• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI

POTONG DI KABUPATEN BLORA

Program Studi Agribisnis

Oleh

Riana Aninditya Prastiti

H0808040

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :

Nama : Riana Aninditya Prastiti

NIM : H0808040

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan/ tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Wiwit Rahayu, S.P., M.P. NIP. 197111091997032004

Arip Wijianto, S.P.,M.Si. NIP.197712262005011002

(3)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

Riana Aninditya Prastiti (1)

Wiwit Rahayu, S.P., M.P.(2)

Arip Wijianto, S.P., M.Si.(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal, alternatif strategi dan prioritas strategi yang diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif. Daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blora. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu (1) Analisis SWOT, (2) Matriks SWOT, (3) QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi, meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, serta meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem pengadaan sarana produksi adalah dengan memperluas jangkauan pemasaran. Subsistem produksi/ usahatani adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Subsistem pengolahan hasil pertanian adalah meningkatkan upaya inovasi produk. Subsistem pemasaran hasil pertanian adalah meningkatkan pengalaman pedagang. Subsistem kelembagaan pendukung adalah meningkatkan sarana dan prasarana. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora adalah meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran.

Kata Kunci: Sapi Potong, Matriks SWOT, QSPM, Kabupaten Blora

Keterangan :

1. Mahasiswa S1 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H0808040

2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping

(4)

AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT STRATEGIES OF BEEF CATTLE IN BLORA DISTRICT

Riana Aninditya Prastiti (1)

Wiwit Rahayu, S.P., M.P.(2)

Arip Wijianto, S.P., M.Si.(3)

ABSTRACT

This study aimed to determine the internal and external factors, alternative strategies and priorities of the strategy applied in developing agribusiness beef cattle in Blora district. The basic method of research used descriptive method. The area of research was conducted in Blora district. The type of data used was primary data and secondary data. The methods of data analysis are : (1) SWOT Analysis, (2) SWOT matrix, (3) QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Alternative strategies for agribusiness developing beef cattle in Blora district includes improves the use of technology to obtain high production, increases capital and technology adoption farming and processing to improves the quality and quantity of products, increases production and enhances partnerships among business actors in cultivation, processing and marketing, increases the ability of its resources in anticipation of the competitor products. Priority strategy for developing agribusiness beef cattle in Blora district of agricultural inputs subsystem is to expands marketing reach. Subsystem production / farming is to improve the quality and quantity of products. Agricultural processing subsystem is to increases product innovation efforts. Beef cattle marketing subsystem is to improves the merchant experience. Subsistem institutional support is to improves infrastructure and priority strategies for agribusiness developing beef cattle in Blora district is to increases production and enhances partnerships among business actors in cultivation, processing and marketing.

Keywords: beef cattle, Matrix SWOT, QSPM, Blora District Description :

1. Student S1 of Sosial Study Program Agribussiness Faculty of Agriculture Sebelas

Maret University Surakarta with NIM H0808040

2. Main Lecturer

(5)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta mengelola lingkungan hidup.

Sistem agribisnis merupakan konsep yang menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan, dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, dan untuk menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat (Soetriono, et al., 2006).

Sub sektor peternakan memiliki kedudukan yang unik dan strategis dalam pembangunan nasional yaitu terkait dengan penyediaan pangan sumber protein sebagai faktor essensial dalam pencerdasan bangsa Indonesia. Salah satu komoditas peternakan yang bernilai ekonomi tinggi adalah sapi. Sapi merupakan salah satu objek makanan yang bergizi tinggi, dengan berbagai macam produk olahan dagingnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebutuhan produk olahan makanan dari daging sapi akan berkembang dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu produksi sapi juga dituntut untuk semakin meningkat sesuai dengan permintaan pasar yang semakin meningkat.

Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,74 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi sapi potong terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur yaitu sebesar 1,9 juta ekor (Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statisitik, 2011).

Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 populasi sapi potong terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Blora. Kabupaten Blora memiliki populasi sapi potong paling banyak diantara kabupaten yang lain yaitu sebesar 217.995 ekor. Berdasarkan data BPS Kabupaten Blora tahun 2011 dapat diketahui ternak sapi potong mengalami kenaikan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2007 sejumlah 215.687 ekor, tahun 2008 sejumlah 216.988 ekor, tahun 2009 sejumlah 217.995 ekor dan tahun 2010 sejumlah 219.741 ekor. Berdasarkan tujuan pemeliharaam sapi potong yang

(6)

dikembangkan di daerah Blora meliputi usaha perkembangbiakan, penggemukan, pembibitan, dan perdagangan. Usaha agribisnis sapi potong memiliki peluang yang prospektif untuk dikembangkan di Kabupaten Blora. Kendala pada sistem agribisnis sapi potong yaitu pakan yang masih kurang, kualitas sumberdaya manusia yang kurang memadai baik pelaku usaha agribisnis sapi potong, keterbatasan modal, terbatasnya promosi yang dilakukan, peran kelembagaan pendukung belum dirasakan manfaatnya oleh pelakau agribisnis sapi potong. Selain itu sebagian besar usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Blora masih bersifat tradisional dan masih merupakan usaha sampingan.

Dalam mengembangkan agribisnis sapi potong harus mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam, sumber daya manusia serta aspek kelembagaan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menetapkan alternatif strategi dan prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora?

2. Alternatif strategi apa saja yang bisa diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.

2. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.

3. Mengetahui prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.

(7)

METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2004).

Metode Pengambilan Daerah Penelitian

1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian

Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Blora, dengan pertimbangan Kabupaten Blora juga mempunyai populasi sapi potong yang paling besar jumlahnya di Propinsi Jawa Tengah.

2. Metode Penentuan Responden untuk Perumusan Strategi

Perumusan strategi dipilih informan kunci secara purposive. Informan kunci dalam penelitian ini antara lain peternak sapi potong, penyedia sarana produksi, agroindustri pengolahan hasil peternakan, pedagang sapi potong di Pasar Blora, pemerintah Kabupaten Blora (BAPPEDA, DINTANBUNNAKIKAN Kabupaten Blora, Dinas Perindustrian Perdangan dan Dinas Pertanian Kecamatan Kota Blora), lembaga pendukung yaitu pasar hewan dan konsumen akhir.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan kunci yang terdapat pada masing-masing subsistem agribisnis sapi potong. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan Perikanan (Dintanbunnaikan) Kabupaten Blora, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora, Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM Kabupaten Blora, Dinas Pertanian Kecamatan Kota Blora, dan lembaga pendukung yang terkait agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.

Metode Analisis Data

1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan agribisnis sapi potong. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, SDM, pemasaran, operasional/ produksi, dan organisasi. Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi

(8)

pengembangan agribisnis sapi potong. Faktor eksternal yang dianalisis yaitu kondisi perekonomian, sosial dan budaya, pemasok, pemerintah, konsumen dan teknologi.

2. Alternatif Strategi

Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh peternak sapi potong dengan kekuatan dan kelemahan yang termasuk faktor internal. Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan- peluang (S-O strategies), strategi kelemahan- peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).

Tabel 1. Matriks SWOT

IFAS

EFAS

Strenght (S)

Menentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal

Weakness (W)

Menentukan 5-10 faktor- faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Menentukan 5-10 faktor- faktor peluang eksternal

Strategi S-O

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T)

Menentukan 5-10 faktor- faktor ancaman eksternal

Strategi S-T

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2009 3. Prioritas Strategi

Dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora diperlukan prioritas strategi dengan menggunakan analisis Matriks QSPM. Matriks QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSPM merupakan strategi yang paling baik.

Tabel 2. Matriks QSPM

Faktor-Faktor Utama Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-Faktor Utama Internal Total Bobot Faktor-Faktor Utama Eksternal Total Bobot

Jumlah Keseluruhan Daya Tarik Total

(9)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora

a. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Pertanian

Hasil identifikasi faktor internal pada subsistem penyediaan sarana produksi di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengadaan Sarana Produksi

Internal Kekuatan Kelemahan

Kondisi Keuangan Modal cukup kuat

Sumber Daya Manusia 1. Ketrampilan usaha 2. TK tersedia Operasional/ Produksi 1. Kualitas produk baik

2. Jumlah produksi cukup tinggi

Kurangnya inovasi

Pemasaran Saluran distribusi pendek Promosi penjualan kurang

Organisasi Hubungan baik antar pengusaha Kelembagaan kurang menyentuh

penyedia saprodi Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Pada subsistem pengadaan sarana produksi yang termasuk dalam faktor kekuatan antara lain modal yang cukup kuat dalam menjalankan usahanya dan telah berpengalaman dalam menjalankan usaha karena lebih dari 15 tahun. Produk sarana produksi terdiri dari bibit, pakan, obat-obatan dan alat-alat pertanian. Output produksi rata-rata memiliki kuantitas dan kualitas yang baik. Saluran distribusi yang digunakan oleh penyedia bibit dalam menjual produknya adalah melalui pedagang lokal serta langsung kepada konsumen. Faktor kelemahan yang terdapat dalam subsistem pengadaan sarana produksi pertanian antara lain pada para pengusaha kurang inovatif. Promosi penjualan produk hanya mengandalkan media promosi dari mulut ke mulut. Selain itu kurangnya fungsi kelembagaan pendukung dari pemerintah untuk penyedia sarana produksi. Fungsi dari kelembagaan pendukung adalah sebagai media penyerapan informasi dan sarana bertemunya para pelaku usaha secara aktif untuk bersama-sama mengembangkan agribisnis sapi potong.

Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem penyedia sarana produksi dapat dilihat pada Tabel 4.

(10)

Tabel 4. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

Eksternal Peluang Ancaman

Perkembangan ekonomi Fluktuasi harga sarana produksi pertanian

Perkembangan sosial budaya 1. Peningkatan pendapatan peternak 2. Kesadaran peternak mengenai pakan

meningkat

Pemasok Ketersediaan bahan baku

Pemerintah Kurangnya pembinaan/ pelatihan bagi usaha

kecil dan menengah dari pihak pemerintah

Teknologi Perkembangan teknologi

Pesaing Masuknya sarana produksi dari daerah lain

Pelanggan/ konsumen 1. Pasar yang masih terbuka 2. Adanya langganan peternak

Belum ada industri yang mau menjadi mitra

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Faktor peluang yang terdapat pada subsistem pengadaan sarana produksi dapat terlihat pada pemberian pakan tambahan dan pakan penguat. Semakin tinggi pendapatan peternak maka semakin besar kemampuan peternak untuk membeli sarana produksi pertanian dalam menjalankan usahanya. Adanya ketersediaan bahan baku untuk penyedia sarana produksi pertanian yang cukup baik dalam hal jumlah, kualitas, dan ketepatan waktu. Adanya teknologi produksi seperti input berupa pakan untuk bibit, alat-alat untuk penggilingan pakan dan pembuatan konsentrat. Ancaman yang dihadapi penyedia sarana produksi pertanian yaitu penyedia bibit dari daerah lain seperti Purwodadi, Rembang dan Pati. Kendala yang dihadapi oleh penyedia sarana produksi adalah belum adanya mitra yang mau diajak bekerja sama seperti industri ataupun perusahaan penggemukan sapi dalam skala besar.

b. Subsistem Produksi/ Usahatani Penggemukan Sapi Potong

Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong

Internal Kekuatan Kelemahan

Kondisi Keuangan 1. Pengelolaan keuangan peternak

kurang

2. Modal peternak kurang

Sumber Daya Manusia 1. TK tersedia

2. Pengalaman peternak lebih dari 10 tahun

SDM peternak yang rendah

Operasional/ Produksi 1. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses peternak 2. Kualitas ternak yang baik 3. Waktu budidaya relatif singkat

Teknik budidaya masih tradisional

Pemasaran 1. Jaringan pemasaran luas

2. Saluran distribusi pendek

1. Fluktuasi harga sapi potong 2. Promosi penjualan kurang

Organisasi Hubungan baik antar peternak

(11)

Faktor kekuatan yang terdapat dalam usahatani penggemukan sapi potong yaitu kualitas dari sapi potong yang diusahakan rata-rata dalam keadaan baik karena tampak gemuk dan tidak terserang penyakit. Peternak sapi potong memiliki jangkauan pemasaran yang luas karena sudah mampu menjual sapi potong keluar daerah Blora seperti Purwodadi dan Rembang. Hubungan antara peternak satu dengan peternak yang lain terpelihara dengan baik. Faktor kelemahan yang terdapat pada subsistem usahatani antara lain modal yang kurang dalam hal keuangan, belum ada upaya promosi yang dilakukan peternak dalam mengenalkan usahanya ke masyarakat luas.

Adapun hasil identifikasi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong

Eksternal Peluang Ancaman

Perkembangan ekonomi Permintaan sapi potong meningkat Harga pakan mahal Perkembangan sosial

budaya

1. Kesadaran akan nilai gizi meningkat 2. Tradisi masih kuat

3. Ketertarikan dari investor

Pemasok Ketersediaan bahan baku Fluktuasi harga saprodi

Pemerintah 1. Adanya bantuan fasilitas umum dari

pemerintah

2. Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi peternak dari pemerintah

Kebijakan impor sapi

Teknologi Perkembangan teknologi

Pesaing Masuknya sapi potong dari

daerah lain

Pelanggan/ konsumen Pasar yang masih terbuka Belum ada industri yang mau menjadi mitra

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Peluang dari faktor eksternal pada subsistem usahatani penggemukan sapi potong antara lain ketersediaan sarana produksi pertanian baik dalam jumlah dan kualitas. Adanya teknologi budidaya meliputi pemilihan bibit yang berkualitas baik seperti bebas penyakit, berkelamin jantan, cukup umur, tidak kurus; pemeliharaan kandang; pemberian input berupa pakan penguat; perawatan ternak; dan penggunaan alat-alat pertanian. Teknologi panen dan pasca panen yang digunakan meliputi teknologi mengetahui umur panen yang tepat dan cara pengangkutan sapi potong yang benar. Ancaman pada subsistem usahatani penggemukan sapi potong adalah berfluktuasi harga saprodi, kebijakan pemerintah import sapi serta pesaing usaha penggemukan sapi potong dari daerah Purwodadi dan Pati.

(12)

c. Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong

Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pengolahan hasil sapi potong dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong

Internal Kekuatan Kelemahan

Kondisi Keuangan 1. Modal cukup kuat 2. Manajemen keuangan baik

Sumber Daya Manusia TK tersedia Kemampuan mengakses pasar

masih rendah Operasional/ Produksi 1. Ketersediaan bahan baku yang

mudah diakses pengusaha 2. Kualitas produk yang baik

1. Teknik pengolahan masih tradisional

2. Kurangnya inovasi

Pemasaran 1. Promosi sudah baik

2. Saluran distribusi pendek

Organisasi Hubungan baik antar pengusaha

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Faktor kekuatan yang terdapat pada subsistem pengolahan hasil pertanian antara lain memiliki modal yang cukup dan tenaga kerja yang tersedia sehingga dapat memperlancar kegiatan usahanya. Kerjasama yang terbentuk antar pengusaha tersebut merupakan kunci perkembangan agroindustri sapi potong. Kendala yang dihadapi pada aspek sumber daya manusia adalah kemampuan mengakses pasar masih rendah, teknik pengolahan pupuk organik yang masih tradisional serta kurangnya inovasi terhadap produk yang dihasilkan disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya dukungan mekanisasi produk pertanian.

Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pengolahan hasil sapi potong dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong

Eksternal Peluang Ancaman

Perkembangan ekonomi Permintaan meningkat Harga bahan baku mahal

Perkembangan sosial budaya Terdapat produk olahan

yang menguntungkan

Pemasok Ketersediaan bahan baku Fluktuasi harga bahan baku

Pemerintah Adanya pembinaan/

pelatihan bagi usaha kecil dan menengah dari pihak pemerintah

Teknologi Perkembangan teknologi

Pesaing Inovasi produk pesaing

lebih baik

Pelanggan/ konsumen Pasar yang masih terbuka

(13)

Faktor peluang yang ada pada subsistem pengolahan hasil sapi potong antara lain hasil dari sapi potong yang dapat diolah sebagai dendeng, daging asap, sosis, bakso, abon, corned, kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang dan kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik. Adanya ketersediaan sarana produksi pertanian. Peran pemerintah dengan melakukan pelatihan, bimbingan terhadap proses produksi agar produk terlihat lebih menarik, memberikan sarana produksi, cara mengadakan promosi yang tepat agar produk olahan sapi potong dapat berkembang dan lebih bervariasi. Ancaman yang dihadapi oleh pengusaha pengolahan sapi potong yaitu berfluktuasinya harga bahan baku yang akan mempengaruhi usaha yang dijalankan. Adanya kenaikan harga bahan baku serta pesaing usaha agroindustri sapi potong

d. Subsistem Pemasaran Sapi Potong

Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pemasaran dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pemasaran Sapi Potong

Internal Kekuatan Kelemahan

Kondisi Keuangan Modal cukup kuat Pengelolaan keuangan

pedagang kurang

Sumber Daya Manusia 1. TK tersedia

2. Pengalaman pedagang

lebih dari 10 tahun

SDM pedagang yang rendah

Operasional/ Produksi Kualitas sapi potong baik

Pemasaran Jaringan pemasaran sapi

potong luas

Promosi penjualan kurang

Organisasi Hubungan baik antar

pedagang

Kelembagaan kurang

menyentuh pedagang Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Faktor kekuatan pada subsistem pemasaran hasil pertanian antara lain pedagang memiliki modal yang cukup kuat sehingga mudah untuk mengembangkan usahanya, ketersediaan jumlah tenaga kerja, pengalaman pedagang dalam kegiatan jual beli sapi potong juga lama, yaitu lebih dari 10 tahun. Jangkauan pemasaran yang terdapat pada usaha penggemukan sapi potong cukup luas. Faktor kelemahan dalam subsistem pemasaran sapi potong yaitu kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh pedagang sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, promosi yang dilakukan masih terbatas serta

(14)

jumlah perkumpulan pedagang yang aktif dalam melakukan kegiatan penyuluhan sedikit.

Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pemasaran hasil pertanian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pemasaran Sapi Potong

Eksternal Peluang Ancaman

Perkembangan ekonomi Permintaan sapi potong

meningkat

Perkembangan sosial budaya Kesadaran akan nilai gizi

meningkat

Pemasok Ketersediaan sapi potong Fluktuasi harga sapi potong

Pemerintah Adanya bantuan fasilitas

umum dari pemerintah

Kurangnya perhatian

pemerintah tentang

pemberian modal

Teknologi Perkembangan teknologi

Pesaing Persaingan antar pedagang

Pelanggan/ konsumen Pasar yang masih terbuka

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Peluang dari faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan para pemasar hasil pertanian pertanian daging sapi semakin hari semakin meningkat, ketersediaan sapi potong saat ini masih tinggi, karena hampir seluruh wilayah Blora mengusahakan penggemukan sapi potong sehingga pedagang tidak sulit mencari sapi potong yang siap umur untuk dijual. Selain itu tersedianya Pasar hewan dan Rumah Potong Hewan (RPH) yang dapat digunakan oleh pedagang pemotong untuk memotong ternaknya dan dijual di pasar tradisional. Ancaman yang dihadapi dalam mengembangkan agribisnis sapi potong antara lain berfluktuasinya harga sapi potong terutama pada saat hari besar agama, peran pemerintah kurang optimal dalam menyediakan bantuan permodalan khususnya sarana prasarana serta pesaing utama pedagang sapi potong di Kabupaten Blora adalah sesama pedagang sapi potong dari daerah lain seperti Wirosari Purwodadi, Rembang dan Pati.

e. Subsistem Kelembagaan Pendukung

Faktor-faktor internal yang strategis untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengembangan agribisnis sapi potong pada subsistem kelembagaan pendukung dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

(15)

Tabel 11. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Kelembagaan Pendukung

Internal Kekuatan Kelemahan

Kondisi Keuangan Adanya sumber permodalan dari

APBD

Sumber Daya Manusia 1. TK tersedia

2. Kualitas SDM cukup baik

1. Kurangnya motivasi kerja 2. Kurangnya daya kreativitas

Operasional/ Produksi Keterbatasan sarana dan

prasarana

Organisasi 1. Mekanisme kerja yang jelas

2. Adanya landasan hukum 3. Adanya kelembagaan

pendukung dinas

4. Adanya dukungan stakeholder

Fungsi kelembagaan

pendukung dalam pelayanan publik belum optimal

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Peran pemerintah dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yaitu adanya bantuan modal dari APBD dan dekonsentrasi. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki pemerintah Kabupaten Blora cukup baik dengan latar pendidikan SLTA, Diploma 3, S1, S2 dibidang peternakan dan kursus ketrampilan peternakan. Adanya berbagai kelembagaan pendukung dinas seperti Pusat Kesehatan Hewan (POSKESWAN), Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan PASAR HEWAN sangat membantu proses produksi sampai pemasaran hasil ternak sapi potong. Kendala yang dihadapi pada subsistem kelembagaan pendukung yaitu kurangnya motivasi dan daya kreativitas aparat pemerintah dalam bekerja, keterbatan sarana dan prasarana seperti sepeda motor, unit mobil Pelayanan Kesehatan Keliling dan belum memiliki laboratorium kesmavet.

Hasil identifikasi faktor eksternal pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem kelembagaan pendukung dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Kelembagaan Pendukung

Eksternal Peluang Ancaman

Perkembangan ekonomi Peningkatan PAD dari subsektor peternakan

Perkembangan sosial budaya 1. Ketertarikan dari investor

2. Kesadaran akan nilai gizi meningkat

Jiwa wiraswasta kaum muda tentang agribisnis sapi potong masih rendah.

Pemerintah Pusat Adanya Program Swasembada Daging tahun 2014

Import sapi untuk mencukupi kebutuhan daging dalam negeri.

Teknologi Perkembangan teknologi dan sistem

informasi

Kurangnya penguasaan teknologi

(16)

Faktor peluang yang dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendukung yaitu program pemerintah pusat yaitu Program Swasembada Daging tahun 2014 serta adanya perkembangan teknologi seperti teknologi produksi, serta promosi melalui pameran ataupun media cetak dan elektronik. Ancaman yang dihadapi oleh kelembagaan pendukung adalah kaum muda masih kurang memanfaatkan potensi sapi potong yang ada. Seharusnya mereke dapat mengoptimalkan pengolahan produk olahan lain seperti pembuatan tas dari kulit sapi ataupun pembuatan pakan ternak. Selain itu kebijakan impor sapi yang dilakukan pemerintah pusat, hal ini menyebabkan adu kekuatan antara peternak dan pengimpor sapi.

Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora

Matriks SWOT pengembangan agribisnis sapi potong dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora

Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Eksternal

1. TK tersedia

2. Pengalaman peternak dan pedagang lebih dari 10 tahun

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses pelaku usaha 4. Kualitas saprodi, sapi potong dan

produk agroindustri baik

5. Saluran distribusi penyedia saprodi, peternak dan pengusaha agroindustri pendek

6. Hubungan baik antar pelaku usaha

1. Modal peternak kurang

2. SDM peternak dan pedagang yang rendah

3. Teknik budidaya masih tradisional 4. Fluktuasi harga

5. Promosi penjualan kurang

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

1. Permintaan sapi potong meningkat

2. Kesadaran akan nilai gizi meningkat

3. Ketertarikan dari investor 4. Terdapat produk olahan yang

menguntungkan 5. Ketersediaan bahan baku 6. Adanya pembinaan/ pelatihan/

penyuluhan bagi pelaku usaha dari pemerintah

7. Adanya bantuan dari pemerintah 8. Perkembangan teknologi 9. Pasar yang masih terbuka

1. Meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi (S1, S3, O7, O8)

2. Menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha (S1, S2, S3, S4,S6, O1, O2, O3, O9)

1) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (W1,W2,W3, O6, O7, O8)

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

1. Harga pakan mahal

2. Fluktuasi harga saprodi dan sapi potong

3. Masuknya pesaing dari daerah lain

1. Meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2)

2. Mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada (S6, S7, T3)

1. Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing (W5, T3)

2. Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (W1, W2, W3, W4,T3) Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Beberapa alternatif strategi untuk mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora, antara lain:

(17)

a. Strategi S-O (Strenght- Opportunities) yang dapat dirumuskan adalah:

1) Meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi (S1, S3, O7, O8)

Strategi meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi diperlukan oleh semua pelaku agribisnis sapi potong dengan cara melakukan diversifikasi produk olahan, meningkatkan mutu pakan melalui fermentasi jerami, memperbaiki teknik budidaya ternak, panen dan pasca panen sapi potong.

2) Menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha (S1, S2, S3, S4,S6, O1, O2, O3, O9)

Semua pelaku usaha agribisnis sapi potong dapat menggunakan kekuatan yang ada seperti kualitas produk yang baik dengan memanfaatkan peluang adanya ketertarikan dari investor, dengan adanya investor dapat mendukung keberlanjutan agribisnis sapi potong.

b. Strategi W-O (Weakness-Opportunities) yang dapat dirumuskan adalah:

1) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (W1,W2,W3, O6, O7, O8)

Pelaku usaha agribisnis sapi potong khususnya peternak masih mengalami kendala dalam memperoleh modal usaha, peternak dapat memanfaatkan lembaga keuangan yang disediakan pemerintah untuk mendukung kelangsungan usahanya. Inovasi produk olahan perlu dilakukan untuk menambah jumlah produk agar bervariasi dan menarik minat konsumen. c. Strategi S-T (Strenght-Threat) yang dapat dirumuskan adalah:

1) Meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2)

Strategi ini diperlukan untuk menjalin kerjasama dengan sesama pelaku usaha dari mulai hulu sampai hilir, sehingga terjalin hubungan untuk saling bertukar informasi mengenai pasokan produk ataupun pemasaran produk. 2) Mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada (S6, S7, T3)

Strategi mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada dapat dimanfaatkan oleh penyedia sarana produksi, peternak, pengusaha agroindustri

(18)

dan pedagang untuk menjual produk mereka. Saat ini masing-masing pelaku usaha sudah melakukan kegiatan perdagangan di wilayah Blora dan berusaha menawarkan produknya untuk mengatasi pesaing dari luar wilayah Blora. d. Strategi W-T (Weakness-Threat) yang dapat dirumuskan adalah:

1) Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing (W5, T3)

Promosi dapat dilakukan oleh semua pelaku usaha untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing. Rata-rata semua pelaku agribisnis sapi potong belum memanfaatkan media yang ada untuk melakukan promosi, dengan adanya bantuan pemerintah pelaku usaha dapat meningkatkan promosi melalui pameran produk dan penggunaan media cetak dan elektronik.

2) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (W1, W2, W3, W4,T3)

Kemampuan sumber daya manusia perlu ditingkatkan dari masing-masing pelaku agribisnis sapi potong, karena rata-rata belum melakukan manajemen keuangan, seperti pencatatan keuntungan yang diperoleh. Kemampuan SDM dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas terkait sehingga pelaku usaha dapat mengelola usahanya secara lebih rinci.

Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora

Matriks QSPM memberikan gambaran kelebihan-kelebihan relatif dari masing-masing strategi yang selanjutnya memberikan dasar obyektif untuk dapat memilih salah satu atau beberapa strategi spesifik yang menjadi pilihan. Langkah selanjutnya adalah mencari alternatif strategi yang dapat diimplementasikan sehingga diperoleh hasil perhitungan QSPM pada pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yang dapat dilihat pada Tabel 14.

(19)

Tabel 14. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora

Faktor-Faktor Kunci Bobot

Alternatif Strategi

I II III

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Internal

Kekuatan

1. TK tersedia 0,0909 4 0,3636 3 0,2727 2 0,1818

2. Pengalaman peternak dan pedagang lebih dari

10 tahun 0,0727 3 0,2182 4 0,2909 2 0,1455

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah

diakses pelaku usaha 0,1091 4 0,4364 3 0,3273 1 0,1091

4. Kualitas saprodi, sapi potong dan produk

agroindustri baik 0,0909 3 0,2727 1 0,0909 4 0,3182

5. Saluran distribusi penyedia saprodi, peternak

dan pengusaha agroindustri pendek 0,1091 2 0,2182 3 0,3273 2 0,2182

6. Hubungan baik antar pelaku usaha 0,1273 3 0,3818 2 0,2545 4 0,5091

Kelemahan

1. Modal peternak kurang 0,0909 3 0,2727 4 0,3636 1 0,0909

2. SDM peternak dan pedagang yang rendah 0,0727 2 0,1455 1 0,0727 3 0,1818

3. Teknik budidaya masih tradisional 0,0545 4 0,2182 3 0,1636 2 0,1091

4. Fluktuasi harga 0,0727 1 0,0727 3 0,2182 4 0,2909

5. Promosi penjualan kurang 0,1091 2 0,2182 3 0,3273 4 0,4364

Total Bobot 1,0000

Faktor Eksternal

Peluang

1. Permintaan sapi potong meningkat 0,0870 3 0,2609 4 0,3478 2 0,1739

2. Kesadaran akan nilai gizi meningkat 0,0435 3 0,1304 2 0,0870 1 0,0435

3. Ketertarikan dari investor 0,0580 4 0,2319 3 0,1739 1 0,0580

4. Terdapat produk olahan yang menguntungkan 0,1159 3 0,3478 1 0,1159 2 0,2319

5. Ketersediaan bahan baku 0,1014 3 0,3043 2 0,2029 4 0,4058

6. Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi

pelaku usaha dari pemerintah 0,1159 2 0,2319 4 0,4638 3 0,3478

7. Adanya bantuan dari pemerintah 0,0870 4 0,3478 3 0,2609 2 0,1739

8. Perkembangan teknologi 0,1014 3 0,3043 2 0,2029 3 0,3043

9. Pasar yang masih terbuka 0,0725 3 0,2174 4 0,2899 2 0,1449

Ancaman

1. Harga pakan mahal 0,1014 1 0,1014 2 0,2029 4 0,4058

2. Fluktuasi harga saprodi dan sapi potong 0,0725 2 0,1449 2 0,1449 3 0,2174

3. Masuknya pesaing dari daerah lain 0,0435 2 0,0870 3 0,1304 4 0,1739

Total Bobot 1,0000

Total Nilai Daya Tarik 5,5283 5,3323 5,2721

Tipe Strategi S-T W-O W-T

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Beberapa prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain:

(20)

1) Meningkatkan produksi dan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (5,5283).

Adanya ketersediaan saprodi dapat dimanfaatkan oleh peternak dalam menyediakan bibit, pakan, dan obat-obatan ternak sehingga peternak dapat meningkatkan produksi, selain itu adanya ketersediaan pasokan sapi potong dari peternak dapat membantu pengusaha agroindustri untuk melakukan diversifikasi produk. Adanya fluktuasi harga sarana produksi dan sapi potong, serta adanya pesaing dari daerah lain dapat diatasi dengan menjalin kerjasama antar pelaku usaha agar terjalin komunikasi dan melengkapi informasi yang diperoleh.

2) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (5,3323).

Semua pelaku agribisnis sapi potong perlu meningkatkan permodalan dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah. Adopsi teknologi perlu ditingkatkan oleh masing-masing pelaku usaha dengan cara melakukan pengolahan pakan secara modern, menerapkan teknik budidaya modern, serta memperbaiki cara promosi produk. Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, pembinaan dan pelatihan dari pemerintah merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.

3) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (5,2721).

Permasalahan yang sering terjadi dalam menjalankan usaha agribisnis sapi potong adalah berfluktuasinya harga sapi potong, bibit sapi potong, dan pakan ternak. Selain itu adanya ancaman dari pesaing dari luar daerah yang mengusahakan ternak serta pakan menyebabkan pelaku usaha agribisnis sapi potong di Blora perlu menerapkan suatu strategi yaitu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki melalui pelatihan dan pembinaan dari pemerintah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(21)

1. Alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain: meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi, menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha, meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada, meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing serta meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk.

2. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora adalah meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yaitu masing-masing pelaku agribisnis sapi potong saling meningkatkan kerjasama agar ketersediaan atau pasokan produk dapat selalu kontinue serta melakukan adopsi inovasi produk agar menarik konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Blora. 2011. Blora Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora.

BPS Provinsi Jawa Tengah. 2010. Jawa Tengah dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Kementrian Pertanian dan Badan Pusat Statistik. 2011. Rilis Hasil Awal PSPK 2011.http://www.ditjennak.deptan.go.id/download.php?file%3Dbahan%2520ril is%2520PSPK2011.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari pukul 10.22 WIB. Soetriono, Anik Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian Agraris,

Agrobisnis dan Industri. Bayumedia Publising. Malang.

Surakhmad, Winarno. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik Edisi Kesembilan Disempurnakan. Tarsito. Bandung.

Gambar

Tabel 1. Matriks SWOT
Tabel 3. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora  Pada Subsistem Pengadaan Sarana Produksi
Tabel 5. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora  Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong
Tabel  6.  Faktor  Eksternal  Pengembangan  Agribisnis  Sapi  Potong  di  Kabupaten  Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi karena karya sastra tidak terlepas dari pengarang,

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan

Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Kabupaten/Kota (MSPK) yang merupakan komponen dari Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SPPMP) telah dikembangkan

Membantu Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah merumuskan kebijakan daerah dalam pelaksanaan kewenangan daerah di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, dimana peneliti akan melakukan dan mendeskripsikan hasil perhitungan rekonsiliasi (koreksi)

Aplikasi validasi kata ini dapat memeriksa setiap kata dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah pengetikannya, dari setiap kata yang terdapat pada file dokumen

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 3 SMA Negeri 22 Makassar setelah diajar menggunakan Model pembelajaran

Ruang terbuka hijau aktif memiliki peran yang sangat penting dalam lingkungan perkotaan dan merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana memiliki