• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA SE-KECAMATAN RIMBO BUJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA SE-KECAMATAN RIMBO BUJANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA

SE-KECAMATAN RIMBO BUJANG

OLEH

ROMAULI AFNI PASARIBU

A1C309049

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA

SE-KECAMATAN RIMBO BUJANG

OLEH

ROMAULI AFNI PASARIBU

(Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi)

Pembimbing: (I) Dra. Hj. Astalini, M.Si. (II) Drs. Darmaji, M.Si.

ABSTRAK

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pembelajaran, guru harus menyediakan atau menciptakan ruang yang luas dan iklim yang kondusif untuk berkembangnya kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa angka-angka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika pada siswa kelas X SMA se-Kecamatan Rimbo Bujang. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif jenis korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA se-Kecamatan Rimbo Bujang yang seluruhnya berjumlah 252 orang. Sampel penelitian adalah 50 siswa, menggunakan metode proporsional random sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen berupa angket kecerdasan emosional dan tes hasil belajar fisika. Instrumen angket kecerdasan emosional yang digunakan disusun oleh peneliti dan dilakukan uji coba terlebih dahulu di luar sampel. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis korelasi pearson product moment.

Dari hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,875 pada α = 0,05 yang berarti hubungan kuat/tinggi. Untuk pengujian signifikan, diperoleh thitung > ttabel atau 12,625 > 2,01063. Sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA se-Kecamatan Rimbo Bujang.

Dari hasil penelitian disarankan agar siswa, guru, sekolah dan orang tua lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan bekal yang baik untuk masa yang akan datang. Kata Kunci: hubungan, kecerdasan emosional, hasil belajar

(3)

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN PUSTAKA III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V. KAJIAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

(4)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA

SE-KECAMATAN RIMBO BUJANG

Oleh: “Romauli Afni Pasaribu”

RINGKASAN

Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi diperlukan Kecerdasan Intelektual (IQ) yang juga tinggi. Namun, menurut hasil penelitian terbaru dibidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada siswa kelas X SMA Se-Kecamatan Rimbo Bujang.

Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,875 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA se-kecamatan Rimbo Bujang.

I. PENDAHULUAN

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (Aunurrahman, 2009). Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional.

Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Iintellegence Quotient (IQ) yang tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensi yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Adapun hakikat intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi, misalnya pada saat ulangan harian, ujian mid, ujian semester. Siswa yang biasanya memperoleh nilai tinggi, pada saat tertentu bisa saja mendapat nilai yang tidak memuaskan.

(5)

Oleh sebab itu maka melalui kegiatan pembelajaran, guru harus menyediakan atau menciptakan ruang yang luas adan iklim yang kondusif untuk berkembangnya kecerdasan emosional

Penerapan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik pembelajaran (Aunurrahman, 2009). Untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional perlu diawali dengan pemahaman guru tentang kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang cara-cara penerapannya. Karena itu penting bagi guru untuk mengkaji aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi melalui proses pembelajaran sehingga diharapkan semuanya dapat bermuara pada peningkatan potensi-potensi anak secara optimal.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar

Pada hakikatnya setiap proses akan memiliki hasil. Begitu juga dengan belajar, dengan berkahirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2009) mengemukakan pengertian hasil belajar sebagai berikut:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2010) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a. Faktor Intern

Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor inter dapat dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,

(6)

ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik,

kesehatan badanya harus tetap terjamin.Keadaan cacat tubuh

mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. 2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan sebagai akibat, hasil belajarnya menjadi rendah atau menurun.

3. Faktor Kelelahan

Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Terdapat banyak pendapat yang mengemukakan hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar. Senada dengan hal itu, Arikunto dan Jabar (2004) juga menyatakan bahwa,

Kesuksesan hasil belajar siswa dapat diketahui melalui kegiatan penilaian. Upaya pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran adalah kunci keberhasilan untuk mencapai hasil belajar peserta didik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik, yaitu:

1. Keadaan fisik atau psikis siswa, yang ditunjukkan oleh IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, keuletan, dan minat.

2. Guru yang mengajar dan membimbing siswa, seperti latar belakang

penguasaan ilmu, kemampuan mengajar, dan perlakuan guru terhadap siswa.

3. Sarana pendidikan, yaitu ruang tempat mengajar, alat-alat belajar, media yang digunakan guru, dan buku sumber belajar.

2.3 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling mendalam, dan merupakan suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi (Aunurrahman, 2009).

(7)

Menurut Goleman (2007) IQ dan kecerdasan emosional bukanlah keterampilan- keterampilan yang saling bertentangan, melainkan keterampilan- keterampilan yang sedikit terpisah. Selain itu kecerdasan emosional tidaklah ditentukan sejak lahir dan dapat dibentuk. Kecerdasan emosional mencakup penguasaan dalam menangani hubungan sosial; “popular” dan “menyenangkan” adalah istilah yang digunakan untuk orang- orang yang kita sukai sebab kecakapan emosional mereka membuat kita merasa nyaman.

Pada tahun- tahun terakhir ini sekelompok ahli psikologi yang jumlahnya semakin banyak sampai pada kesimpulan- kesimpulan yang serupa, sepakat dengan Gardner bahwa konsep- konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistic dan matematika yang sempit, dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya menjadi ramalan sukses di kelas atau sebagai professor, tetapi semakin lama semakin melenceng seiring dengan jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademik. Dan jalur tersebut menuntun kembali pada kecerdasan “pribadi” atau kecerdasan emosional (Goleman, 2007).

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari:

Kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.

Disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengendalikan diri, keemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan kemampuan dalam mengenali emosi orang lain (empati).

2.4 Ciri- ciri Kecerdasan Emosional

Salovey dalam Goleman (2007) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

1. Mengenali Emosi Diri : Kesadaran mengenali-mengenali perasaan sewaktu

perasaan itu terjadi-merupakan dasar kecerdasan emosional. Orang-orang yang memiliki keyakinan lebih tentang perasaanya adalah pilot yang andal bagi mereka, karena mereka memiliki kepekaan lebih terhadap perasaan yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.

2. Mengelola Emosi: Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap secara tepat. Kecakapan ini tergantung pada kemampuan mengenali emosi diri. Termasuk dalam kecakapan ini adalah bagaimana menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang

(8)

tidak cakap dalam keterampilan ini akan terus-menerus melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dalam keterampilan ini dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan keruntuhan dalam kehidupan.

3. memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting kaitannya dengan perhatian, memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Mengendalikan emosi diri meliputi menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Disamping itu mampu menyesuaikan diri dalam flow (hanyut dalam pekerjaan) memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang yang memiliki ketrampilan ini jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

4. Mengenali Emosi Orang lain: Empati, Empati merupakan kemampuan yang

juga bergantung kepada kesadaran diri emosional. Empati merupakan keterampilan bergaul yang mendasar. Orang yang empatik jauh lebih mampu menangkap sinyal sosial yang tersebunyi, yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

5. Membina Hubungan. Sebagian besar seni membina hubungan merupakan

keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan sosial ini menunjang popularitas kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain. Mereka adalah bintang-bintang pergaulan.

Ciri-ciri kecerdasan emosional di atas, dapat dipahami bahwa kecerdasan emosional sangat dibutuhkan oleh manusia dalam rangka mencapai kesuksesan, baik dibidang akademmis, karir, maupun kehidupan sosial.

2.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Goleman dalam Arnimabruria (2012) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu yaitu:

(a)Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi melalui ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa. Kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari.

(b)Lingkungan non keluarga. Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.

Senada dengan hal itu Le Dove dalam Arnimabruria (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:

(a) Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian

(9)

otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.

(1) Konteks. Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira-kira 3 milimeter yang membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan penting dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Konteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.

(2) System limbic. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbic meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.

(b) Psikis. Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara fisik terletak di bagian otak yaitu konteks dan sistem limbic, secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak adalah faktor kondisi fisik dan kesehatan, tingkat intelegensi, lingkungan sosial, dan keluarga. Anak yang memiliki kesehatan yang kurang baik dan sering lelah cenderung menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan disiplin yang berlebihan cenderung lebih emosional. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kecerdasan emosi anak dimana anak yang dimanja, diabaikan atau dikontrol dengan ketat (overprotective) dalam keluarga cenderung menunjukkan reaksi emosional yang negatif (Arnimabruria, 2012).

Menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kecerdasan emosi yaitu:

a. Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin Kamis.

b. Faktor pelatihan emosi

Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun

(10)

akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.

c. Faktor pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.

2.6Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas. Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Menurut Meier (2002) dalam Syah emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.

Gottman dalam Wahyuningsih (2004) mengatakan bahwa “Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi

(11)

lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik”.

Sebuah hasil dari penelitian terdahulu, menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau

kemampuan dininya untuk membaca,

melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial : yakni pada diri sendiri dan mempunyai minat tabu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk mampu menunggu, mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan. Berita mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk menurut laporan tersebut, tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini (tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif seperti kertidakmampuan belajar) (Goleman, 2007).

2.7 Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Populasi

Sampel

Proses Belajar Mengajar

Data Angket Kecerdasan Emosional Kelas X SMA se-Kecamatan Rimbo Bujang

Analisis Statistik

Uji Normalitas dan homogenitas Uji Coba Angket

Kecerdasan Emosional

Uji Coba Soal Kinematika Gerak Lurus dan Hukum Newton tentang Gerak

Data Tes hasil Belajar Fisika Kelas X SMA se-Kecamatan Rimbo Bujang Instrumen Angket

Kecerdasan Emosional

Instrumen Soal Tes Hasil Belajar Fisika

(12)

III. METODE PENELITIAN

Menurut Arikunto (2010), “Data adalah hasil catatan penelitian, baik yang berupa fakta maupun angka”. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diambil secara langsung dari angket kecerdasan emosional siswa dan nilai tes hasil belajar fisika siswa. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari angket kecerdasan emosional siswa dan hasil belajar fisika siswa dari sampel penelitian berupa nilai kognitif. Data ini digunakan untuk menguji hipotesis.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak sekolah mengenai jumlah siswa dan nilai ujian nasional siswa. Data ini digunakan untuk menentukan sampel penelitian.

Teknik pengumpulan data dilakukan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Mengambil data jumlah kelas dan jumlah siswa kelas X SMA se-kecamatan Rimbo Bujang

b. Menyiapkan uji coba angket kecerdasan emosional dan uji coba tes hasil belajar,

c. Mengkonsultasikannya uji coba instrumen penelitian kepada dosen ahli, untuk angket kecerdasan emosional dikonsultasikan oleh dosen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Jambi dan soal uji coba kepada dosen pembimbing.

d. Menyebarkan angket uji coba dan uji coba tes hasil belajar,

e. Menganalisis angket kecerdasan emosional dan tes hasil belajar yang memenuhi kriteria sebagai instrumen penelitian yang baik.

2. Tahap pelaksanaan

Membagikan angket kecerdasan emosional dan tes hasil belajar yang telah ditentukan.

3. Tahap Akhir

Menganalisis lembar observasi aktivitas belajar siswa dan jawaban soal tes hasil belajar serta menganalisis korelasinya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi rendahnya hasil belajar disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program balajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Tes hasil belajar yang diukur adalah pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki siswa (soal hafalan) dan bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan soal-soal yang ada (soal hitungan, analisis masalah). Hasil belajar biasanya ditunjukkan dalam bentuk huruf atau angka, yang tinggi rendahnya menunjukkan seberapa jauh siswa telah menguasai bahan yang telah diberikan. Berdasarkan analisis

(13)

data penelitian menunjukkan korelasi (rxy) sebesar 0,875, dan dari uji signifikansi diperoleh bahwa thitung > ttabel atau 12,625 > 2,01063. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika pada siswa kelas X SMA se-Kecamatan Rimbo Bujang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan ungkapan ahli yaitu menurut Slameto (2010), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, dimana salah satu faktor internal memasukkan faktor psikologis sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini membuktikan hubungan antara faktor-faktor yang mepengaruhi hasil belajar, dimana faktor psikologis (internal) memiliki peranan dalam mencapai hasil belajar siswa. Dimana siswa dengan kondisi kecerdasan emosional tinggi akan dapat meraih hasil belajar tinggi, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian semakin tinggi kecerdasan emosional siswa maka akan berdampak baik pula terhadap hasil belajar, begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional siswa, maka akan berdampak buruk pula terhadap hasil belajarnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada SPSS versi 16.0 for windows dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA se-kecamatan Rimbo Bujang dengan nilai korelasi (r) = 0,875.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan:

1. Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan emosional yang berperan dalam keberhasilan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya, maka disarankan kepada pihak sekolah terutama guru-guru pengajar agar memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosioal dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi para meneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya di dalam pengambilan data tentang prestasi belajar tidak menggunakan seluruh mata pelajaran melainkan difokuskan pada satu mata pelajaran saja sehingga hasil dari data tersebut sesuai dengan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun. Bandung: Penerbit Nuansa.

(14)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

_________________. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. dan Jabar, S. A. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aunurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Dimyati., Mudjiono,. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Goleman, Daniel. 2007. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Hadi, Sutrisno. 1996. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Muhidin, S. A., Abdurahman, M,.2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur. Bandung: Pustaka Setia.

Nazir, Moch.1988. Metodologi Penelitia Cetakan 3. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Rachmatin, Dewi. Pelatihan SPSS. Modul Disajikan pada hari Sabtu, 6 Maret 2010 pada Acara Pelatihan SPSS Untuk Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Sinurat, R. J. 2010. Analisis Kecerdasan Emosional dan hubungannya dengan hasil belajar pada pembelajaran ikatan kimia di kelas X SMA N 1 Muara Jambi. Skripsi : FKIP Universitas Jambi, Jambi

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Wahyuningsih, Amalia Sawitri. 2004. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas Ii Smu Lab School Jakarta Timur. Skripsi : Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Jakarta

(15)

Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Maka berdasarkan pengujian black box yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sistem informasi pemetaan strata desa siaga aktif dengan metode AHP telah

Terkait dengan penyusunan Skripsi dengan judul ..., dengan ini kami mengharap kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan izin penelitian kepada

You could find the web link that our company offer in site to download and install A New Introduction To Bibliography By Philip Gaskell By acquiring the budget friendly price as well

Manfaat penelitian ini yaitu: (1) Manfaat Bagi Siswa meliputi: (a) Dapat meningkatkan dan memotivasi semangat belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas II

Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi dari setiap variabel independen akan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel

Memang pada ayat (4) menyebutkan : Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan sebagai mana di maksud dalam ayat (3), apabila diajukan upaya hukum

Dikatakan ada hubungan Dynamic Stretching dengan kelincahan penghobi futsal member champions singosari karena perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi pada tubuh

Kebijakan Hutang memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dengan nilai koefisien negatif, artinya semakin tinggi hutang akan meningkatkan beban bunga