ANALISIS KESULITAN-KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DI SDPILOTING SE-KABUPATEN GIANYAR
Ni Made Dwi Widyasari
1, I Gede Meter
2, I Gusti Agung Oka Negara
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {widyasari74@gmail.com
1,igedemeter@gmail.com
2,
igustiagungokanegara@yahoo.co.id
3}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dialami siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar, (2) penyebab kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di 7 SD Piloting se-Kabupaten Gianyar yang berjumlah 476 siswa. Sampel dihitung dengan rumus Slovin sehingga diperoleh sampel sebanyak 217 siswa yang diambil secara random. Data dikumpulkan dengan metode tes dan angket. Tes digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan belajar matematika ditinjau dari kesulitan pada pemahaman konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. Angket digunakan untuk mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan belajar matematika. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dialami siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar meliputi kesulitan pemahaman konsep dengan kategori tinggi (47,54%), kesulitan pada penguasaan keterampilan matematika dengan kategori tinggi (61,29%), dan kesulitan pada pemecahan masalah dengan kategori tinggi (54,69%). (2) Faktor penyebab kesulitan belajar matematika meliputi faktor internal yaitu minat dengan kategori cukup berpengaruh (41,97%), motivasi dengan kategori cukup berpengaruh (46,98%), intelegensi dengan kategori berpengaruh (54,38%) dan faktor eksternal meliputi faktor guru dengan kategori cukup berpengaruh (42,11%) dan buku siswa dengan kategori cukup berpengaruh (33,96%).
Kata kunci: kesulitan belajar matematika, implementasi kurikulum 2013, faktor penyebab kesulitan belajar
Abstract
This study aimed to describe (1) learning difficulties of mathematic by the students in the fourth grade the implementation of curriculum 2013 in piloting of Elementary school Gianyar’s regency, (2) the cause of learning difficulties of mathematic by the students. The population in this research is the fourth grade students in 7piloting of elementary school Gianyar regency, which amounted 476 students. The sample is calculated by the Slovin’s formula so that obtained a sample of 217 students were taken randomly. Data collected by the method of tests and questionnaires. The test is used to analyze the difficulties of learning mathematics in terms of difficulty in understanding the concepts, skills and problem solving. The questionnaire used to determine the cause of the difficulties in learning mathematics. The analytical method that used is descriptive analysis. The results showed that: (1) learning difficulties of mathematic by the students in the fourth grade the implementation of curriculum 2013 in piloting of Elementary school Gianyar’s regency include difficulty of understanding
the concept in the high category (47.54%), difficulty in mastering math skills in the high category (61.29%), and difficulty of solving problems in the high category (54.69%). (2) The cause of mathematic learning difficulties such as internal factors those are interest in influential enough category (41.97%), motivation in influential enough category (46, 98%), intelligence in influential category (54.38%) and external factors such as the teacher factor in influential enough category (42.11%) and student’s books in influential enough category (33.96%).
Keywords: learning difficulties of mathematic, implementation of curriculum 2013, the factors that cause learning difficulties
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Susanto (2014:185) “matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep matematika harus dipahami sejak dini. Karena belajar matematika merupakan suatu syarat yang cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.Cockroft
(dalam Abdurrahman, 2012)
mengemukakan bahwa alasan pentingnya matematika diajarkan kepada peserta didik yaitu a) matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan b) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai c) matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas d) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara e) meningkatkan kemampuan berpikir logis dan ketelitian f) Memberikan kepuasaan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam Standar Isi (SI) yaitu
“siswa mampu memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah” (Damayanti,2014:118). Jika dilihat dari tujuan tersebut, siswa dituntut untuk memahami keterkaitan antarkonsep agar dapat melakukan pemecahan masalah di sekitarnya.
Pembelajaran matematika selama ini merupakan pelajaran yang berdiri sendiri (terpisah dari mata pelajaran lainnya). Namun, sejak diperkenalkannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, pada jenjang pendidikan sekolah dasar mata pelajaran matematika disajikan berintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam sebuah tema yang dikenal dengan pendekatan tematik integratif. Menurut Permendikbud No. 67 Tahun 2013 pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam tema. Hal ini berbeda dengan kurikulum KTSP dimana mata pelajaran untuk kelas tinggi yaitu IV, V dan VI disajikan secara terpisah. Metode tematik integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara terpisah.
Pembelajaran menggunakan tematik
integratif memberikan makna yang utuh kepada peserta didik yang diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Kurniasih, 2014). Dengan adanya perubahan pada kurikulum ini, akan berdampak kepada kegiatan belajar yang dialami oleh siswa. Siswa tidak
lagi mempelajari mata pelajaran
matematika secara terpisah, namun dikaitkan dengan mata pelajaran lain sesuai dengan tema. Dengan demikian, para murid
diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai keberhasilan dalam keseluruhan proses belajarnya. Proses penyesuaian tersebut memerlukan bantuan yang sistematis dari pendidik, namun jika bantuan tersebut tidak dipenuhi oleh guru akan dapat menyebabkan
permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran siswa.
Permasalahan tersebut dapat berupa kesulitan siswa dalam menghubungkan konsep-konsep pada mata pelajaran matematika serta kesulitan siswa dalam menghubungkan konsep antara mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran lain pada pendekatan tematik integratif. Dengan adanya permasalahan seperti ini akan berdampak pada ketidaktercapaian kompetetensi dasar yang menjadi acuan pada muatan pelajaran
matematika. Pembelajaran yang
dilaksanakan pada tahap awal atau dasar harus benar-benar mantap, karena kesulitan belajar yang dialami siswa di tahap awal akan berpengaruh terhadap belajar pada tahap selanjutnya.
Dalam kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan sekolah dasar, siswa dituntut untuk memahami tema-tema yang menjadi acuan dalam pembelajaran. Muatan pelajaran pada tema 1 terkait dengan muatan pelajaran pada tema berikutnya. Di Kelas IV terdapat 9 tema yang harus dipelajari oleh peserta didik. Muatan pelajaran matematika terdapat dalam setiap tema. Pada tema indahnya negeriku, siswa dituntut untuk memahami materi operasi hitung desimal dan pecahan; luas bangun
segiempat pada muatan pelajaran
matematikanya.
Berdasarkan wawancara pada Jumat, 9 Januari 2015 dengan wali kelas IV di SD Negeri 2 Blahbatuh sebagai salah satu SD yang menerapkan kurikulum 2013 di Kabupaten Gianyar diperoleh informasi terkait dengan pembelajaran kurikulum 2013 pada muatan pelajaran matematika. Sebanyak 16 siswa dari 41 siswa hasil belajar dalam muatan pelajaran matematika pada ulangan semester 1 tahun ajaran 2014/2015 menunjukan belum memenuhi KKM. Terkait dengan proses pembelajaran, 25% siswa di kelas masih bingung
mengaplikasikan konsep matematika dalam pemecahan soal cerita. Hal ini ditandai dengan kesalahan rumus yang digunakan dan cara menghitung pada soal cerita.
Menurut Mulyadi (2010) rendahnya hasil belajar peserta didik merupakan salah satu patokan adanya gejala kesulitan belajar.Burton (dalam Makmun, 2005) mengidentifikasi seseorang murid dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau
yang bersangkutan menunjukkan
kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar diidentifikasikan oleh Burton yaitu 1) Murid dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh guru. 2) Murid dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, intelegansi, bakat yang ia ramalkan akan bisa mengerjakan atau mencapai prestasi tersebut. 3) Murid dikatakan gagal apabila
yang bersangkutan tidak dapat
mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial.Murid dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai persyaratan bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Jadi seorang murid dikatakan mengalami kesulitan belajar matematika jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan minimal yang ditetapkan oleh guru. “Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar” (Mulyadi, 2010:6).
Kesulitan siswa dalam memahami
matematika tidak hanya pada satu bagian saja, dapat juga lebih dari satu bagian matematika yang dipelajari. Ditinjau dari keragaman materi pelajaran matematika, bahwa satu bahasan berkaitan dengan satu atau lebih bahasan yang lain, maka kesulitan siswa pada suatu bahasan akan berdampak kesulitan pada bahasan berikutnya.
Dalam pembelajaran matematika, kesulitan peserta didik dapat dilihat dari tiga
elemen cakupan belajar matematika yakni konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. 1) Konsep menunjuk pada
pemahaman dasar siswa mengenai
matematika. Peserta didik mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu, sebagai contoh anak mengenal konsep segitiga sebagai suatu bidang yang dikelilingi oleh tiga garis lurus. 2) Keterampilan menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang,
sebagai contoh : proses dalam
menggunakan operasi dasar dalam
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian adalah suatu jenis keterampilan matematika. Suatu keterampilan dapat dilihat dari kinerja anak secara baik atau kurang baik dan secara cepat atau lambat. Keterampilan cenderung berkembang dan dapat ditingkatkan melalui latihan. 3) Pemecahan masalah yaitu aplikasi dari
konsep dan keterampilan. Dalam
pemecahan masalah biasanya melibatkan
beberapa kombinasi konsep dan
keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda dari sebelumnya. Sebagai contoh, pada saat peserta diminta untuk mengukur luas selembar papan, beberpa konsep dan keterampilan ikut terlibat.Lerner (dalam Abdurrahman, 2012).
Aktivitas belajar setiap siswa dalam mempelajari matematika tidak selamanya dapat berlangsung sesuai dengan harapan. Kesulitan belajar tersebut tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor – faktor non intelegensi. Menurut Aunurrahman (2011) kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh factor internal yaitu sikap siswa, motivasi, konsentrasi, kebiasaan belajar dan factor eksternal meliputi factor guru, kurikulum sekolah, sarana dan prasarana, lingkungan social siswa. Perubahan kurikulum merupakan salah satu faktor eksternal penyebab kesulitan belajar dimana menurut Aunurrahman (2011) perubahan pada kurikulum akan berdampak pada perubahan buku-buku pelajaran dan perubahan pada kegiatan belajar mengajar. Bilamana teknik dan metode guru mengalami perubahan, maka
siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan tersebut.
Namun, jika siswa tidak mampu
menyesuaikan dengan perubahan tersebut akan berdampak pada kesulitan belajar yang dialami siswa.
Pentingnya pemahaman konsep
matematika bagi siswa dan masih banyaknya kesulitan yang dihadapi oleh para siswa maka dirasa perlu untuk dilakukan suatu pengkajian tentang kesulitan belajar siswa dalam mempelajari matematika pada kurikulum 2013. Hal itu perlu dilakukan agar guru dapat mengetahui letak kesulitan siswa dalam mempelajari matematika pada kurikulum 2013 khususnya pada kelas IV tema indahnya negeriku sehingga guru dapat meminimalisir kesalahan–kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika. Selain itu guru juga dapat memberikan bantuan yang tepat pada jenis kesulitan belajar matematika sesuai dengan penyebab kesulitan belajar tersebut.
Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan 1) kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dialami siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 Tema Indahnya Negeriku di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar. 2) penyebab kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dialami siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 Tema Indahnya Negeriku di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar.
METODE
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk memaparkan jenis dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika siswa dalam implementasi kurikulum 2013 tema indahnya negeriku.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Piloting se-Kabupaten Gianyar. SD Piloting merupakan sekolah rintisan dalam penerapan kurikulum 2013. Di Kabupaten Gianyar terdapat 7 sekolah yang ditunjuk untuk tetap menjalankan kurikulum 2013 yaitu SD Negeri 1 Gianyar, SD Negeri 2 Gianyar, SD Negeri 7 Gianyar, SD Negeri 2 Blahbatuh,
SD Negeri 2 Batubulan, SD Negeri 1 Ubud, dan SD Negeri 4 Sebatu. Jumlah sampel yang digunakan dihitung menggunakan rumus pengambilan sampel dari Slovin sehingga diperoleh 217 siswa yang diambil dengan teknik random sampling secara proporsional dari masing-masing sekolah.
Untuk pengumpulan data
menggunakan metode tes dan angket. “Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Sudaryono dkk, 2013:40). Dalam penelitian ini menggunakan tes berbentuk uraian. Tes ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar matematika siswa. Melalui cara pengerjaan tes uraian ini akan diketahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika ditinjau dari pemahaman konsep, keterampilan dan pemecahan masalah yang telah mereka pahami. Tes uraian terdiri dari 9 soal yang valid. Soal
yang digunakan telah reliabel dengan rhitung > rtabel yaitu 0.735 > 0.334untuk taraf signifikan 5% dengan N=35 orang.
Sesudah data hasil tes terkumpul maka data diolah menggunakan teknik analisis persentase tingkat kesulitan siswa menggunakan rumus:
𝑃 = 𝑆
𝑆+ 𝐵 𝑥 100% (1)
Keterangan:
P : Persentase yang dilakukan siswa S : Langkah yang tidak ditulis atau salah B : Langkah yang benar
Hasilnya dibandingkan dengan kriteria tingkat kesulitan siswa yang dimodifikasi dari kriteria pemahaman menurut Arikunto (2013:281). Kriteria ini digunakan untuk menentukan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika pada Tema Indahnya Negeriku. Kriteria tingkat kesulitan siswa dapat dilihat pada
tabel 1
Tabel 1. Kriteria Tingkat Kesulitan Siswa
Taraf/Tingkat Kesulitan (%) Kriteria
62 – 100 Sangat Tinggi
46 – 61 Tinggi
36 – 45 Sedang
22 – 35 Rendah
0 - 21 Sangat Rendah
“Angket adalah seperangkat
pertanyaan yang disusun secara logis,
sistematis tentang konsep yang
menerangkan tentang variable-variabel yang diteliti” (Iskandar, 2010:77). Data yang ingin diperoleh dari angket ini adalah untuk mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan
belajar matematika siswa pada
implementasi kurikulum 2013. Angket yang digunakan berjumlah 40 pertanyaan yang valid. Untuk hasil perhitungan reliabilitas angket diperoleh rhitung = 0,927, sedangkan rtabel=0.279 untuk taraf signifikan 5% dengan N=50 orang. Jadi rhitung > rtabel yaitu 0.927 > 0.279,
sehingga dapat dikatakan angket yang digunakan sudah reliabel.
Sedangkan jawaban angket siswa dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tabulasi hasil pengisian angket terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dengan kategori tinggi dan sangat tinggi; (2) menghitung persentase jawaban siswa pada aspek faktor penyebab kesulitan belajar; (3)
membandingkan persentase dengan
kualifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang dimodifikasi dari Riduwan (2005). Adapun kualifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Kualifikasi Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Persentase Penyebab (%) Kualifikasi Penyebab
76 – 100 Sangat Berpengaruh
51 – 75 Berpengaruh
26 – 50 Cukup Berpengaruh
0 – 25 Tidak Berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam memeriksa tes diagnostik peserta didik, peneliti menganalisis letak kesalahan peserta didik dalam menjawab soal berdasarkan pemahaman konsep, penguasaan keterampilan matematika, dan pemecahan masalah.
Pemahaman konsep menunjuk pada pemahaman dasar peserta didik pada konsep matematika. Indikator kesulitan dalam pemahaman konsep matematika
yaitu kesulitan dalam menentukan rumus untuk menyelesaikan suatu masalah dan peserta didik dalam menggunakan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak menuliskan rumus. Kesulitan belajar dalam pemahaman konsep matematika yang diberikan pada sampel penelitian yang berjumlah 217 siswa disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 3. Kesulitan Belajar dalam Pemahaman Konsep Matematika
Kategori SD N 1 Gianyar SD N 2 Gianyar SD N 7 Gianyar SD N 2 Blahbatuh SD N 2 Batubulan SD N 1 Ubud SD N 4 Sebatu Jml % Sangat Tinggi 13 17 1 9 16 12 5 73 33,6 Tinggi 2 1 4 1 6 4 2 20 9,2 Sedang 3 8 2 3 4 4 1 25 11,5 Rendah 14 12 5 6 17 18 7 79 36,4 SangatRe ndah 5 4 3 0 3 5 0 20 9,2
Berdasarkan tabel 3. dapat dilihat kesulitan belajar dalam pemahaman konsep matematika. Dari 217 siswa, 33,6% mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep dengan kategori sangat tinggi, 9,2% berkategori tinggi, 11,5% berkategori sedang, 36,4% berkategori rendah, dan 9,2% dengan kategori sangat rendah.
Keterampilan menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Dalam muatan pelajaran matematika penguasaan
keterampilan menunjuk pada
penggunaanoperasi dasar dalam
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Indikator kesulitan matematika pada elemen keterampilan yaitu kesalahan
menggunakan operasi dasar dalam
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perhitungan akar dan kuadrat. Kesulitan belajar dalam penguasaan keterampilan matematika yang diberikan pada sampel penelitian yang berjumlah 217 siswa disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 4. Kesulitan Belajar dalam Penguasaan Keterampilan Matematika Kategori SD N 1 Gianyar SD N 2 Gianyar SD N 7 Gianyar SD N 2 Blahbatuh SD N 2 Batubulan SD N 1 Ubud SD N 4 Sebatu Jml % Sangat Tinggi 18 18 3 9 22 18 6 94 43,3 Tinggi 6 7 4 1 14 14 5 51 23,5 Sedang 6 9 2 4 5 3 0 29 13,4 Rendah 7 7 5 4 4 4 4 35 16,1 Sangat Rendah 0 1 1 1 1 4 0 8 3,7
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat kesulitan belajar dalam penguasaan keterampilan matematika. Dari 217 siswa,
43,3% mengalami kesulitan dalam
penguasaan keterampilan dengan kategori sangat tinggi, 23,5% berkategori tinggi,
13,4% berkategori sedang, 16,1%
berkategori rendah, dan 3,7% dengan kategori sangat rendah.
Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Indikator
kesulitan matematika dalam elemen pemecahan masalah yaitu peserta didik tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dalam menyelesaikan soal dan langkah yang digunakan tidak sesuai dengan penyelesaian soal yang diminta. Kesulitan
belajar dalam pemecahan masalah
matematika yang diberikan pada sampel penelitian yang berjumlah 217 siswa disajikan dalam bentuk tabel berikut
Tabel 5. Kesulitan Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika
Kategori SD N 1 Gianyar SD N 2 Gianyar SD N 7 Gianyar SD N 2 Blahbatuh SD N 2 Batubulan SD N 1 Ubud SD N 4 Sebatu Jml % Sangat Tinggi 15 18 4 9 21 16 6 89 41,0 Tinggi 1 1 2 0 3 1 1 9 4,1 Sedang 10 8 3 1 9 7 3 41 18,9 Rendah 11 15 6 7 13 17 4 73 33,6 Sangat Rendah 0 0 0 2 0 2 1 5 2,3
Berdasarkan tabel 5.dapat dilihat kesulitan belajar dalam pemecahan masalah matematika. Dari 217 siswa,
41,0% mengalami kesulitan dalam
pemecahan masalah dengan kategori sangat tinggi, 4,1% berkategori tinggi,
18,9% berkategori sedang, 33,6%
berkategori rendah, dan 2,3 berkategori sangat rendah.
Adapun hasil penelitian mengenai rata-rata tingkat kesulitan belajar matematika siswa dalam implementasi kurikulum 2013 tema indahnya negeriku
tertera pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Jenis Kesulitan Belajar Matematika pada Tes Diagnostik
Jenis Kesulitan Rata-rata (%) Kategori
Pemahaman Konsep 47,54 Tinggi
Penguasaan Keterampilan 61,29 Tinggi
Pada tabel 3. dapat dilihat rata-rata jenis kesulitan belajar matematika pada tes diagnostik. Ketiga jenis kesulitan
matematika berdasarkan pada tes
diagnostic berada pada kategori tinggi
dengan masing-masing persentase
kesulitan pada pemahaman konsep
47,54%, kesulitan pada penguasaan keterampilan 61,29% dan kesulitan pada pemecahan masalah 54,69%.
Sementara rata-rata faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika yang diperoleh dari penyebaran angket
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Pengaruh Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika
Faktor yang Diteliti Rata-rata (%) Kategori
Minat 41,97 Cukup Berpengaruh
Motivasi 46,98 Cukup Berpengaruh
Intelegensi 54,38 Berpengaruh
Guru 42,11 Cukup Berpengaruh
Buku Siswa 33,96 Cukup Berpengaruh
Pada tabel 4. dapat dilihat rata-rata pengaruh faktor penyebab kesulitan belajar matematika yang diperoleh dari penyebaran angket. Faktor minat siswa memiliki kategori cukup berpengaruh dengan persentase 41,97%, faktor motivasi siswa memiliki kategori cukup berpengaruh dengan persentase 46,98%, faktor intelegensi siswa memiliki kategori berpengaruh dengan persentase 54,38%, faktor guru memiliki kategori cukup berpengaruh dengan persentase 42,11%, dan faktor buku siswa memiliki kategori cukup berpengaruh dengan persentase 33,96%.
Hasil analisis data berdasarkan tes diagnostik yang diberikan menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang ditunjukkan dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Dalam pembelajaran matematika, kesulitan peserta didik dapat dilihat dari kesalahan pada tiga elemen cakupan belajar matematika yakni konsep, keterampilan dan pemecahan masalah Lerner (dalam Abdurrahman, 2012: 253). Kesulitan siswa tentang ketiga hal tersebut
mengakibatkan siswa menggunakan
prosedur penyelesaian soal yang tidak benar.
Rata-rata tingkat kesalahan yang dilakukan siswa pada pemahaman konsep berada di kategori tinggi dengan persentase 47,54%. Sehingga dapat dikatakan sebagian siswa masih banyak yang
mengalami kesulitan dalam menentukan konsep atau pemahaman dasar yang digunakan untuk menyelesaikan soal matematika. Dalam hal ini, siswa masih banyak yang menggunakan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut dan tidak menuliskan rumus dalam menyelesaikan soal.
Rata-rata tingkat kesalahan yang
dilakukan siswa pada penguasaan
keterampilan matematika berada di kategori tinggi dengan persentase 61,29%. Jika dilihat dari tabel 4.4 persentase kesulitan penguasaan keterampilan memiliki nilai paling tinggi ini berarti masih banyak siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan operasi dasar dalam perhitungan. Kesalahan yang dilakukan siswa pada
penguasaan keterampilan meliputi
kesalahan dalam melakukan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan asli. Tidak hanya pada bilangan asli, pada jawaban siswa juga dijumpai kesalahan dalam menghitung persentase dan desimal.
Rata-rata kesalahan siswa dalam pemecahan masalah matematika berada di kategori tinggi dengan persentase 54,69%. Sehingga dapat dikatakan, masih banyak siswa yang tidak mampu mengaplikasikan kombinasi antara konsep dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang tidak
mampu melanjutkan langkah dalam
digunakan tidak sesuai dengan langkah penyelesaian yang seharusnya.
Hal ini didukung oleh pendapat dari Mulyadi (2010) yang mengatakan bahwa rendahnya hasil belajar peserta didik merupakan salah satu patokan adanya gejala kesulitan belajar. Jika dilihat dari pendapat tersebut, hasil belajar yang diperoleh dibawah kriteria ketuntasan minimal dapat diidentifikasikan ia telah mengalami kesulitan dalam pembelajaran tersebut.
Pemahaman konsep dan
keterampilan berhitung dalam memecahkan masalah matematika yang dikemas dalam soal tersebut sesungguhnya telah diajarkan
kepada siswa. Namun dalam
menyelesaikan soal-soal pada tema indahnya negeriku yang diberikan, siswa cenderung banyak melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut menandakan siswa masih belum memahami konsep dasar yang diharapkan dari pembelajaran tersebut sehingga ia mengalami kesulitan belajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat yang mengatakan bahwa “Seorang atau sekelompok murid yang mendapat kesulitan dalam mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan dapat disebabkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai” (Mulyadi, 2010:16). Dengan demikian dapat dikatakan memang benar bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika pada tema indahnya negeriku ditinjau dari pemahaman konsep, keterampilan dan pemecahan masalah matematika.
Faktor penyebab kesulitan belajar matematika selain ditinjau dari perubahan pada kurikulum juga akan meninjau dari faktor internal yang mempengaruhinya. Sehingga penulis mengklasifikasikan faktor-faktor tersebut ke dalam dua faktor-faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ini akan ditinjau dari perubahan pada kurikulum yang dibagi menjadi aspek guru dan buku siswa sedangkan faktor internal ditinjau dari aspek minat, motivasi dan intelegensi.
Pada faktor eksternal penulis membagi menjadi 2 aspek yaitu faktor guru dan buku siswa yang digunakan. Faktor guru memiliki pengaruh yang berada pada
kategori cukup berpengaruh dengan persentase 42,11%. Faktor guru ini ditinjau dari kualitas pembelajaran yang diberikan oleh guru dan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Sedangkan faktor buku siswa memiliki pengaruh yang berada pada kategori cukup berpengaruh dengan persentase 33,96%.
Selanjutnya penulis membagi faktor internal ke dalam tiga aspek yaitu faktor minat, motivasi dan intelegensi siswa. Secara umum, faktor minat memiliki pengaruh yang berada pada kategori cukup berpengaruh dengan persentase 41,97%. Minat ini berkaitan dengan ketertarikan
peserta didik untuk mempelajari
matematika serta sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Faktor Motivasi memiliki pengaruh yang berada pada kategori cukup berpengaruh dengan persentase 46,98%. Motivasi ini akan tampak pada kesungguhan siswa untuk terlibat di dalam proses belajar. Motivasi berkaitan dengan perhatian siswa terhadap pembelajaran matematika serta usaha siswa untuk belajar matematika dalam meningkatkan hasil belajar. Sedangkan faktor intelegensi memiliki pengaruh pada kategori berpengaruh dengan persentase 54,38%. Faktor intelegensi berkaitan dengan pemahaman terhadap matematika
dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Jika dilihat pada tabel 4.11, persentase faktor tertinggi yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar matematika berasal dari faktor internal siswa, yaitu faktor intelegensi dengan persentase 54,38% dan faktor minat dengan persentase 46,98%. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar matematika siswa di SD Piloting
se-Kabupaten Gianyar paling tinggi
disebabkan oleh faktor internalnya bukan karena perubahan pada kurikulum. Dengan kata lain, meskipun kurikulum KTSP telah berubah menjadi kurikulum 2013, namun minat, motivasi dan intelegensi siswa masih kurang terhadap pembelajaran matematika sehingga menyebabkan adanya kesulitan belajar. Hal ini didukung oleh pendapat dari Aunurrahman (2011) yang mengatakan bahwa jika ditinjau dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat
muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan minat dari peserta didik, dan selama proses belajar masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi dan intelegensi siswa. Beliau juga menekankan bahwa “rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan”(Aunurrahman,2011:180). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor internal seperti minat, motivasi dan intelegensi dapat mempengaruhi kesulitan belajar pada peserta didik.
Namun, kurangnya minat dan
motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika juga tidak dapat lepas dari faktor eksternal yang mempengaruhinya. Jika dilihat dari faktor eksternal, dalam hasil
penelitian menunjukan persentase
pengaruh guru lebih tinggi jika dibandingkan dengan buku siswa yang digunakan dalam hal ini terkait dengan kurikulum 2013 yaitu 42,11%. Ini berarti bahwa guru mempengaruhi hasil belajar siswanya. Hal ini senada dengan ungkapan “jika guru tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi strategis pembelajaran, siswa-siswa
akan mengalami masalah yang
kemungkinan dapat menghambat
pencapaian hasil belajar mereka” (Aunurrahman, 2011: 193).
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dialami siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 Tema Indahnya Negeriku di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar meliputi kesulitan pemahaman konsep dengan kategori tinggi (47,54%), kesulitan pada penguasaan keterampilan matematika dengan kategori tinggi (61,29%), dan kesulitan pada pemecahan masalah dengan kategori tinggi (54,69%). Sementara faktor penyebab kesulitan belajar matematika meliputi faktor internal yaitu minat dengan kategori cukup berpengaruh (41,97%), motivasi dengan kategori cukup berpengaruh (46,98%), intelegensi dengan kategori berpengaruh (54,38%) dan faktor eksternal meliputi faktor guru dengan kategori cukup berpengaruh (42,11%) dan buku siswa
dengan kategori cukup berpengaruh (33,96%).
Adapun saran yang dapat
disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil penelitian ini yaitu: a) Kepada guru, untuk mengurangi jumlah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar matematika hendaknya melakukan analisis kesulitan belajar secara berkala kepada peserta didik yang menunjukkan gejala kesulitan belajar sehingga kesulitan yang dialami peserta didik dapat diatasi dengan cepat dan dengan cara yang tepat. b) Kepada peneliti yang lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sejenis hendaknya tidak terfokus pada faktor dari siswa saja, tetapi harus memperhatikan faktor lain seperti metode guru, sarana dan prasarana serta instrumen penunjang dalam proses pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Aunurrahman. 2011. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Damayanti, Deni. 2014. Panduan
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:Araska.
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Kurniasih, Imas. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD. 2013. Jakarta:
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran
Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.