• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN NY. H DENGAN DIAGNOSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN NY. H DENGAN DIAGNOSA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN NY. H

DENGAN DIAGNOSA POST OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE-3 DI RUANG PERAWATAN LONTARA 4 BAWAH BELAKANG (NIFAS)

RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

KELOMPOK 3 YULINAR SYAM LENI DIRGAHAYU

IRNA SATRIANI IKA JULIANTY A INDAH GITA CAHYANI

CI INSTITUSI

Mulhaeriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep. Mat

CI LAHAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Laporan Asuhan Keperawatan Ny. H dengan Diagnosa Post Operasi Sectio Caesarea Hari ke-2 di Ruang Perawatan Lontara 4 Bawah Belakang (Nifas) Rs Wahidin Sudirohusodo sebagai salah satu tugas pada stase maternitas dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Hasnuddin.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari laporan ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Makassar, 5 Agustus 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar belakang...1

B. Tujuan penulisan...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3

BAB III ANALISIS KASUS...7

A. Pengkajian Post Partum...7

B. Analisa Data...13

C. Intervensi Keperawatan...14

D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan...19

BAB IV PEMBAHASAN...33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...35

A. Kesimpulan...35

B. Saran...35

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil di

sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Selma masa nifas

perlu diperhatikan ibu, karena angka kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi

pada masa nifas (kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran

untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti

pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di

Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per

100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi yang

dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan

pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%,

penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012)

kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan

masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab

kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate (CFR)

2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus obstetri. Di Indonesia angka

kejadian operasi sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di

rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun

1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi

(5)

2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total

49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di

DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).

Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan Perawatan masa

nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk

kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara

(mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna

pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini

sangat berfungsi untuk peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam

merawat anaknya.

B. Tujuan penulisan

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0

C. Manfaat

Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui asuhan

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Postpartum

Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi, defekasi, laktasi, perawatan payudara dan dan perawatanperineum.

World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode pascanatal sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu dan bayi, sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama periode pascanatal.

Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan keluarga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).

Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau bidan karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum dapat terjadi. Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus, dan uterus berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi berlangsung fundus (atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan perawat atau bidan akan sering melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah perdarahan. Pijat uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).

(7)

a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan normal setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.

b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan

c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan akan mengecil dan tonusnya akan kembali

d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil

e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.

f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone (estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama 24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh setelah dan berat saat kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96 jam setelah melahirkan.

g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah cairan ekstravaskular.

h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.

i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil serta trauma selama persalina dan melahirkan

j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali saat masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang membesar. Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki tidak kembali.

k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan. Cairan berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda atau kecoklatan (Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan (Lokia Alba).

(8)

1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan, waktu refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif atau hanya peduli pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua setelah kelahiran, ibu baru membutuhkan makanan tambahan dan istirahat. Ibu dengan bedah caesar bahkan membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua ibu baru juga perlu "mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi orang tua.

2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan, waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan perasaan rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan mungkin merasa terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan kebutuhan atau perasaan pasangan mereka

3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

B. Sectio Cesarea (SC)

(9)

American Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013) menjelaskan SC dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan pada ibu hamil ynag memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh sekitar enam minggu, daripada kelahiran normal. Yenie (2016) mengemukakan Peningkatan risiko termasuk masalah pernapasan pada bayi dan emboli cairan ketuban dan perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan sebelum 39 minggu kehamilan tanpa alasan medis.

Turner R (1990) operasi caesar dianjurkan ketika persalinan normal mungkin menimbulkan risiko bagi ibu atau bayi. Kondisi yang memungkinkan terjadiya resiko bagi ibu dan bayi yaitu:

1. Persalinan lama atau gagal berkembang (distosia) 2. Gawat janin

3. Prolaps tali pusat 4. Ruptur uterus

5. Hipertensi pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah) 6. Takikardia pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)

7. Masalah plasenta (plasenta praevia, plasenta abruption atau plasenta akreta) 8. Induksi persalinan gagal

9. Bayi besar dengan berat> 4.000 gram (makrosomia) 10. Presentasi abnormal (posisi sungsang atau melintang).

Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit penyerta, seperti:

1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load ibu yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)

2. Pre-eclampsia

3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset persalinan (yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui vagina)

4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal) 5. Ruptur uterus sebelumnya

6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)

(10)

BAB III ANALISIS KASUS

A. Pengkajian Post Partum

Nama Mahasiswa : Kelompok 3 Tgl. Pengkajian/Jam : 23 Juli 2018/09.00WITA

Nim : - Ruangan/RS : L4BB (Nifas)

Data Umum Klien

Initial : Ny. H Initial : Tn. M

Usia : 14 thn Usia : 22 thn

Status Perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan Terakhir : SD Pendidikan Terakhir : SMA

Diagnosis : Post Partum Sectio Caesarea Hari ke-3

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Dulu No Tahun Tipe

Caesarea Dokter Perempuan 2540

Menangis spontan dan tidak ada trauma

persalinan

-Pengalaman menyusui : ya / tidak Berapa lama : tidak pernah

Riwayat Kehamilan saat ini

1. Berapa kali periksa kehamilan : 6 kali yaitu 2 kali di trimester pertama, 3 kali di trimester kedua dan 1 kali di trimster tiga di puskesmas di Jeneponto

2. Masalah kehamilan : Klien mengatakan mual muntah, sering pusing pada trimester I dan sering buang air kecil pada trimester III

Riwayat Persalinan

1. Jenis persalinan : Spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EV,EF) Sectio Caesarea - 21 Juli 2018, 09.00 WITA 2. JK , BB / PB Bayi : L / P , 2.540 gram / 48 cm

3. Perdarahan : ± 800 cc

(11)

Riwayat Ginekologi

1. Masalah ginekologi : Tidak ada 2. Riwayat KB : Tidak pernah

Data Umum Klien Saat Ini

Status obstetrik : P1A0H3 Bayi rawat gabung : Ya / Tidak Jika tidak, alasan :

Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis

BB saat hamil / TB : 55 kg / 145 cm BB sebelum hamil : 62 kg

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,5 0C Pernapasan : 19 x/menit

Keluhan saat pengkajian: Klien mengatakan nyeri pada area post operasi. Selain itu, klien juga mengeluh bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga pada saat menyusui, bayinya selalu menolak dan menangis. Klien mengatakan sudah BAB sejak 1 hari post operasi dan klien tampak BAK lancar. Klien juga mengatakan sering terbangun tengah malam akibat bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat bayi yang benar.

Kepala dan Leher

Kepala : Tidak ada rambut rontok, tidak ada benjolan maupun luka dan tidak ada nyeri tekan

Mata : Tidak ada ikterus, konjungtiva anemis, dan tidak terasa nyeri

Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret yang menghambat pernapasan dan tidak ada nyeri tekan Mulut : Bibir tampak sedikit kering dan lidah tampak bersih Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada

nyeri tekan

Leher : Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening

(12)

Dada

Jantung : Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal Paru : Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara

tambahan

Payudara : Payudara tampak simetris, areola menghitam dan tidak ada nyeri tekan

Puting susu : Puting masuk ke dalam Pengeluaran ASI : Produksi ASI banyak

Masalah khusus : Ketidakefektifan pemberian ASI

Abdomen

Involusi uterus

Fundus uteri : 1 jari di bawah umbilikus (10 cm dari simpisis pubis)

Kontraksi : Kuat

Posisi : Tengah

Kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih Diastasis rectus abdominis : 10 cm × 3 cm

Fungsi pencernaan : Klien BAB 1x sehari sejak post operasi/peristaltic usus terdengar (5 kali/menit)

Masalah khusus : Tampak luka bekas operasi pada bagian abdomen klien. Klien mengatakan terkadang merasa nyeri pada bagian luka operasi. Terkadang klien menunjukkan ekspresi meringis. Hasil pengkajian nyeri

menggunakan NRS, meliputi:

P= luka jahitan bekas operasi dan sangat dirasakan saat berjalan

Q= seperti teriris

R= bagian abdomen, tidak menjalar S= skala 3

T= 1-2 menit TANDA REEDA

R : Reedness : ada kemerahan E : Edema : tidak ada E : Ekimosis : tidak ada D : Discharge : darah A : Approximate : tertutup

Perineum dan Genitalia

(13)

Perineum : Utuh / episiotomi / ruptur

Kebersihan : Bersih

Lokia

Jumlah : 2 kali ganti pembalut (25-50ml/pembalut) Jenis/warna : Rubra/merah kecoklatan

Konsistensi : Cair dan terdapat stosel (seperti saat haid)

Bau : Amis

Hemoroid : Tidak ada

Derajat :

-Lokasi :

Berapa lama :

-Nyeri : Ya / tidak

Masalah khusus : Tidak ada

Ekstremitas Masalah khusus : Tidak ada

Eliminasi

Urine : Kebiasaan BAK : 3-4 x/hari

BAK saat ini : 3-4 x/hari Nyeri / tidak Fekal : Kebiasaan BAB : 1 x/hari

BAB saat ini : 1vx/hari Konstipasi / tidak

Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur : Kebiasaan, tidur 6-7 jam, tidak pernah terbangun pada malam hari.

Pola tidur saat ini :

Klien tidak merasa puas karena sering merasa

terbangun tengah malam dan tidurnya hanya 3-4 jam. Pada saat dikaji, klien tampak mengantuk.

Keluhan

ketidaknyamanan

: Ya / tidak

Sifat : nyeri saat berjalan, terbangun saat tengah malam dan ruangan panas

Lokasi : Luka post op bagian abdomen

Intensitas Hilang timbul

Mobilisasi dan Latihan

Tingkat mobilisasi : Miring kanan dan kiri, duduk, berjalan Latihan/senam : Tidak ada

Masalah khusus : Tidak ada

(14)

Asupan nutrisi :

Sesuai diet Nafsu makan :

Meningkat Asupan cairan :

Masalah khusus :

Tidak ada

Keadaan Mental

Adaptasi psikologis :

Taking hold

Penerimaan terhadap bayi :

Kehadiran bayi sangat diharapkan

Masalah khusus :

Tidak ada

Kemampuan menyusui

:

Saat ini belum mampu menyusui dengan baik karena putting susu masuk ke dalam.

Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini :

1. Ketorolac 30 mg/8 jam/Intravena 2. Ranitidine 50 mg/8 jam/Intravena

3. Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/intravena 4. Cefotaxine 90 mg/24 jam/intravena

(15)

Hasil Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan Hasil Rentang normal Interpretasi 21 Juli 2018

4,00-10,00 (103/uL) 4,00-6,00 (106/uL)

(16)

menggunakan folley katater. Klien juga mengatakan sering terbangun tengah malam akibat bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat bayi yang benar. Dari hasil observasi puting inverted, klien nampak mengantuk, dan klien tampak antusias dalam mencari informasi terkait perawatan bayi.

Perencanaan Pulang :

(17)

B. Analisa Data

Inisial Pasien : Ny. H Diagnosa Medis : Postpartum

Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)

DATA MASALAH KEPERAWATAN

DS:

 Klien mengatakan putting susunya masuk ke dalam dan bayinya menolak saat disusui

DO:

 Putting susu tampak inverted

Ketidakefektifan pemberian ASI

Faktor risiko :

 Terpajan pada wabah : terdapat luka post SC

 Perban luka tampak berdarah Hb menurun : 8,9 g/dL

Risiko infeksi

DS:

 Klien mengatakan nyeri pada area post operasi P: luka jahitan post operasi dan sangat dirasakan saat berjalan

Q: seperti teriris

R: bagian abdomen, tidak menjalar T: 1-2 menit

DO:

 S: 3 NRS

Nyeri akut

DS:

 Klien mengatakan tidak puas dengan pola tidurnya karena sering terbangun pada malam hari

 Kebiasaan tidur 6-7 jam dan saat ini berubah menjadi 3-4 jam

DO:

 Klien tampak mengantuk

Gangguan pola tidur

DS:

 Ibu dan ayah bayi mengatakan kesiapan dirinya menjadi orang tua

DO:

 Orang tua tampak antusias dalam merawat anaknya yang baru lahir

 Orang tua tampak antusias mencari informasi terkait cara merawat bayi

(18)

C. Intervensi Keperawatan

Inisial Pasien : Ny. H Diagnosa Medis : Postpartum

Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)

No Tanggal Diagnosis Keperawatan & Data

Penunjang Tujuan Rencana Tindakan

1 23 Juli

2018

Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan anomaly payudara ibu

DS:

 Klien mengatakan putting susunya masuk ke dalam dan bayinya menolak saat disusui DO:

 Putting susu tampak inverted

Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam ketidakefektifan pemberian ASI teratasi dengan kriteria hasil

Keberhasilan menyusui : maternal

 Posisi nyaman selama menyusui

 Menghindari penggunaan putting buatan/dot

 Penyapihan menyusui

 Mengenali isyarat untuk penyapihan

 Ibu bebas dari mastitis

 Puas dengan proses penyapihan

Konseling laktasi

 Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisilogis maupun psikologis

 Jelaskan tanda bahwa bayi

membutuhkan makakn, misalnya refleks rooting

 Instruksikan bayi untuk melakukan perawatan puting susu

 Monitori nyeri pada payudara

 Dukung pemilihan pengeluaran ASI dengan pemompaan ASI dengan pompa listrik atau non listrik

Pengajaran : nutrisi 0-3 bulan

(19)

 Intruksikan orang tua membatasi intake air ½ sampa 1 ons pada satu waktu, 4 ons setiap hari

Pemberian makan dengan cangkir : bayi baru lahir

 Tentukan keadaan bayi baru lahir sebelum memberi makan

 Pegang bayi bayi baru lahir yang dibedong dengan tegak atau atau semi tegak sambil menyokong bagian belakang (punggung) bayi baru lahir, leher dan kepala

 Pertahankan bayi dengan sendok ke bibir bayi mendatar sedikit dibibir bawah dengan tepi sendok yang menyentuh bagian luar bibir atas

 Sentuhkan sendok hingga susu menyentuh bibir bayu lahir

 Monitor aliran susu

 Sendawakan bayi selama dan setelah memberi makan

2. 23 Juli 2018

Risiko infeksi Faktor risiko :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam,

Kontrol infeksi

(20)

 Terpajan pada wabah : terdapat luka post SC

 Perban luka tampak berdarah

Hb menurun : 8,9 g/dL

diharapkan infeksi pada pasien tidak terjadi dengan kriteria hasil: Keparahan infeksi

 Tidak ada kemerahan pada luka post SC

 Tidak ada cairan yang berbau busuk

 Tidak ada pus yang keluar dari luka post SC

 Tidak ada demam

perawatan pasien

 Ajarkan klien dan keluarga mengenai teknik cuci tangan dengan tepat

 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

 Lakukan perawatan luka post SC

 Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas perawatan Kolaborasi pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu.

3. 23 Juli 2018

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur bedah

DS:

 Klien mengatakan nyeri pada area post operasi

P: luka jahitan post operasi dan sangat dirasakan saat berjalan Q: seperti teriris

R: bagian abdomen, tidak menjalar rasa nyeri tanpa analgesik

 Klien melaporkan perubahan gejala nyeri

 Klien tidak menunjukkan tanda non verbal terkait nyeri

Tingkat Nyeri

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

 Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri maupun ketidaknyamanan terutama pada pasien yang tidak dapat berbicara

 Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan pengurangan nyeri yang pernah dilakukan sebelumnya jika ada

 Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam seperti farmakologis dan non farmakolois untuk memfasilitasi penurunan nyeri

 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

 Ajarkan penggunaan teknik

(21)

 Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk menggunakan teknik farmakologi jika diperlukan

 Evaluasi keefektifan dari tindakan

pengontrol nyeri selama pengkajian nyeri dilakukan

4. 23 Juli 2018

Gangguan pola tidur

berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan: karena tanggung jawab menjadi orang tua

DS:

 Klien mengatakan tidak puas dengan pola tidurnya karena sering terbangun pada malam hari

 Kebiasaan tidur 6-7 jam dan saat ini berubah menjadi 3-4 jam

DO:

 Klien tampak mengantuk

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan pola tidur teratur kriteria hasil:

Tidur

 Kualitas tidur baik

 Lama tidur bertambah sampai 6 jam

 Perasaan segar setelah tidur

 Mudah bangun di saat yang tepat

Peningkatan Tidur

Tentukan pola tidur/aktivitas pasien

Jelaskan pentingnya tidur yang cukup

Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam tidur

Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik (ketakutan/kecemasan)

Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan

Terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat, pemberian posisi, dan sentuhan afektif

5. 23 Juli 2018

Kesiapan meningkatkan peran menjadi orang tua

DS:

 Ibu dan ayah bayi mengatakan kesiapan dirinya menjadi orang tua

DO:

Setelah perawatan selama 2x24 jam, diagnosa dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Pengetahuan perawatan bayi:

 Orang tua memiliki

pengetahuan terkait

karakteristik bayi yang normal

Peningkatan pengasuhan:

 Bantu orang tua terkait peran transisi dan harapan

 Sediakan buku, pamflet, dan bahan lainnya terkait pengajaran keterampilan pengasuhan

(22)

 Orang tua tampak antusias dalam merawat anaknya yang baru lahir

 Orang tua tampak

antusias mencari informasi terkait cara merawat bayi

 Orang tua memiliki

pengetahuan terkait

memegang bayi dengan tepat

 Orang tua memiliki

pengetahuan terkait

memposisikan bayi dengan tepat

 Orang tua memiliki

pengetahuan terkait cara memandikan bayi

 Orang tua memiliki

pengetahuan terkait perawatan tali pusat

Pendidikan orang tua: bayi

 Tentukan pengetahuan, kesiapan, dan kemampuan orang tua dalam belajar mengenai perawatan bayi

 Monitor kebutuhan belajar bagi keluarga

 Ajarkan orang tua keterampilan merawat bayi yang baru lahir

 Ajarkan orang tua menyiapkan susu formula dan pemilihannya

 Berikan informasi mengenai dot bayi pada orang tua

 Ajarkan orang tua cara merawat dan mencegah ruam popok

 Dorong orang tua untuk menghadiri kelas pengasuhan

 Sediakan materi tertulis bagi orang tua yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan pengetahuan

 Berikan dukungan ketika orang tua belajar keterampilan perawatan bayi

 Berikan informasi mengenai karakteristik bayi baru lahir

 Demonstrasikan kepada orang tua mengenai refleks dan menjelaskan pentingnya refleks dalam perawatan bayi

(23)

D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Pasien : Ny. H Diagnosa Medis : Postpartum

Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)

Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan pemberian bayi berhubungan dengan anomaly puting susu

No Hari,Tanggal,

Jam (WITA) Implementasi Evaluasi

1. Senin, 23 Juli 2018 Dinas Pagi (Hari pertama)

Pukul 10.00

 Mengajarkan tentang cara pemberian makan melalui cangkir

Hasil : orang tua dan keluarga paham tentang cara pemberian makan melalui cangkir

Pukul 10.20

 Mengintruksikan orang tua untuk menyendawakan bayi setelah minum susu Hasil: keluarga menyendawakan anak setelah bayi minum susu

Pukul 10.25

 Menginformasikan mengenai manfaat menyusui baik fisilogis maupun psikologis

Hasil : orang tua paham tentang manfaat menyusui

Pukul 13.30

S :

 klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung

 klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat pemberian ASI

 klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI

 klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan

 Puas dengan proses penyapihan

O:

 Puting susu ibu inverted

(24)

Pukul 10.30

 menjelaskan tanda bahwa bayi

membutuhkan makan, misalnya refleks rooting

Hasil : orang tua paham tanda bahwa bayi membutuhka makan

pukul 11.05

 mendukung pemilihan pengeluaran ASI dengan pemompaan ASI dengan pompa listrik atau non listrik

hasil : orang tua memilih pemompaan ASI nonlistrik

A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi

P :

 Mengobservasi cara makan dengan cangkir

 Mengevaluasi orang tua untuk menyendawakan bayi setelah minum susu

 Mengevaluasi tanda bahwa bayi membutuhkan makan

 Mengajarkan perawatan puting susu

Senin, 23 Juli memberikan makanan melalui cangkir Pukul 15.00

 Mengajarkan nutrisi : 0-3 bulan

Hasil : klien paham tentang nutriri pada bayi umur 0-3 bulan dan berencana memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan

pukul 15.30

 mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan puting susu

hasil : orang tua bisa melakukan perawatan puting susu

Pukul 20.30

S :

 klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung

 klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat pemberian ASI

 klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI

 klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan

 Puas dengan proses penyapihan

O:

 Puting susu ibu inverted

 Ibu bebas dari mastitis

(25)

Pukul 17.00

 Mengevaluasi orang tua dalam menyendawakan bayi setelah minum susu Hasil: keluarga menyendawakan anak setelah bayi minum susu

Pukul 17.10

 mengevaluasi tanda bahwa bayi

membutuhkan makan, misalnya refleks rooting

Hasil : orang tua mengetahui tanda bahwa bayi membutuhkan makan

P :

 Mengevaluasi pengajaran nutrisi : 0-3 bulan

 Mengajarkan perawatan puting susu

Senin, 23 Juli 2018 Dinas malam (Hari pertama)

Pukul 05.30

 Mengevaluasi tentang pengajaran nutrisi : 0-3 bulan

Hasil : orang tua paham tentang nutrisi pada bayi 0-3 bulan

Pukul 07.00 S :

 klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung

 klien mengatakan saat memberikan ASI merasa nyaman

 klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI

 klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan

 Puas dengan proses penyapihan

O:

 Puting susu ibu inverted

 Ibu bebas dari mastitis

A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi

P :

 Mengajarkan perawatan puting susu

(26)

2018 Dinas Pagi (Hari kedua)

 Melakukan perawatan payudara dan puting susu

Hasil : orang tua paham tentang perawatan payudara

S :

 klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung

 klien mengatakan saat memberikan ASI merasa nyaman

 klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI

 klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan

 Puas dengan proses penyapihan

O:

 Puting susu ibu inverted

 Ibu bebas dari mastitis

A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi

P :

Mengajarkan perawatan puting susu Selasa, 24 Juli

2018 Dinas siang (Hari kedua)

Pukul 14.30

 Mengevaluasi perawatan payudara dan putting susu

Hasil : orang tua paham tentang perawatan payudara

Pukul 16.00 S :

 klien mengatakan ASI lancar dan kadang menyusu langsung

 klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan

 Puas dengan proses penyapihan

O:

 Puting susu ibu sudah menonjol

(27)

A : ketidakefektifan pemberian ASI teratasi

P :

 Perawatan susu saat dirumah

Diagnosa Keperawatan: Risiko infeksi

No Hari,Tanggal,

Jam (WITA) Implementasi Evaluasi

1. Senin, 23 Juli 2018 Dinas Pagi (Hari pertama)

09.15

Melakukan perawatan luka post SC 10.00

 Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas perawatan

 Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

10.30

Mengajarkan klien dan keluarga mengenai teknik cuci tangan dengan tepat

11.00

Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC

 S: 37oC

A: Infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

 Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu Senin, 23 Juli

2018

15.00

Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan

(28)

Dinas siang (Hari pertama)

pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

16.00

Memberikan terapi antibiotic cefotaxime

17.00

Mengevaluasi pasien tentang pengetahuannya mengenai tanda-tanda infeksi

 Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi O:

 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC

 S: 36,8oC

A: Infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

Senin, 23 Juli

 Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi O:

 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC

 S: 36,7oC

A: Infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi

 Perawatan luka post SC

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

2. Selasa, 24 Juli 2018

08.00

Melakukan perawatan luka post SC

(29)

Dinas Pagi

(Hari kedua) 10.00

Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

11.00

Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

 Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi O:

 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC

 S: 36,6oC

A: Infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

 Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu Selasa, 24 Juli

2018 Dinas siang (Hari kedua)

16.00

Memberikan terapi antibiotic cefotaxime

17.00

Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

16.00 S:

 Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi O:

 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC

 S: 36,8oC

A: Infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

(30)

No Hari,Tanggal,Jam (WITA) Implementasi Evaluasi 1. Senin, 23 Juli

2018 DinasPagi (Hari pertama)

Pukul 09.00

 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi

- P: luka jahitan post operasidan sangat dirasakan saat berjalan

- Q: seperti teriris

- R: bagian abdomen, tidak menjalar - S: 3

T: 1-2 menit

 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)

Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi

Pukul 12.00

 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang

Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul

 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam

Pukul 13.30 S:

- Klien mengatakan nyeri berkurang - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri

O:

 TTV dalam batas normal

 Tidak ada ekspresi meringis

 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas dalam

 Nyeri skala 3

A: Nyeri akut belum teratasi

P:

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri

maupun ketidaknyamanan

- Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV

Senin, 23 Juli

(31)

Dinas siang

(Hari pertama) komprehensifHasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi

- P: luka jahitan post operasidan sangat dirasakan saat berjalan

- Q: seperti teriris

- R: bagian abdomen, tidak menjalar - S: 3

T: 1-2 menit

 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)

Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi

Pukul 18.00

 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang

Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul

 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam

- Klien mengatakan nyeri berkurang - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri

O:

 TTV dalam batas normal

 Tidak ada ekspresi meringis

 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas dalam

 Nyeri skala 2

A: Nyeri akut belum teratasi

P:

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri

maupun ketidaknyamanan

- Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV

Senin, 23 Juli 2018 Dinasmalam (Hari pertama)

Pukul 21.30

 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi

- P: luka jahitan post operasidan sangat

Pukul 07.30 S:

(32)

dirasakan saat berjalan - Q: seperti teriris

- R: bagian abdomen, tidak menjalar - S: 2

T: 1-2 menit

 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)

Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi

Pukul 06.00

 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang

Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul

 Mengukur TTV Hasil:

TD: 109/88 mmHg S: 36.6oC

N: 98 x/menit P: 20 x/menit Pukul 07.00

 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam

O:

 TTV dalam batas normal

 Tidak ada ekspresi meringis

 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas dalam

 Nyeri skala 2

A: Nyeri akut belum teratasi

P:

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri

maupun ketidaknyamanan

(33)

2. Selasa, 24 Juli 2018 DinasPagi (Hari pertama)

Pukul 08.30

 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi

- P: luka jahitan post operasidan sangat dirasakan saat berjalan

- Q: seperti teriris

- R: bagian abdomen, tidak menjalar - S: 2

T: 1-2 menit

 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)

Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi

Pukul 12.00

 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang

Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul

 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam

Pukul 13.00 S:

- Klien mengatakan nyeri pada area post operasi - P: luka jahitan post operasidan sangat

dirasakan saat berjalan - Q: seperti teriris

- R: bagian abdomen, tidak menjalar - T: 1-2 menit

O:

- S: 1 NRS

A: Nyeri akut teratasi

P:

(34)

No Hari,Tanggal,

Jam (WITA) Implementasi Evaluasi

1. Senin, 23 Juli 2018 Dinas Pagi (Hari pertama)

09.30

Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup

Monitoring pola tidur dan jumlah jam tidur

Monitoring pola tidur dan catat kondisi fisik (ketakutan/kecemasan)

Monitoring partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan

21.00

 Melakukan pemijatan, pemberian posisi, dan sentuhan afektif

24 Juli 2018 (Dinas pagi) 13.30

S:

 Klien mengatakan kualitas tidurnya tidak baik

 Klien mengatakan tidurnya semalam hanya 4 jam

 Klien mengatakan tidak segar saat bangun

 Klien mengatakan masih sering terbangun di malam hari O:

 Klien tampak mengantuk

A: Gangguan pola tidur belum teratasi P: Lanjutkan intervensi

Tentukan pola tidur/aktivitas pasien

Jelaskan pentingnya tidur yang cukup

Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam tidur

Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik (ketakutan/kecemasan)

Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan

Melakukan pemijatan, pemberian posisi, dan sentuhan afektif

Diagnosa Keperawatan: Kesiapan meningkatkan peran menjadi orang tua

(35)

Jam (WITA) 1. Senin, 23 Juli

2018 Dinas Pagi (Hari pertama)

Pukul 09.00

 Mengajarkan orang tua cara merawat bayi (memandikan dan perawatan tali pusat)

 Memberikan dukungan dalam melakukan perawatan bayi

Pukul 13.30 S:

 Klien mengatakan sudah mengetahui cara memandikan bayi

 Klien mengatakan sudah mengetahui cara merawat tali pusat

O:

 Klien tampak mulai terampil dalam memandikan bayi

 Klien tampak mulai terampil dalam merawat tali pusat

A: Kesiapan meningkat peran menjadi orang tua belum teratasi

P: Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua Senin, 23 Juli

2018 Dinas siang (Hari pertama)

Pukul 16.00

 Memonitor kebutuhan belajar bagi orang tua

Pukul 20.00

 Mengajarkan cara memposisikan bayi dengan benar

Pukul 20.30 S:

 Orang tua mengetahui risiko bayi hipotermi

O:

 Orang tua tampak mengetahui cara memberikan bayi posisi yang benar

A: Kesiapan meningkat peran menjadi orang tua belum teratasi

(36)

2. Selasa, 24 Juli 2018 Dinas Pagi (Hari Kedua)

Pukul 09.00

 Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua

 Memberi informasi kepada orang tua terkait karakteristik bayi normal (risiko hipotermi)

Pukul 13.30 S:

 Orang tua mengatakan telah mengetahui karakteristik bayi normal (risiko hipotermi)

O:

 Ibu tampak menjaga bayi agar tetap hangat

A:

 Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua telah teratasi

P:

(37)

BAB IV PEMBAHASAN

Kasus sectio caesarea yang dialami oleh Ny. H yang dirawat di ruang lontara 2

bawah belakang dilakukan karena ada riwayat operasi laparatomi 6 bulan yang lalu. Klien

post operasi sectio caesarea hari ke 3. Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu

inverted, bayi menolak untuk diberikan ASI, nyeri pada area operasi skala 3 NRS,

perubahan pola tidur dari 6-7 jam (kebiasaan) ke 3-4 jam sehari, Hb menurun ke 8,9 g/dL,

klien tampak senang dengan kelahiran anaknya dan sangat menerima anaknya.

Diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan pemberian ASI, risiko

infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran menjadi orang

tua. Masalah keperawatan yang berhasil diatasi meliputi ketidakefektifan pemberian ASI

dan nyeri akut. Intervensi yang diberikan yaitu perawatan payudara (puting susu),

pengajaran pemberian makan dengan sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3

bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan

tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada

gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan kenyamanan serti

pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan peningkatan peran menjadi

orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan orang tua tentang perawatan pada bayi.

Masalah utama yang ditemukan pada Ny. H adalah ketidakefektifan pemberian

ASI. Hal ini berkaitan dengan anomali putting susu ibu sehingga bayi sering kali

menolak untuk diberi ASI padahal produksi ASI ibu cukup memadai. Lowdermilk,

Perry, & Cashion (2014) mengemukakan bahwa satu jam pertama setelah melahirkan

adalah waktu yang tepat untuk memberikan ASI kepada bayi. Pada waktu ini juga

merupakan saat yang tepat untuk mengkaji ibu terkait pemberian ASI, pengetahuan ibu

(38)

payudara dan puting susu. Selama dirawat di Rumah Sakit, perawat perlu menyediakan

edukasi dan pendampingan terkait pemberian ASI. Perawat juga perlu menyediakan

konsultasi laktasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu.

Menurut penelitian Saleh, et. al. (2014) yang dilakukan di Kabupaten Maros pada

ibu post partum tentang pemberian edukasi kesehatan ditemukan bahwa pendidikan

kesehatan dengan pendekatan modelling yang dilakukan oleh perawat efektif dalam

meningkatkan pengetahuan, kemampuan praktek, kepercayaan diri ibu dalam pemberian

ASI, dan menstimulasi bayi, yang akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh kembang

bayi.

Dalam kasus ini Ny. H sudah diberikan edukasi terkait pemberian ASI dan telah

diberikan pendampingan terkait cup feeding. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

dikemukakan, namun Ny.H tidak mendapatkan intervensi terkait kesiapan fisik nya,

sehingga putting susu Ny.H hingga hari ke-3 masih inverted. Intervensi yang dilakukan

oleh mahasiswa dalam kesiapan fisik Ny.H adalah melakukan perawatan puting susu

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, risiko infeksi, nyeri

pada area operasi skala 3 NRS, dan gangguan pola tidur. Klien juga tampak senang

dengan kelahiran anak pertamanya. Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi

ketidakefektifan pemberian ASI, risiko infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta

kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil

diatasi yaitu ketidakefektifan pemberian ASI, dan nyeri akut. Intervensi yang diberikan

yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan sendok,

serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn

luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik

relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada gangguan pola tidur dilakukan peningkatan

tidur dengan menerapkan kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif.

Pada kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan

orang tua tentang perawatan pada bayi.

B. Saran

Diharapkan perawat memberikan edukasi pada ibu primipara tentang cara merawat

(40)

DAFTAR PUSTAKA

American Congress of Obstetricians and Gynecologists, "Five Things Physicians and Patients Should Question", Choosing Wisely: an initiative of the ABIM Foundation, American Congress of Obstetricians and Gynecologists, archived from the original on 1 September 2013, retrieved 1 August 2013

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.5

Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2.

Singapore: Elseiver

Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2014). Maternity Nursing 8th Edition. USA:

Elseiver

Mayo Clinic staff (30 July 2015). "Labor and delivery, postpartum care". Mayo Clinic. Retrieved 15 August 2015.

McGuire E (July 2013). "Maternal and infant sleep postpartum". Breastfeeding Review. 21 (2): 38–41. PMID 23957180.

Murray, S.S. & McKinney, E.s. (2007). Foundations of maternal—Newborn nursing. Singapore: Saunders Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Elsevier.

Reeder, Martin & Koniak-Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC

Saleh, A., et. al. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pendekatan Modelling terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek, dan Percaya Diri Ibu dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di Kabupaten Maros. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4dfd694e7da095c426fa76ffbdf2b3ea.pdf.

(41)

Turner R (1990). "Caesarean Section Rates, Reasons for Operations Vary Between Countries". Fam Plann Perspect. Guttmacher Institute. 22 (6): 281– 2. doi:10.2307/2135690. JSTOR 2135690

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memulai bisnis lobster air tawar tidak perlu menggunakan modal yang besar di awal merintis usaha ini.. Karena budidaya lobster sangat cepat dan mudah tidak seperti

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Fisioterapi di Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Pendidikan merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui sesuatu. Pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan kualitas

1) Lokasi ini dipilih karena berdekatan dengan sumber bahan baku (limbah kulit pisang). 2) Dalam pemasaran produk, produk yang dihasilkan dapat dengan mudah

Otomatisasi pada proses regenerasi air demin yang dibuat menggunakan PLC Omron Sysmac CPM-1A sudah dirancang dengan tepat dan dapat berfungsi dengan baik,

Partial test results show there is influence of electronic word of mouth to purchase intention of Maranatha Christian University students on Lazada site, there is

 Nilai dengan superscript yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05) berdasarkan one way anova

memberi akibat hapusnya status hak guna bangunan pada tanah tersebut. Hapusnya hak atas tanah menyebabkan hapusnya hapusnya hak tanggungan, hal ini berdasarkan