• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR MANAJEMEN TRASPORTASI SURVEY P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGANTAR MANAJEMEN TRASPORTASI SURVEY P"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR MANAJEMEN TRASPORTASI

“SURVEY PERHITUNGAN LALU LINTAS”

DISUSUN OLEH :

REGITA AYU PRATIWI (16115118)

SUTRA BELLA SIMATUPANG (16115120)

YUSI PERMATASARI (16115124)

KELAS : 1 LOGISTIK D

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN LOGISTIK

INDONESIA

(2)

SURVEI PENGHITUNGAN

VOLUME LALULINTAS

STUDI KASUS : Jl. Dr.Djunjunan No. 143-149 , Kota Bandung

1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Transportasi merupakan perpindahan manusia/barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan sarana/moda transportasi yang difasilitasi oleh prasarana/infrastruktur (jalan,rel,dll). Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun di pedesaan. Maka daripada itu, terdapat beberapa titik kemacetan yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah Jl. Dr. Djunjungan, kota Bandung lokasi ini sering terjadi kemacetan yang diduga disebabkan oleh adanya mall BTC selain itu kawasan tersebut juga merupakan jalan poros atau jalan utama menuju beberapa kawasan di kota Bandung. Dengan begitu, sangat pentinglah bagi kita untuk memperbaiki sistem transportasi di Indonesia, khususnya di Jl. Dr. Djunjungan kota Bandung ini. Oleh karena itu, penelitian di Lokasi ini kami lakukan untuk mengetahui berapa volume kendaraan yang melintas di Jl. Dr. Djunjungan ini dan kendaraan apa yang mendominasi terjadinya kemacetan di lokasi tersebut serta faktor – faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kemacetan ini, serta bagaimana solusi menyelesaikan permasalahan tersebut.

2. METODE SURVEI

TUJUAN SURVEI

(3)

KENDARAAN-KENDARAAN YANG DISURVEI Survei Penghitungan Lalu Lintas

Kendaraan-kendaraan yang disurvei diklasifikasikan ke dalam 3 kategori yaitu kendaraan bermotor untuk transportasi penumpang, kendaraan bermotor untuk transportasi barang dan kendaraan tidak bermotor.

Ketiga kategori di atas kemudian dibagi lagi ke dalam jenis-jenis kendaraan sebagai berikut:

Kendaraan Bermotor untuk Transportasi Penumpang

(1) Sepeda motor, scooter

Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah Kendaraan bermotor roda dua untuk penggunaan pribadi dan umum seperti ojeg.

(2) Sedan, Jeep, Station Wagon, Van, Taxi

Adalah kendaraan bermotor roda 3 dan roda 4 yang di lengkapi dengan sebanyak-banyaknya 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya (termasuk bentor)

(3) Mobil Penumpang Umum, Bus Kecil

Jenis kendaraan ini didefiniskan sebagai kendaraan beromotor bis kecil atau kendaraan yang mempunyai kapasitas tempat duduk tidak lebih dari 8 tempat duduk yang dioperasikan untuk transportasi umum pada suatu trayek tetap. Perlu diperhatikan bahwa beberapa jenis kendaraan ini mempunyai plat nomor hitam dan digunakan untuk transportasi penumpang umum.

Yang termasuk ke dalam jenis kendaraan ini adalah ‘Hi-Ace’, ‘Combi’, Elf Dll

(4) Bis Sedang Umum (20-24 penumpang)

Yang termasuk kendaraan ini adalah bis ukuran standar/ menengah yang mempunyai tempat duduk 20-24 penumpang yang dioperasikan pada trayek tetap, sejenis KOPAJA dan METROMINI di Jakarta

(5) Bis Sedang Non Umum (20-24 penumpang)

Yang termasuk kendaraan ini adalah bis ukuran standar/ menengah yang mempunyai tempat duduk 20-24 penumpang.

(6) Bis Besar Umum

Yang termasuk jenis transportasi ini adalah bis berukuran standar/ menengah yang mempunyai tempat duduk lebih dari 24 yang dioperasikan pada trayek tetap untuk transportasi umum, seperti: bis kota, bis antar kota, bis antar propinsi, bis limousine bandar udara, Metromini, dan Kopaja jenis bis.

(4)

Yang termasuk jenis transportasi ini adalah bis berukuran standar/ menengah yang mempunyai tempat duduk lebih dari 24 yang dioperasikan pada trayek tidak tetap untuk transportasi khusus dan terbatas seperti bis angkutan karyawan dan bis pariwisata.

Kendaraan Bermotor untuk Transortasi Barang

(1) Hantaran/ Pick Up

Kendaraan bermotor untuk mengangkut barang dengan kapasitas muat Kecil (di bawah 3 Ton)

(2) Truk Barang Umum 2 As

Yang termasuk kendaraan jenis ini adalah truk yang mempunyai 2 As dan digunakan untuk transportasi barang Non Cair.

(3) Truk Tangki 2 As

Yang termasuk kendaraan jenis ini adalah truk yang mempunyai 2 As dan digunakan untuk transportasi barang Cair.

(4) Truk Barang Umum 3-5 As

Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah truk yang mempunyai 3-5 as atau lebih yang digunakan untuk transportasi barang Non Cair.

(5) Truk Tangki 3-5 As

Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah truk yang mempunyai 3-5 as atau lebih yang digunakan untuk transportasi barang Cair. Truk tangki bahan bakar/ bahan kimia dan truk pengaduk semen termasuk ke dalam jenis kendaraan ini.

(6) Gandengan

Adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor.

(7) Truk Tempelan

Adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya.

(8) Truk Kontainer 20 ft

(5)

(9) Truk Peti Kemas (Kontainer)

Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah truk yang membawa peti kemas (Kontainer) dengan ukuran 40 ft. Truk semi trailer dan truk yang mempunyai as lebih dari 2 umumnya mempunyai kapasitas untuk mengangkut peti kemas. Truk-truk tersebut didefinisikan sebagai truk kontainer apabila membawa peti kemas dengan ukuran 40 ft, jika tidak maka termasuk truk 3 as atau lebih.

Kendaraan Tidak Bermotor

Kendaraan yang tidak dilengkapi dengan motor penggerak tetapi digerakkan tenaga manusia, atau hewan.

Catatan Khusus

Jenis kendaraan lain seperti traktor (fork lift); kepala dari kendaraan tempela; unit kendaraan yang berjalan dengan chassis, mesin, dan atau kabin; kendaraan perata jalan, perata tanah, dan mobil kompresor; kendaraan pemadam kebakaran; iring-iringan kendaraan tentara/ polisi, mobil jenazah; dan tank perang tidak dihitung dalam penghitungan lalu lintas.

LOKASI SURVEI

Sesuai dengan sasaran dari pada survei wawancara sisi jalan yaitu untuk mengetahui pola pergerakan (asal dan tujuan) dari kendaraan, orang dan barang baik yang antar kabupaten maupun antar propinsi, maka lokasi survei diletakkan di batas propinsi dan kabupaten yaitu jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten yang memiliki pergerakan lalulintas yang menangkap semua pergerakan antar kabupaten (zona).

PERIODE SURVEI

Survei penghitungan lalu lintas dilakukan selama 1 jam dalam 1 hari, dengan pembagian shift sebagai berikut:

(6)

ORGANISASI TIM KERJA (PETUGAS LAPANGAN)

(1) Supervisor

:Regita Ayu Pratiwi

Supervisor pada pos TC adalah orang yang bertanggung jawab memeriksa aktivitas surveyor TC dan mengadakan koordinasi dengan petugas lapangan lainnya. Adapun tugas supervisor adalah sebagai berikut:

 Mengatur rotasi jam kerja dam istirahat para surveyor

 Memastikan surveyor agar mengisi formulir survei dengan cara yang benar dan dengan tulisan tangan yang dapat dibaca

 Bertanggung jawab atas segala peralatan yang hilang

(2) Surveyor Penghitungan Lalu Lintas

1. Sutrabella Simatupang

2. Yusi Permatasari

Surveyor bertugas menghitung volume lalu lintas setiap jam dari kendaraan yang melewati lokasi pos survei sesuai dengan jenisnya yang sudah dikelompokkan, selama 1 jam dalam 1 hari berturut-turut. Pengadaan surveyor untuk jenis survei ini akan diambil di sekitar lokasi pos survei

MATERIAL/ PERLENGKAPAN SURVEI

Seseorang supervisor harus mengetahui perlengkapan survei yang digunakan serta memeriksa jumlah material/ perlengkapan survei yang dibutuhkan.

Seorang supervisor pada shift pertama harus membawa semua material/ perlengkapan survei untuk keperluan satu hari survei. Ini bertujuan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi kekurangan pada pengadaan perlengkapan survei yang dibutuhkan selama shift pertama tersebut.

Selama pelaksanaan survei, seorang supervisor harus memperhatikan apakah ada kekurangan dari peralatan/ perlengkapan survei yang diperlukan.

Pada pergantian shift survei, seorang supervisor harus melakukan pengecekan persediaan peralataan/ perlengkapan termasuk formulir survei dan melaporkannya kepada supervisor shift berikutnya

(7)

PENATAAN POS SURVEI

Seorang supervisor harus memberi petunjuk kepada seluruh surveyor untuk menata pos survei. Papan rambu harus diatur pada tempat survei sedemikian sehingga pengemudi mengetahui bahwa pada tempat tersebut ada survei. Papan rambu ini tidak boleh merintangi arus lalu lintas dan harus benar-benar kokoh sehingga tidak akan jatuh bila tertiup angin.

Pos survei harus berada pada suatu tempat yang aman sehingga tidak ada kemungkinanan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pos survei dengan volume lalu lintas yang tinggi harus dijamin dengan baik kelancaraan lalu lintasnya.

Pada saat semua program survei wawancara sisi jalan selesai, seorang supervisor harus memerintahkan kepada seluruh surveyor untuk membereskan lokasi survei.

METODA PENGHITUNGAN LALU LINTAS

Menghitung Dengan Counter (Alat Hitung)

1. Supervisor memberitahukan kepada setiap surveyor mengenai jenis kendaraan yang harus dihitung dan menuliskan ke dalam formulir penghitungan lalu lintas yang sudah disiapkan oleh tiap surveyor sebelumnya.

2. Label dari tiap jenis kendaraan perlu dilekatkan pada counter untk memudahkan cara penghitungan.

3. Sebelumnya penghitungan dimulai, surveyor harus mengembalikan posisi semua angka dalam counter pada posisi nol.

4. Setiap 1 jam surveyor harus mencatat volume lalu lintas yang dihitung sesuai dengan jenis kendaraannya. Dalam hal ini menulis dengan cepat sangat diperlukan untuk dapat memulai kembali dengan cepat penghitungan berikutnya.

5. Segera setelah surveyor selesai menulis volume lalu lintas yang dihitung ke dalam formulir, surveyor harus mengembalikan posisi semua angka counter ke posisi nol dan memulai penghitungan kembali.

6. Surveyor harus mengulangi langkah kerja yang disebutkan di atas setiap satu jam.

Menghitung Tanpa Counter (dengan turus)

(8)

menuliskannya dalam formulir penghitungan lalu lintas yang sudah disiapkan oleh tiap surveyor sebelumnya.

2. Surveyor harus menghitung jumlah kendaraan sesuai dengan jenis yang ditanganinya untuk setiap periode ….. menit.

3. Pada akhir dari setiap 1 jam survei, surveyor harus menjumlahkan jumlah total dari kendaraan-kendaraan dalam jam survei sebelumnya dan mengisikannya pada formulir.

PENGECEKAN

(1) Cara memeriksa survei penghitungan lalu lintas

Hasil dari survei penghitungan lalu lintas akan digunakan sebagai populasi untuk eksapansi data sampel pada survei wawancara sisi jalan. Oleh karena itu jumlah kendaraan yang telah dihitung dan data wawancara yang diperoleh penting untuk memperkirakan permintaan lalu lintas saat ini. Kelihatannya survei penghitungan lalu lintas tidak terlalu sulit, akan tetapi kesalah pahaman mengenai jenis kendaraan sering muncul dalam pelaksanaan survei.

Pada jam pertama shift survei, supervisor harus memeriksa apakah surveyor penghitungan lalu lintas telah tepat menentukan jenis kendaraan yang mereka menghitung pada periode tertentu. Maksud dari pemeriksaan ini adalah karena:

 Komposisi kendaraan biasanya berlainan untuk tiap shift

 Volume lalu lintas bertambah secara drastis 2 kali lebih besar daripada volume lalu lintas sebelumnya. Ini terjadi karena surveyor penghitungan lalu lintas kadang-kadang lupa untuk mengembalikan counter pada posisi nol.

(2) Cara memeriksa formulir survei

(9)

surveyor. Selain itu jika surveyor tidak memahami metode survei dengan baik, kemungkinan akan terjadi kesalahan yang sama. Maka dari itu supervisor harus memeriksa formulir survei yang telah selesai pada survei periode sebelumnya. Jika terdapat kesalahan maka harus menunjukan kesalahan tersebut kepada surveyor dan memerintahkan untuk memperbaikinya di pos survei.

3.HASIL SURVEI LALU LINTAS

Berisi hasil dari survei tersebut dan beberapa analisis sederhana berupa

a. Tabel Hasil

survey

b.Grafik fluktuasi arus lalu lintas (arus lalulintas berbanding satuan waktu (waktu)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

00-15 15-30 30-45 45-60

b. Komposisi jenis

(10)

35%

60%

1% 0% 1% 0% 2% 1% 0% MotorMobil

Angkutan Umum Bus Umum Kecil Bus Non Umum Kecil Bus Umum Besar Mobil Pick up Truk Barang 2 As Truk Tangki 2 As Sepeda

c. Kondisi lalu lintas

sekitar kawasan objek survey sangatlah padat, sesekali terjadi kemacetan. Hal ini ditimbulkan oleh adanya faktor kegiatan disekitar yaitu adanya mall BTC, yang menyebabkan lalu lintas di kawasan sekitar mall BTC menjadi padat, hal ini pula disebabkan karena jalan tersebut merupakan jalan poros atau jalan utama menuju beberapa kawasan di kota Bandung.

d. Kondisi

geometrik jalan

Jl. Dr. Djunjungan terdiri atas 2 lajur dengan 2 arah, lebar jalan diperkirakan sekitar 3 meter. Kami meneliti 1 lajur dengan arah tujuan ke kawasan Gn.Batu, Sarijadi, dan tol Purbaleunyi

e. Analisis :

Berdasarkan data yang kami dapat dari penelitian kami, maka dapat ditunjukkan bahwa volume kendaran beroda empat mendominasi volume kendaraan beroda dua, dengan persentase kurang lebih 60%, sedangkan volume kendaran bermotor kurang lebih 35%. Dengan begitu dapat kita ketahui bahwa kemacetan yang terjadi di Jl. Dr. Djunjungan, kota Bandung khususnya di depan Mall BTC disebabkan oleh mobil.

f. Foto-foto

(11)
(12)
(13)
(14)

4. KESIMPULAN

Gambar

Tabel  Hasil

Referensi

Dokumen terkait

92 terjadi tindak pidana apa tidak, apakah perbuatannya terbukti sebagai mana didakwakan oleh jaksa penuntut umum, penuntut umum didalam dakwaannya mendakwakan pasal 365

Namun demikian, dalam acara  biasa  jawaban terhadap gugatan  tetap dibuka bagi  tergugat untuk melakukan eksepsi ( tangkisan ) 

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Selain pembuatan asam phospat dari batuan phospat dapat juga dari bonggol pisang karena bonggol pisang mengandung unsur phosphor yang sangat tinggi dan kalsium sehingga

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk menganalisis pengaruh langsung modal dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan

Sekolah Menengah Teknik Sepang untuk Kategori Sekolah Menengah Kuala Lumpur, 2 November 2011   – Sebelas projek karya seni mesra alam menggunakan bahan-bahan kitar

Penerapan asas strict liability terhadap korporasi tercermin dari bunyi Pasal 116 ayat (1) UUPPLH yang menyatakan bahwa “apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 huruf a Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus dan ketentuan Pasal 44 ayat (2) huruf a dan ayat (3)