SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
HALAMAN 1 DARI 3 (C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
Internet dan Masalah Sosial
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI
999
Nomor 167, 22 Februari 2013
Kebanyakan orang Indonesia melihat kemajuan teknologi internet sebagai sebuah peluang bisnis dibandingkan dengan potensinya sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Hal tersebut wajar‐wajar saja melihat bahwa perkembangan internet tidak dapat dipisahkan dari majunya industri komputer dan telekomunikasi untuk menunjang kebutuhan bisnis. Namun kalau dicermati lebih lanjut, sebenarnya banyak sekali aspek‐aspek dari internet yang dapat dimanfaatkan untuk menangani beberapa permasalahan yang ada di Indonesia. Di bidang kesehatan misalnya. Lihatlah apa yang biasa dilakukan oleh masyarakat ketika di sekitar kediamannya dijumpai seorang pasien dengan penyakit langka yang nampaknya sudah sangat parah. Yang kerap dilakukan adalah mengambil foto dari orang tersebut dan menghubungi beberapa majalah yang memiliki program “Dompet Sosial” untuk mengetuk hati para pembaca yang ingin menyisihkan sebagian pendapatannya untuk disumbangkan demi kesembuhan yang bersangkutan. Tidak jarang terjadi bahwa ketika uang yang diperlukan telah selesai dikumpulkan untuk biaya operasi atau rumah sakit misalnya, yang bersangkutan telah meninggal dunia. Belum lagi terhitung penyakit yang membutuhkan biaya sangat besar yang terasa mustahil dapat diperoleh melalui cara tersebut dalam jangka
waktu cepat. Apa yang dapat dilakukan internet? Scan‐lah foto pasien tersebut dan kirimlah
melalui email ke berbagai universitas terkemuka di dunia yang memiliki School of Medicine
(jurusan kedokteran) semacam John Hopkins University, Harvard University, Princeton University, dan lain‐lain. Mengapa? Karena institusi pendidikan tersebut mencari berbagai jenis penyakit langka yang terjadi di dunia untuk diteliti. Mereka tidak segan‐segan mengeluarkan biaya besar untuk membawa si pasien dari negara berkembang ke tempat riset mereka, menelitinya, dan bahkan menyembuhkannya. Proses pengiriman foto melalui internet tersebut selain murah juga merupakan usaha yang nothing to lose, artinya siapa tahu satu dari universitas tersebut “tertarik” terhadap penyakit yang diderita pasien tersebut. Contoh lain adalah di bidang pendidikan. Tengoklah bagaimana sulitnya seorang guru atau dosen mendapatkan buku‐buku yang dibutuhkan untuk menambah ilmu pengetahuannya karena selain mahal, keberadaannya pun terbatas di kota‐kota besar saja. Apa yang dapat dilakukan internet? Dengan sedikit mengetahui teknik pencarian informasi melalui situs‐situs
portal (searching engine), sebuah Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama di
sebuah kecamatan dapat memiliki “perpustakaan” yang sangat lengkap. Perpustakaan virtual ini tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh para guru, namun siswa‐siswi dan masyarakat di sekitarnya pun dapat menikmati tambahan pengetahuan ini. Bayangkan jika seorang guru atau siswa menyebarkan pengetahuan yang didapatkan tersebut melalui media‐media semacam majalah sekolah, artikel media massa, diskusi panel, dan lain sebagainya secara kontinyu. Intinya di sini adalah bahwa informasi dan pengetahuan yang biasanya hanya dimonopoli oleh kota‐kota besar, dengan mudahnya dapat dikonsumsi oleh siapa saja di tanah air ini dengan syarat memiliki akses ke internet.
Kasus ketiga adalah di agama dan budaya. Beberapa situs belakangan ini memberitakan bahwa ribuan umat Hindu di seluruh dunia kini dapat “beribadah” di kuil paling suci di India
via internet. Dengan mudah umat Hindu tinggal mengakses situs www.saranam.com yang
berbasis di Madras‐India untuk melakukan pemujaan. Dalam hal lain, untuk pertama kalinya di dunia, seseorang dapat melakukan komunikasi langsung untuk keperluan diskusi, tukar pikiran, mohon nasehat, dan lain sebagainya dengan berbagai tokoh besar agama maupun budaya di dunia tanpa harus membuang banyak waktu, biaya, dan tenaga. Kebanyakan dari mereka saat ini dapat dihubungi melalui email pribadi. Di Indonesia misalnya, ratio antara jumlah pemuka agama dan populasi penduduk yang sedemikian kecil membuat sulitnya masyarakat mendapatkan siraman rohani dari pemukanya dalam jumlah yang cukup. Para rohaniwan tersebut tidak jarang harus membagi waktunya yang sangat terbatas, 24 jam sehari, untuk mengunjungi berbagai kalangan yang membutuhkan nasehat mereka sehari‐ harinya.
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Sarana semacam email, mailing list, discussion board, workgroup, ataupun website yang merupakan bagian tak terpisahkan dari internet sedikit banyak telah membantu para rohaniwan dan umat untuk dapat berkomunikasi secara lebih e�isien dan efektif.
Pada akhirnya, perkembangan teknologi internet harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan kualitas kesejahteraan tidak berarti adanya perbaikan dari segi ekonomi saja namun lebih jauh lagi bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan‐kebutuhan dan memecahkan permasalahan‐permasalahan sosial yang dihadapinya. Dengan sedikit kreativitas dan kerja keras, banyak sekali kontribusi internet yang dapat diterapkan untuk menjawab berbagai kendala yang dihadapi masyarakat, tidak hanya sebatas bidang kesehatan, pendidikan, agama, dan budaya seperti yang dicontohkan di atas, namun dapat lebih jauh lagi dimanfaatkan untuk menjawab permasalahan di bidang ideologi, politik, pertahanan, keamanan, kesenian, dan lain sebagainya.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT