• Tidak ada hasil yang ditemukan

No 34 potensi dan keragaman budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "No 34 potensi dan keragaman budaya"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERAGAMAN BUDAYA

STANDAR KOMPETENSI : Menganalisis unsur-unsur proses dinamika dan pewarisan budaya dalam rangka integrasi nasional

KOMPETENSI DASAR :

1.1 Mengidentifikasi berbagai budaya lokal, pengaruh budaya asing dan hubungan antar budaya

1.2 Melakukan pengamatan tentang potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat berkaitan dengan budaya nasional

1.3 Mengidentifikasi berbagai alternatif penyelesaian masalah akibat keberagaman budaya 1.4 Menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya

INDIKATOR :

o Mengidentifikasi budaya lokal yang terdapat di masyarakat o Mendeskripsikan karakteristik (ciri-ciri) budaya nasional

o Mendeskripsikan hubungan antara budaya lokal dan budaya nasional

o Mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah (solusi) akibat adanya keberagaman budaya o Memberikan contoh tentang berbagai alternatif penyelesaian (solusi) akibat adanya

keberagaman budaya

o Mendeskripsikan peran sekolah, keluarga dan pemerintah dalam upaya memberikan alternatif penyelesaian masalah akibat keberagaman budaya

o Mendeskripsikan konsep toleransi dan empati sosial

o Memberikan contoh tentang perwujudan sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya

o Mendemonstrasikan sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya A. ANTROPOLOGI

Untuk memahami kajian tentang manusia dan kebudayaan, kita akan mempelajari dahulu tentang ruang lingkup antropologi sebagai pengantar hal-hal yang berkaitan dan manusia dan kebudayaan.

1. SEJARAH ANTROPOLOGI

Menurut Koentjoroningrat, perkembangan antropologi adalah sebagai berikut: Fase Pertama (abad 15- 17)

Dimulai dari akhir abad 15 awal abad 16 ketika orang – orang Eropa Barat menjelajah ke berbagai benua ( Afrika, Asia dan Amerika) serta mendatangi suku-suku bangsa yang ada di benua tersebut. Bersama penjelahan terkumpul kisah-kisah perjalanan, laporan dan semacam tulisan yang dijadikan sebagai bahan etnografi. Bahan etnografi tersebut menarik perhatian kalangan pelajar di Eropa Barat sejak abad 18 sehingga timbul usaha pertama dari kalangan ilmiah untuk mengintegrasikan bahan etnografi tersebut menjadi satu

Fase Kedua (pertengahan abad 19)

Fase ini merupakan fase upaya pengintegrasian bahan etnografi secara sungguh-sungguh. Hal ini berlangsung pada pertengahan abad ke 19. Semua tingkat dan bentuk masyarakat di luar bangsa Eropa dianggap sebagai tingkat primitif. Sekitar 1860 muncul karangan –karangan yang mengklasifikasikan aneka ragam kebudayaan berdasarkan tingkat evolusinya. Dalam fase kedua ini dapatlah dianggap etnografi berkembang menjadi ilmu antropologi dan masih bersifat akademis.

Fase Ketiga (awal abad 20)

Terjadi pada permulaan abad 20 dan antropologi mulai menjadi ilmu praktis yang bertujuan mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan mendapatkan pengertian masyarakat masa kini yang kompleks. Fase Keempat (setelah tahun 1930)

Sesudah tahun 1930 antropologi mengalami perkembangan luas menyangkut bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti dan ketajaman metode. Tahun 1951 60 orang tokoh ahli antropologi dari berbagai negara mengadakan simposium internasional antropologi yang bertujuan meninjau dan merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi sesuai dengan perkembangan jaman. Tujuan akademis antropologi yaitu mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat, serta kebudayaannya. Secara praktis adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

2. PEMBAGIAN ANTROPOLOGI

Menurut Koentjoroningrat (1992: 1) pada dasarnya konsep dasar ilmu antropologi mencakup lima pokok permasalahan kajian mengenai manusia :

a. masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis b. masalah sejarah terjadinya aneka warna manusia berdasarkan ciri-ciri tubuh c. masalah persebaran dan terjadinya keragaman bahasa yang diucapkan manusia d. masalah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia e. masalah dasar-dasar dan keberagaman kebudayaan dalam masyarakat dan suku-suku bangsa di seluruh dunia dewasa ini

Untuk memecahkan masalah tersebut secara garis besar antropologi dibagi menjadi 2 yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya.

Antropologi Fisik meliputi:

a. paleoantropologi yaitu ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi manusia melalui penelitian sisa-sisa tubuh yang membatu (fosil)

b. somatologi yaitu ilmu tentang keanekaragaman ras manusia, yaitu melalui ciri-ciri fenotip dan genotip. Ciri-ciri fenotip secara kualitas tampak pada warna kulit, bentuk rambut dan mata. Sementara itu secara kuantitatif didasarkan pada hasil antropometer. Ciri-ciri genotip didasarkan pada analisis biologi kimia terhadap gen manusia (keturunan)

Untuk memahami aneka variasi manusia ahli antopologi fisik menerapkan prinsip, konsep dan teknik ilmu lain seperti ilmu genetika, biologi kependudukan dan epidemologi

Manusia berdasarkan rasnya oleh A.L Kroeber digolongkan sebagai berikut : No Jenis Ras Suku Bangsa Wilayah

1 Australoid Penduduk asli Australia Australia

2 Mongoloid Asiatic Mongoloid Asia Utara, Tengah, Timur

Malayan Mongoloid Asteng, Kep. Indonesia, Malaysia, Filipina, penduduk asli Taiwan

American Mongoloid Penduduk asli Amerika Utara & Selatan, Eskimo, hingga penduduk Terra del Feugo di amerika Selatan

3 Kaukasoid Nordic Eropa Utara sekitar Laut Baltik Alpine Eropa Tengah dan Timur

Mediteranian Penduduk ali Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran Indic Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka

4 Negroid African Negroid Benua Afrika

Negrito Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Philipina 5 Ras Khusus Melanesian Irian/Papua, Melanesia Bushman Gurun Kalahari, Afrika Selatan

(2)

a. Arkeologi yaitu ilmu sejarah kuno atau sejarah purba. Arkeologi berasal dari kata archaic yang berarti kuno. Disebut juga ilmu prasejarah atau prehistori karena mempelajari sejarah manusia sebelummengenal tulisan lewat peninggalan sejarah atau biasa disebut artefak. Artefak umumnya ditemukan pada situs (daerah temuan benda purbakala)

b. Etnolinguistik yaitu bagian antropologi yang mengkhususkan penelitian pada penyebaran bahasa manusia

c. Etnologi yaitu ilmu bagian dari antropologi budaya yang mencoba menelusuri asas-asas manusia. Pada perkembangannya terbagi menjadi 2 yaitu antropologi diakronik ( pendekatan descriptive integration/etnologi) dan antropologi sinkronik (pendekatan generalizing approach/ antropologi sosial)

d. Antropologi sosial budaya yaitu mempelajari budaya dan masyarakat. Istilah antropologi budaya digunakan di Amerika, antropologi sosial di Inggris sejak awal abad ke 20 untuk membedakannya dengan etnologi

Metode dalam antropolgi adalah etnografi dan metode etnografi bersifat mikro, holistik dan komparatif. Kegiatan antropologi di Indonesia mula-mula berpusat di dua universitas, yaitu UI dipelopori oleh Koentjoroningrat dengan pusat kajian Antropologi Budaya dan UGM dipelopori Prof. Teuku Yacob dengan pusat kajian Antropologi Fisik.

B. KEBUDAYAAN

1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedang dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang berasal dari bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah , mengerjakan tanah , membalik tanah atau diartikan bertani.

Definisi kebudayaan menurut beberapa ahli: Ralph Linton

Kebudayaan adalah konfigurasi dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari, yang unsur-unsur penentunya dimiliki bersama dan dilanjutkan oleh anggota masyarakat tertentu

E.B Taylor

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat

William H. Haviland

Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh anggotanya melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua anggota masyarakat

Koentjoroningrat

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi

Kebudayaan merupakan sarana hasil karya , rasa dan cipta masyarakat

Kebudaan bersifat superorganik yaitu sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi atau sesuatu yang bisa diwariskan ( Herskovits). Sementara itu Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (cultural determinisme)

2. WUJUD KEBUDAYAAN

Apabila kita memperhatikan definisi kebudayaan menurut Koentjoroningrat, perwujudan budaya adalah

a. sistem gagasan, budaya yang bersifat abstrak tapi menentukan sifat, cara berfikir serta tingkah laku masyarakat pendukung budaya tersebut.

b. sistem tindakan atau sistem sosial meliputi perilaku dan bahasa, wujud budaya ini bersifat konkrit

c. hasil karya manusia, yaitu wujud konkrit dapat dilihat, diraba dan difoto, misalnya pakaian, alat produksi dan alat transportasi

Wujud budaya tersebut sejalan dengan wujud budaya menurut Hoxley yaitu mentifact, sosiofact dan artefact

Klasifikasi unsur budaya dari yang terkecil adalah 1. items, unsur budaya yang paling kecil

2. trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil 3. trait kompleks, gabungan dari beberapa item dan trait

4. cultural activity, atau aktivitas budaya merupakan gabungan dari beberapa komplek budaya Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya yang menyeluruh atau cultural universal.

3. KARAKTERISTIK BUDAYA

Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya, kapan pun dan dimanapun budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah

a. kebudayaan adalah milik bersama b. kebudayaan merupakan hasil belajar c. kebudayaan didasarkan pada lambang d. kebudayaan terintegrasi

e. kebudayaan dapat disesuaikan f. kebudayaan selalu berubah g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif)

Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang harus diikuti oleh semua anggota

masyarakat tersebut.

Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:

a. sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu.

b. sistem nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup

c. kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang sudah meninggal

d. persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau kelompok masyarakat tentang suatu permasalahan

e. pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih secara selektif oleh masyarakat. Pandangan hidup dapat berasal dari norma agama (dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah hidup individu

f. etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya yang tampak dari luar 4. BUDAYA LOKAL

(3)

faktor antara lain lingkungan geografis, induk bangsa dan kontak antarbangsa. Dari pendapat tersebut dapatlah kita kaitkan dengan kebudayaan daerah yang ada di Indonesia yang memiliki ciri-ciri khusus antarwilayah sehingga beraneka ragam. Van Volenholen membagi masyarakat Indonesia ke dalam 19 lingkungan hukum adat yang oleh Koentjoroningrat disebut culture area. Setiap suku memilih mempertahankan pola-pola hidup yang sudah lama disesuaikan dengan penduduk sekitar mereka. Lingkungan geografis yang berbeda ada yang di gunung maupun dataran rendah dan tepi pantai, faktor ilkim dan adanya hubungan dengan suku luar

menyebabkan perkembangan kebudayaan yang beraneka macam.

Contoh budaya lokal yang bersifat abstrak misalnya Kepercayaan Kaharingan (Dayak), Surogalogi (Makasar), Adat Pikukuh (Badui). Budaya lokal yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor, tarian Pakarena, upacara Kasadha (Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan menggelar wayang kulit berlakon “Murwokolo” (Masyarakat Jawa), orang Badui dalam berpakaian putih dan Badui luar berpakaian biru, Bahasa Batak dan lain-lain . Budaya lokal yang bersifat artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat musik gamelan (Jawa)

C. POTENSI KEBERAGAMAN BUDAYA 1. POTENSI KEBERAGAMAN BUDAYA

Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat integrasi.

Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok

masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.

2. KARAKTERISTIK BUDAYA NASIONAL

Ki Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional

a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya

b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya

c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan toleransi. Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan

toleransi merupakan akar budaya nasional

d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas

3. HUBUNGAN BUDAYA LOKAL DAN BUDAYA NASIONAL

Budaya lokal yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional. Dalam pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah perlu dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber budaya nasional. Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat Indonesia seluruhnya” maka cepat lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh masyarakatnya. Bagaimana peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada generasi berikutnya dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya daerah. D. SIKAP TOLERANSI DAN EMPATI

1. MASYARAKAT MAJEMUK

Masyarakat majemuk sering diidentikan oleh orang awan sebagai masyarakat multikultural. Uraian dari Supardi Suparlan dapat menjelaskan perbedaan tersebut. Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional yang biasa dilakukan secara paksa (coercy by force) menjadi sebuah bangsa dalam wadah nasional. Setelah PD II contoh masyarakat majemuk antara lain, Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan dan Suriname. Ciri yang mencolok dan kritikal majemuk adalah hubungan antara sistem nasional atau pemerintahan nasional dengan masyarakat suku bangsa dan hubungan di antara masyarakat suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem nasional.

Menurut Pierre L. Van den Berghe mengemukakan karakteristik masyarakat majemuk: (1) terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain

(2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer

(3) kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar

(4) secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain

(4)

dalam bidang ekonomi

(6) adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain

Disini Supardi Suparlan melihat adanya dua kelompok dalam perspektif dominan-minoritas, tetapi sulit memahami mengapa golongan minoritas didiskriminasi, karena besar populasinya belum tentu besar kekuatannya. Konsep diskriminasi sebenarnya hanya digunakan untuk mengacu pada tindakan-tindakan perlakuan yang berbeda dan merugikan terhadap mereka yang berbeda secara askripsi oleh golongan yang dominan. Yang termasuk golongan askripsi adalah suku bangsa (termasuk ras, kebudayaan sukubangsa, dan keyakinan beragama), gender , dan umur.

Dalam menganalisis hubungan antar suku bangsa dan golongan menurut Koentjoroningrat: (1) sumber-sumber konflik

(2) potensi untuk toleransi

(3) sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesama suku bangsa (4) hubungan pergaulan antar suku – bangsa atau golongan tadi berlangsung

Adapun sumber konflik antar suku bangsa dalam negara berkembang seperti Indonesia, paling sedikit ada lima macam yakni

(1) jika dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama

(2) jika warga suatu suku bangsa mencoba memasukkan unsur-unsur dari kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain

(3) jika warga satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku bangsa lain yang berbeda agama

(4) jika warga satu suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa secara politis (5) potensi konflik terpendam dalam hubungan antar suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat

2. MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan perbedaan kebudayaan. Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah para pendukung kebudayaan, baik secara individu maupun secara kelompok dan terutama ditujukan terhadap golongan sosial askripsi yaitu suku bangsa (dan ras) , gender dan umur. Ideologi multikulturalisme ini secara bergandengan tangan saling mendukung dengan proses demokratisasi, yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam berhadapan dengan kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat.

Jadi tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi demikian pula sebaliknya.

3. MEMBANGUN SIKAP KRITIS, TOLERANSI DAN EMPATI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Dalam mengatasi masyarakat majemuk , Parsudi Suparlan menawari sebuah menyebaran konsep multikulturalisme melalui LSM, dan pendidikan dari SD hingga PT. Alternatif

penyelesaian masalah akibat keanekaragaman budaya adalah dengan melakukan strategi kebudayaan dimana memungkinkan tumbuh kembangnya keberagaman budaya yang menuju integrasi bangsa dengan tetap memperhatikan kesederajatan budaya-budaya yang

berkembang. Untuk itu komunikasi antar budaya perlu dibangun disertai dengan sikap kritis, toleransi dan empati.

Pembagian Ras Penduduk Indonesia

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok ras, yaitu:

a. Kelompok ras Papua Melanezoid, terdapat di Papua/ Irian, Pulau Aru, Pulau Kai.

b. Kelompok ras Negroid, antara lain orang Semang di semenanjung Malaka, orang Mikopsi di Kepulauan Andaman.

c. Kelompok ras Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.

d. Kelompok ras Melayu Mongoloid, yang dibedakan menjadi 2(dua) golongan.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Belajar Cara Belajar Belajar Cara Belajar PEDAGOGI Kemahira n Berfikir Dalam P&P Kemahira n Berfikir Dalam P&P Aplikasi Teori

Gabungkan(jumper) salah satu terminal dari masing-masing fitting lampu yang belum dipasang kabel apapun kemudian sambungkan memakai kabel berwarna biru ke kabel negatip jalur

Namun keadaan tersebut belum tentu patologis, karena dapat disebabkan oleh faktor genetik/familial, atau lambat tumbuh konstistusional akibat keter- lambatan maturasi (usia)

[r]

Namun demikian sebelum diterjunkan untuk PPL di SMK Muhammadiyah Pekalongan, praktikan telah melakukan tahapan-tahapan kegiatan PPL antara lain micro teaching yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat self efficacy pada kedua kelompok pada saat pre test yaitu pada kelompok perlakuan lebih rendah dari

Patch merupakan bentuk sediaan yang bertujuan untuk menghantarkan obat melewati kulit masuk ke dalam sirkulasi darah 6.. Patch akan efektif apabila obat yang

1- Hal ini akan berlaku setelah anda telah menukarkan format bahasa, dan skrin Maktabah Syamila tidak berfungsi untuk pencarian, ikut langkah di bawah