• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Asesmen Kualitas Pemilu Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Modul Asesmen Kualitas Pemilu Kurikulum"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Modul Pembelajaran

Assesmen Kualitas Pemilu

(2)

Modul Pembelajaran

Assesmen Kualitas

Pemilu

Penyusun:

Joash Tapiheru

(3)

DAFTAR ISI

Daftar Isi...iii

Pengantar... 1

Kompetensi ... 1

Pokok Bahasan ... 2

Metode Pembelajaran ... 2

Metode Evaluasi ... 3

Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran ... 1

Tinjauan Mata Kuliah... 8

Deskripsi dan Status Mata Kuliah... 8

Kegunaan Mata Kuliah Bagi Peserta Didik... 8

Tujuan Pembelajaran/ Tujuan Mata Kuliah ... 9

Susunan Bahan Ajar... 10

Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar... 11

Bahan Ajar...12

Bab I Pemilu dan Demokrasi... 12 Bab II Sistem Pemilu ...Error! Bookmark not defined.

Bab III Desain Sistem Pemilu...Error! Bookmark not defined.

(4)

PENGANTAR

Pemilu telah menjadi sinonim dengan demokrasi modern saat ini. Dalam pengertian itu, kualitas pemilu menjadi salah satu faktor yang menentukan, sekaligus parameter pokok yang mengindikasikan kualitas demokrasi di suatu negara. Posisi sentral pemilu dalam demokrasi moden tersebut membuat informasi dan pengetahuan tentang kualitas pemilu menjadi suatu hal yang krusial jika kita hendak menciptakan demokrasi yang berkualitas dan berkelanjutan.

Mata kuliah dan modul assesmen kualitas pemilu ini diselenggarakan dengan tujuan untuk berkontribusi menghasilkan ide dan praktek assesmen kualitas pemilu yang bisa diandalkan. Ini berangkat dari review awal yang memperlihatkan bahwa meskipun wacana, baik di tataran konsep maupun praktek, assesmen kualitas pemilu telah berkembang dengan sangat cepat, termasuk di Indonesia, belum ada kesepakatan yang terbangun tentang framework yang digunakan dan bagaimana informasi yang dihasilkan digunakan, terutama untuk perbaikan kualitas pemilu di masa yang akan datang.

Desain perkuliahan Assesmen Kualitas Pemilu yang disajikan dalam perkuliahan ini mengajak peserta kuliah untuk bersama-sama mencermati konsep dan praktek assesmen kualitas pemilu dimulai dari pemahaman bahwa assessmen kualitas pemilu pada dasarnya adalah fungsi monitoring dan evaluasi. Kegunaan dari fungsi ini adalah memastikan bahwa implementasi pemilu itu berujung pada tujuan yang ingin dicapai, pelembagaan sejumlah nilai dan praktek yang bersifat substantif, serta menghasilkan informasi yang bisa digunakan lebih lanjut untuk mencapai tujuan tersebut. Orientasi pencapaian tujuan inilah, dalam hal ini menciptakan pemilu yang berkualitas untuk demokrasi yang juga berkualitas, yang pada gilirannya diharapkan bisa menjadi rujukan bersama untuk mengkoordinasikan berbagai konsep dan praktek assessmen kualitas pemilu, khususnya di Indonesia.

Kompetensi

(5)

Pokok Bahasan

Untuk mencapai kompetensi tersebut pokok-pokok bahasan yang disajikan dalam perkuliahan ini meliputi (1) Electoral Governance dan Electoral Quality Assesment-EQA atau Assesmen Kualitas Pemilu, (2) Pembuatan Aturan Pemilu, (3) Rule Implementation: Penyelenggaraan Pemilu, dan (4) Isu-isu Kritis dan Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia.

Pokok bahasan yang pertama difokuskan untuk mengajak mahasiswa memahami peta besar tata pemerintahan pemilu dalam proses demokrasi serta fungsi dan peran assessment kualitas pemilu didalamnya. Berbekal pemahaman ini, mahasiswa bisa mengembangkan kemampuan analisis kritisnya atas beragam model dan praktek assesmen kualitas pemilu yang menjadi pokok-pokok bahasan selanjutnya.

Masing-masing pokok bahasan diturunkan menjadi sub-pokok bahasan. Sub-pokok bahasan inilah yang menjadi topik sesi-sesi perkuliahan dalam mata kuliah Assesmen Kualitas Pemilu ini. Adapun sub-pokok bahasan di sini adalah (1) Pemilu dan kedaulatan rakyat dalam demokrasi modern, (2) Keragaman dan kontestasi konsep demokrasi dan pemilu, (3) Electoral governance dan model assesmen kualitas pemilu, (4) Assesmen Kualitas Aturan Kompetisi Electoral, (5) Assesmen Kualitas Aturan Tata Pemerintahan Electoral, (6) Assesmen Kualitas Pendataan pemilih, kandidat, partai politik, dan observer, (7) Assesmen Kualitas Pendidikan pemilih dan kampanye, (8) Assesmen Kualitas Penyelenggaraan pemilu: pemberian suara, penghitungan, pelaporan, dan pengawasan, (9) Kerangka electoral governance di Indonesia dan pengalaman Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia, (10) Pengelolaan Informasi Hasil Electoral Quality Assessment di Indonesia: Aksesibilitas dan Penggunaan Informasi, dan (12) Diskusi kasus terkait kualitas pemilu di Indonesia.

Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam mata kuliah Assesmen Kualitas Pemilu mengadopsi model Student Centered Learning-SCL. Dalam model ini, proses pembelajaran yang dilakukan berfokus pada upaya mendorong mahasiswa untuk mengaplikasikan pemahaman konseptual yang didapatkannya untuk melakukan analisis atas kasus-kasus empirik sesuai dengan topik pembahasan yang sedang dilakukan. Model seperti ini juga digunakan dalam desain penugasan akhir, di mana mahasiswa di minta untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif atas isu-isu kritis pemilu dan kaitannya dengan assesmen kualitas pemilu di Indonesia.

(6)

Metode Evaluasi

(7)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Minggu ke

Tujuan Pembelajaran Pokok bahasan

Media ajar Metode Pembelajaran Penilaian Pustaka Yang dilakukan

mahasiswa

Yang dilakukan

dosen

Metode Kriteria Bobot 1. Mahasiswa

2.  Mahasiswa memahami kualitas dan cara mendefinsikan kualitas pemilu dan demokrasi

Pemilu dan ekspresi

PPT Membaca literature

Diskusi kelas

Menjelaska

Mozaffar dan Schedler, 2002

3.  Kualitas Pemilu dan Politik Pengetahuan:

Keragaman perspektif

(8)

Kontensi Pilihan Indikator, Aksesibilitas informasi hasil

Electoral Quality Assessment, dan Tujuan Penggunaan

Diskusi kelas

konsep

4.  Mahasiswa memahami hubungan antara kualitas pemilu dan kualitas demokrasi

 Mahasiswa mampu memberikan penjelasan umum tentang aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas pemilu dan kualitas demokrasi

PPT Membaca literatur

Diskusi kelas

Menjelaska

Theorell dan Lindstedt, 2010

Elklit dan Reynolds, 2005

(9)

memahami dan bisa menjelaskan aspek-aspek dari proses pembuatan aturan

Diskusi kelas

n

konsep-6.  Mahasiswa

memahami dan bisa menjelaskan aspek-aspek dari proses pembuatan aturan

Ppt Membaca literatur

Diskusi kelas

Menjelaska

Elklit dan Reynolds, 2005

7.  Mahasiswa memahami dan mampu

menjelaskan bagaimana aturan aturan pendataan pemilih, partai dan kandidat peserta pemilu dan obersever

diimplementasikan

 Mahasiswa mampu mengidentifikasi

Diskusi kelas

(10)

8.  Mahasiswa

 Mahasiswa mampu mengidentifikasi

Diskusi kelas

Menjelaska buku Najib et.al., 2014

9.  Mahasiswa memahami dan

 Mahasiswa mampu mengidentifikasi

Diskusi kelas

(11)

10.  Mahasiswa Kualitas Pemilu di Indonesia. atas desain dan aplikasi Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia.

11.  Mahasiswa mengetahui dan

(12)

isu-informasi hasil

12.  Mahasiswa mampu

mengidentifikasi dan membangun argumen kritis atas desain dan aplikasi Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia.

13.  Mahasiswa mampu

(13)
(14)

TINJAUAN MATA KULIAH

Deskripsi Mata Kuliah

Sebagaimana dideskripsikan oleh judul mata kuliah ini, topik utama yang dibahas di sini adalah Assesmen Kualitas Pemilu. Topik ini relevan untuk dibahas dalam sebuah mata kuliah tersendiri berdasarkan pertimbangan bahwa selama ini permasalahan kualitas pemilu dianggap sebagai sesuatu yang terberi dan penilaian atas kualitas tersebut dianggap sudah terintegrasi dalam penilaian kualitas demokrasi yang sudah jauh lebih berkembang.

Meskipun banyak pendapat yang menyetujui perlunya sebuah kerangka assessment kualitas pemilu yang secara spesifik terpisah dari kerangka assessment kualitas demokrasi, dalam pengimplementasiannya ada banyak dilema yang harus dihadapi. Dilema ini terutama sekali terkait metodologi, penentuan indikator dan pengukuran kualitas pemilu. Solusi yang ditawarkan atas dilemma-dilema tersebut harus memenuhi dua parameter sekaligus, yaitu parameter penerimaan politis oleh semua stakeholder dalam electoral governance dan parameter efektifitas dan efisiensi praktis.

Mata kuliah ini didesain untuk mengajak mahasiswa mengenal dan memahami diskusi dan perdebatan seputar assessment kualitas pemilu, baik pada level konseptual maupun praktek. Pada level konseptual, dalam sesi-sesi perkuliahan mahasiswa diajak untuk memahami sejumlah kerangka konseptual Assesmen Kualitas Pemilu dan melakukan review kritis atas konsep-konsep tersebut.

Pada level praktis, mahasiswa diajak untuk memahami kerangka dan mekanisme Assesmen Kualitas Pemilu yang diadopsi di Indonesia. Di level ini mahasiswa juga diajak untuk melakukan review kritis dengan mengangkat pengetahuan maupun pengalaman empiris dari pelaksanaan pemilu di Indonesia, baik di level nasional maupun lokal. Poin-poin yang dihasilkan dari review kritis tersebut selanjutnya bisa digunakan sebagai input baru untuk pengembangan kerangka Assesmen Kualitas Pemilu lebih lanjut di Indonesia.

Kegunaan Mata Kuliah Bagi Peserta Didik

(15)

Simultan dengan pemahaman pentingnya Assesmen Kualitas Pemilu dan basis teori serta metodologisnya, dengan mengikuti mata kuliah ini mahasiswa juga memahami Assesmen Kualitas Pemilu yang dilakukan di Indonesia. Dengan bekal pemahaman relevansi dan teori yang dimilikinya mahasiswa juga akan mampu mengidentifikasi kebutuhan Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia dan membuat desain awal kerangka Assesmen Kualitas Pemilu untuk diterapkan di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun lokal.

Tujuan Pembelajaran

Mata kuliah ini diselenggarakan untuk mencapai sejumlah tujuan. Secara garis besar tujuan penyelenggaraan mata kuliah ini bisa dibagi dalam dua tujuan besar, yaitu, pertama, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kritis konseptual tentang demokrasi dan pemilu serta hubungan di antara keduanya. Kedua, membangun pemahaman dan skill untuk mengoperasionalisasikan konsep pemilu dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemilu serta hubungannya dengan demokrasi dan kualitas demokrasi secara keseluruhan.

Tujuan yang pertama erat kaitannya dengan perkembangan isu dan wacana terkait kualitas pemilu dan pengukuran kualitas pemilu serta hubungannya dengan kualitas demokrasi secara keseluruhan. Sampai saat ini masih ada ruang perdebatan yang cukup lebar, baik di level konseptual maupun operasional tentang bagaimana kualitas pemilu diukur dan bagaimana hasil pengukuruan yang dilakukan terkait dengan kualitas demokrasi di suatu Negara. Perdebatan ini akan menjadi topik yang dielaborasi pada paruh pertama perkuliahan Assesmen Kualitas Pemilu ketika mahasiswa diperkenalkan dengan sejumlah konsep kualitas pemilu dan assesmen kualitas pemilu yang tengah berkembang saat ini. Dalam fase ini, mahasiswa diajak untuk mengenal, memahami, dan mengembangkan kemampuan analisis kritis atas beragam konsep tersebut serta perdebatan yang berlangsung terkait assesmen kualitas pemilu.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan tersebut, pada paruh selanjutnya mahasiswa diajak untuk mencermati situasi empiric terkait kualitas pemilu di Indonesia, terutama dalam hubungannya dengan demokratisasi yang tengah berlangsung. Pada fase ini mahasiswa diajak untuk melakukan analisis kritis atas praktek assesmen kualitas pemilu yang selama ini sudah dilakukan di Indonesia, baik di level konsep kerangka assesmen yang dilakukan maupun pada implementasi kerangka assesmen tersebut. Sebagai manifestasi dari model SCL serta untuk membangun kesadaran kritis akan pengaruh dimensi konteks dalam penyelenggaraan pemilu dan demokrasi, mahasiswa diminta untuk mengangkat isu-isu terkait penyelenggaraan pemilu dan assesmen kualitas pemilu yang dekat dengan pengalaman empiris mereka sebagai obyek kajian dalam fase ini.

(16)

Indonesia dan kontribuasinya bagi demokratisasi di Indonesia. Dengan kapasitas melakukan analisis kritis serta kecanggihan mengoperasionalisasikan konsep assesmen pemilu, melalui mata kuliah ini mahasiswa bisa berkontribusi, tidak hanya, bagi pengembangan lebih lanjut atas konsep assesmen kualitas pemilu, tetapi juga berkontribusi memberikan alternatif kebijakan praktis untuk memperbaiki kualitas pemilu di Indonesia.

Susunan Bahan Ajar

Bab Pokok Bahasan Sub-pokok Bahasan

I Pengantar Perkuliahan 1. Silabus&kontrak belajar

II Mengenal Electoral Governance dan Electoral Quality Assessment

2. Demokrasi dan Pemilu: Electoral Quality Assessment sebagai Instrumentasi Monitoring dan Evaluasi

3. Kualitas Pemilu dan Politik Pengetahuan: Kontensi Pilihan Indikator, Aksesibilitas informasi hasilElectoral Quality Assessment, dan Tujuan Penggunaan Informasi hasilElectoral Quality

Assessment.

4. Electoral governancedan Assesmen Kualitas Pemilu

III Pembuatan Aturan Main Pemilu 5. Aturan kompetisi elektoral 6. Aturan Electoral Governance

IV Rule Implementation: Penyelenggaraan Pemilu

7. Pendataan pemilih, kandidat, partai politik, dan observer 8. Pendidikan pemilih

9. Penyelenggaraan pemilu: pemberian suara,

penghitungan, pelaporan, dan pengawasan

V Isu-isu kritis pemilu dan Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia

10. Kerangkaelectoral

governancedi Indonesia dan pengalaman Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia 11. Pengelolaan Informasi Hasil

Electoral Quality Assessment di Indonesia: Aksesibilitas dan Penggunaan Informasi

(17)

14. Workshop penulisan makalah tugas akhir

Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar

(18)

BAHAN AJAR

Bab I Gambaran Perkuliahan

Pendahuluan

Pemilihan umum atau pemilu merupakan sebuah elemen penting dalam demokrasi perwakilan modern. Dari pemilu seringkali nasib demokrasi ditentukan. Asumsinya pemilu merupakan momen di mana publik menyatakan kedaulatannya dalam menentukan siapa wakil-wakilnya yang akan menjalankan pemerintahan selama periode tertentu. Hampir semua orang setuju dengan premis di atas. Namun aspek-aspek apa saja dari sebuah pemilu yang menentukan kualitasnya dan bagaimana setiap aspek ini berpengaruh terhadap kualitas demokrasi secara keseluruhan belum sepenuhnya tereksplorasi dan teridentifikasi.

Korelasi antara kualitas pemilu dan kualitas demokrasi secara umum juga memiliki bobot yang berbeda ketika kita memperhatikan konteks di mana pemilu tersebut dilaksanakan. Dalam konteks negara-negara dengan demokrasi yang sudah mapan, kualitas pemilu dianggap sebagai sesuatu yang terberi. Itu sebabnya, eksplorasi tentang isu kualitas pemilu hanya akan mencuat saat ditemukan adanya deviasi pelaksanaan pemilu di negara-negara tersebut (Mozaffar dan Schedler, 2002). Sementara, dalam konteks negara-negara dengan struktur demokrasi yang masih muda ataunewly democratizing countrieskualitas pemilu sangat menentukan masa depan demokrasi di negara-negara tersebut.

Penyajian

Dalam pertemuan ini dosen dan mahasiswa akan membahas tujuan dan sistematika perkuliahan, metodedeliveryperkuliahan, penugasan, dan metode penilaian. Dosen membuka perkuliahan dengan memberikan paparan singkat tentang relevansi dari perkuliahan ini dan ide besar yang melandasi pokok-pokok bahasan serta derivasinya menjadi sub-topik pembahasan yang disajikan menjadi topik sesi perkuliahan dalam mata kuliah ini.

(19)

Selanjutnya, dosen memaparkan kepada mahasiswa bagaimana tujuan perkuliahan dijabarkan dalamdelivery perkuliahan termasuk melalui penugasan. Sebagai upaya untuk mengasah pemahaman teoritik dan kemampuan analisis mahasiswa, dosen menjelaskan bahwa setiap minggunya mahasiswa akan diminta untuk membuat makalah pendek (1500 hingga 2000 kata) berisi review kritis atas literatur terkait topik yang menjadi pembahasan dalam sesi yang bersangkutan.

Untuk memastikan bahwa mahasiswa mempersiapkan diri untuk setiap sesi perkuliahan, dosen bisa meminta mahasiswa memberikan paparan singkat untuk menjawab sejumlah permasalahan kritis. Di setiap akhir sesi perkuliahan, dosen memberikan satu atau lebih pertanyaan kritis yang berkaitan dengan topik sesi berikutnya. Mahasiswa diminta untuk mempersiapkan jawabannya, dalam bentuk paparan singkat; dalam bentuk tulisan atau lisan, dan disampaikan pada pertemuan berikutnya.

Untuk tugas akhir dosen menjelaskan pada mahasiswa bahwa mereka diminta mengangkat kasus empirik dari pengalaman proses elektoral di Indonesia. Model penugasan seperti ini dipilih sebagai upaya penjabaran tujuan perkuliahan dan implementasi model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning-SCL). Penulisan tugas akhir ini dilakukan melalui serangkaian proses review, mulai dari penentuan topik dan rumusan permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah sampai pada penulisan naskah final. Selain sebagai instrument untuk mengasah kemampuan analisis mahasiswa untuk menjawab problem empirik terkait pemilu dan kualitas pemilu, proses penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membangun pemahaman kritis atas pendekatan-pendekatan yang selama ini digunakan dalam Assesmen Kualitas Pemilu.

Terkait dengan proses delivery perkuliahan yang dipaparkan di atas, dosen juga menjelaskan kepada mahasiswa bahwa untuk setiap sesi ada bacaan wajib yang harus dibaca oleh mahasiswa, sekaligus sebagai bahan untuk direview. Dosen meminta kepada mahasiswa untuk membatasi literatur pada bacaan wajib yang ada. Literatur di luar bacaan tersebut bisa dimasukkan sebagai bagian dari perspektif yang digunakan untuk mengkritisi literatur yang direview dalam penugasan.

Selanjutnya dosen menjelaskan metode dan komponen penilaian yang digunakan dalam perkuliahan ini.

Penutup

(20)
(21)

Bab II Mengenal Electoral Governance dan Assesmen Kualitas Pemilu

Pendahuluan

Pemilu merupakan sebuah elemen krusial dalam demokrasi perwakilan modern. Dalam wacana demokrasi saat ini, pemilu merupakan sebuah elemen yang dianggap menentukan kualitas dan keberlanjutan demokrasi itu sendiri. Persepsi yang melihat pemilu sebagai indikator utama, bahkan identik dengan demokrasi itu sendiri adalah hal yang jamak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang menarik adalah, asosiasi dan identifikasi antara pemilu dan demokrasi ini seringkali berujung pada kesalahan persepsi. Bentuk kesalahan persepsi bisa bermacam-macam. Ada kasus di mana orang berharap bahwa dengan pemilu, dan hanya pemilu, demokrasi yang mapan bisa terbangun. Namun ada juga bentuk sebaliknya, yaitu menggunakan pemilu sebagai alat untuk membangun citra bahwa rezim yang berkuasa telah melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi.

Gambaran kompleksitas persepsi tentang hubungan pemilu dan demokrasi yang digambarkan di atas akan menjadi topik bahasan di bab ini. Hampir semua orang setuju tentang keterkaitan antara pemilu dan demokrasi modern. Namun “bagaimana” keduanya saling terkait satu sama lain lebih sering diterima sebagai sesuatu yang terberi, sehingga sebagian besar orang cenderung mengabaikan detil teknikalitas dari pemilu dan hubungannya dengan demokrasi. Sebagaimana dikatakan oleh Mozaffar dan Schedler, orang cenderung baru menyadari pentingnya memperhatikan detil teknikalitas pemilu “ketika ada yang salah dengan pemilu” (Mozaffar dan Schedler, 2002). Hal ini terutama terjadi di negara-negara dengan demokrasi yang sudah mapan.

Mengidentifikasi aspek-aspek yang menyangkut teknikalitas pemilu dan dampaknya, baik nyata maupun yang dipersepsikan, terhadap demokrasi menjadi penting untuk membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang kaitan antara pemilu dan demokrasi. Identifikasi akan aspek-aspek ini juga membantu untuk menentukan indikator-indikator apa yang kemudian harus diperhatikan untuk menilai kualitas pemilu.

(22)

Penyajian

Dosen memaparkan bagaimana topik pembahasan di Bab ini akan disampaikan dalam tiga sesi, masing-masing dengan sub topik Demokrasi dan Pemilu: Electoral Quality Assessmentsebagai Instrumentasi Monitoring dan Evaluasi , Kualitas Pemilu dan Politik Pengetahuan: Kontensi Pilihan Indikator, Aksesibilitas informasi hasil Electoral Quality Assessment, dan Tujuan Penggunaan Informasi hasil Electoral Qualitydan “Electoral governance dan Assesmen Kualitas Pemilu”.

Untuk sub-topik yang pertama, dosen mengawali perkuliahan dengan paparan tentang kecenderungan pemikiran-pemikiran yang membingkai hubungan antara pemilu dan demokrasi perwakilan modern. Merujuk pada literatur Mozaffar dan Schedler dosen menjelaskan bagaimana persepsi tentang hubungan pemilu dan demokrasi dipengaruhi oleh konteks di mana demokrasi itu berlangsung. Hal ini termasuk bagaimana dalam konteks negara-negara demokrasi baru, kualitas pemilu menentukan kualitas dan masa depan demokrasi di negara yang bersangkutan dengan derajat urgensi lebih tinggi daripada di negara-negara demokrasi yang sudah mapan.Dalam pembahasan ini, dosen bisa mulai memasukkan sejumlah ilustrasi dari kasus empirik di Indonesia pemilu di Indonesia untuk menunjukkan bagaimana pemilu mempengaruhi demokratisasi dan demokrasi. Dari situ dosen mengajak mahasiswa untuk melihat Assesmen Kualitas Pemilu sebagai instrumen untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas pemilu dan demokratisasi. Dari kasus tersebut dosen menjelaskan bagaimana tujuan Assesmen Kualitas Pemilu adalah menghasilkan pengetahuan sebagai input untuk perbaikan pemilu di masa yang akan datang. Untuk lebih memudahkan mahasiswa memahami dan menghayati, dosen bisa menggunakan ilustrasi fungsi monitoring dan evaluasi kebijakan dan perannya dalam proses kebijakan secara keseluruhan.

Dalam pertemuan ini dosen mengajak mahasiswa untuk memahami dan menghayati fungsi produksi informasi dan pengetahuan dari Assesmen Kualitas Pemilu. Namun, di bagian akhir pertemuan, dosen mulai mengajak mahasiswa untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi lain dari pemilu. Ini dilakukan dengan menunjukkan ironi tentang bagaimana pemilu di Indonesia, baik di tingkat lokal maupun nasional, meskipun telah diatur sedemikian rupa masih melahirkan sejumlah praktek pelanggaran dan menghasilkan pemerintahan dengan kualitas demokrasi yang buruk.

Melalui ilustrasi tersebut dosen menunjukkan contoh aspek-aspek yang selama ini luput dalam kerangka penyelenggaran dan Assesmen Kualitas Pemilu yang dipakai di Indonesia. Ini menjadi pengantar untuk pembahasan sub-topik berikutnya, yang membahas aspek-aspek yang luput dalam model Assesmen Kualitas Pemilu yang ada ketika dikontraskan dengan kasus permasalahan pemilu yang diilustrasikan.

(23)

berkaitan dengan kasus problem pemilu yang diilustrasikan tidak diakomodasi dalam model electoral quality assessment yang ada. Dosen membimbing dan mengarahkan diskusi untuk mengajak mahasiswa memahami dan menghayati bahwa setiap model dan indikator didalamnya membangun definisi tertentu tentang demokrasi dan batas-batasnya. Beragam model ini terlibat dalam pertarungan diskursif untuk mendefinisikan apa itu pemilu dan hubungannya dengan demokrasi.

Pada pembahasan sub-topik ini dosen juga mengajak mahasiswa mencermati bagaimana dalam kasus Indonesia ada beragam lembaga yang melakukan Assesmen Kualitas Pemilu, selain lembaga yang secara formal menjalankan fungsi itu. Dosen mengajak mahasiswa untuk mencermati dan mengkritisi bagaimana indikator-indikator yang digunakan dalam setiap model merefleksikan konsepsi demokrasi yang berbeda, bagaimana informasi dari setiap praktek Assesmen Kualitas Pemilu dikelola, siapa saja yang boleh mengakses, dan bagaimana informasi itu digunakan sebagai input untuk kebijakan berikutnya; termasuk perbaikan kualitas pemilu selanjutnya.

Poin-poin penting yang dihasilkan dari diskusi tersebut digunakan sebagai basis bagi mahasiswa untuk mengikuti dan mengerjakan tugas membuat review kritis untuk sesi berikutnya. Sub-topik bahasan untuk sesi itu adalah “Electoral governance dan Assesmen Kualitas Pemilu”

Dalam pembahasan tentang electoral governance, dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana fungsi-fungsi apa saja dan hubungan antara fungsi-fungsi tersebut dalam membentuk sebuah struktur tata pemerintahan terkait pemilu. Dalam pemaparannya, dosen menunjukkan keragaman model tata pemerintahan pemilu yang berimplikasi pada keragaman model Assesmen Kualitas Pemilu.

Di sini dosen perlu menekankan pada mahasiswa, bahwa dalam penentuan formula Assesmen Kualitas Pemilu, ada dua hal yang harus dipertimbangkan. Pertama adalah penerimaan politik terhadap model yang diadopsi. Kedua, tuntutan agar model yang diadopsi bisa diandalkan untuk menangkap dimensi teknikalitas dan substantif dari pemilu yang dinilai. Sementara mustahil menemukan formula yang secara universal dianggap tepat untuk setiap konteks yang spesifik tentang komposisi antara dua tuntutan tersebut, dosen mengajak mahasiswa untuk mencermati kerangka yang diusulkan oleh Elklit dan Reynolds, 2005. Dalam tulisannya Elklit dan Reynolds menggunakan kombinasi dua cara pengukuran, yaitu pengukuran oleh panel ahli dan survei persepsi publik.

Literatur wajib yang digunakan terkait pembahasan bab ini adalah:

(24)

 Teorell, Jan dan Catharina Lindstedt, “Measuring Electoral System” dalam Political Research Quarterly, Vol. 63, No. 2 (JUNE 2010), pp. 434-448, Sage Publications, Inc. on behalf of the University of Utah

 Elklit dan Reynolds, 2005, “A framework for the systematic study of election quality” dalam Democratization, 2005, 12:2, 147-162, Routledge

Penutup

Pembahasan topik ini menghasilkan pemahaman akan hubungan antara pemilu dan demokrasi dan beragam dimensi kualitas pemilu. Aspek-aspek ini akan menjadi pembahasan dalam sesi-sesi berikutnya. Secara khusus dosen meminta mahasiswa mencermati tulisan Elklit dan Reynolds, 2005 dan mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dengan pembuatan aturan pemilu, sebagai persiapan untuk pembahasan bab selanjutnya. Dari pencermatan itu, mahasiswa di minta untuk membuat sebuah makalah berisi review kritis atas bagaimana Elklit dan Reynolds mempersepsikan aspek pembuatan aturan dan bagaimana aspek itu diukur sebagai komponen yang menentukan kualitas pemilu secara keseluruhan.

Contoh pertanyaan kritis untuk sesi-sesi selanjutnya:

Menurut anda, bagaimanakah aturan main pemilu yang ideal? Jelaskan!

Dalam pemahaman anda tentang peraturan pemilu yang ideal, bagaimanakah aturan tersebut harus dibuat, siapa yang membuat, dan siapa yang melaksanakan?

(25)

Bab IIIPembuatan Aturan Main Pemilu

Pendahuluan

Pembahasan pada bab ini berfokus pada dimensi pembuatan aturan terkait dengan pemilu. Pada pertemuan selanjutnya, mahasiswa telah diminta untuk mencermati tulisan Elklit dan Reynolds, 2005 dan membuat review kritis atas pemikiran mereka, terutama terkait dengan bagaimana aspek pembuatan aturan pemilu dinilai. Pembahasan tulisan Elklit dan Reynolds menjadi pancingan awal untuk memantik diskusi di dalam kelas terkait topik pembuatan aturan pemilu dan bagaimana aspek ini berkontribusi menentukan kualitas pemilu secara keseluruhan.

Ada sejumlah dilema yang harus dihadapi dalam pembuatan formula Assesmen Kualitas Pemilu, khususnya pada aspek pembuatan keputusan. Dilema paling mendasar adalah menentukan batasan atau cakupan penilaian itu sendiri, mengingat ada beragam pilihan sistem pemilu dan perbedaan sistem pemilu yang diadopsi di masing-masing negara.

Pembuatan aturan pemilu, bagaimanapun juga, merupakan aspek yang krusial untuk menentukan kualitas pemilu secara keseluruhan dan, pada akhirnya, kualitas demokrasi yang dihasilkan. Hal ini terutama menjadi semakin penting di negara-negara demokrasi baru, mengingat pemilu merupakan ujian paling awal bagaimana nilai dan prinsip umum demokrasi diturunkan menjadi praktek.

Penyajian

Bab ini disajikan dalam sebagai dua sub-topik bahasan, yaitu aturan kompetisi elektoral dan aturan tata pemerintahan elektoral. Sub-topik bahasan yang pertama mencakup aspek-aspek penetapan formula representasi, pendistrikan dan penentuan batas-batasnya, jumlah kursi yang diperebutkan, jadwal rangkaian pelaksanaan pemilu, dan kualifikasi orang-orang yang memiliki hak pilih.

Sementara, sub-topik bahasan yang kedua mencakup aspek-aspek seperti registrasi pemilih, registrasi partai dan kandidat peserta pemilu, regulasi dan pendanaan kampanye, pengawasan elektoral, desain kertas suara, pengaturan TPS, pemberian; penghitungan; dan tabulasi suara, badan pengelola pemilu, kewenangan penyelesaian sengketa pemilu.

(26)

Merujuk pada pembahasan di bab sebelumnya, dosen membahas bagaimana, baik secara konseptual maupun dalam praktek, pilihan akan model governance diturunkan menjadi substansi dan format proses pembuatan aturan pemilu. Mahasiswa selanjutnya bisa menyampaikan hasil review kritis mereka dalam diskusi kelas yang dibimbing oleh dosen.

Prinsip dasar yang harus dikawal dalam proses ini adalah bahwa penilaian aturan pemilu, baik substansi maupun proses pembuatannya, didasarkan pada, setidaknya tiga hal. Pertama, konsistensi antara klaim nilai dan prinsip demokrasi yang direpresentasikan. Kedua, penerimaan aturan tersebut secara politik, baik di kalangan partai politik peserta pemilu dan publik umum. Ketiga, feasibilitas implementasi dari aturan-aturan tersebut. Di sini dosen menekankan kepada mahasiswa bahwa aturan yang dibuat selalu didasari pada pilihan nilai dan prinsip tertentu.

Sebagai penutup pembahasan ini, dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan indikator-indiktor apa yang digunakan untuk menilai kualitas aspek pembuatan aturan pemilu secara konseptual dan bagaimana performanya ketika dihadapkan pada situasi nyata. Dari situ dosen dan mahasiswa membuat daftar faktor atau indikator yang belum terintegrasi dalam tinjauan konseptual dan aturan normatif yang ada dan argumentasi mengapa indikator-indikator ini perlu dimasukkan dalam frame Assesmen Kualitas Pemilu.

Penutup

Untuk persiapan perkuliahan selanjutnya, seperti biasa mahasiswa diminta untuk mempersiapkan diri dengan membaca literatur wajib yang sudah ditentukan dan membuat review kritis atas literatur tersebut.

Contoh pertanyaan kritis untuk sesi-sesi selanjutnya:

(27)

Bab IVRule Implementation: Penyelenggaraan Pemilu

Pendahuluan

Melanjutkan pembahasan di bab sebelumnya, bab ini mengajak peserta kuliah mengelaborasi aspek implementasi aturan terkait pemilu. Pelaksanaan pemilu merupakan topik dengan sub-topik pembahasan terbanyak, karena di sini pelaksanaan pemilu dipahami lebih dari sekedar kampanye dan pemungutan suara. Sejumlah sub-topik yang menjadi bagian dari bab ini adalah (i) registrasi pemilih, partai politik dan kandidiat peserta pemilu, dan observer, (ii) pendidikan politik, (iii) penyelenggaraan pemilu: pemberian suara, penghitungan, pelaporan, dan pengawasan.

Berbagai sub-topik yang dirangkum dalam bab ini bagi sebagian besar orang merepresentasikan pemilu itu sendiri. Ada dua hal yang patut dikritisi di sini, pertama, pandangan reduksionis seperti itu merefleksikan pemahaman bahwa penyelenggaraan pemilu adalah sekedar permasalahan prosedur dan mekanisme. Penilaian kualitasnya pun kemudian semata-mata hanya menitikberatkan pada penilaian prosedural. Kedua, pembilahan antara aspek teknis dan politis ternyata bisa menyesatkan bila tidak dicermati. Kejelian memahami dimensi politik dari proses implementasi prosedur dan mekanisme penyelenggaraan pemilu serta kemampuan menurunkan itu menjadi instrument praktis Assesmen Kualitas Pemilu menjadi poin utama yang hendak disasar dalam pembahasan tentang Bab ini.

Penyajian

Pembahasan bab ini dibagi dalam tiga sub-topik pembahasan, sebagaimana diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas. Sebagai bagian dari upaya untuk mencapai tujuan perkuliahan, khususnya pada pembahasan tentang implementasi peraturan pemilu, seperti yang sudah-sudah mahasiswa diminta untuk menyusun analisis kritis mereka dalam sebuah makalah pendek, yang kemudian menjadi bahan diskusi di kelas.

Dalam menyajikan materi di kelas, dosen merujuk pada poin-poin aturan yang muncul, baik sebagai bagian dari konsep analisis ataupun sebagai aturan yang digunakan di level empirik sesuai dengan sub-topik bahasan untuk kemudian bersama-sama dielaborasi cara menilai kualitasnya. Dosen bisa memulai penjelasannya dengan memaparkan secara singkat bagaimana secara normatif aturan terkait sub-topik yang dibahas diimplementasikan. Kasus pemilu di Indonesia bisa digunakan sebagai bahan dasar di sini.

(28)

kasus empirik yang bisa digunakan sebagai bahan diskusi kelas yang membahas bab ini adalah kasus dugaan rekayasa Daftar Pemilih Tetap-DPT yang marak dalam pemilu nasional tahun 2009 dan kasus pelaksanaan aturan pengadaan survei (meski secara umum dilabeli dan lebih dikenal dengan istilahquick count) dalam pemilihan presiden 2014 lalu.

Sebagai penutup pembahasan ini, dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan indikator-indiktor apa yang digunakan untuk menilai kualitas aspek implementasi aturan pemilu secara konseptual dan bagaimana performanya ketika dihadapkan pada situasi nyata. Dari situ dosen dan mahasiswa membuat daftar faktor atau indikator yang belum terintegrasi dalam tinjauan konseptual dan aturan normatif yang ada dan argumentasi mengapa indikator-indikator ini perlu dimasukkan dalam frame Assesmen Kualitas Pemilu.

Penutup

(29)

Bab VIsu-Isu Kritis Pemilu dan Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia

Pendahuluan

Bab ini secara khusus menyoroti kerangka Assesmen Kualitas Pemilu yang diadopsi di Indonesia dan sejumlah isu kritis yang muncul selama pengalaman Indonesia melaksanakan pemilu, baik di tingkat lokal maupun nasional. Pembahasan di bab ini akan lebih berfokus pada desain dan kerangka Assesmen Kualitas Pemilu yang selama ini digunakan di Indonesia, faktor-faktor penting yang dianggap penting tetapi tidak terakomodasi dalam desain tersebut, dan bagaimana faktor-faktor tersebut bisa diakomodasi.

Penyajian

Dosen menjelaskan kepada mahasiswa teknikalitas delivery topik bahasan ini akan dibagi ke dalam dua sub-topik pembahasan, yaitu (i) Kerangkaelectoral governance di Indonesia dan pengalaman Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia; termasuk bagaimana informasi yang dihasilkan dikelola dan dimanfaatkan sebagai input kebijakan; dan (ii) diskusi tentang kasus kualitas pemilu di Indonesia. Mengantisipasi luas dan banyaknya kasus pemilu yang menarik untuk menyoroti dimensi Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia dan kebutuhan memfasilitasi mahasiswa untuk penulisan makalah sebagai tugas akhir, sub topik yang kedua akan di bahas dalam 2 sesi secara berturut-turut.

Pembahasan sub-topik yang pertama bisa diawali dengan pemaparan singkat dari dosen tentang indikator Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia yang diturunkan dari asas yang secara normatif dijadikan acuan penyelenggaran pemilu di Indonesia. Asas-asas tersebut adalah Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia serta Jujur dan Adil, atau LUBER JURDIL. Poin-poin kesimpulan yang dihasilkan dari pembahasan di bab sebelumnya dan juga kasus-kasus kritis yang mengemuka dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia digunakan untuk mengelaborasi praktek Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia yang diturunkan dari asas tersebut. Di akhir pembahasan sub-topik yang pertama, mahasiswa diminta untuk membuat concept note makalah yang harus ditulis oleh mahasiswa sebagai penugasan akhir. Concept note ini memuat pilihan topik dan alasan mengapa topik tersebut yang dipilih, serta bagaimana topik tersebut akan dianalisa.

(30)

Dalam pembahasan sub-topik ini dosen mengajak mahasiswa untuk mendiskusikan pengalaman dan pengetahuan empirik para mahasiswa terkait penilaian kualitas informasi dan manajemen informasi yang dihasilkan untuk perbaikan pemilu di masa yang akan datang. Dalam sesi disuksi iniconcept noteyang sudah dibuat oleh mahasiswa bisa mulai didiskusikan untuk mendapatkan masukkan, baik dari sesama mahasiswa maupun dosen. Dalam diskusi ini setidaknya ada dua isu kunci, untuk saat ini, yaitu adanya, pertama, pengetahuan yang beragam dan terfragmentasi tentang kualitas pemilu yang dihasilkan melalui beragam praktek Assesmen Kualitas Pemilu yang dilakukan oleh aktor yang berbeda, menggunakan model yang berbeda, dan dikelola dengan cara yang berbeda. Isu kunci yang kedua adalah, dengan mempertimbangkan situasi pengetahuan yang terfragmentasi di atas, bagaimana pengetahuan yang ada bisa dimanfaatkan untuk tujuan perbaikan kualitas pemilu di masa yang akan datang.

Dalam diskusi dosen memfasilitasi dan mengarahkan mahasiswa untuk membahas isu-isu kunci tersebut. Pada akhir pembahasan dosen memberikan summary bagaimana isu-isu empirik yang didiskusikan terkait dengan isu-isu konseptual dan teoritik yang dibahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Selanjutnya, mahasiswa diminta untuk mengembangkan pilihan topik atau fenomena spesifik dari concept note yang sudah dibuat sebagai makalah akademik yang menjadi penugasan akhir dalam mata kuliah ini. Dalam paper tersebut, mahasiswa diminta untuk mengkaitkan konsep teoritik dan fenomena empirik terkait Assesmen Kualitas Pemilu di Indonesia dan mengidentifikasi problem, tantangan, alternatif solusi, dan rekomendasi langkah-langkah konkrit untuk menjawab permasalahan atau tantangan tersebut. Dosen menekankan kepada mahasiswa bahwa rekomendasi yang diinginkan harus mensertakan keterlibatan dan peran atau kontribusi yang mungkin dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan.

Dosen meminta mahasiswa untuk mulai membuat draft dari makalah tersebut dan dipresentasikan dalam dua sesi yang membahas sub topik Diskusi kasus kualitas pemilu di Indonesia. Untuk tujuan penulisan tugas akhir, diadakan dua sesi perkuliahan yang isinya adalah tutorial dan diskusi. Dalam sesi-sesi ini mahasiswa memaparkan draft makalah mereka untuk saling mendapatkan komentar dan masukkan baik dari dosen maupun teman-teman mahasiswa yang lain. Masukkan dan komentar ini digunakan oleh mahasiswa untuk menyempurnakan draft awal yang dipaparkannya.

Penutup

(31)

Referensi

Dokumen terkait

3 : plak dengan akumulasi banyak dari bahan lunak yang mengisi celah antara tepi gingiva dan permukaan gigi... Sebelum diukur skor plak awal, pada seluruh kelompok sampel dilakukan

Dari kesimpulan tersebut maka modul teori medan ini dikatan layak untuk digunakan sebagai salah satu media pembelajaran untuk mata kuliah teori medan di Program Studi Pendidikan

Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi bahan baku yang digunakan, melaksanakan pendampingan terhadap pelaksanaan pengadaan bahan baku, melakukan evaluasi atas

Semua aturan fuzzy akan diagregasi atau dikombinasikan untuk menjelaskan bahwa konsekuen yang diperoleh dari setiap aturan fuzzy akan dimodifikasi dengan solusi himpunan

Berdasarkan Gambar 2 tentang distribusi frekuensi responden tentang tingkat pengetahuan ibu tentang proses pembelajaran dalam membantu perkembangan psikoseksual fase

• Adalah kemampuan untuk merasakan hal-hal yang dihayati orang lain; bagaimana jika berada dalam posisi orang lain tsb, namun tetap sebagai pihak yang berdiri di luar masalah..

Hal ini berarti menunjukkan bahwa kadar logam berat Kadmium (Cd) di perairan Sungai Code, sebagian besar mengendap pada dasar sungai (pada lumpur) dan sebagian terbawa oleh arus

Peneliti mengambil sebuah sinetron yang berjudul Dunia Terbalik sebagai subjek penelitiannya. Alasannya yaitu sineteron tersebut dalam kurun waktu satu tahun setelah