• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT PENENTUAN JENIS-JENIS SISTEM BERBASIS GELAS. (Skripsi) Oleh IRMA RIA FERDIANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT PENENTUAN JENIS-JENIS SISTEM BERBASIS GELAS. (Skripsi) Oleh IRMA RIA FERDIANTI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PENENTUAN JENIS-JENIS SISTEM BERBASIS GELAS

(Skripsi)

Oleh

IRMA RIA FERDIANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(2)

ii ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT PENENTUAN JENIS-JENIS SISTEM BERBASIS GELAS

Oleh

IRMA RIA FERDIANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mendeskripsikan desain, kelayakan, keberfungsian, tanggapan guru dan siswa serta faktor pendukung dan kendala selama proses pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas. Desain penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan Borg dan Gall. Tahap uji keberfungsian pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pembel-ajaran Kimia FKIP Universitas Lampung dan tahap uji coba lapangan awal di-lakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Hasil uji keberfungsian alat prak-tikum yang dikembangkan, diperoleh kriteria keberfungsian alat sangat tinggi dengan persentase 100%. Hasil tanggapan guru dan siswa pada uji coba lapangan awal juga memiliki kriteria kelayakan sangat tinggi dengan persentase masing-masing 90.28% dan 100%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa alat praktikum yang dikembangkan memiliki kriteria kelayakan sangat tinggi se-hingga layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

(3)

iii PENGEMBANGAN ALAT PENENTUAN JENIS-JENIS SISTEM

BERBASIS GELAS

Oleh

IRMA RIA FERDIANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(4)
(5)
(6)
(7)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gedung Rejo Sakti Kec. Penawar Aji Kab. Tulang Bawang pada tanggal 4 Mei 1993 sebagai putri pertama dari dua bersaudara buah hati Abah Sitongi MZ dan Ibu Supriyani.

Pendidikan formal diawali dari SD Negeri 1 Gedung Rejo Sakti tahun 1999, kemudian dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP MMT 5 Penawar Aji pada tahun 2005 dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Meraksa Aji pada tahun 2008.

Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, pernah bertanggung jawab sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Kimia Anorganik 1 serta asisten Tutorial mata kuliah Kimia Dasar 1 dan Kimia Dasar 2. Semasa kuliah penulis mendapat Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik. Tahun 2015 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMP N 3 Bandar Negeri Suoh, Kec. Bandar Negeri Suoh, Kab. Lampung Barat.

(8)

i PERSEMBAHAN

Teruntuk Mamak dan Abah yang senantiasa sabar dalam mendidik Ananda, tiada lelah berjuang ditengah kerasnya kehidupan, tiada henti mendoakan kesuksesan

untuk anak-anaknya disetiap sujud panjangnya. Senantiasa sabar dalam menunggu kepulangan dan kesuksesan Ananda. Semoga Allah SWT membalas

pengorbanan Mamak dan Abah.

Teruntuk kedua adikku, mbok, mbah dan seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa memberikan spirit dan kasih sayangnya.

Teruntuk Sahabat-sahabatku yang tak pernah lelah membagi cerita, cinta, canda, suka, duka, tangis, dan tawa.

Teruntuk Almamater tercinta Universitas Lampung yang mendewasakanku dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan

(9)

ii MOTTO

“Segala yang sulit pasti ada kalanya jadi mudah jadi bersabarlah ( Irma Ria Ferdianti )

karena

Kami akan memperhatikan perhatian sepenuhnya kepadamu wahai (golongan) manusia dan jin!

(10)

iii SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hi- dayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah Muhammad SAW atas suri tauladan serta syafa’atnya kepada seluruh umat manusia.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia dan Pembimbing I atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, perhatian, saran dan kritik, dalam proses penyelesaian kuliah dan

penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si., selaku Pembahas atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan serta penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Lisa Tania, S.Pd. M.Sc., selaku Pembimbing II atas kesediaan-nya memberi bimbingan, masukan, kritik dan saran, serta motivasi. 6. Bapak Mahfudz Fauzi, S.Pd., M.Sc., selaku pembimbing pengembangan

(11)

iv alat dan validator atas masukan, kritik dan saran, bimbingan, serta

motivasi.

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memfasilitasi penulis dalam menuntut ilmu selama lebih dari tiga tahun ini.

9. Sahabat-sahabat yang berjuang bersama Mega, Ayu Ulva HY, Iis, suyanti, Desi, Yossie, Windawati, yang terus memberikan semangat.

10. Sahabat satu tim pengembangan alat Dita, Didi, Ari, Agung, Dika, Ratna, Ervi, Nova dan Rahma yang saling menyemangati.

11. Ayah dan Ibu atas segala pengorbanan, dukungan, nasehat, serta bimbingannya.

12. Adik-adikku tercinta, atas semangat dan keceriaan, serta seluruh keluargaku. 13. Sahabat-sahabat pendidikan kimia angkatan 2012

14. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

Akhir kata, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 28 Juli 2016 Penulis,

(12)

v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR ... ix 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA A. Sarana dan Prasarana... 9

B. Alat Praktikum ... 10

1. Definisi alat praktikum ... 10

2. Peranan alat praktikum ... 12

3. Syarat-syarat pengembangan alat praktikum... 13

C. Alat Praktikum Berbasis Gelas ... 14

3. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 16

B. Alur Pengembangan ... 16

1. Penelitian dan pengumpulan data... 17

2. Perancangan ... 19

3. Pengembangan draf awal ... 19

(13)

vi

5. Revisi hasil uji coba lapangan awal ... 22

C. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 22

D. Sumber Data dan Data Penelitian... 22

E. Instrumen Penelitian... 23

1. Instrumen pada tahap penelitian dan pengumpulan data ... 23

2. Instrumen pada tahap pengembangan draf awal ... 24

3. Instrumen pada tahap uji coba lapangan awal... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 25

G. Analisis Data ... 26

1. Mengolah data penelitian dan pengumpulan data ... 26

2. Mengolah data pengembangan draf awal dan uji coba lapangan awal ... 27

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penelitian dan Pengumpulan Data... 30

1. Hasil studi pustaka ... 30

2. Hasil studi lapangan ... 31

B. Perencanaan... 34

C. Pengembangan Draf Awal ... 36

1. Desain alat praktikum... 36

2. Validasi desain alat praktikum ... 41

3. Revisi desain alat praktikum ... 44

4. Pengembangan alat praktikum ... 45

5. Validasi alat praktikum ... 47

6. Revisi alat praktikum ... 51

7. Uji keberfungsian ... 51

D. Uji Coba Lapangan Awal ... 54

1. Hasil tanggapan guru terhadap kelayakan alat praktikum... 55

2. Hasil tanggapan siswa terhadap kelayakan alat praktikum ... 58

E. Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 60

F. Faktor Pendukung dan Kendala-Kendala dalam Pengembangan Alat Praktikum ... 60

(14)

vii

5. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 62

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN 1. Hasil wawancara Guru tahap penelitian dan pengumpulan data ...67

2. Hasil kuesioner siswa tahap penelitian dan pengumpulan data ...69

3. Hasil Validasi Desain Alat oleh Validator 1 ...71

4. Hasil Validasi Desain Alat oleh Validator 2 ...74

5. Rekapitulasi Hasil Validasi Desain Alat oleh Validator 1 dan 2 ...77

6. User Manual Alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas...78

7. Penuntun Praktikum Jenis-Jenis Sistem...82

8. Hasil Validasi Alat oleh Validator 1 ...85

9. Hasil Validasi Alat oleh Validator 2 ...88

10. Rekapitulasi Hasil Validasi Alat Penentuan oleh Validator 1 dan 2...91

11. Rekapitulasi Hasil Uji Keberfungsian Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas ...92

12. Hasil Kuesioner Tanggapan Guru Mitra 1 terhadap Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas ...93

13. Hasil Kuesioner Tanggapan Guru Mitra 2 terhadap Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas ...96

14. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Guru Mitra 1 dan 2 terhadap Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas ...99

15. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa terhadap Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas...100

16. Dokumentasi Uji Keberfungsian Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas di FKIP Universitas Lampung ...101

17. Dokumentasi Uji Coba Lapangan Awal Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung ...106

18. Surat Keterangan Penelitian...111

19. Daftar Hadir Seminar Proposal ...113

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penskoran pada kuesioner... 27 2. Tafsiran skor (persentase) kuesioner... 29

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap-tahap penelitian dan pengembangan ... 16

2. Alur pengembangan alat ... 18

3. Hasil Pengisian Kuisioner Siswa ... 33

4. Desain awal alat (a) sistem terbuka, (b) sistem tertutup, (c) sistem terisolasi ... 37

5. Desain kedua alat praktikum (a) sistem terbuka, (b) sistem tertutup, (c) sistem terisolasi ... 39

6. Desain ketiga alat praktikum (a) sistem terbuka, (b) sistem tertutup, (c) sistem terisolasi ... 40

7. Desain keempat alat praktikum (a) sistem terbuka, (b) sistem tertutup, (c) sistem terisolasi ... 41

8. Diagram hasil validasi desain alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas. ... 42

9. Bejana reaksi (a) sebelum uji coba alat dan (b) sesudah uji coba alat .... 46

10. Alat praktikum (a) sistem terbuka, (b) sistem tertutup, (c) sistem Terisolasi... 46

11. Diagram hasil validasi ahli alat praktikum jenis-jenis sistem berbasis gelas. ... 47

12. Diagram hasil uji coba keberfungsian alat praktikum ... 52

13. Diagram hasil tanggapan guru terhadap kelayakan alat praktikum ... 55

14. Diagram hasil tanggapan siswa terhadap kelayakan alat praktikum... 59

15. Mahasiswa melakukan penimbangan bahan yang akan dipakai menggunakan neraca O’Hauss... 101

(17)

x

16. Mahasiswa mengambil 10 mL aquades ... 101

17. Mahasiswa memasukkan NaOH dan NH4Cl kedalam bejana reaksi ... 102

18. Mahasiswa menuangkan aquades kedalam bejana reaksi... 102

19. Mahasiswa menempelkan kertas lakmus di penutup kotak kaca pembatas lingkungan... 103

20. Hasil percobaan sistem terbuka, warna kertas lakmus merahberubah menjadi biru ... 103

21. Mahasiswa melakukan percobaan sistem tertutup ... 104

22. Mahasiswa melakukan percobaan untuk sistem terisolasi... 104

23. Foto bersama mahasiswa penguji ... 105

24. Persiapan alat dan bahan sebelum pengujian dimulai ... 106

25. Penjelasan komponen alat dan prinsip kerja alat ... 106

26. Siswa menimbang NaOH dan NH4Cl dan guru mengawasi jalannya praktikum ... 107

27. Siswa memasukkan NaOH dan NH4Cl kedalam bejana reaksi ... 107

28. Siswa menuangkan aquades kedalam bejana reaksi ... 108

29. Siswa memasukkan bejana reaksi ke dalam kotak kaca pembatas lingkungan untuk percobaan sistem terbuka ... 108

30. Hasil percobaan sistem ... 109

31. Siswa melakukan percobaan sistem terisolasi... 109

32. Foto bersama guru mitra dan siswa penguji di Laboratorium Kimia SMA Negeri 5 Bandar Lampung... 110

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang berdasarkan sejumlah pengamatan fenomena alam dan hasil pemikiran para ilmu-wan melalui serangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Serangkaian proses tersebut yaitu melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang ekspe-rimen untuk menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan, yang selanjutnya dinamakan dengan metode ilmiah (Tim Penyusun, 2014). Ilmu kimia merupakan salah satu cabang IPA, dengan demikian proses pembelajaran kimia sebaiknya juga melalui salah satu langkah metode ilmiah yaitu eksperimen.

Pembelajaran kimia melalui kegiatan eksperimen di sekolah (kegiatan praktikum), memiliki potensi untuk meningkatkan hubungan konstruktif sosial, sikap positif, pertumbuhan kognitif, keterampilan (Bybee, 2000; Hofstein dan Lunetta, 2004; Sumfleth dkk., 2004; Tsovaltzi dkk., 2010; Katchevich dkk., 2013) motivasi dan kemampuan dalam mengembangkan pemahaman konseptual siswa (Gaddis dan Schofftstall, 2007; Tsovaltzi dkk., 2010). Di samping itu, belajar juga akan lebih bermakna melalui kegiatan praktikum karena siswa terlibat secara langsung dalam

(19)

2

proses menemukan ilmu pengetahuan (Tobin, 1990; Hodson,1993; Garnet dkk., 1995; Hofstein dan Lunetta, 2004; Abrahams dan Millar, 2008).

Mengingat pentingnya peranan kegiatan praktikum dalam pembelajaran kimia maka banyak kompetensi kimia yang pencapaiannya melalui kegiatan tersebut. Salah satunya KD 4.4 kelas XI yaitu merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan reaksi eksoterm dan endoterm (Tim Penyusun, 2014). Syarat untuk mencapai kompetensi tersebut siswa harus menguasai konsep sistem dan lingkungan serta mampu menentukan jenis-jenis sistem. Pembelajaran konsep tersebut dibangun melalui kegiatan praktikum. Keberlangsungan kegiatan praktikum ini, harus didukung oleh ketersediaan alat praktikum dan kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia di laboratorium IPA secara optimal (Tim Penyusun, 2011).

Faktanya, kegiatan praktikum di sekolah terkendala oleh minimnya ketersediaan alat (Tim Penyusun, 2011; Fadiawati, 2013; Fadiawati dan Tania, 2014) dan penggunaan fasilitas dan peralatan yang tersedia di laboratorium IPA belum secara optimal (Tim Penyusun, 2011). Fakta tersebut didukung oleh hasil studi lapangan yang melibatkan 30 siswa kelas XI IPA dan empat guru kimia kelas XI dari tiga SMA dan MA di Kota Metro. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kimia SMA tersebut diperoleh informasi bahwa seluruh guru menyatakan tidak melakukan kegiatan praktikum jenis-jenis sistem pada pembelajaran materi sistem dan lingkungan. Kegiatan praktikum tidak dilakukan bukan karena kendala ketersediaan alat karena dua dari tiga sekolah di Kota Metro telah me-miliki tabung reaksi, termometer, kertas lakmus, dan sumbat karet sebagai

(20)

3

komponen alat praktikum untuk percobaan sistem terbuka dan sistem tertutup, dan kalorimeter sederhana sebagai komponen alat praktikum untuk percobaan sistem terisolasi sedangkan di satu sekolah yang lain hanya alat praktikum untuk perco-baan sistem terisolasi yang tidak tersedia.

Kegiatan praktikum tidak dilakukan karena seluruh guru belum pernah merangkai komponen alat praktikum tersebut sehingga komponen alat praktikum belum terangkai dan belum memiliki alat penunjuk ada atau tidaknya perpindahan materi dan energi pada sistem. Seluruh guru menyatakan bahwa pembelajaran hanya dilakukan dengan memberikan contoh ketiga sistem dalam kehidupan sehari-hari. Selaras dengan hasil studi lapangan terhadap guru, seluruh siswa menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran hanya dilakukan dengan memberikan contoh ketiga sistem dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut lagi, seluruh siswa menyatakan tidak ada media pembelajaran sebagai pengganti praktikum yang tidak

dilaksanakan tersebut.

Berdasarkan hasil studi lapangan juga diketahui bahwa seluruh guru menyatakan sangat perlu dilakukan kegiatan praktikum jenis-jenis sistem dalam kegiatan pembelajaran agar siswa dapat lebih mudah memahami materi daripada hanya dijelaskan di kelas tanpa melakukan kegiatan praktikum. Pelaksanaan pembela-jaran dengan kegiatan praktikum akan lebih mampu menanamkan konsep pada siswa karena siswa dapat mengamati secara langsung fenomena pertukaran materi dan energi antara sistem dan lingkungan. Karena beberapa alasan tersebut seluruh guru dan seluruh siswa menyatakan bahwa perlu dilakukan pengembangan alat

(21)

4

penentuan jenis-jenis sistem agar kegiatan pembelajaran pada materi sistem dan lingkungan dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum.

Dari hasil studi pustaka belum ditemukan alat penentuan jenis-jenis sistem yang pernah dikembangkan sebelumnya atau yang pernah digunakan dalam pembel-ajaran. Berdasarkan hasil studi lapangan dan studi pustaka disimpulkan perlu dikembangkan alat penentuan jenis-jenis sistem yang yang mudah dibuat atau dirancang menggunakan peralatan yang ada di laboratorium, alat tersebut mudah digunakan serta disertai alat penunjuk ada atau tidaknya perpindahan materi dan

perpindahan energi pada sistem. Peralatan praktikum yang ada di laboratorium

yang dimaksud yaitu perlalatan yang berbahan dasar gelas yang mempertimbang-kan bahwa bahan gelas bersifat transparan dan tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia, kecuali dengan HF (Robertson, 1956; Varshneya, 1994; Moore dkk., 2009; Ebert dan Bhushan, 2012) dan mempertimbangkan kemampuannya dalam

menunjukkan perpindahan materi dan energi pada sistem dengan jelas. Pengem-bangan alat praktikum ini mempertimbangkan ketercapaian beberapa kriteria aspek kelayakan alat yaitu keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, keta-hanan alat, efisiensi penggunaan alat, serta keamanan bagi siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul

“Pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(22)

5

1. Bagaimanakah desain alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan?

2. Bagaimanakah kelayakan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan?

3. Bagaimanakah keberfungsian alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan?

4. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan?

6. Apa sajakah faktor-faktor pendukung selama proses pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas?

7. Apa sajakah kendala selama proses pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan menghasilkan produk berupa alat penentuan jenis-jenis

sistem berbasis gelas.

2. Mendeskripsikan kelayakan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas

yang dikembangkan.

3. Mendeskripsikan keberfungsian alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis

(23)

6

4. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap alat penentuan jenis-jenis sistem

berbasis gelas yang dikembangkan.

5. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap alat penentuan jenis-jenis sistem

berbasis gelas yang dikembangkan.

6. Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung selama proses pengembangan alat

penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas.

7. Mendeskripsikan kendala selama proses pengembangan alat penentuan

jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam pengembangan alat praktikum ini adalah:

1. Bagi guru

Alat praktikum dan panduan penggunaannya merupakan sumbangan ide (gagasan) yang dapat membantu guru dalam mengkonstruksi konsep tentang

materi sistem dan lingkungan.

2. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa melalui eksperimen pada materi sistem dan lingku-ngan sehingga diharapkan mampu mempermudah dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang bersifat abstrak dan menambah pemahaman konsep-konsep pada materi sistem dan lingkungan serta meningkatkan keterampilan psikomotorik saat mela-kukan praktikum.

(24)

7

3. Bagi sekolah

Menambah alat praktikum pembelajaran kimia di laboratorium kimia sekolah serta mampu menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya mening-katkan mutu atau kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran kimia di sekolah.

4. Bagi peneliti lain

Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah dapat dijadikan referensi atau gambaran mengenai pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah

1. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengem-bangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011). Produk yang dikem-bangkan dalam penelitian ini adalah alat praktikum disertai dengan petunjuk penggunaanya.

2. Alat praktikum yang dikembangkan adalah alat penentuan jenis-jenis sistem

berbasis gelas pada materi sistem dan lingkungan.

3. Sistem adalah bagian tertentu dari alam yang menjadi fokus perhatian untuk

dipelajari (Brown dkk., 1997).

4. Berbasis gelas artinya bahan dasar yang digunakan pada pengembangan alat

(25)

8

bahan-bahan kimia, kecuali dengan HF (Robertson, 1956; Varshneya, 1994; Moore dkk., 2009; Ebert dan Bhushan, 2012) dan mempertimbangkan kemampuannya untuk menunjukkan perpindahan materi dan energi dengan jelas pada sistem.

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sarana dan Prasarana

Definisi sarana berdasarkan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggara-kan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Selanjutnya menurut Mulyasa (2003) sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar meng-ajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Kasan (2000) menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari be-berapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sarana merupakan peralatan yang dapat dipindah-pindah serta dapat secara langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran.

Definisi prasarana berdasarkan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Stan-dar Sarana dan Prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalan-kan fungsi satuan pendidimenjalan-kan. Mulyasa (2003) berpendapat bahwa prasarana pen-didikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Berdasarkan hal tersebut, Kasan (2000) menyatakan bahwa prasarana

(27)

10

berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan, misalnya lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.

Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana antara lain ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium ba-hasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang kon-seling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, serta tempat bermain/berolahraga. Ketentuan mengenai ruang beserta sarana yang ada di ruang laboratorium kimia diatur dalam standar sebagai berikut.

1. Ruang laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

kegiatan pembelajaran kimia secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

2. Ruang laboratorium kimia dapat menampung minimum satu

rombongan belajar.

3. Rasio minimum ruang laboratorium kimia 2.4 m2/siswa. Untuk

rombongan belajar dengan siswa kurang dari 20 orang, luas minimum

ruang laboratorium 48 m2termasuk luas ruang penyimpanan dan

persiapan 18 m2. Lebar ruang laboratorium kimia minimum 5 m.

4. Ruang laboratorium kimia memiliki fasilitas yang memungkinkan

pen-cahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan(Tim Penyusun, 2007).

B. Alat Praktikum

1. Definisi alat praktikum

Setiap orang yang akan melakukan kegiatan laboratorium, hendaknya mempunyai pengetahuan yang baik tentang alat-alat laboratorium. Tanpa pengetahuan itu tentu kegiatan pengamatan atau percobaan yang dilakukan dalam laboratorium tidak akan memperoleh hasil yang maksimal, dan bahkan dapat merusak alat ter-tentu atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu,

(28)

11

sebelum kita melaksanakan kegiatan dalam laboratorium kimia, sebaiknya kita pelajari dulu fungsi atau kegunaan berbagai alat laboratorium tersebut (Syukri, 1999).

Alat praktikum kimia juga termasuk ke dalam alat peraga, dimana alat peraga adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasa-an, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada siswa (Tim Penyusun, 2012). Alat peraga merupakan media yang dapat digunakan untuk mengongkritkan pengetahuan siswa yang masih abstrak pada materi yang disampaikan guru. Penggunaan alat peraga bertujuan agar pembe-lajaran menjadi aktif dan kreatif serta membantu siswa dalam memahami materi. Oleh karena itu guru harus pandai-pandai dalam memilih alat peraga agar alat peraga tidak menambah kebingungan siswa dalam memahami materi yang disampaikannya (Sanjaya, 2006).

Sementara itu, menurut Widiyatmoko dan Pamelasari (2012) alat peraga didefinisikan sebagai alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya konsep yang diajarkan guru mudah dimengerti oleh siswa dan menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran yang dibuat oleh guru atau siswa dari bahan sederhana yang mudah didapat dari lingkungan sekitar. Alat peraga IPA dapat diciptakan sesuai dengan konsep yang diajarkan dengan biaya terjangkau dari bahan sederhana dan mudah diperoleh bahkan dari bahan bekas pakai.

Proses pembelajaran tidak mungkin terwujud dengan baik jika guru dan siswa tidak didukung oleh media yang sesuai. Salah satu media pembelajaran adalah alat, alat peraga merupakan suatu media fisik pendidikan yang digunakan untuk

(29)

12

menyampaikan isi materi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar baik tercetak maupun audio-visual (Abdullah, dkk., 2011).

Alat praktikum merupakan salah satu pendukung keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai penggunaan alat praktikum sangat diperlukan (Indrawati, 1998). Alat-alat yang biasa terdapat di laboratorium kimia di antaranya adalah alat ukur seperti neraca, termometer, tabung reaksi, labu erlenmeyer, gelas beaker dan lain-lain. Alat-alat tersebut ada yang terbuat dari bahan gelas, plastik, porselen, logam, kayu, dan karet, serta terdapat pula per-alatan-peralatan listrik (Syahmani, 2011).

2. Peranan alat praktikum

Alat praktikum termasuk ke dalam alat peraga praktik (APP) IPA yang mempu-nyai peranan sangat penting dalam pembelajaran, yaitu untuk:

a. menjelaskan konsep, sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam

memahami hal-hal yang dikemukakan guru;

b. memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan

yang dipelajari; dan

c. mengembangkan kreativitas serta inovasi (Tim Penyusun, 2011).

Penggunaan alat praktikum dalam pembelajaran dimaksudkan agar minat dan motivasi siswa meningkatkan, sehingga siswa merasa tertarik, senang, dan lebih mudah dalam memahami konsep yang terkandung di dalamnya, serta menantang kesanggupan berpikir siswa. Dengan kata lain, alat praktikum dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa (Tim Penyusun, 2014).

(30)

13

3. Syarat-syarat pengembangan alat praktikum

Terlepas dari kondisi kelengkapan fasilitas laboratorium IPA, pendidikan hen-daknya dapat terus diselenggarakan tanpa harus menunggu lengkapnya fasili-tas. Oleh karena itu untuk menjaga kelangsungan pendidikan IPA melalui praktikum/eksperimen, perlu dikembangkan alternatif APP IPA yaitu APP (buatan sendiri) agar pembelajaran IPA dapat berjalan secara optimal (Tim Penyusun, 2011).

Pengembangan APP IPA dapat dibuat dalam bentuk:

a. padanan alat,yaitu alat yang dibuat dengan mengacu pada contoh alat

yang sudah ada (alat praktik, alat peraga, alat pendukung) di labora-torium IPA. Misalnya: bel listrik sederhana atau cakram Newton.

b. prototip,yaitu alat baru yang sebelumnya tidak ada,atau dapat

meru-pakan pengembangan dari alat yang sudah ada, pernah ada yang membuat namun kemudian dimodifikasi. Misalnya: slide proyektor atau episkop sederhana (Tim Penyusun 2011).

Beberapa hal penting diperhatikan sebagai kriteria dalam pembuatan dan pe-ngembangan APP IPA, adalah sebagai berikut.

a. bahan mudah diperoleh (di antaranya dengan memanfatkan limbah,

diminta, atau dibeli dengan harga relatif murah).

b. mudah dalam perancangan dan pembuatannya.

c. mudah dalam perakitannya (tidak memerlukan keterampilan khusus).

d. mudah dioperasikannya.

e. dapat memperjelas/menunjukkan konsep dengan lebih baik.

f. dapat meningkatkan motivasi siswa.

g. akurasi cukup dapat diandalkan.

h. tidak berbahaya ketika digunakan.

i. menarik.

j. daya tahan alat cukup baik (lama pakai).

k. inovatif dan kreatif.

(31)

14

Untuk mengevaluasi keberhasilan produk hasil pembuatan atau pengembangan APP IPA sederhana yang merupakan inovasi/kreativitas guru dan atau siswa, dapat menggunakan minimal lima aspek utama agar memperoleh alat peraga sederhana yang dianggap mempunyai tampilan yang memadai. Lima aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. akurasi hasil pengukuran, artinya APP yang dikembangkan tersebut presisi dalam memperagakan suatu fenomena alam. sehingga tidak menimbulkan salah konsep atau pengertian.

b. bernilai pendidikan bagi siswa, artinya dengan mengkaji suatu

fenomena melalui APP itu, siswa dimungkinkan secara berulang-ulang secara terbuka melihat fenomena tersebut.

c. tidak mengandung faktor resiko (zero-risk) bagi siswa yang

menggunakan alat peraga tersebut. faktor resiko dapat berupa adanya bagian yang tajam/membahayakan, kemungkinan jatuh/terbakar menimpasiswa.

d. diusahakan terbuat dari bahan yang relatif dapat dipakai lama atau secara berulang-ulang. dengan demikian, APP hasil proses kreatif ini tidak sekali pakai langsung habis.

e. bernilai estetika tinggi. walaupun sebagai APP yang bukan dari laboratorium, hendaknya mempunyai penampilan yang bernilai seni, tanpa mengurangi kinerja alat peraga tersebut (Tim Penyusun, 2011).

C. Alat Praktikum berbasis Gelas

Kata gelas berasal dari bahasa latin yaitu glaesum, yang berarti material yang ber-kilau dan transparan. Kata lain yang sering diartikan sama dengan gelas yaitu kaca yang juga berasal dari bahasa Latin vitrum (Varshneya, 1994). The

American Society for Testing Materials (ASTM) dalam Varshneya (1994)

men-definisikan gelas sebagai suatu produk anorganik hasil peleburan yang telah di-dinginkan hingga mengeras tanpa melalui proses pengkristalan. Gelas memiliki sifat transparan, mengkilat, kuat, (Robertson, 1956; Varshneya, 1994; Moore dkk., 2009; Ebert dan Bhushan, 2012) serta inert (Robertson, 1956; Moore dkk., 2009), oleh karena itulah banyak alat praktikum di laboratorium IPA menggunakan

(32)

15

bahan dasar gelas. Alat praktikum berbasis gelas artinya bahan yang digunakan pada pengembangan alat praktikum yaitu gelas yang bersifat transparan dan tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia kecuali dengan HF(Robertson, 1956;

Varshneya, 1994; Moore dkk., 2009; Ebert dan Bhushan, 2012) dan mempertim-bangkan kemampuan untuk menunjukkan ada atau tidaknya perpindahan materi pada sistem.

(33)

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Borg Gall dan Gall (Sukmadinata, 2011) terdapat sepuluh tahap dalam penelitian dan pengem-bangan yang disajikan pada Gambar 1.

Keterangan:

= aktivitas

= arah aktivitas selanjutnya

Gambar 1. Tahap-tahap penelitian dan pengembangan. Penelitian dan

pengumpulan data

Pengembangan draf awal

Perencanaan

Uji coba lapangan Revisi hasil uji coba Uji coba lapangan

awal

Penyempurnaan alat praktikum hasil uji

lapangan Uji pelaksanaan lapangan Penyempurnaan alat praktikum akhir Deseminasi dan implementasi

(34)

17

Pada penelitian ini, tahap-tahap penelitian dan pengembangan hanya dilaksanakan sampai tahap kelima yaitu tahap revisi hasil uji coba. Hal ini disebabkan oleh ke-terbatasan waktu dan keahlian peneliti untuk melakukan tahap-tahap selanjutnya.

B. Alur Pengembangan

Alur pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas meliputi tahap penelitian dan pengumpulan data, yang terdiri dari studi kepustaka dan studi lapangan, tahap pengembangan alat praktikum, dan tahap pengujian. Alur pengembangan tersebut dijabarkan melalui Gambar 2. Adapun kelima tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Penelitian dan pengumpulan data

Penelitian dan pengumpulan data berguna untuk memperoleh informasi awal dalam melakukan pengembangan. Tahapan ini meliputi studi pustaka dan studi lapangan.

a. studi pustaka

Studi pustaka bersumber dari berbagai buku, kumpulan jurnal, dan informasi yang tersedia di internet. Studi pustaka yang dilakukan berupa pencarian infor-masi mengenai kriteria pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem ber-basis gelas yang berguna sebagai pedoman dalam pengembangan alat. Pada ta-hap ini juga dilakukan analisis konsep materi sistem dan lingkungan yang ber-guna untuk membuktikan kesesuaian alat yang dikembangkan dengan

(35)

18

Keterangan:

= aktivitas

= arah kegiatan selanjutnya

Gambar 2. Alur Pengembangan Alat Praktikum

ya

tidak tidak

ya

Studi Pustaka Studi Lapangan

 Literatur tentang kriteria

pengembangan alat praktikum

 Analisis konsep materi sistem

dan lingkungan

 Pengisian kuesioner oleh guru

dan siswa di SMA/MA Kota Metro mengenai keterlaksanaan praktikum untuk membedakan jenis-jenis sistem

 Analisis alat praktikum yang

digunakan oleh guru dalam pelaksanaan praktikum

 Analisis kelemahan alat

praktikum yang sudah dikembangkan.

Revisi

Revisi

Revisi uji coba lapangan awal Pengembangan Alat Praktikum

Desain Alat Praktikum

Validasi Ahli (Dosen Validator) Alat Praktikum Hasil Validasi Ahli

Uji Coba Lapangan awal

Validasi Desain (Dosen Pembimbing) Desain Alat Praktikum Hasil Validasi Ahli

Uji Keberfungsian

Alat Praktikum Hasil Uji Keberfungsian Rancangan pengembangan alat praktikum

(36)

19

b. studi lapangan

Studi lapangan dilakukan di tiga sekolah Kota Metro. Studi lapangan bertujuan untuk mengkaji keterlaksanaan praktikum untuk membedakan jenis-jenis sistem, alat praktikum yang digunakan pada praktikum tersebut, serta kelemahan alat praktikum yang pernah digunakan/dikembangkan.

2. Perencanaan

Berdasarkan studi pustaka dan studi lapangan diketahui bahwa alat praktikum yang digunakan dalam pembelajaran sebagai contoh jenis-jenis sistem tidak dapat menunjukkan terjadinya perpindahan materi maupun perpindahan energi. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan perencanaan bahan yang akan digunakan untuk pengembangan alat. Bahan ini dipilih hingga dapat memperbaiki kelemah-an alat ykelemah-ang sering dimkelemah-anfaatkkelemah-an sebagai contoh jenis-jenis sistem dalam pembel-ajaran. Bahan yang akan digunakan dalam pengembangan alat ini yaitu bahan-bahan gelas yang bersifat transparan yang tahan terhadap perubahan-bahan suhu dan tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia yang akan digunakan. Selain itu, alat yang dikembangkan juga dilengkapi dengan alat pengukur suhu guna menunjuk-kan adanya perpindahan energi. Pada tahap perencanaan ini juga ditentumenunjuk-kan aspek yang akan dicapai oleh alat yang dikembangkan sehingga aspek ini menjadi acuan dalam pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas.

3. Pengembangan draf awal

Dalam tahap pengembangan alat praktikum dilakukan beberapa tahap yang dijabarkan sebagai berikut.

(37)

20

a. desain alat praktikum

Dalam tahap ini dilakukan penentuan bahan gelas yang akan dalam pengem-bangan alat praktikum. Selanjutnya dilakukan perancangan gambar alat prak-tikum menggunakan bahan yang sudah ditentukan. Penentuan ini memper-timbangkan aspek-aspek yang akan dicapai.

b. validasi desain

Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai rancangan alat praktikum dapat diterima secara rasional. Dikatakan demikian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan (Sugiyono, 2012). Desain alat praktikum divalidasi oleh dosen pembimbing yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian desain alat praktikum dengan aspek-aspek yang ingin dicapai.

c. revisi desain alat praktikum

Setelah dilakukan validasi desain oleh dosen pembimbing, alat praktikum ter-sebut direvisi sesuai dengan masukan dari dosen pembimbing untuk menghasil-kan desain yang lebih baik. Setelah desain di revisi, diperoleh desain alat praktikum hasil validasi yang sesuai dengan aspek-aspek yang akan dicapai.

d. pengembangan alat praktikum

Pada tahap pengembangan alat praktikum ini, dilakukan pembuatan alat praktikum. Pembuatan ini menggunakan bahan yang sudah ditentukan dan desain yang sudah divalidasi oleh dosen pembimbing.

(38)

21

e. validasi ahli

Alat praktikum yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh validator ahli yaitu dosen pendidikan kimia Universitas Lampung. Dalam hal ini, validator ahli me-nilai kesesuaian alat praktikum dengan aspek-aspek yang ingin dicapai.

f. revisi alat praktikum

Setelah dilakukan validasi oleh validator ahli, alat praktikum tersebut direvisi sesuai dengan masukan untuk menghasilkan alat praktikum yang lebih baik. Setelah alat praktikum direvisi, diperoleh alat praktikum hasil validasi ahli yang sesuai dengan aspek-aspek yang akan dicapai.

g. uji keberfungsian

Setelah diperoleh alat praktikum hasil validasi ahli, dilakukan uji keberfungsian alat praktikum yang melibatkan mahasiswa pendidikan kimia Universitas

Lampung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui keberfungsian alat praktikum yang dikembangkan serta kelemahan alat praktikum tersebut.

4. Uji coba lapangan awal

Tahap ini dilakukan terhadap siswa SMA kota Metro. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu salah satu siswa mendemonstrasikan praktikum untuk mem-bedakan jenis-jenis sistem menggunakan alat praktikum hasil pengembangan. Siswa lain memperhatikan dan mencatat hasil praktikumnya. Setelah itu, guru dan siswa memberikan tanggapan terhadap alat praktikum yang dikembangkan.

(39)

22

5. Revisi hasil uji coba lapangan awal

Setelah uji coba lapangan awal, peneliti melakukan revisi berdasarkan tanggapan guru dan siswa melalui pengisian kuesioner terhadap alat praktikum yang dikem-bangkan. Hasil akhir pada penelitian ini yaitu alat praktikum berbasis gelas untuk membedakan jenis-jenis sistem hasil uji coba lapangan awal.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas. Lokasi pada penelitian ini adalah SMA/MA Kota Metro dan Universitas Lampung. Pada tahap penelitian dan pengumpulan data dilakukan di SMAN 2 Metro, SMAN 5 Metro, dan MAN 1 Muhammadiyah Metro, pada tahap pengembangan alat praktikum dilakukan di Universitas Lampung dan pada ta-hap uji coba lapangan awal dilakukan di SMAN 5 Bandar Lampung.

D. Sumber Data dan Data Penelitian

Data pada tahap penelitian dan pengumpulan data yaitu skor jawaban terhadap kuesioner dengan sumber data empat guru bidang studi kimia kelas XI serta 30 siswa kelas XI IPA di tiga SMA/MA Kota Metro. Pada tahap pengembangan alat, data penelitian yang digunakan berupa skor jawaban terhadap kuesioner kelayakan desain alat dengan sumber data dua orng dosen dari program studi Pendidikan Kimia Universitas Lampung. Pada tahap ini juga diperoleh data skor jawaban terhadap kuesioner kelayakan alat dengan sumber data dua orang dosen program studi Pendidikan Kimia Universitas Lampung dan data terakhir pada tahap ini berupa skor jawaban terhadap kuesioner keberfungsian alat dengan

(40)

23

sumber data 10 mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Lampung. Selanjut-nya data pada tahap uji coba lapangan awal adalah skor jawaban terhadap kuesioner dengan sumber data satu guru bidang studi kimia kelas XI serta 10 siswa kelas XI IPA dari salah satu SMA/MA Kota Metro.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010), instrumen adalah alat yang berfungsi untuk memper-mudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen berupa kuesioner dan pedoman wawancara. Berikut ini penjabarannya dari instrumen yang digunakan pada masing-masing tahap pengembangan alat praktikum berbasis gelas untuk membedakan jenis-jenis sistem.

1. Instrumen pada tahap penelitian dan pengumpulan data

Pada tahap studi pendahuluan, instrumen yang digunakan berupa pedoman wa-wancara untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan alat dengan responden guru dan kuesioner untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan alat dengan responden siswa. Pedoman wawancara untuk responden guru disusun untuk meng-kaji keterlaksanaan praktikum untuk membedakan jenis-jenis sistem di sekolah, alat praktikum yang digunakan pada praktikum tersebut, kesulitan penggunaan-nya, kelemahan alat praktikumpenggunaan-nya, sekaligus mengidentifikasi kelemahan alat praktikum yang telah dikembangkan sebelumnya. Di lain pihak, kuesioner untuk responden siswa disusun guna mengetahui pengalaman praktikum siswa,

(41)

24

keterlaksanaan praktikum untuk membedakan jenis-jenis sistem, alat praktikum yang digunakan pada praktikum tersebut, dan kesulitan penggunaannya.

2. Instrumen pada tahap pengembangan draf awal

Instrumen yang digunakan pada tahap pengembangan alat praktikum yaitu berupa kuesioner. Berikut ini dijabarkan mengenai kuesioner yang digunakan pada tahap pengembangan alat praktikum.

a. instrumen validasi desain alat praktikum

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner validasi. Kuesioner ini disusun untuk mengetahui ketercapaian sembilan aspek yaitu aspek kesesuaian desain dengan konsep, aspek kemudahan memperoleh bahan yang digunakan, aspek keterjangkauan biaya pembuatan, aspek kemudahan penyimpanan, aspek ke-mudahan membawa/memindahkan, aspek keke-mudahan pengamatan aspek keamanan bagi siswa, aspek ketahanan alat terhadap bahan-bahan kimia serta aspek ketahan alat terhadap perubahan lingkungan.

b. instrumen tahap validasi ahli

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner validasi. Kuesioner ini disusun untuk mengetahui ketercapaian aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai

(42)

25

c. instrumen tahap uji keberfungsian

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner tersebut disusun untuk mengetahui keberfungsian masing-masing komponen alat yang dikembangkan.

3. Instrumen pada tahap uji coba lapangan awal

Pada tahap pengujian, instrumen yang digunakan berupa kuesioner untuk mengidentifikasi tanggapan guru dan siswa terhadap alat praktikum yang telah dikembangkan. Ada dua jenis kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner untuk responden guru dan kuesioner untuk responden siswa.

a. instrumen tanggapan guru terhadap alat praktikum yang dikembangkan

Instrumen ini berbentuk lembar kuesioner. Kuesioner ini disusun untuk mengkaji ketercapaian aspek yang diharapkan, yaitu aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, serta keamanan bagi siswa.

b. instrumen tanggapan siswa terhadap alat praktikum yang dikembangkan

Instrumen ini berbentuk lembar kuesioner. Kuesioner ini disusun untuk menge-tahui ketercapaian aspek ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, serta ke-amanan bagi siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner (kuisioner) dan pedoman wawancara. Menurut Sugiyono (2012), kuisioner adalah teknik

(43)

26

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang disebarkan berisi pertanyaan/pernyataan terbuka dan tertutup dan diberikan kepada responden secara langsung. Responden diminta mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk kuesioner.

Pedoman wawancara yang digunakan pada penelitian ini yaitu pedoman wawan-cara terstruktur. Menurut Arikunto (2010) pedoman wawanwawan-cara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pe-wawancara tinggal membubuhkan tanda check () pada kolom yang disediakan.

G. Analisis Data

1. Mengolah data penelitian dan pengumpulan data

Teknik data pada tahap ini sama untuk instrumen berupa pedoman wawancara dan kuesioner. Hal ini dikarenakan pedoman wawancara yang digunakan merupakan pedoman wawancara terstruktur. Adapun kegiatan dalam teknik analisis data pada tahap ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. mengkode dan mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pernyataan.

b. melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pernyataan dan banyaknya responden.

c. memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dilakukan berdasarkan skala Guttman (Riduwan, 2012) yang disajikan pada Tabel 1.

(44)

27

Tabel 1. Penskoran pada kuesioner.

No. Pilihan Jawaban Skor

1 Ya 1

2 Tidak 0

d. mengolah jumlah skor jawaban responden. Pengolahan jumlah skor (∑ )

jawaban adalah sebagai berikut :

1) skor untuk pernyataan“Ya”

skor = 1 x jumlah responden yang menjawab“Ya”

2) skor untuk pernyataan“Tidak”

skor = 0 x jumlah responden yang menjawab“Tidak”

e. menghitung persentase jawaban pada setiap pernyataan dengan mengguna-kan rumus sebagai berikut.

% 100 % 

maks in S S X (Sudjana, 2005)

Keterangan:%Xin = Persentase jawaban alat penentuan jenis-jenis sistem

berbasis gelas.

S = Jumlah skor jawaban

maks

S = Skor maksimum

f. menjelaskan hasil presentasi jawaban responden dalam bentuk deskripsi naratif.

2. Mengolah data pengembangan draf awal dan uji coba lapangan awal

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data hasil kuesioner dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. mengkode dan mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan kuesioner.

(45)

28

b. melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan kuesioner dan banyaknya responden (pengisi kuesioner).

c. memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam

kuesioner dilakukan berdasarkan skala Guttman (Riduwan, 2012) yang disajikan pada Tabel 1.

d. mengolah jumlah skor jawaban responden. Pengolahan jumlah skor (∑ )

jawaban kuesioner adalah sebagai berikut :

1) skor untuk pernyataan“Ya”

skor = 1 x jumlah responden yang menjawab“Ya”

2) skor untuk pernyataan“Tidak”

skor = 0 x jumlah responden yang menjawab“Tidak”

e. menghitung persentase jawaban kuesioner pada setiap pernyataan dengan mengguna-kan rumus sebagai berikut.

% 100 % 

maks in S S X (Sudjana, 2005)

Keterangan: %Xin = Persentase jawaban kuesioner alat penentuan

jenis-jenis sistem berbasis gelas.

S = Jumlah skor jawaban

maks

S = Skor maksimum

f. menghitung rata-rata persentase kuesioner untuk mengetahui aspek yang ingin dicapai pada alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas dengan rumus sebagai berikut.

n X

Xi

% in

(46)

29

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase kuesioner-i pada alat praktikum

jenis-jenis sistem berbasis gelas.

%Xin =Jumlah persentase kuesioner-i instrumen pada alat

praktikum jenis-jenis sistem berbasis gelas.

n =Jumlah pernyataan kuesioner

g. menafsirkan persentase jawaban kuesioner secara keseluruhan menurut tafsiran Arikunto (2012).yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tafsiran skor (persentase) kuesioner.

Persentase Kriteria 80,1% - 100% Sangat tinggi 60,1% - 80% Tinggi 40,1% - 60% Sedang 20,1% - 40% Rendah 0,0% - 20% Sangat rendah

(47)

62

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Desain alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas menggunakan bahan

gelas pada bejana reaksi dan kotak kaca pembatas lingkungan yang berfungsi untuk membatasi lingkungan yang diamati. Desain alat praktikum ini

dilengkapi dengan termometer digital dan kertas lakmus merah yang masing-masing berfungsi sebagai penunjuk ada atau tidaknya perpindahan energi dan materi.

2. Alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan

dinyata-kan valid dan layak digunadinyata-kan dalam kegiatan pembelajaran, berdasardinyata-kan penilaian validator dengan kriteria kelayakan sangat tinggi.

3. Alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas yang dikembangkan

dinyata-kan memiliki komponen-komponen yang berfungsi dengan baik, berdasardinyata-kan penilaian penguji dengan kriteria kelayakan sangat tinggi.

4. Tanggapan guru terhadap kelayakan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis

gelas yang dikembangkan dinyatakan valid dan layak digunakan dalam ke-giatan pembelajaran dengan kriteria kelayakan sangat tinggi.

(48)

63

5. Tanggapan siswa terhadap kelayakan alat penentuan jenis-jenis sistem

berbasis gelas yang dikembangkan dinyatakan valid dan layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan kriteria kelayakan sangat tinggi.

6. Faktor pendukung pengembangan alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis

gelas yang dikembangkan diantaranya komponen alat yang digunakan relatif mudah didapatkan serta respon yang positif dari kepala sekolah, guru mitra dan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Sementara itu, faktor kendala pada penelitian pengembangan ini yaitu sulitnya mencari sekolah untuk uji coba lapangan awal karena kendala waktu yang mendekati ulangan semester.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, saran yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut pada alat penentuan jenis-jenis sistem berbasis gelas oleh peneliti lain guna memperbaiki kelemahan alat praktikum yang sudah dikembangkan.

2. Perlu dilakukannya kegiatan praktikum penentuan jenis-jenis sistem, karena

siswa akan lebih mudah memahami materi jika diperoleh melalui tindakan langsung seperti praktikum.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, I. dan R. Millar. 2008. Does Practical Work Really Work? A Study of The Effectiveness of Practical Work as A Teaching and Learning Method in School Science. International Journal of Science Education. 30 (14), 1945-1969.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

_________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bybee, R. 2000. Teaching Science as Inquiry. American Assosiation for

Advancement of Science (AAAS). Washington DC.

Brown, T. L., H. E. LeMay, dan B. E. Bursten. 1997. Chemistry The

Central Science Sixth Edition. Prentice-Hall. New Jersey.

Ebert, D. dan B. Bhushan. 2012. Transparent, Superhydrophobic, and

Wear-Resistant Coatings on Glass and Polymer Substrates Using SiO2, ZnO, and

ITO Nanoparticles. Langmuir. 12, 11391-11399.

Fadiawati, N. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Representasi Kimia untuk Siswa Kelas XI IPA. Prosiding

Seminar Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, 197-203.

Fadiawati, N. dan L. Tania. 2014. Efektivitas pendekatan saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia. Laporan Penelitian. Bandar Lampung (Tidak Diterbitkan).

Gaddis, B. A. dan A. M. Schoffstall. 2007. Incorporating Guided-Inquiry Learning into the Organic Chemistry Laboratory. Journal of Chemical

Education. 84, 848-851.

Garnett, P. J., P. J. Garnet, dan M. W. Hacking. 1995. Refocusing the Chemistry Lab: A Case for Laboratory Based-Investigation. Australian science Teachers

Journal. 41(2), 26-32.

Hodson, D. 1993. Re-thinking Old Ways: Towards A More Critical Approach to Practical Work in School Science. Science Education. 22(1), 85-142.

(50)

65

Hofstein, A. dan V. N. Lunetta. 2004. The Laboratory in Science Education: Foundation for The Twenty-First Century. Science Education. 88, 28-54. Indrawati. 1998. Pendayagunaan Alat-Alat dan Bahan Praktikum Kimia.

Depdikbud. Jakarta.

Kasan, T. 2000. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan. Studia Press. Jakarta.

Katchevich, D., A. Hofstein, dan R. M. Naaman. 2013. Argumentation in The Chemistry Laboratory: Inquiry and Confirmatory Experiment. Science

Education. 43, 317-345.

Moore. J. H., C. C. Davis, dan M. A. Coplan. 2009. Building Science Apparatus

Fourth Edition. Cambridge University Press. New York.

Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Remaja Rosdakarya. Bandung. Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti

Pemula. Alfabeta. Bandung.

Robertson, A. J. B., D. J. Fabian, A. J. Crocker, dan J. Dewing. 1956. Laboratory

Glass. Academic Press. New York.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2012. Metoda Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya Bandung.

Sumfleth, E., S. Rumann, dan N. Nicolai. 2004. Kooperatives Arbeiten im Chemieunterricht, Cooperative Work in the Chemistry Classroom. Essener

Unikate. 75, 74-85.

Syahmani. 2011. Panduan Praktikum Kimia Dasar. FKIP UNLAM. Banjarmasin. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB. Bandung.

Tim Penyusun. 2007. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar

Sarana dan Prasarana SD/RA, SMP/MTs, SMA/MA. Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan. Jakarta.

___________. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia Sederhana Untuk SMA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

(51)

66

____________. 2014. Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMA/MA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Tobin, K.G. 1990. Student Task Involvement and Achievement in Process-Oriented Science Activities. Science Education. 70(1), 61-72.

Tsovaltzi, D., N. Rummel, B. M. McLaren, N. Pinkwart, O. Scheuer, A. Harrer, dan I. Braun. 2010. Extending a Virtual Chemistry Laboratory with

CollaborationScript to Promote Conceptual Learning. International Journal

Technology Enchanced Learning. 2, 91-110

Varshneya, A. K. 1994. Fundamental of Inorganic Glass. Academic Press. London.

Gambar

Gambar 1. Tahap-tahap penelitian dan pengembangan.
Gambar 2.  Alur Pengembangan Alat Praktikum
Tabel 1. Penskoran pada kuesioner.
Tabel 2. Tafsiran skor (persentase) kuesioner.

Referensi

Dokumen terkait

“ Harapan masyarakat di Kecamatan Sipispis merupakan harapan untuk membangun keluarga yang lebih humanis, artinya bahwa pelaksanaan yang kami bangun melalui

Soal tersebut digunakan untuk memperoleh data tes awal dan tes akhir siswa sehingga mendeskripsikan bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

Berdasarkan hasil analisis ragam pada pengamatan pertumbuhan menunjukkan terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan dosis pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Pramono (2004), bahwa pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata pada tanaman kangkung darat karena diduga pupuk

Artinya: “Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata ; Jibril as. datang kepada Nabi SAW lalu berkata kepadanya ; Bangunlah lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat zuhur dikala

Jumlah tersebut masih dapat dikatakan belum optimal karena dalam menjalankan usaha, pemilik Murni Organik masih mengalami beberapa kendala seperti pada strategi

Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Dimensi Debat berdasarkan Tingkat Pendidikan Pegawai di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2020 117 Tabel 71.. Distribusi

〔III〕本論文の成果と問題点・疑問点 ◆成果