STATUS
SNI
DALAM KONSTALASI
HUKUM
KONSTRUKSI INDONESIA
Disusun oleh : Ir. Lutfi Faizal
Ka. Bid. Standar & Diseminasi, Puslitbang Permukiman, Balitbang PU
PELATIHAN PERENCANA BETON PRACETAK UNTUK STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014
HUKUM - STANDAR
HUKUM :
himpunan peraturan yang
dibuat oleh yang berwenang
dengan tujuan untuk
mengatur
tata kehidupan
bermasyarakat yang mempunyai
ciri
memerintah dan melarang
serta
mempunyai
sifat
memaksa
dengan menjatuhkan
sanksi hukuman
bagi yang
melanggarnya.
STANDAR :
Persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tatacara dan metode yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional
yang terkait dengan memperhatikan syarat
keselamatan
,
keamanan
,
kesehatan
,
lingkungan hidup
,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
,
pengalaman
, serta
perkembangan masa kini dan masa depan
untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya
ASPEK LEGALITAS
UU no. 12 tahun 2011 : UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan YANG BERLAKU SAAT INI Pasal 7 :
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN DAN
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang standarisasi dan penilaian kesesuaian
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
5. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri
6. Keputusan Presiden No.63 Tahun 2003 tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
16. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penatan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penatan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum
17. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)
PEDOMAN, PANDUAN DAN PAKET INFORMASI TENTANG PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN/PERBAIKAN GEDUNG TAHAN GEMPA, SERTA PENANGGULANGAN BENCANA :
1. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM - PETA HAZARD GEMPA INDONESIA 2010 SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAAN DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TAHAN GEMPA
2. Direktorat Jenderal Cipta Karya - Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa: Dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Konstruksi
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2006 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Pasca Gempa Bumi Di Wilayah Provinsi D.I.Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah
4. "Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat" Berisi keterangan yang jelas untuk Sebelum-Saat-dan Sesudah Bencana. Dibuat oleh Yayasan IDEP
5. Paket Informasi Rumah Aman Gempa "BUKAN GEMPANYA TAPI BANGUNANNYA"
6. Konsep Atap Dulu: Solusi Menuju Rumah Tahan Gempa Yang Lebih Baik (USAID, IOM, UNDP, Pemda Prov. DIY)
7. Robin D Willison UNDP Indonesia, 2006, Handbook on Good Building Design and Construction Central Jawa
8. Poster-Persyaratan minimal bangunan tembokan bata/batako tahan gempa.
9. Poster-Persyaratan minimal bangunan papan kayu tahan gempa
10. Poster-Persyaratan minimal bangunan tembokan bata/batako tahan gempa dengan perkuatan kayu
11. Panduan-Cara memperbaiki bangunan yang rusak akibat gempa
12. Panduan kecil untuk lokasi bencana Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM), Dibuat oleh Yayasan IDEP.
13. "Gempa Bumi" Sebuah cerita tentang masyarakat yang tidak mempunyai rencana saat menghadapi bencana gempa bumi, Dibuat oleh Yayasan IDEP
14. Profil BNPB - Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Indonesia
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARISASI
DAN PENILAIAN KESESUAIAN
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Kelembagaan
Bab III Standardisasi
Bab IV Penilaian Kesesuaian
Bab V Kerjasama
Bab VI Peran serta Masyarakat
Bab VII Pembinaan
Bab VIII Pengawasan
Bab IX Sistem Informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Bab X Ketentuan Pidana
pertimbangan dan asas
Pertimbangan :
standardisasi dan penilaian kesesuaian merupakan salah satu alat untuk meningkatkan mutu, efisiensi produksi, memperlancar transaksi perdagangan, mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan transparan
Asas :
a. Manfaat : memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.
b. konsensus dan tidak memihak : memberikan kesempatan bagi pihak yang memiliki kepentingan berbeda untuk menyampaikan pandangannya serta mengakomodasikan pencapaian kesepakatan oleh pihak tersebut secara konsensus (mufakat atau suara mayoritas) dan tidak memihak kepada pihak tertentu.
c. transparansi dan keterbukaan : adalah pelaksanaan kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian terbuka dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak yang berkepentingan untuk berpartisipasi.
d. Yang dimaksud dengan “asas efektif dan relevan” adalah pelaksanaan kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian memperhatikan kebutuhan pasar, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, dan mempertimbangkan waktu penyelesaiannya.
e. Yang dimaksud dengan “asas koheren” adalah pelaksanaan kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian mengikuti perkembangan internasional agar hasilnya harmonis.
f. Yang dimaksud dengan “asas dimensi pembangunan nasional" adalah pelaksanaan kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian mengutamakan kepentingan nasional dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. g. Yang dimaksud dengan “asas kompeten dan tertelusur” adalah pelaksanaan kegiatan Standardisasi dan Penilaian
definisi/pengertian
8.
Akreditasi adalah ...
9.
Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan Penilaian Kesesuaian yang berkaitan dengan pemberian jaminan
tertulis bahwa
Barang
,
Jasa
,
Sistem
,
Proses
, atau
Personal
telah memenuhi Standar dan/atau regulasi.
10. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi yang ditetapkan oleh BSN untuk menyatakan telah terpenuhinya
persyaratan SNI.
11. Tanda Kesesuaian adalah tanda sertifikasi selain Tanda SNI yang ditetapkan kementerian dan/atau
lembaga pemerintah nonkementerian atau ditetapkan berdasarkan perjanjian saling pengakuan antar
subjek hukum internasional.
12. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan, dipakai,
digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha.
13. Jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang
disediakan oleh satu pihak ke pihak lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau
Pelaku Usaha.
14. Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan untuk menjalankan suatu kegiatan.
15. Proses adalah rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang mengubah masukan menjadi
keluaran.
16. Personal adalah ...
PERUMUSAN SNI
Pasal 12 :
(1) Perumusan SNI didasarkan pada PNPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
(2) Perumusan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan waktu penyelesaian yang efektif dan efisien. (3) Dalam hal keadaan luar biasa atau terjadinya bencana alam, atau untuk kepentingan nasional, kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat mengusulkan perumusan SNI yang tidak termasuk dalam PNPS pada tahun berjalan.
(4) Usulan perumusan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada BSN dengan disertai penjelasan yang mendukung.
Pasal 13 :
(1) SNI dirumuskan dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya, kepentingan nasional, hasil penelitian, inovasi, dan/atau pengalaman.
(2) Dalam hal terdapat standar internasional, SNI dirumuskan selaras dengan standar internasional melalui:
a. adopsi standar internasional dengan mempertimbangkan kepentingan nasional untukmenghadapi perdagangan global; atau b. modifikasi standar internasional disesuaikan dengan perbedaan iklim, lingkungan, geologi, geografis, kemampuan teknologi, dan kondisi spesifik lain.
(3) Untuk kepentingan nasional, SNI dapat dirumuskan tidak selaras dengan standar internasional.
Pasal 14
(1) Perumusan SNI dilaksanakan oleh BSN.
(2) Hasil perumusan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa rancangan SNI.
(3) Dalam melaksanakan perumusan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BSN membentuk komite teknis. (4) Komite teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas unsur:
a. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; b. Pelaku Usaha dan/atau asosiasi terkait; c. konsumen dan/atau asosiasi terkait; dan d. pakar dan/atau akademisi.
PENERAPAN & PEMBERLAKUAN SNI
SNI (Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal)
Sukarela bersifat pengakuan
Wajib
Alasan : keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup Ditetapkan : Peraturan Menteri atau Peraturan KepalaLembaga Pemerintah Non kementerian
pemberlakuan SNI wajib perlu dilakukan secara berhati-hati untuk menghindarkan sejumlah dampak : (a) menghambat persaingan yang sehat;
(b) menghambat inovasi; dan
(c) menghambat perkembangan UKM.
produk impor
Agreement on Technical Barrier to Trade (TBT) dan Agreement on
Sanitary and Phyto Sanitary Measures (SPS),
masing-masing negara dalam
memberlakukan standar wajib, menerapkan
Good Regulatory Practices
Pengertian
Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya
, baik
untuk
hunian atau tempat tinggal
, kegiatan
keagamaan
, kegiatan
usaha
, kegiatan
sosial, budaya
, maupun kegiatan
khusus
.
PEMBANGUNA
Setelah rencana teknis disetujui PemDa dalam BG dinyatakan Laik Fungsi
BG harus dipelihara, dirawat, dan diperiksa secara berkala agar selalu laik fungsi
Pemilik dan Pengguna mempunyai hak dan
BG dapat dibongkar: tidak laik fungsi; dapat membahaya-kan pemanfaatan BG dan/atau lingkungan-nya; tidak memiliki IMB
Peran UUJK - UUBG
PEMERINTAH
PENYEDIA JASA
PEMILIK/
PENGGUNA JASA
IMB SLF IJIN USAHA
SERTIFIKASI
KODE ETIK STANDAR TEKNIS
PERATURAN DAERAH
PROGRAM KEBUTUHAN
Asosiasi
Profesi
LPJK/L…
UUBG
UUJK
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
Persyaratan lainnya :
•
Kesehatan
•
Kenyamanan
Sanksi UUBG
administratif
Pidana
Melanggar
Kerugian Harta Benda: pidana penjara paling lama 3 th. dan/atau denda paling banyak 10% dari nilai BG
peringatan tertulis;
pembatasan kegiatan pembangunan;
penghentian sementara/tetap pada
pekerjaan pelaks. pembangunan;
penghentian sementara atau tetap
pada pemanfaatan BG;
pembekuan/pencabutan izin
mendirikan BG;
pembekuan/pencabutan sertifikat laik
fungsi BG;
perintah pembongkaran BG
Cacat seumur hidup: pidana penjara paling lama 4 th.
dan/atau denda paling banyak 15% dari nilai BG
Meninggal: pidana penjara paling lama 5 th. dan/atau denda paling banyak 20%
dari nilai BG
Kerugian Harta Benda: pidana kurungan paling lama 1 th.
dan/atau denda paling banyak 1% dari nilai BG
Cacat seumur hidup: pidana penjara paling lama 2 th.
dan/atau denda paling banyak 2% dari nilai BG
Meninggal: pidana penjara paling lama 3 th. dan/atau
denda paling banyak 3% dari nilai BG
dapat dikenakan sanksi denda paling banyak 10% dari nilai BG yang sedang
atau telah dibangun.;