• Tidak ada hasil yang ditemukan

Joko Tripono, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas IV Melaksanakan Metode Snowball Throwing 287

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Joko Tripono, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas IV Melaksanakan Metode Snowball Throwing 287"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS IV MELAKSANAKAN

METODE SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

PECAHAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI 10 SD BINAAN

KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

SEMESTER II TAHUN 2015/2016

Oleh: Joko Tripono

Pengawas TK, SD, SDLB Kecamatan Sendang

Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan Metode Snowball Throwing melalui pembinaan yang dilakukan supervisor sekolah da-lam rangka meningkatkan motivasi guru dan prestasi belajar siswa kelas IV di 10 SDN Binaan Ke-camatan Sendang Kabupaten Tulungagung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian di-lakukan pada bulan Maret sampai bulan April 2016, yaitu dalam waktu 8 minggu, sesuai dengan jadwal pelajaran dari sekolah yang menjadi subyek penelitian. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah 10 SD Binaan Peneleiti di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan memperhatikan usaha yang dilakukan dalam penelitian ini dan berdasar tugas yang dilakukan oleh supervisor sekolah untuk membina dan memotivasi guru dalam mene-rapkan Metode Snowball Throwing dalam pembelajaran Matematika dan peningkatan prestasi sis-wa, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa peranan tugas supervisor sekolah dalam membina dan memotivasi guru, mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan Pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing. Metode Snowball Throwing sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Metode Snowball Throwing sangat sesuai untuk menumbuhkan kekritisan siswa dalam menganalisis, membedakan, menggeneralisasikan, dan menghipotesis permasalahan. Semakin intensif penerapan Metode Snowball Throwing semakin meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa. Semakin intensif menerapkan Metode Snowball Throwing, semakin meningkat jumlah atau persentase siswa mengalami ketuntasan belajar, jika dilaksanakan secara konsisten berdasarkan alur siklus yang benar.

Kata Kunci: Metode Snowball Throwing, Matematika, Kemampuan Guru

Pendidikan pada Era sekarang selalu muncul masalah-masalah baru seiring tuntutan per-kembangan zaman karena pada dasarnya sistem pendidikan nasional senantiasa di-kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan baik ditingkat lokal, nasional, maupun global. Menurut Fuad Ihsan (2013: 7) Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadi-annya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).

Tugas seorang Supervisor Sekolah sa-lah satunya adasa-lah bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas proses belajar meng-ajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/ bimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dan yang ter-masuk dalam wewenang supervisor sekolah antara lain memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, menciptakan tingkat kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang

(2)

mempengaruhi, dan menentukan dan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan.

Setelah peneliti melakukan pengamat-an pada 10 SD Binapengamat-an dapat diketahui jika prestasi belajar siswa Kelas IV pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Hal ini mungkin terjadi karena dalam pembelajaran Matematika guru sering menggunakan model pembelajaran ceramah. Dan model pembe-lajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Kegiatan terse-but tampak dari perilaku siswa yang cende-rung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan penda-pat tentang materi yang diberikan.

Dari permasalahan tersebut, sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, maka perlu dikembang-kan strategi pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah satunya adalah metode Snowball Throwing. Menurut Miftahul H. (2013:226), “Pembelajaran Snowball Throwing atau

Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang. Dalam konteks pembelajaran Snowball Throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru”.

Supervisor adalah orang atau badan yang melakukan kegiatan supervisi/ penga-wasan di sekolah. Maka kegiatan supervisi atau lebih tepatnya pengawasan ( Control-ling) adalah merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menjaga agar kegiatan pe-laksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Supervisor sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggara-an pendidikpenyelenggara-an pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rang-ka mencapai tujuan pendidirang-kan, meruparang-kan salah satu tanggung jawab dari supervisor sekolah.

Untuk itu supervisor sekolah harus me-miliki program yang terencana, terarah, terpadu, dan berkesinambungan. Di samping itu supervisor sekolah dalam menjalankan tugasnya harus berperan aktif dengan me-nonjolkan unsur pembinaan daripada unsur sebagai inspektur. Adapun rincian tugas su-pervisor sekolah, salah satunya adalah mem-berikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar/ bimbingan siswa. (Depdiknas, 2002).

Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat mempengaruhi keberha-silan pembelajaran. Guru yang memilki kemampuan tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif dan selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk pembe-lajaran siswa. suatu asumsi bahwa peningkat-an mutu pembelajarpeningkat-an di sekolah dapat dicapai melalui peningkatan mutu sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya). Walaupun diakui bahwa kompo-nen-komponen lain turut memberikan kon-tribusi dalam peningkatan mutu pembela-jaran. Peningkatan sumber daya manusia telah banyak dilakukan pemerintah, terutama peningkatan kompetensi guru. Usaha ini berupa peningkatan melalui pendidikan

(3)

maupun pelatihan, workshop, atau bentuk lainnya.

Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendi-dikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut per-soalan pendidikan formal di sekolah. Pen-didik atau guru merupakan tenaga pro-fesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbing-an dpembimbing-an pelatihpembimbing-an, serta melakukpembimbing-an penelitipembimbing-an dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2002).

Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan menarik. Pembelajaran Snowball Throwing

atau yang juga sering dikenal dengan Snowball Fight dari permainan fisik di mana segumpulan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembe-lajaran, Snowball Throwing diterapkan de-ngan melempar segumpulan kertas untuk me-nunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru.

Lemparan pertanyaan tidak mengguna-kan tongkat sebagaimana pada model Talking Stick, tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas manjadi sebuah bola kertas kemudian dilempar-lem-parkan kepada siswa lain. Siswa yang

dapat bola kertas lalu membuka dan men-jawab pertanyaan di dalamnya. (Miftahul Huda, 2013:226)

Pembelajaran ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Matematika muncul saat orang-orang mulai menentukan masalah-masalah rumit yang melibatkan kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan. (Wahyu M., 2011:5) Awal-nya masalah itu dijumpai dalam bidang per-dagangan, pengukuran tanah, dan astronomi. (Endang, 2012:113) Perkembangan ilmu pe-ngetahuan dan teknologi yang semakin cepat menuntut setiap manusia untuk mampu menyesuaikan diri guna mengikuti perubah-an-perubahan yang terjadi, serta mampu memecahkan masalah yang dihadapnya se-cara cermat, tepat dan kreatif. Maka tidak heran jika peradapan manusia berubah de-ngan pesat karena ditunjang oleh partisipasi matematika yang selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di sekolah binaan peneliti, ya-itu, di 10 SD Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. 10 SD Binaan peneliti yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SDN 1 Geger, SDN 2 Geger, SDN 3 Geger, SDN 1 Krosok, SDN 2 Krosok, SDN 3 Kedoyo, SDN 4 Kedoyo, SDN 4 Nyawangan, SDN 2 Picisan, dan SDIT AT TAQWA.

Sedangkan yang menjadi subyek pene-litian adalah 1 (satu) orang guru mata pelajaran Matematika (guru Kelas IV) dari masing-masing sekolah, sehingga jumlahnya sebanyak 10 orang.

(4)

Pelaksanaan penelitian ini melalui pu-taran-putaran spiral, yakni suatu daur ulang berbentuk spiral yang dimulai dari peren-canaan (planning), diteruskan dengan pelak-sanaan tindakan (acting), dan diikuti dengan pengamatan sistematik terhadap hasil tindak-an ytindak-ang dilakuktindak-an (observating), dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflecting), kemudian diulangi lagi dengan perencanaan tindakan berikutnya (replanning) dan seterusnya.

Dalam penelitian ini, untuk mendapat-kan data peneliti menggunamendapat-kan isntrumen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa, lembar soal pre-test dan post test, daftar hadir siswa, dan daftar nilai pre-test/pos-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sesuai de-ngan desain penelitian yang telah diuraikan adalah tes, observasi, dan catatan lapangan.

Penelitian ini menggunakan perpaduan antara teknik analisis data kualitatif dan tek-nik analisis data kuantitatif karena sebagian data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Analisis data kualitatif dari penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: (1) reduksi data, adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna; (2) paparan data, adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk naratif, representasi tabulasi termasuk dalam format matrik, grafis, dsb; (3) penyimpulan, adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang-telah diorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

Sedangkan analisis data kuantitatif da-lam penelitian ini akan menggunakan analisis data dengan jenis statistik Preskritif karena adanya data- data prestasi siswa yang

dihitung berdasarkan hasil pengamatan yang berupa skala nilai dan dimasukkan dalam tabel-tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Awal

Sebelum memasuki siklus penelitian, peneliti bersama kolaborator penelitian memberikan pertanyaan apresiasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap mata pelajaran Matematika materi “penjumlahan dan pengurangan pecahan” pada 10 SD Binaan Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Semester II Tahun pelajaran 2015/2016. Selanjutnya guru mela-kukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa. Di samping itu guru juga memberi tes kemampuan tentang materi penjumlahan dan pengu-rangan pecahan kepada siswa melalui “tes tertulis” atau pre Test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sesuai pokok bahas-an di atas sebelum dilaksbahas-anakbahas-an penelitibahas-an tindakan.

Dari hasil pengamatan yang telah dila-kukan oleh peneliti pada 10 SD Binaan dapat diketahui jika prestasi belajar siswa Kelas IV pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Hal ini mungkin terjadi karena dalam pembelajaran Matematika guru sering menggunakan model pembelajaran ceramah. Dan model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan men-catat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.

Sedangkan untuk hasil “Pre-Test” yang dilakukan terhadap siswa guna mendapatkan data awal, dapat dilihat pada tabel 1.

(5)

Tabel 1 Data Hasil Pre-Test sebelum siklus di 10 SD Binaan

No SD Binaan Jumlah Siswa Rata-rata Nilai Jumlah Siswa Yang Tuntas

1 SDN 1 Geger 23 64.04 11 2 SDN 2 Geger 21 65.71 11 3 SDN 3 Geger 24 65.00 11 4 SDN 1 Krosok 26 65.77 12 5 SDN 2 Krosok 28 66.07 16 6 SDN 3 Kedoyo 29 63.10 14 7 SDN 4 Kedoyo 24 64.58 11 8 SDN 4 Nyawangan 22 65.00 10 9 SDN 2 Picisan 27 62.96 12 10 SDIT AT TAQWA 30 62.67 13 Jumlah 254 644.91 121 Rata-rata 64.49

Tabel 2 Data Ketuntasan Belajar Siswa Di 10 SD Binaan Pada Pra Siklus

No SDN Binaan Tuntas Jumlah Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas Persentase Ketuntasan Tidak Tuntas

1 SDN 1 Geger 11 12 47.83 52.17 2 SDN 2 Geger 11 10 52.38 47.62 3 SDN 3 Geger 11 13 45.83 54.17 4 SDN 1 Krosok 12 14 46.15 53.85 5 SDN 2 Krosok 16 12 57.14 42.86 6 SDN 3 Kedoyo 14 15 48.28 51.72 7 SDN 4 Kedoyo 11 13 45.83 54.17 8 SDN 4 Nyawangan 10 12 45.45 54.55 9 SDN 2 Picisan 12 15 44.44 55.56 10 SDIT AT TAQWA 13 17 43.33 56.67 Jumlah 121 133 476.68 523.32 Rata-rata 47.67 52.33

Dari data tabel 1, terlihat jelas bahwa kemampuan siswa terhadap penguasaan ma-teri sebelum diterapkan Metode Snowball Throwing masih sangat rendah, yaitu rata-rata 64,49. Di samping itu, dilihat dari jumlah siswa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan (nilai 70), persentasenya tergambar sebagaimana dalam Tabel 2.

Dari data Table 2, terlihat jelas bahwa ketuntasan individual siswa terhadap pe-nguasaan materi sebelum diterapkan Metode

Snowball Throwing dalam pembelajaran Ma-tematika masih sangat rendah, yaitu hanya 121 dari 254 siswa atau hanya 47,67% saja siswa yang tuntas dalam dalam belajar.

Siklus I

Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilaksanakan pada si-klus ini adalah peneliti merencanakan pemberian contoh kepada guru tentang ta-hapan penerapan Metode Snowball Throwing

dalam pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Selanjutnya guru melaksanakan tahapan yang disarankan oleh peneliti, yaitu: merencanakan tindakan pembelajaran siswa dengan menggunakan Metode Snowball Throwing. Metode ini menekankan pada proses pembelajaran yang menerapkan menggunakan metode pendekatan diagnostik Preskritif, peranan guru lebih intensif, peran

(6)

siswa lebih leluasa, dan menggunakan penilaian berkelanjutan. Kegiatan ini terlihat dari saat guru bertanya jawab dengan siswa disertai dengan motivasi tentang belajar bagaimana belajar. Peneliti mempersiapkan media pembelajaran soal-soal post-test, dan lembar observasi, dan LKS.

Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan pembelajaran untuk siklus I dapat dijelaskan dalam langkah-langkah berikut: (1) Kegiatan Awal, meliputi (a) Guru meminta ketua kelas untuk memimpin siswa yang lain berdo’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing; (b) Guru mela-kukan absensi kehadiran siswa; (c) Guru memberikan penjelasan kepada siswa me-ngenai cara mengurangkan Pecahan; (d) Di-lanjutkan dengan melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Guru mem-bagi siswa ke dalam beberapa kelompok; (b) Guru memanggil masing-masing ketua ke-lompok untuk maju ke depan dan memberi-kan penjelasan tentang materi; (c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelom-poknya masing-masing, kemudian menjelas-kan materi yang disampaimenjelas-kan oleh guru ke-pada temannya; (d) Masing-masing siswa

mendapatkan 1 lembar kertas untuk menulis-kan 1 pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; (e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan di lempar dari 1 siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit; (f) Setelah siswa mendapatkan 1 bola/1 pertanyaan, guru memberikan kesem-patan kepada siswa untuk menjawab perta-nyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan; (b) Penegasan catatan siswa.

Pengamatan (Observing)

Pada saat tahap ini peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran Mate-matika dengan sub pokok bahasan “penjum-lahan dan pengurangan pecahan” melalui Metode Snowball Throwing. Pengamatan di-mulai ketika guru telah memberikan pen-jelasan dan motivasi-motivasi. Materi dije-laskan dengan menekankan pada kemam-puan siswa untuk menganalisis, memban-dingkan, menggeneralisasikan, serta meng-hipotesis suatu permasalahan. Adapun lebih detail hasil pengamatan kepada penerapan Pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing tertera dalam Tabel 3.

Tabel 3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Menerapkan Metode Snowball Throwing Di 10 SD Binaan Pada Siklus I

No Nama Guru Nama Sekolah % Rata-rata Jumlah Skor

1 MAMI SRIWINDARYATI, S.Pd. SDN 1 Geger 60.71

2 JUMIASIH, S.Pd. SDN 2 Geger 64.29

3 SRI UTAMI, S.Pd SDN 3 Geger 64.29

4 ROLIYAH, S.Pd SDN 1 Krosok 64.29

5 RINI DWI ATMI P., S.Pd SDN 2 Krosok 60.71

6 RIRIN TRI MIATI, S.Pd SDN 3 Kedoyo 64.29

7 ANGRAINI RETNO WULAN, S.Pd SDN 4 Kedoyo 60.71

8 RIRIS YUANTIKA, S.Pd SDN 4 Nyawangan 60.71

9 ENIK YUSWANTI, S.Pd SDN 2 Picisan 60.71

10 HARYATI, S.Pd.I SDIT AT TAQWA 67.86

Jumlah Skor 628.57

(7)

Tabel 4 Data Hasil Post-Test Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus I

No SD Binaan Jumlah Siswa Rata-rata Nilai Jumlah Siswa Yang Tuntas

1 SDN 1 Geger 23 73.91 15 2 SDN 2 Geger 21 73.81 14 3 SDN 3 Geger 24 72.50 17 4 SDN 1 Krosok 26 71.92 17 5 SDN 2 Krosok 28 71.43 19 6 SDN 3 Kedoyo 29 70.00 18 7 SDN 4 Kedoyo 24 71.25 17 8 SDN 4 Nyawangan 22 71.36 15 9 SDN 2 Picisan 27 70.00 18 10 SDIT AT TAQWA 30 71.33 21 Jumlah 254 717.52 171 Rata-rata 71.75

Tabel 5 Data Ketuntasan Belajar Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus I

No SDN Binaan Tuntas Jumlah Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas Persentase Ketuntasan Tidak Tuntas

1 SDN 1 Geger 15 8 65.22 34.78 2 SDN 2 Geger 14 7 66.67 33.33 3 SDN 3 Geger 17 7 70.83 29.17 4 SDN 1 Krosok 17 9 65.38 34.62 5 SDN 2 Krosok 19 9 67.86 32.14 6 SDN 3 Kedoyo 18 11 62.07 37.93 7 SDN 4 Kedoyo 17 7 70.83 29.17 8 SDN 4 Nyawangan 15 7 68.18 31.82 9 SDN 2 Picisan 18 9 66.67 33.33 10 SDIT AT TAQWA 21 9 70.00 30.00 Jumlah 171 83 673.71 326.29 Rata-rata 67.37 32.63

Dari data yang terdapat pada tabel di atas, terlihat jelas bahwa proses pembela-jaran yang dilakukan oleh guru-guru di 10 SD Binaan pada siklus I, masih sangat jauh dari target Pembelajarandengan menerapkan Metode Snowball Throwing (menggunakan metode pendekatan diagnostik preskriptif, peranan guru lebih intensif, peran siswa lebih leluasa, dan menggunakan Penilaian berke-lanjutan) yaitu hanya 62,86%.

Hasil Post test yang dilakukan terhadap siswa, pada siklus I ini belum menunjukkan perubahan yang maksimal. Persentasenya disajikan pada Tabel 4.

Data di atas jika dibandingkan dengan tes awal atau pre-test, telah ada kenaikan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Jika

pada pra siklus 121 siswa yang tuntas, maka pada siklus I ini ada 171 siswa yang tuntas dalam belajar. Di samping itu, dilihat dari jumlah siswa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan (nilai 70), per-sentasenya tergambar sebagaimana dalam Tabel 5. Dari data Tabel 5, jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum PTS, maka hasil PTS siklus I ini sudah ada peningkatan, yaitu sebelum PTS yang Tuntas sebanyak 121 anak (47,67%), sedang setelah PTS si-klus I yang tuntas sebanyak 171 anak (67,37%) yang berarti ada peningkatan sebanyak 50 anak (19,70%)

Selama proses ini berlangsung banyak ditemui hambatan-hambatan, antara lain: (a)

(8)

Siswa masih pasif dalam mengajukan mau-pun menjawab pertanyaan; (b) Peran siswa masih sangat rendah terutama dalam menen-tukan lamanya pencapaian kompetensi dasar; (c) Pada saat tanya jawab, siswa masih belum berani bertanya maupun menjawab sebelum membuka buku; dan (d) Siswa belum me-nguasai sub pokok bahasan.

Selain adanya hambatan-hambatan ter-sebut, selama proses itu juga dijumpai siswa yang sudah mampu dan lancar dalam tanya jawab dan memecahkan masalah sebagai gambaran penguasaan materi yang dimiliki siswa tersebut.

Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dilaksanakan setelah pelaksanaan tahap observasi. Caranya yaitu dengan mengumpulkan data yang berupa hasil observasi, penilaian (secara langsung dan hasil post-test siswa). Kemudian data-data ini diinterpretasikan apakah hasil tindakan berhasil atau tidak.

Berdasarkan hasil refleksi lembar ob-servasi oleh pengamat, dan lembar penilaian kemampuan penguasaan materi pembela-jaran setelah siklus I ini berakhir, maka dapat disimpulkan yaitu bahwa ternyata masih banyak kekurangan yang dilakukan oleh guru pelaksana, baik sebelum melakukan pembe-lajaran maupun sesudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing. Kekurangan yang harus diperbaiki antara lain: (a) Pada waktu proses pem-belajaran dengan Metode Snowball Throw-ing berlangsung, guru hendaknya mem-berikan penguatan-penguatan melalui pujian-pujian seperti ‘bagus’, ‘betul’, ‘hebat’, serta memotivasi kepada siswa agar siswa tertarik untuk mengikuti setiap pembahasan; (b) Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya lebih memberikan keleluasaan

kepada siswa untuk menentukan lamanya pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan; (c) Dalam menerapkan Metode

Snowball Throwing, hendaknya guru menjelaskan target yang diharapkan dalam pembelajaran itu; (d) Dalam menerapkan Metode Snowball Throwing, hendaknya guru melakukan penilaian berkelanjutan.

Siklus II

Perencanaan (Planning)

Pada siklus II ini kegiatan yang dila-kukan peneliti adalah berdiskusi dengan guru tentang upaya-upaya perbaikan penerapan sistem pembelajaran dengan Metode Snow-ball Throwing yang akan diterapkan pada siklus II. Selanjutnya guru melakukan saran-saran dari peneliti, yaitu merencanakan tin-dakan pembelajaran siswa dengan menggu-nakan Metode Snowball Throwing yang me-nekankan pada menggunakan metode pende-katan diagnostik Preskriptif, peranan guru le-bih intensif peran siswa lele-bih leluasa, dan menggunakan penilaian berkelanjutan. Guru dalam menerapkan hal ini disertai dengan motivasi kepada siswa agar dalam proses pembelajaran siswa termotivasi belajar ba-gaimana belajar. Adapun materi pembela-jaran pada siklus II ini adalah “penjumlahan dan pengurangan pecahan” sesuai dengan kurikulum mata pelajaran Matematika. Peneliti mempersiapkan soal-soal post-test, dan lembar observasi untuk guru dan siswa. Pokok-pokok kegiatan pada siklus II ini dengan mendasarkan pada hasil refleksi dari siklus I, yaitu antara lain: Pada waktu proses pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing berlangsung, guru hendaknya memberikan pengautan-penguatan melalui pujian-pujian seperti ‘bagus’, ‘betul’, ‘hebat, serta memotivasi kepada siswa agar siswa tertarik untuk mengikuti setiap pembahasan.

(9)

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya lebih memberikan kelelu-asaan kepada siswa untuk menentukan lama-nya pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. Hendaknya guru menjelaskan target yang diharapkan dalam pembelajaran itu. Dalam menerapkan Metode Snowball Throwing, hendaknya guru melakukan pe-nilaian berkelanjutan.

Pelaksanaan (Acting)

Untuk pelaksanaan pembelajaran sik-lus II dapat dijelaskan dalam langkah-lang-kah berikut: (1) Kegiatan Awal, meliputi: (a) Guru meminta ketua kelas untuk memimpin siswa yang lain berdo’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing; (b) Guru mela-kukan absensi kehadiran siswa; (c) Guru memberikan penjelasan kepada siswa me-ngenai cara mengurangkan Pecahan; (d) Di-lanjutkan dengan melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Guru mem-bagi siswa ke dalam beberapa kelompok; (b) Guru memanggil masing-masing ketua ke-lompok untuk maju ke depan dan memberi-kan penjelasan tentang materi; (c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelom-poknya masing-masing, kemudian men-jelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; (d) Masing-masing siswa mendapatkan 1 lembar kertas untuk menulis-kan 1 pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; (e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan di lempar dari 1 siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit; (f) Setelah siswa mendapatkan 1 bola/1 pertanyaan, guru memberikan kesem-patan kepada siswa untuk menjawab perta-nyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru membimbing siswa

dalam membuat kesimpulan; (b) Penegasan catatan siswa.

Pengamatan (Observing)

Pengamatan dimulai ketika guru telah memberikan penjelasan dan melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran dengan Metode

Snowball Throwing pada pembelajaran Matematika. Selama proses ini berlangsung banyak ditemui kemajuan-kemajuan antara lain: (a) Jumlah siswa yang aktif bertanya ja-wab semakin meningkat; (b) Perasaan senang siswa terhadap pembelajaran ini meningkat; (c) Kemampuan dan prestasi hasil belajar siswa meningkat; (d) Siswa yang mampu menganalisis, membedakan, menggeneral-isasikan, serta menghipotesis permasalahan meningkat cukup signifikan.

Peningkatan keterampilan siswa ini nampak karena adanya upaya peneliti dan guru yang konsisten, yaitu dengan memanfa-atkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya yang digunakan untuk perencanaan dan dilaksanakan pada siklus berikutnya sebagai gambaran, dapat kita lihat dalam Tabel 6.

Jika dibandingkan aktivitas guru dalam menerapkan Metode Snowball Throwing an-tara PTS siklus I dengan PTS siklus II, sudah ada peningkatan yang cukup tajam, yaitu per-bandingannya adalah 67,37 % dengan 92,79% (naik 25,42%). Data ini mengandung arti bahwa guru sudah melaksanakan pem-belajaran yang menerapkan prinsip-prinsip belajar tuntas atau pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing. Selama proses ini berlangsung banyak ditemui kemajuan-kemajuan antara lain: (a) jumlah siswa aktif meningkat; (b) siswa tidak lagi menunjukkan rasa takut dan minder; (c) siswa sudah menunjukkan termotivasi untuk belajar ba-gaimana belajar; (d) guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan

(10)

metode Snowball Throwing; (e) guru me-lakukan penilaian sesuai prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan. Pengamatan untuk siklus II yang dapat dilihat dari hasil penilaian oleh observer, bahwa Metode

Snowball Throwing dengan menekankan ke-pada terbentuknya sikap kritis siswa terhadap

berbagai permasalahan, dan motivasi, serta langkah-langkahnya yang dibuat oleh guru pelaksana, perlu dipertahankan dan diterap-kan pada pokok bahasan berikutnya. Sedang-kan hasil prestasi belajar siswa dapat dilihat pada nilai post-tes.

Tabel 6 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Menerapkan Metode Snowball Throwing Di 10 SD Binaan Pada Siklus II

No Nama Guru Nama Sekolah % Rata-rata Jumlah Skor

1 MAMI SRIWINDARYATI, S.Pd. SDN 1 Geger 85.71

2 JUMIASIH, S.Pd. SDN 2 Geger 78.57

3 SRI UTAMI, S.Pd SDN 3 Geger 78.57

4 ROLIYAH, S.Pd SDN 1 Krosok 89.29

5 RINI DWI ATMI P., S.Pd SDN 2 Krosok 85.71

6 RIRIN TRI MIATI, S.Pd SDN 3 Kedoyo 89.29

7 ANGRAINI RETNO WULAN, S.Pd SDN 4 Kedoyo 82.14

8 RIRIS YUANTIKA, S.Pd SDN 4 Nyawangan 75.00

9 ENIK YUSWANTI, S.Pd SDN 2 Picisan 92.86

10 HARYATI, S.Pd.I SDIT AT TAQWA 89.29

Jumlah Skor 846.43

Rata-rata Skor 84.64

Tabel 7 Data Hasil Post-Test Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus II

No SD Binaan Jumlah Siswa Rata-rata Nilai Jumlah Siswa Yang Tuntas

1 SDN 1 Geger 23 86.52 21 2 SDN 2 Geger 21 88.10 20 3 SDN 3 Geger 24 88.33 22 4 SDN 1 Krosok 26 87.31 23 5 SDN 2 Krosok 28 88.21 27 6 SDN 3 Kedoyo 29 87.59 26 7 SDN 4 Kedoyo 24 85.42 22 8 SDN 4 Nyawangan 22 90.00 20 9 SDN 2 Picisan 27 87.78 25 10 SDIT AT TAQWA 30 90.33 30 Jumlah 254 879.59 236 Rata-rata 87.96

Tabel 8 Data Ketuntasan Belajar Hasil Post-test di 10 SD Binaan Pada Siklus II

No SDN Binaan Tuntas Jumlah Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas Persentase Ketuntasan Tidak Tuntas

1 SDN 1 Geger 21 2 91.30 8.70 2 SDN 2 Geger 20 1 95.24 4.76 3 SDN 3 Geger 22 2 91.67 8.33 4 SDN 1 Krosok 23 3 88.46 11.54 5 SDN 2 Krosok 27 1 96.43 3.57 6 SDN 3 Kedoyo 26 3 89.66 10.34 7 SDN 4 Kedoyo 22 2 91.67 8.33 8 SDN 4 Nyawangan 20 2 90.91 9.09 9 SDN 2 Picisan 25 2 92.59 7.41 10 SDIT AT TAQWA 30 0 100.00 0.00 Jumlah 236 18 927.92 72.08 Rata-rata 92.79 7.21

(11)

Hasil Post test yang dilakukan terhadap siswa, pada siklus II ini juga menunjukkan perubahan yang sangat baik. Persentasenya ditampilkan dalam Tabel 7.

Jika dibandingkan kemampuan siswa antara sebelum PTS dengan setelah PTS siklus II, nilai rata-ratanya sudah ada peningkatan, yaitu perbandingannya adalah 71,75 dengan 87,96. Hal ini berarti sudah ada kenaikan yaitu sebesar 16,21%.

Di samping itu dilihat dari jumlah siswa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan (nilai 70) persentasenya tergambar sebagaimana dalam Tabel 8.

Dari data di atas, jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum PTS siklus II, maka hasil PTS siklus II ini semakin meningkat, yaitu setelah PTS siklus II yang tuntas sebanyak 236 anak (92,79%).

Refleksi

Hasil penilaian pada lembar observasi di siklus II, makin menunjukkan peningkatan yang sangat berarti, baik dari segi kemam-puan berpikir kritis (menganalisis, mem-bedakan, menggeneralisasikan, menghipo-tesis), maupun hasil dari post-test. Setelah menerangkan tentang pokok bahasan, sebaiknya seorang guru memberikan ke-sempatan kepada siswa untuk bertanya ten-tang hal-hal yang tidak dimengerti, sebelum memberikan tugas selanjutnya.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan data sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam pendahuluan, dapat diterima. Hipotesis itu terbukti setelah diadakan penelitian/observasi selama 2 si-klus. Bunyi hipotesisnya adalah “Melalui supervisi berkelanjutan yang dilakukan supervisor sekolah dalam membina guru diharapkan mampu dan dapat meningkatkan

keterampilan guru dalam menerapkan Meto-de Snowball Throwing untuk meningkatkan prestasi siswa di 10 SDN Binaan Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Tahun 2015/2016 Semester II”.

Sebagai gambaran untuk memperjelas keberhasilan PTS ini, dapat kita lihat data dan grafik perbandingan antara kemampuan siswa pada siklus I dan setelah siklus II di bawah ini.

Tabel 9 Perbandingan Penerapan Pembelajaran Dengan Metode Snowball Throwing dan Kemampuan Siswa Di 10 SDN Binaan Kecamatan Sendang Kabupaten Tu-lungagung Antara Siklus I dan II

No Jenis Kemampuan Siklus I Siklus II

1 Nilai Rata-rata 71.75 87.96 2 % Ketuntasan 67.37 92.79 3 Aktivitas guru 62.86 84.64

Dari data di atas dapat digambarkan dalam Gambar 1.

PENUTUP Kesimpulan

Dengan memperhatikan usaha yang dilakukan dalam penelitian ini dan berdasar tugas yang dilakukan oleh supervisor sekolah untuk membina dan memotivasi guru dalam menerapkan Metode Snowball Throwing

dalam pembelajaran Matematika dan peningkatan prestasi siswa, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa peranan tugas supervisor sekolah dalam membina dan memotivasi guru, mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan Pembelajaran dengan Metode

Snowball Throwing. Metode Snowball Throwing sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Metode

Snowball Throwing sangat sesuai untuk menumbuhkan kekritisan siswa dalam menganalisis, membedakan, menggenerali-sasikan, dan menghipotesis permasalahan.

(12)

Semakin intensif penerapan Metode

Snowball Throwing semakin meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa. Semakin intensif menerapkan Metode Snowball Throwing, semakin meningkat jumlah atau persentase siswa mengalami ketuntasan belajar, jika dilaksanakan secara konsisten berdasarkan alur siklus yang benar.

Dengan sendirinya hipotesis yang me-nyatakan: “Melalui supervisi akademik yang dilakukan supervisor sekolah dalam membi-na guru diharapkan mampu dan dapat me-ningkatkan kemampuan guru kelas IV dalam menerapkan Metode Snowball Throwing

untuk meningkatkan prestasi siswa di 10 SDN Binaan Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Tahun 2015/2016 Semester II”, adalah benar dan dapat diterima.

Saran

Dengan selesainya penelitian ini bukan berarti selesai pula upaya supervisor dalam memberikan contoh-contoh kepada guru. Upaya memberi contoh-contoh kepada guru perlu terus dikembangkan oleh supervisor sekolah yang lain dan dengan subyek yang berbeda. Studi mengenai Metode Snowball Throwing harus lebih ditingkatkan dalam

penelitian-penelitian metode pembelajaran yang lain yang mungkin lebih dapat menumbuhkan motivasi yang lebih besar lagi, untuk itu peneliti ingin memberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua komponen pendidikan, yaitu: (a) Hasil penelitian ini hendaknya semakin me-macu supervisor sekolah untuk lebih meng-intensifkan dalam memberi contoh-contoh Pembelajaran yang lebih memungkinkan dapat meningkatkan keaktifan siswa serta meningkatkan prestasi hasil belajar siswa; (b) Dalam upaya menumbuhkan motivasi berprestasi siswa hendaknya tiap melaksana-kan pembelajaran menggunamelaksana-kan Metode

Snowball Throwing. Melaksanakan Metode

Snowball Throwing berarti memberikan ke-sempatan yang sama kepada seluruh siswa untuk bersikap kritis maupun mencapai prestasi baik dari tingkatan pandai, sedang maupun rendah; (c) Hasil penelitian ini sa-ngat bermanfaat pada pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan berbasis se-kolah. Oleh karena itu perlu dilakukan per-baikan-perbaikan pada proses KBM yang ada di sekolah diantaranya metode pembelajaran yang diterapkannya.

Gambar 1 Peningkatan Ketrampilan Guru Dan Prestasi Belajar Siswa Di 10 SDN Binaan Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Antara Siklus I dan II

71.75 67.37 62.86 87.96 92.79 84.64 Nilai Rata-rata % Ketuntasan Aktivitas Guru Siklus II Siklus I

(13)

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas.2002. Pedoman Pengawasan Pendidikan, Pembinaan Pemuda, dan Pembinaan Olah Raga. Jakarta: Depdiknas.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pe-ngajaran dan Pembelajaran I. Ma-lang: Pustaka Pelajar.

Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Minari, Endang Setyo, dan Sri Harmini. 2012. Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Plandi Yoga Dwi Saputrangsih, Wahyu.

2011. Para Pendekar Matematika Dari Yunani Hingga Persia. Jogjakarta: DIVA Press.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 1 Data Hasil Pre-Test sebelum siklus di 10 SD Binaan
Tabel 3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Menerapkan Metode Snowball Throwing Di 10 SD  Binaan Pada Siklus I
Tabel 4 Data Hasil Post-Test Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus I
Tabel 7 Data Hasil Post-Test Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada pencernaan lemak oleh lipase pancreas, ada salah satu tabung timbul warna merah muda lebih cepat dari yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan besarnya asam lemak

Cronos Mandiri Utama, penulis menarik kesimpulan bahwa rancangan Data Warehouse yang tersedia memiliki sifat aksesibilitas dan integritas yang tinggi sehingga dapat digunakan

Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada

Data-data sekunder yang digunakan da- lam penyusunan model ini didapat dari hasil penelitan tersebut yang didisain untuk mendapat- kan komposisi isotop keadaan steady state dari

panjang dengan cara klik insert > shapes > lalu pilih rounded rectangle lalu drag mouse ke kanan sehingga terbentuk sebuah persegi panjang. Pilih

Dengan menggunakan metode k-means clustering , peneliti mencoba untuk mengekstrak pengetahuan yang bisa menggambarkan kinerja prestasi akademik mahasiswa pada akhir semester dan

Penanganan korban KDRT (Sumber: Endang Sumiarni,2004).. undang-undang ini, atau jaminan perlindungan hukum bagi yang akan melaporkan. Para informan melihat bahawa komunikator

1) Untuk memperbaiki terms of trade (TOT). 2) Untuk melindungi industri yang baru tumbuh ( infant industry ) terhadap persaingan industri luar negeri yang lebih besar dan