai, maka semakin tinggi pula APM pada daerah itu.

6. PENTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

Hasil dari analisis sebaran sekolah di Kabupaten Pohuwato dilihat secara umum sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa untuk tingkat Kabupaten Pohuwato, daya tampung sekolah baik SD, SMP dan SMA dapat menampung seluruh AUS yang ada. Namun untuk tingkat kecamatan dan kelurahan masih ada 1 (satu) kecamatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan SMP, dan 5 (lima) kecamatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan SMA dan keseluruhan kecamatan yang perlu diperhatikan perancanaan pembangunan sebanyak 6 kecamatan yang terdiri dari kecamatan dengilo dan wanggarasi masih membutukan 2 RKB untuk jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) kecamatan dengilo sedangkan sekolah menengah atas (SMA) kematan wanggarasi, kecamatan duhiadaa, patilangio dan popayato barat masih perlu pembangunan 1 USB untuk jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA), dan kecamatan popayato timur tidak ada sama sekali sekolah menengah atas (SMA) dan membutukan 4 USB. Untuk angka partisipasi pendidikan (APK, APM dan APS) Kabupaten Pohuwato dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin rendah angka partisipasi AUS.

(15)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang penulis harapkan yaitu sebagai berikut : 1. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperluas ruang lingkup penelitian sebaran sekolah sampai pada analisis keterjangkauan masyarakat, sarana dan prasarana serta informasi yang dihasilkan lebih rinci lagi sampai pada keadaan sekolah, keadaan tiap kelurahan dan kecamatan yang ada.

2. Untuk pemerinta Kapupaten Pohuwato agar memperhatikan pembangunan sekolah kedepan dengan melihat jumlah AUS yang ada di desa maupun di kecamatan itu sendiri, Sehingga seluruh AUS yang ada dapat tertampung dan dapat megurangi anggka anak putus sekolah yang ada di Kabupaten Pohuwato.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alimah. 2012. Permasalahan Pendidikan di Indonesia. (online),

(http://isaninside.files.wordpress.com/2008/06/permasalahan_pendidikan_-ihsan.doc, di akses tanggal 07 November 2013).

Badan Pusat Statistik kabupaten pohuwato, 2010. Kabupaten pohuwato Dalam Angka. Pohuwato : Badan Pusat Statistik.

Fariza, A & Qolis, N. 2008. Pemetaan Dan Analisa Sebaran Sekolah Untuk Peningkatan Layanan Pendidik An Di Kabupaten Kediri Dengan GIS. (Online), (http://www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=912, diakses tanaggal 07 November 2013). Indarto. 2010. Dasar-dasar Sisitem Informasi geografis. Jawa Timur: Jember University

Press.

Novianti. 2009. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pendidikan Kota Depok Berbasis Web Menggunakan Quantum GIS. (online),

(http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/computer-science/2009/Artikel_11105172.pdf, diakses tanggal 07 November 2013).

Puspita, Yuni. 2009. Penggunaan Arcview Gis 3.3 Pada Perancangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Sekolah Di Wilayah Kota Bogor. (Online),

(http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/computer-science/2009/Artikel_11105799.pdf, diakses tanggal 07 November 2013).

Prahasta, Eddy. 2009. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: Informatika.

Prahasta, Eddy. 2011. Tutorial ArcGIS Dekstop untuk & Geomatika. Bandung: Informatika. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 tahun 2000 Tentang Perubahan atas

peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 Tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan

Sukarsa, I Made. 2009. Pemetaan Kualitas Pendidikan Di Propinsi Bali Berbasis Spatial. Jurnal Teknologi Ekelktro, (online), volume 8, No. 1,

Gambar

Tabel 4.14 Analisis Sebaran Sekolah Kabupaten Pohuwato
Tabel 4.15 Analisis APK Tiap Kecamatan di Kabupaten Pohuwato
Tabel 4.16 APK Kabupaten Pohuwato
Tabel 4.18 APM Kabupaten Pohuwato

Referensi

Dokumen terkait

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia

Permasalahan VRP dengan interme- diate facility dapat diselesaikan dengan algoritma sequential insertion (Tung dan Pinoi, 2000). Tujuan penelitian ini adalah

Untuk packet delivery ratio yang diuji berdasarkan jumlah node, ukuran paket data dan kecepatan node lebih tinggi dari protokol FSR dengan rata-rata nilainya 48%, 39%

Besarnya faktor eksternal yang mempengaruhi siswa dalam memilih program keahlian teknik mesin di SMKN 1 Majalengka meliputi faktor keluarga 77,2%, faktor sekolah 82,3%, dan

Dalam kajian struktur aljabar, seringkali dikaji sifat-sifat yang masih berlaku maupun sifat-sifat baru yang muncul pada suatu struktur baru yang diperoleh dengan menghilangkan

Mata kuliah Hukum Perdata Islam di Indonesia II adalah mata kuliah tentang perceraian, kewarisan dan hal-hal yang terkait dengan kedua tema pokok tersebut dalam

di Makassar yang secara khusus tertarik pada pengembangan komunikasi radio amatir mode komunikasi digital atau Digimode. •Saat ini, MDC telah mengembangkan berbagai inovasi

1.) Dengan mengamati video pembelajaran latihan melalui video/link youtube peserta didik mampu memahami materi gerak dasar cara melempar bola dalam permainan