• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sertifikasi Guru Keteladanan Ibu Bagi Anak Perjuangan Kesetaraan Gender Urgensi Staff Ahli DPRD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sertifikasi Guru Keteladanan Ibu Bagi Anak Perjuangan Kesetaraan Gender Urgensi Staff Ahli DPRD"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

REFERENSI TEBING TINGGI DELI TERBIT SEJAK 16 JULI 2002

KETUA PENGARAH :

Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM (Walikota Tebing Tinggi)

WAKIL KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH. MAP (Wakil Walikota Tebing Tinggi)

PENGENDALI :

H. Johan Samose Harahap, SH.MSP (Sekdako Tebing Tinggi)

PENANGGUNG JAWAB : Ir. H. Zainul Halim

(Assisten Administrasi Umum) PIMPINAN REDAKSI :

Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)

WAKIL PIMPINAN REDAKSI :

REDAKSI :

Rizal Syam, Khairul Hakim, S. Sos, Juanda,

KOORDINATOR LIPUTAN : Drs. Abdul Khalik, MAP

LIPUTAN & REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

DESAIN & LAYOUT :M. Rahmadsyah SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti BENDAHARA : Jaffet Candra Saragih

FOTOGRAFER : M. Rahmadsyah

DISTRIBUTOR :

Riduwan, Sri Astuty Rahmayani, SE

DITERBITKAN OLEH :

BAGIAN ADMINISTRASI HUMAS PIMPINAN DAN PROTOKOL Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Alamat : Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Telp. 0621 - 329139

PRACETAK : Bege’s Medan, Syahrahmad85

(Isi di luar tanggungjawab percetakan)

Pembaca Budiman

“K

ru majalah SINERGI di bulan Oktober 2012 ini, sungguh mendapat suntikan baru semangat dan motivasi. Hal itu terjadi, ketika tiga sejawat Kami di Sekretariat Pemko Tebingtinggi, Kami ajak berdiksusi untuk memberikan pencerahan tentang masa depan majalan ini. Ketiga tamu kita itu adalah, Muhammad Ilham, SH, dari Bagian Adm. Hukum dan Organisasi, Bambang Wahyudhi, SIP bendahara Sekretariat DPRD kota Tebingtinggi serta Zakaria, SE dari Bagian Keuangan.

Ajakan diskusi kepada tiga rekan itu, disambut dengan antusias. Jadilah Kami berembug membicarakan beberapa hal. Khususnya, soal kemungkinan pengembangan SINERGI pada 2013 nantinya. Tak disangka, keluarga besar DPRD kota Tebingtinggi sangat antusias dengan wajah baru dan manajemen media ini. Mereka pun meresponnya dengan siap memberikan hibah bantuan untuk penambahan halaman SINERGI yang saat ini baru 40 halaman saja. DPRD siap menghibahkan dana Rp 30 juta bagi pendanaan majalah ini ke depan.

Hasil diskusi terkait dengan peraturan pengganggaran tak memungkinkan adanya hibah antar instansi di internal Pemko Tebingtinggi. Hal itu, ditekankan oleh Bagian Hukum dan Bagian Keuangan. Menurut mereka sesuai ketentuan, hibah demikian tidak dibenarkan. Akhirnya, dalam diskusi itu, rekan-rekan diskusi Kami menyarankan agar pada TA 2013, majalah ini mengajukan penambahan anggaran dengan dukungan DPRD dan semua SKPD. Insya Allah usulan telah Kami tindak lanjuti dengan harapan ada ‘rising sun’ di 2013.

Untuk edisi Oktober 2012 ini, SINERGI muncul dengan topik yang sedikit kurang populer, tapi kami pandang sangat penting. Tema utama kita, berkaitan dengan idealisme dan nasionalisme ditengah-tengah serbuan gencar pragmatisme. Kami mencoba mengupas tema yang sedikit filosofis ini dari sisi yang lebih ringan dan humanis, agar mudah untuk dicerna. Yang pasti, ada kekhawatiran kian menipisnya nilai-nilai idealisme di kalangan generasi muda kita, akibat terjadinya pergeseran dalam kancah kehidupan selama ini. Tema itu yang coba Kami ketengahkan.

Menemani tema utama, Kami juga menyertakan sejumlah laporan yang agaknya bermanfaat untuk pembaca. Misalnya, soal sertfikasi guru, dan pengeluaran dana rumah tangga untuk halaman pendidikan dan ekonomi. Ada juga halaman lingkungan yang kali ini menyoroti upaya penyelamatan bantaran sungai.

Ada pula laporan tentanghalaman wanita terkait keharmonisan keluarga, kemudian soal perlindungan anak, pada kolom hokum dan wnaita. Sedangkan di halaman parlementarian ada kajian soal urgensi staf ahli di DPRD. Pada kolom olah raga, Kami mencoba melihat perkembangan sepak bola pelajar yang telah menunjukkan prestasi. Demikian pua di kolom budaya, ada sebuah tulisan pelajar yang cuup menarik, ketika dia menulis surat untuk ibunya.

Terbitan SINERGI kali ini tak lengkap jika tak membaca kolom sejarah. Seorang keturunan dari pendiri kota Tebingtinggi, mencoba mengupas sejarah kota Tebingtinggi dari perspektif umumnya selama ini, dipandang sebagai sejarah yang ‘benar.’ Ada juga tulisan soa komunitas becak bermotor yang kini jumlah kian membengkak di kota kita.

Kami berharap, edisi kali ini bisa menambah khasanah

pengetahuan Anda semua dalam rangka memahami kota Tebingtinggi ini secara komprehensif dalam beberapa bidang. Akhirnya, ini lah karya Kami yang mudah-mudahan bisa diterima dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Salam Kami, dari meja redaksi.

Redaksi Menerima Tulisan, Foto, juga surat beri-si saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan Tanda Pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepan-jang tidak mengubah isi dan maknanya

Tulisan dikirimkan ke alamat Redaksi Majalah Sinergi :

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Pro-tokol Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi

sinergi_majalah@yahoo.co.id Sinergi Majalah

Sinergi Majalah

SINERGI OKTOBER 2012

2

(3)

TIM REDAKSI

Koordinator Liputan Drs. ABDUL KHALIK, MAP Pimpinan Redaksi

AHDI SUCIPTO, SH

Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI

Redaksi

RIZAL SYAM

Redaksi

KHAIRUL HAKIM, S.Sos

Redaksi/Photografer M. RAHMADSYAH

Bendahara

JAFET CHANDRA SARAGIH

Redaksi

JUANDA

Distributor

SRI ASTUTI RAHMAYANI, SE

Distributor

RIDWAN

18

30

20

32

21

33

22

34

24

25

26

27

17

16

28

LENSA KEGIATAN

REMAJA KITA

INFO NASIONAL

SUARA PEJUANG

LENSA SRIKANDI

TEPIAN

TERAS PEMKO

MOMENT IDUL ADHA 1433 H

BUDAYA

OLAHRAGA

AGAMA

SOSIAL

EKONOMI

HUKUM

SASTRA

3

OKTOBER 2012 SINERGI

SINERGI | EDISI 116 OKTOBER 2012

DAFTAR ISI

UTAMA

pendidikan

WANITA

PARLEMENTARIA

KESEHATAN

LINGKUNGAN HIDUP

Mempertanyakan Kembali

Nasionalisme Kita

Sertifikasi Guru

Keteladanan Ibu Bagi Anak

Perjuangan Kesetaraan Gender

Urgensi Staff Ahli DPRD

Apa Khabar HIv/AIDS

Menyelamatkan Bantaran Sungai Kita

Menakar Idealisme Dan

Pragmatisme Warga

Idealisme Itu Mesti

Diajarkan Dan Diperjuangkan

Nasionalisme Kita Pasca Reformasi

Benarkah nasionalisme kita sudah memudar? Entahlah. Tapi apa sebenarnya nasionalisme itu. Secara etimologi...

Peningkatan mutu dunia pendidikan Indonesia terus gencar dilakukan. Salah satunya adalah program Sertifikasi guru. Sejak tahun 2006 , keprofesionalan guru yang memenuhi standart sertifikasi ...

Seorang ibu rumah tangga banyak dituntut dalam kehidupan ini. Mulai dari mendidik anak-anak dalam keseharian juga untuk...

Wawancara Sinergi dengan HJ Sofiani Tambunan anggota DPRD Kota Tebing Tinggi. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan...

Wawancara Sinergi dengan Murli Purba S. Fil. Ketua Badan Legislasi DPRD Kota Tebing Tinggi Periode 2009-2014 Politisi Partai...

Penyebaran penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome) merupakan tahapan kedua dari infeksi HIV. Penyakit ini diketahui telah...

Berjalan lah Anda di pinggiran sungai. Kemudian perhatikan posisi pemukiman dan fasilitas publik yang ada di tepiannya. Jika Anda... Danramil 013 kota Tebingtinggi Kapten Budiono, dalam suatu kesempatan dialog, mengaku saat ini animo generasi muda untuk mendaftar sebagai tamtama dan bintara TNI AD,...

Robert Wolter Monginsidi, anak muda yang gugur di hadapan regu tembak Belanda pada 5 September 1947 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Robert Wolter Monginsidi, anak muda yang gugur di hadapan regu tembak Belanda pada 5 September 1947 di Makassar, Sulawesi Selatan.

1

13

14

15

5

7

8

10

11

(4)

Mempertanyakan

Kembali Nasionalisme Kita

Sedangkan menurut Ensiklopedi Indonesia : Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari sekelompok bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan dengan meletakkan kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsanya. Nasionalisme dapat juga diartikan sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Bertitik tolak dari pengertian inilah, maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikankepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.

Pada mulanya unsur-unsur pokok nasionalisme terdiri atas persaudaraan darah/ keturunan, suku bangsa, tempat tinggal, agama, bahasa dan budaya. Kemudian berubah dengan masuknya dua unsur yaitu persamaan hak bagi setiap orang untuk memegang persamaan dalam masyarakatnya serta adanya persamaan kepentingan dalam bidang ekonomi.

Aspek mendasar timbulnya nasionalisme adalah aspek sejarah. Nasionalisme sebagai suatu

peristiwa sejarah, selalu bersifat kontekstual (artinya meruang dan mewaktu), sehingga nasionalisme di suatu daerah dengan daerah lain atau antar zaman tidaklah sama. Misalnya saja bagi negara yang sudah lama merdeka, nasionalisme dapat mengarah pada imperialisme. Biasanya nasionalismenya bersifat konservatif. Bagi negara semacam ini akan mempersulit timbulnya nasionalisme di daerah-daerah jajahannya. Sedangkan bagi negara yang masih terbelenggu imperialisme dijajah nasionalisme bersifat

revolusioner dan progresif. Dengan demikian nasionalisme sarat dengan kepentingan suatu bangsa. Tumbuh dan berkembangnya nasionalisme sangat dipengaruhi oleh nasionalisme yang dianut kelompok dominan suatu bangsa.

Dengan demikian, nasionalisme merupakan suatu paham lebih mendahulukan kepentingan nasional dibanding kepentingan golongan dan individu. Dahulu, dalam membangun negara dan bangsa Indonesia ini Soekarno menerapkan kemandirian ekonomi, budaya dan ideologis. Kemandirian ideologis merupakan salah satu hal yang paling penting karena tanpa adanya ideologis maka kita akan berjiwa apatis atau oportunis. Jelas hal yang demikian bukanlah hal yang menguntungkan untuk mengembangkan jiwa nasionalis.

Anehnya, permasalahan bangsa Indonesia saat ini dapat dibedakan menjadi dua permasalahan, yaitu

pertama, Indonesia menerapkan konsep nasionalisme dalam tataran teori tetapi menggunakan konsep liberalisme dalam tataran operasionalisasinya. Sehingga, tidak terjadi sinkronisasi antara teori dan praktik. Kedua, masalah korupsi merupakan masalah yang menggerogoti bangsa Indonesia dari dalam. Arus investasi dan hutang luar negeri merupakan salah satu konsep liberalisme yang menggerogoti sendi-sendi perekonomian bangsa Indonesia. Terlalu banyak sumber daya alam Indonesia yang dimobilisasi ke luar negeri tanpa timbal balik yang sesuai bagi rakyat Indonesia.

Mengenai ekonomi Indonesia saat ini yang bersifat liberal, sesungguhnya jika menilik kembali sejarah terdahulu, di mana Mohammad Hatta salah seorang founding father Indonesia, telah menerapkan sistem ekonomi tersebut dalam wadah koperasi. Yang mana koperasi tersebut dijalankan untuk kepentingan masyarakat dan tidak memihak pada kepentingan pribadi maupun golongan.

Kemudian nasionalisme secara pasti menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan. Kita tidak boleh terjebak dalam doktrin-doktrin nasionalisme saja. Yang perlu kita sadari saat ini adalah nasionalisme merupakan suatu alat yang dapat kita gunakan untuk mencapai sebuah tujuan di mana tujuan utama kita adalah mencapai kesejahteraan rakyat. Sudahkah nasionalisme seperti ini terpatri dalam diri kita?

(Khairul Hakim)

Benarkah nasionalisme kita sudah memudar? Entahlah. Tapi apa sebenarnya nasionalisme

itu. Secara etimologi : Nasionalisme berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu paham

kebangsaan yang mengandung makna : kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki

kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa; memiliki rasa solidaritas

terhadap musibah dan kekurangberuntungan saudara setanah air, sebangsa dan senegara;

persatuan dan kesatuan.

SINERGI OKTOBER 2012

4

(5)

MENAKAR IDEALISME DAN

PRAGMATISME WARGA

Danramil 013 kota Tebingtinggi

Ka-pten Budiono, dalam suatu kesempatan

dialog, mengaku saat ini animo generasi

muda untuk mendaftar sebagai tamta

-ma dan bintara TNI AD, menurun

dras-tis. Padahal, gaji sebagai tamtama dan

bintara TNI AD, saat ini cukup

memuas-kan. Jika, 10 tahun lalu ketika

pendaf-taran dibuka, ada ribuan pemuda yang

mendaftar, tapi sekarang ini hitungannya

cuma ratusan saja. “Meski cukup, tapi

animo berkarir di dunia militer

cender-ung menurun,” cender-ungkap Kapten Budiono.

Dua realitas di atas, menggambar

-kan tengah terjadinya proses pergeseran

nilai-nilai dan orientasi hidup di kalangan

anak muda negeri ini. Paling tidak

pergeseran itu terjadi sepanjang era

reformasi 10 tahun belakangan.

Seder-hananya, hal itu bisa dirasakan sebagai

bergesernya nilai-nilai idealisme dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara

Lukman Hakim, kepala lingkungan 02 Kel. Pasar Baru, Kec. T.Tinggi Kota, mengaku setiap peringatan

hari-hari besar nasional harus berkeliling mengingatkan warganya agar memasang bendera merah putih di

hala-man rumah masing-masing. Meski, tak ada warga umumnya etnis Tionghoa itu menolak memasang bendera,

tapi pekerjaan mengingatkan warga telah dilakukannya dalam 10 tahun terakhir. “Memang harus diingatkan,

karena tak jarang mereka lupa,” ujar Lukman suatu kali.

menuju semangat pragmatisme global.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa

Politik dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbangpol dan Linmas) Amas Muda,

SH, dalam suatu perbincangan,

membe-narkan terjadinya pergeseran itu dalam

kehidupan bangsa Indonesia. Dalam

pandangan Amas, banyak contoh yang

bisa dikemukakan untuk menakar kian

menipisnya nilai-nilai idealisme. “Orang

sudah tidak menjadikan kebenaran dan

kebaikan itu sebagai tolok ukur dalam

kehidupan, tapi lebih melihat kepada

hal-hal bersifat material serta bernilai

untung dan rugi,” kata mantan Ketua

Korcab PMII Sumut era 1980 an itu.

Menurut Amas Muda, terjadinya

pergeseran nilai-nilai idealisme itu

jus-tru mengkhawatirkan, karena menuju

ke arah semangat pragmatisme. Di

mana masyarakat mengukur sesuatu

dengan ukuran-ukuran materi dan

ber-sifat bendawi dan mengabaikan

nilai-nilai nurani dan rohani. Contoh paling

ekstrim bisa dikemukakan, orang men

-gagungkan individu yang memiliki harta

melimpah dan jabatan wah, tanpa peduli

dari mana asal harta dan jabatan

diper-olehnya, apakah diperoleh dengan jalan

baik atau buruk. Dalam iklim demikian,

jelas Amas, tidak lagi dipersoalkan orang

itu koruptor dan garong atau orang yang

jujur dan amanah serta pekerja keras,

karena yang dihormati adalah kapasitas

harta dan jabatannya, bukan

tindakan-nya.

Kondisi itu, menjadi salah satu ciri

globalisasi, di mana individu tidak lagi

dipandang berdasarkan moralitas yang

dianutnya, tapi lebih pada kapasitas yang

dimilikinya dalam berinteraksi dengan

dunia. Profesionalisme diagungkan

se-demikian rupa, sembari

mengesamp-ingkan moralitas atau kearifan lokal

UTAMA

(6)

UTAMA

SINERGI OKTOBER 2012

6

suatu bangsa. Padahal, karakter suatu

bangsa menjadi penting sebagai

penan-da penan-dan pembepenan-da dengan kawasan atau

bangsa lain. Dalam proses kemerdekaan

bangsa Indonesia, idealisme itu dicirikan

beberapa simbolisasi, diantaranya

bend-era mbend-erah putih dan pejuang militer.

Bendera merah putih dan pejuang

militer, adalah simbol keagungan dari

idealisme dan patriotisme yang memiliki

sejarah panjang dalam rahim bangsa

In-donesia. Pada 64 tahun lalu, merah putih

adalah simbol sakral dalam merebut

kemerdekaan dari penjajahan

Koloni-alisme (Belanda dan Jepang). Seluruh

komponen bangsa, menghormati

me-rah putih sepenuh hati, bahkan

men-jadikannya sebagai benda keramat yang

memiliki kekuatan spirit. Setiap warga,

merelakan harta benda bahkan darah

dan nyawa dalam membela keberadaan

merah putih di setiap jengkal persada

negeri ini. ‘Menginjak’ bendera me

-rah putih kala itu, sama artinya sebagai

pengkhianatan terhadap kemerdekaan

bangsa dan balasannya adalah mati.

Semangat membela merah putih

tercermin dari berbagai perjuangan

sesudahnya yang terukir dalam

hero-isme pembebasan Irian Barat atau

kon-flik dengan Malaysia. Merah putih

men-jadi pembeda antara ‘kita’ dan ‘mereka’

yang didamlam kekitaan itu tersimpan

idealisme membara, dalam membela

bangsa dan negara.

Mendampingi nilai sakralitas

ben-dera merah putih, tersanding pula

sim-bol-simbol pejuang militer dalam

insi-tusi TNI yang dipandang sebagai karir

mulia dan bentuk pengabdian tertinggi

kepada bangsa dan negara. Mereka yang

mangabdi di dunia militer dinilai sebagai

bentuk pengabdian suci dan dihormati.

Berbagai atribut militer yang disandang

seseorang mengandung kharisma dan

kewibawaan yang tinggi dihadapan

masyarakat luas. Karir militer menjadi

sumber kebanggan keluarga, bahkan

lingkungan hingga kampung dan desa.

Pahlawan, dalam kaca mata anak

bangsa saat itu, adalah mereka yang

memanggul senjata dan bergerilya di

hutan, menyabung nyawa demi

mem-bela rakyat dan bangsa dari penindasan

kaum penjajah. Gerilyawan dan pejuang

militer, dipandang sebagai sosok ideal

yang bakal menyelamatkan negeri serta

akan mampu nantinya membawa

neg-eri ini dalam kehidupan yang lebih baik.

Maka, rentetan nama-nama para

pahla-wan pun tercetak umumnya sebagai

sosok yang melakukan perlawanan

ber-senjata terhadap musuh bangsa. Sosok

bergelar pahlawan itu memang pantas

ditauladani, karena memang berjuang

hingga tetes darah terakhir mereka demi

negeri ini.

Simbolisasi merah putih dan pejuang

militer itu, merupakan pengejawantahan

semangat idealisme bangsa Indonesia

yang muncul secara faktual dalam

kehidu-pan dan perilaku individu maupun

kelom-pok sosial. Kemerdekaan yang diraih,

bukan merupakan hadiah, tapi buah dari

semangat idealisme dan patriotisme anak

bangsa yang pantas dibanggakan kepada

bangsa dan negara lain.

Idealisme itu sendiri merupakan

paham/pandangan yang menginginkan

kehidupan itu berproses secara

sempur-na, sesuai dengan ide-ide yang termuat

dalam pikiran, nurani dan rohani

manu-sia. Wujud dari idealisme itu, memben

-tuk tindakan dan hasil pekerjaan yang

sesuai dengan aturan (benar dan baik)

yang telah digariskan kaedah hukum,

nurani dan rohani publik. Singkatnya,

idealisme itu, bak kereta api yang

berja-lan di sepurnya, untuk mencapai cita-cita

bersama. Tapi, jika perjalanan itu

meny-impang maka kereta api akan terbalik

dan berakibat fatal bagi penumpangnya.

Sama halnya dengan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Bangsa ini

akan berdiri kokoh dan berjaya, jika

ber-jalan di atas rel peradaban yang benar,

lurus, kuat, amanah, serta jujur sesuai

dengan harmoni kehidupan. Contoh

fak-tula itu, bisa dilihat pada bangsa Jepang,

Cina dan India yang tak kehilangan

ide-alisme mereka, sembari berpacu dalam

pragmatisme global. Prinsip itu, menjadi

syarat utama bagi seluruh komponen

anak negeri dalam upaya menggapai

cita-cita ditengah perubahan cepat dari

arus globalisasi yang ada

Sayangnya, nilai-nilai idealisme

semakin memudar seriring pejalanan

waktu dari titik awal kemerdekaan.

Bangsa ini, seakan kehilangan élan vi

-talnya, ketika pembangunan yang lebih

pada kecukupan material menjadi

tar-get utama. Atas nama pembangunan,

ekonomi digenjot terus menerus dengan

menjadikannya sebagai tujuan final.

Se-luruh sumber daya dikerahkan dalam

rangka pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dan stabil. Namun, pengejaran

atas pertumbuhan ekonomi itu,

meng-abaikan pembangunan pada aspek

ke-manusiaan.

Buntut dari pengejaran itu, kita

merasakan ikatan sosial antara indi

-vidu dengan indi-vidu, kelompok dengan

kelompok, etnis dengan tenis dan

aga-ma dengan agaaga-ma lainnya, mulai

me-renggang. Sesama anak bangsa saling

bertarung memperebutkan kepentingan

masing-masing untuk survive, tanpa

peduli dengan kekalahan yang lainnya.

Tidak mengherankan jika ikatan sosial

bangsa ini kian rapuh.

Kerapuhan itu, selanjutnya

melahir-kan sejumlah anomali sosial yang kian

meresahkan dalam bentuk berbagai

patologi sosial, berupa free sex,

pen-yalah gunaan narkoba, korupsi, tawuran,

serta berbagai penyakit sosial lainnya.

Jika berbagai anomali sosial itu terus

berlangsung, pada titik paling ekstrim

bangsa ini akan kehilangan identitasnya

sebagai suatu bangsa. Kita akan

men-unggu saat-saat krisis itu, di mana

ne-gara bernama Indonesia ini akan runtuh

dan di atas puingnya akan berdiri sebuah

identitas baru yang bukan milik kita

ber-sama lagi..

Bagaimana pun, nilai idealisme

dalam berbangsa dan bernegara tidak

boleh hilang, karena taruhannya sangat

berat. Paling tidak, harus ada kemauan

semua kalangan untuk menjaga ide

-alisme itu tetap hidup dalam sanubari

bangsa ini, disamping berjalannya

nilai-nilai pragmatisme sebagai keniscayaan

(7)

UTAMA

7

OKTOBER 2012 SINERGI

R

obert Wolter Monginsidi, anak muda yang gugur di hadapan regu tembak Belanda pada 5 September 1947 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam sebuah film klasik yang diputar pada salah satu program tel-evisi satelit, dikisahkan bagaimana fragmen saat-saat krusial pahlawan nasional berusia 24 tahun itu berjuang dalam upaya merebut kemerdekaan.

Ketika Monginsidi pertama kali ditangkap tentara NICA akibat pengkhianatan bangsanya, 26 Oktober 1947, di sebuah sekolah, dirinya tak meli-batkan siapapun. Kata Monginsidi, “siapa yang pu-nya cita-cita tinggi, harus rela berkorban dan me-mikulnya.” Pada 28 Februari 1947, berkat bantuan kawan-kawannya di penjara, Monginsidi berhasil kabur. Tapi, lagi-lagi dia tertangkap akibat pengkhi-anatan bangsanya pada 27 Oktober 1947.

Ketika tentara Belanda mengepungnya di salah satu rumah temannya, pria kelahiran Mala-layang, Menado, Sulut 14 Februari 1925 itu, sedang bersembunyi di kamar mandi dan memegang dua granat yang bisa jadi senjata meloloskan diri. “Aku tahu bisa lolos, tapi Belanda akan menghancurkan kampung ini. Aku tak ingin karena diriku orang menanggung akibatnya,” ujar Monginsidi saat ber-dialog dengan temannya. Pimpinan Laskar Pem-berontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) itu pun menyerah.

Ketika permohonan grasi yang diajukan ayahnya ke Pemerintah Belanda ditolak, anak muda yang kenyang dunia pendidikan itu, dihukum mati. Pada tengah malam 5 September 1949, RW Monginsi menjalani hukuman mati. Detik-detik akhir sebelum menghadap regu tembak, usai pendeta membacakan beberapa ayat Injil sesuai agamanya, Monginsidi ditanya apa permintaannya. “Berikan saya kertas,” kata dia.

Secarik kertas dan pulpen pun diberikan ke-pada anak pasangan Petrus Mongindisi dan Lina Suawa itu. “Setia sampai akhir sesuai keyakinan,” tulisnya. Kemudian, dia meminta kepada regu tem-bak; “Tembak saya setelah saya berteriak merde-ka,” pesan Monginsidi. Sesaat Monginsidi berteriak “MERDEKA!” lima butir peluru meluncur deras ke dadanya, satu diantaranya tepat mengenai jantung pejuang itu. Monginsidi pun terkulai. Dia gugur dengan senyum tersungging dibibirnya.

Kisah salah satu pahlawan nasional itu, bisa menjadi contoh tentang sebuah idealisme yang ter-simpan dalam sanubari generasi muda Indonesia

kala itu. Idealisme ratusan ribu generasi muda di

era perjuangan itu, menjadi sumbu pembakar rev-olusi kemerdekaan Indonesia. Andai saja, tidak ada anak muda sekelas RW Monginsidi yang rela men-gorbankan nyawa untuk bangsanya, bisa jadi neg-eri ini tidak akan pernah merasakan kemerdekaan seperti sekarang ini.

Tak cuma di negeri ini idealisme itu tertanam kuat, tapi juga hampir merata di berbagai negeri. Idealisme yang bersemayam di dada setiap anak

bangsa menjadi pintu pembuka bagi sebuah pe-rubahan besar dalam kehidupan masyarakat di

mana sosok idealis itu berada.

Masih ingat film ‘Braveheart’ (1995) yang dibintangi dan disutradarai Mel Gibson? Film seja-rah bangsa Skotlandia yang sering diputar di tele-visi itu, mengisahkan pahlawan legendaris William Wallace yang ingin memerdekakan negerinya dari jajahan Kerajaan Inggris. Wallace, mampu meng-gelorakan semangat anak negeri Skotlandia yang mentalitasnya sudah berada di titik terendah, men-jadi pejuang-pejuang yang tangguh. Ketangguhan pejuang-pejuang Skotlandia mengakibatkan

Kera-jaaan Inggris mengalami kerugian besar, mereka

pun bertekad menangkap William Wallace. Ketika Wallace ditangkap, sang legendaris itu diberi dua pilihan, memohon ampun kepada raja

agar tidak dihukum mati, atau harus menjalani hu -kuman pancung. Hingga detik-detik terakhir pros-esi pemancungan, putri mahkota Kerajaan Inggris yang bersimpati pada Wallace, terus membujuk agar bersedia memohon ampunan. Pahlawan Sko-talndia itu tak bergeming sedikit pun.

“Mohonlah ampun kepada Raja agar kau tak dihukum pancung,” harap putri mahkota, saat besi runcing yang dijadikan alat siksaan menusuk selangkangan Wallace. Namun, pada saat siksaan mendera Wallace hingga rasa sakitnya sampai dipuncak, dia berteriak keras “FREEDOM!” seke-tika itu pula kapak algojo memisahkan kepala dan badan pria kekar itu. William Wallace gugur diten-gah wajah-wajah sedih, kecewa yang bercampur aduk sesuai kepentingan masing-masing. Bahkan, Raja Inggris, seketika mangkat, karena tak yakin dengan teriakan Wallace.

Idealisme, adalah nilai-nilai kebenaranan,

kebaikan, kepahlawanan, tanggung jawab, ket-egasan, keteguhan, kejujuran, pengorbanan, keikhlasan, kesalehan, serta berbagai pemaknaan yang mulia. Dalam terminologi agama (Islam) ide-alisme dikenal dengan istilah istiqamah. Bahasa Al Qur’an menyebut orang-orang yang istiqamah akan diberikan sebuah ma’unah yang tak diperoleh orang lain, yakni pupusnya rasa takut dan gentar di dalam hati, meski harus menghadapi pender-itaan dan kekejaman yang keji dalam langkah per-juangannya.

Sikap demikian, hakikatnya adalah sifat fith-riah manusia yang dititipkan Sang Pencipta tidak kepada semua manusia. Bisa jadi, orang-orang idealis memang lahir pada zamannya dan menjadi salah satu di antara sosok yang diharapkan mampu membuat perubahan dalam setiap periode kehidu-pan. Tapi sifat idealisme juga, adalah sikap yang bisa diajarkan, kepada masyarakat, bila ada kemauan politik (political will) dari para pengambil kebijakan di suatu negeri untuk mengajarkannya. Contohnya, adalah sikap cinta tanah air pada setiap warga ne-gara tidak datang dengan sendirinya, tapi diajarkan terus menerus dalam berbagai kesempatan. Orang akan mencintai negerinya, karena ada pemahaman yang dijejalkan kepada warga negara akan makna, betapa pentingnya kecintaan atas negeri tempat di mana kita lahir, hidup dan meninggal.

Analaogi ini bisa pula diajarkan kepada anak negeri akan nilai-nilai mulia yang terkandung dalam nilai-nilai idealisme. Birokrasi, misalnya bisa dia-jarkan untuk menjauhi korupsi, karena perilaku itu sangat merusak kehidupan negara. Rakyat, bisa diajarkan nilai-nilai kejujuran dan kerja keras dalam upaya membangun kehidupan mereka yang lebih baik. Persoalannya, seiring dengan terjadinya peru-bahan cepatdalam tataran global, pengajaran terha-dap nilai-nilai idealisme itu terabaikan. Masyarakat dibiarkan mencari nilai-nilainya sendiri, tanpa ada rambu-rambu yang disiapkan untuk itu. Jadilah masyarakat mendapatkan nilai-nilai hidup dari me-dia massa tanpa filterisasi sama sekali.

Idealisme jug aharus diperjuangkan, ka-rena dari perjuangan itulah sebuah idealisme bisa tumbuh subur dan menjadi salah satu ideology masyarakat. Pancasila yang menjadi dasar NKRI, adalah nilai-nila idealisme bangsa yang sudah hidup selama ratusan tahun di berbagai daerah. Pancasila, akan bisa mengisi ruang kehidupan publik, bila nilai-nilai itu diperjuangkan untuk bisa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa bernegara. Tanpa diperjuangkan, Pancasila hanya akan menjadi simbol dan semboyan tanpa makna serta ditelantarkan dalam lembaran buku-buku pengajaran.

Bangsa yang tercerabut dari akar idealisme, adalah bangsa yang sekarat dan hanya menunggu

ajal untuk kemudian terkubur dalam dinamika

kesejarahan manusia. Sebaliknya bangsa yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai idealisme, adalah bangsa yang akan terus hidup dan Berjaya, meski badai dahsyat datang menerpa, bangsa itu diyakini akan selamat. Tinggal kita memilih, hidup tanpa idealisme dan mempertuhankan pragma-tisme, sehingga hanya menjadi jongos globalisasi, atau menyuburkan nilai-nilai idealisme, meski kenyataan itu sangat pahit. Wallahu a’lamu bi

as-shawab.***

Drs. Abdul Khalik MAP

IDEALISME

ITU MESTI

(8)

SINERGI OKTOBER 2012

8

UTAMA

Seperti nilai nasionalisme yang telah

di-lakukan oleh founding fathers kita, mereka ber -juang dan bekerja benar-benar untuk bangsa meskipun harus berkorban nyawa, keluarga dan harta yang dimiliki. Tidak ada rasa ingin mementingkan diri sendiri, keluarga atupun kelompok. Sementara hari ini, bisa dihitung dengan jari orang yang sungguh - sungguh mencintai bangsanya. Kebanyakan mencintai diri sendiri dan mencintai kelompoknya. Jadi sangat relevan jika kita harus membicarakan nasionalisme itu saat ini dan terus - menerus ditumbuhkembangkan serta diberikan pelaja-ran kepada kaum muda.

Nasionalisme tidak hanya sekedar definisi kedaulatan teritorial yang sempit, dia juga harus berbentuk pemenuhan hak dari negara, pem-berian rasa aman, pemenuhan kesejahteraan, dan kebebasan berpikir, berkeyakinan, berbi-cara dan bertindak. Melihat defenisi tersebut, maka paham nasionalisme mempunyai peran elementer dan sudah semestinya dimiliki oleh segenap bangsa. Paham tersebut menjadi se-buah ideologi bersama yang berfungsi sebagai pengikat emosional masyarakat kita yang san-gat multikulture. Rasa nasionalisme-lah yang melahirkan semangat sumpah pemuda dan menyatukan masyarakat kita yang multikultur waktu itu. Mereka bersepakat untuk bersama - sama hidup berdampingan dalam sebuah bingkai yang bernama “Indonesia”.

Nasional-isme mengajarkan kita untuk menjaga keber -samaan, perbedaan dan kepedulian terhadap masyarakat.

Nasionalisme Indonesia muncul karena adanya kolonialisme. Penjajahan dan pender-itaan yang dialami memunculkan semangat un-tuk bersatu melawan segala benun-tuk pejajahan. Berdirinya Boedi Oetomo (1908) menjadi tanda kebangkitan nasionalisme Indonesia yang ke-mudian diikuti organisasi-organisasi nasional lainnya. Pada kurun waktu 1945-1950, jiwa na-sionalisme diperteguh oleh semangat mem-pertahankan kemerdekaan, serta persatuan

dan kesatuan Indonesia. Hal itu sangat bertolak belakang dengan kondisi bangsa Indonesia saat

ini. Semangat nasionalisme bangsa Indonesia semakin berkurang. Kita terlalu menganggap remeh mereka para pejuang yang telah berjasa kepada kita.

Realita nasionalisme kita hari ini

Salah satu faktor kuat yang terus mengikis

nasionalisme bangsa Indonesia adalah glo -balisasi. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya ada-lah suatu proses dari gagasan yang

dimuncul-kan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh

bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu ti-tik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia, (Edison A. Jamli dkk. Kewarganegaraan. 2005). Globalisasi berlangsung di semua bidang ke-hidupan seperti bidang ideologi, politik, ekono-mi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain - lain. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan peran yang sangat penting bagi berlangsungnya proses globalisasi. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Globalisasi mempunyai pengaruh yang positif dan juga pengaruh negatif, dimana pengaruh-pengaruh tersebut tidak secara langsung ber-pengaruh terhadap nasionalisme. Namun da-pat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang setahap demi setahap.

Banyak perilaku - perilaku kita yang sudah tidak bernilai nasionalisme seiring berjalannya era globalisasi. Padahal, sebagai bangsa yang besar seharusnya kita mampu untuk

mengin-ternalisasikan nilai nasionalisme tersebut

dalam kehidupan kita. Sebagai contoh,

mung-kin diantara kita sudah mulai malas untuk

mengibarkan bendera merah putih di halaman rumah saat hari-hari besar nasional, belum lagi cara berpakaian remaja yang berdandan seperti layaknya selebritis yang cenderung ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang dapat memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.

Sedangkan, cara berpakaian tersebut je-las - jeje-las tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Belum lagi, kebanyakan remaja sudah tidak

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, mereka lebih suka menggunakan

bahasa alay (istilah anak gaul) dalam berkomu-nikasi. Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian.

Dan sekarang ini, banyak pelajar dan ma-hasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno dan menggunakan narkoba. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal so-pan santun dan cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi

menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh

riilnya adanya geng motor anak muda yang mel-akukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat. Jika hal diatas dibiarkan, mau jadi apa genersi muda

akan datang? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan

muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta ter-hadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.

Barangkali semua ini terjadi bukan saja

karena adanya arus globalisasi, tapi karena adanya kesenjangan sosial yang berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran, meluasnya kemiskinan dan tidak meratanya pendidikan, ini juga indikator dari hilangnya nilai

nasionalisme saat ini. Bila dianalisa lebih jauh,

kemungkinan lunturnya nilai nasionalisme itu dapat dilihat dari kinerja pemerintahan pada za-man reformasi yang masih jauh dari harapan/ misi reformasi itu sendiri. Belum lagi banyak terkuaknya kasus - kasus korupsi, pengge-lapan uang negara dan penyalahgunaan

kekua-NASIONALISME KITA

PASCA REFORMASI

ZULFI PANDAPOTAN NASUTION (SEKRETARIS UMUM KAHMI KOTA TEBING TINGGI)

TULISAN INI DIRASA PENTING UNTUK DIBUAT BERDASARKAN PERTIMBANGAN BAHWA MAKNA PENTING

NASIONALISME KITA PASCA REFORMASI KURANG BANYAK DIAMATI SECARA PROPORSIONAL DAN MENDALAM,

SEHINGGA ADA SEMACAM KETAKUTAN DARI SAYA JIKA KEADAAN INI DIBIARKAN BEGITU SAJA AKAN

MEN-IMBULKAN GEJOLAK YANG MAHA LUAR BIASA NANTINYA. NASIONALISME ADALAH PAHAM UNTUK

MENCIN-TAI BANGSA. KALAU KITA MENCINMENCIN-TAI KEBANGSAAN, TENTUNYA HARUS BERBUAT SESUATU YANG TERBAIK

UNTUK BANGSA DAN NEGARA. DALAM KONTEKS KEINDONESIAAN, NASIONALISME BERARTI MENYETUJUI

(9)

9

OKTOBER 2012 SINERGI

UTAMA

saan oleh para pejabat negara membuat para masyarakat enggan untuk memperhatikan dan mencintai negeri ini, apalagi tertinggalnya Indo-nesia dengan negara - negara lain disegala as-pek kehidupan, membuat generasi muda tidak

bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.

Kita mesti melihat orang Jepang, mereka sangat mengglobal. Tetapi nilai nasionalisme orang Jepang mereka perlihatkan dengan ke-cintaan terhadap tanah air, bagaimana mereka membangun bangsanya, bagaimana memper-tahankan budayanya di tengah - tengah glo-balisasi. Mereka bangga bahasanya dan tetap melaksanakan tata kramanya yang penuh den-gan kesantunan dan kesopanan. Mereka tidak meninggalkan nilai ketimuran yang melekat pada jati diri bangsanya.

Harus ada perubahan

Rangkaian pendapat di atas tersusun berkat penulusuran logika untuk melakukan penekanan terhadap masalah – masalah yang ada. Harus kita akui, bahwa terlalu panjang lebar untuk mengurai kondisi permasala-han yang sesungguhnya. Karena itu, penulis mengambil pilihan untuk sekedar mempre-sentasikan perpektif yang penulis yakini dalam membedah permasalahan kekinian mengenai nasionalisme kita pasca reformasi. Gerakan perubahan pada dasarnya adalah mengolah realitas dari yang tidak kita inginkan menjadi yang kita inginkan. Untuk mencapai kesuk-sesan dalam melakukan ini, perhatian seksa-ma terhadap tingkat perseksa-manensi suatu realitas dan faktor x sebagai kausa pengukuh realitas sangat penting. Sebab akan mempengaruhi strategi, taktik, stok kesabaran yang harus dis-iapkan, dan kalkulasi kita soal kapan gerakan perubahan harus dimainkan tentunya sesuai dengan aturan main yang ada.

Masyarakat dalam kehidupannya selalu mengalami perubahan, dan perubahan itu ada yang kentara dan tidak kentara, ada yang pen-garuhnya luas dan ada pula yang terbatas, ada yang harus secara evolusi bahkan ada pula se-cara revolusi. Perubahan masyarakat pada um-umnya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan dan kepent-ingan masyarakat. Terjadinya gerakan refor-masi yang dimotori oleh mahasiswa pada tahun 1998 itu bisa dikatakan sebagai akibat adanya ketidakpuasan rakyat kepada pemerintah pada saat itu, yang dianggap tidak dapat memenuhi tuntutan kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat memiliki dimensi yang luas.

Menurut Koentjaraningrat, ruang lingkup perubahan masyarakat terdiri dari unsur-unsur kebudayaan, baik yang materil maupun im-materil. Perubahan masyarakat secara umum menyangkut perubahan-perubahan struktur, fungsi budaya dan perilaku masyarakat. Peru-bahan berarti suatu proses yang

mengakibat-kan keadaan sekarang berbeda dengan kead -aan sebelumnya.

Sudah empat belas tahun reformasi berja-lan, dan empat belas tahun yang lalu tentu ber-beda dengan kondisi saat ini. Perber-bedaan yang paling nyata dan penting adalah menyangkut

kekuasaan negara berada dalam genggaman

pemerintahan, bukan pemerintah. Walaupun pemerintah masih sebagai pemegang otoritas dengan porsi terbesar, dan sebagian otoritas pemerintahan itu sudah terbagi kepada legis-latif, lembaga yudikatif, Bank Indonesia untuk moneter, pemerintah daerah, dan sebagianya. Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan situ-asi masa Orde Baru dan Orde Lama dibawah UUD 1945 sebelum di amandemen yang mem-bagi porsi kekuasaan bukan saja terbesar pada pemerintahan(eksekutif).

Sejatinya, tujuan reformasi itu ingin men-ciptakan tatanan perubahan yang signifikan khususnya yang menyangkut kesejahteraan. Karena kita ketahui bersama, bahwa reformasi itu tercetus akibat dari krisis di kawasan Asia, termasuk Indonesia pada tahun 1997. Krisis di Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan tanda - tanda perbaikan. Kemiskinan,

pen-gangguran, kesenjangan dan keterbelakangan

masih terjadi dimana - mana. Reformasi yang digulirkan mahasiswa tahun 1998 yang dihara-pkan mampu memberikan angin segar bagi rakyat Indonesia untuk memperbaiki krisis multidimensi menuju era baru, ternyata berger-ak lamban sehingga persolan krisis itu sampai

saat ini belum juga berakhir.

Sebenarnya keberhasilan dalam suatu bangsa untuk bisa menjadi negara ataupun bangsa yang maju, tentu tidak bisa dilepaskan dari beberapa peranan, pertama pendidikan. Pola pemerataan kepintaran dan kecerdasan harus sudah sampai menyentuh masyarakat yang berada di level bawah. Orang miskin atau-pun orang kaya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan atau menerima ilmu pendidikan. Pendidikan harus menjadi prioritas utama untuk mencerdaskan generasi bangsa. Pendidikan sangat berfungsi untuk perubahan

sosial dalam rangka meningkatkan kemam -puan pola pikir yang analisis kritis konstruk-tif, berperan untuk menanamkan keyakinan - keyakinan dan nilai - nilai baru tentang cara berpikir manusia.

Pendidikan pada abad modern telah ber-hasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap ter-hadap perubahan. Cara - cara berpikir dan si-kap - sisi-kap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap bantuan orang lain. Pendidikan bukan sekedar pembentukan intele-ktualitas saja tapi harus lebih dahulu memben-tuk afkesi (sikap atau karakter) seseorang yang pada gilirannya dapat memberikan hal yang ter-baik untuk dirinya dan negaranya. Perlu untuk diingat bahwa menurut cerita yang sangat terk-enal, setelah Jepang luluh lantak akibat Perang Dunia II, Kaisar Jepang Hirohito memanggil

jen-deral angkatan perangnya untuk menanyakan sesuatu. Yang ditanyakannya bukan jumlah pas-ukan yang tersisa untuk melakpas-ukan serangan balasan, melainkan, “Berapa guru yang tersisa agar bisa membangun negeri kembali?” Kisah itu sungguh luar biasa dan membawa dampak yang mengagumkan. Sekarang Jepang sudah menjadi negara maju karena memprioritaskan pendidikan.

Kedua adanya jaminan kestabilan politik dan sosial peace (ketentraman sosial). Poin ini memberikan sinyal bahwa rasa aman juga me-miliki peranan besar untuk memajukan suatu negara. Proses pembangunan tidak akan berja-lan tanpa adanya jaminan keamanan serta jami-nan tidak terjadinya konflik yang bisa mengang-gu perdamaian sehingga bila dua hal tersebut masih menjadi ancaman maka semua proses dan rencana pembangunan akan sia - sia. Ter-ciptanya ketentraman dan rasa nyaman sangat penting bagi sebuah negara untuk memperkuat eksistensi dan mendorong potensi perkem-bangan ekonomi dan pembangunan.

Ketiga, penyediaan lapangan pekerjaan. Pengangguran di Indonesia yang telah men-capai puluhan juta orang merupakan suatu masalah yang mendesak dan harus segera dipecahkan karena dampak pengangguran itu akan sangat berbahaya bagi tatanan kehidu-pan sosial. Adalah fakta bahwa berbagai keja-hatan sosial seperti pencurian/ penodongan/ perampokan, pelacuran, jual beli anak, anak jalanan dan lain-lain merupakan dampak dari pengangguran. Dilihat dari dampaknya yang luas terhadap tatanan kehidupan sosial, pengangguran telah menjadi kuman penyakit sosial yang relatif cepat menyebar, berbahaya

dan beresiko tinggi menghasilkan korban so -sial yang pada waktunya akan menurunkan kualitas sumber daya manusia, martabat dan harga diri manusia. Karena itulah maka melalui strategi pembangunan, kebijakan - kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan dan dikurangi. Dengan kebijakan yang langsung menyen-tuh masyarakat, diharapkan permasalahan pengangguran dapat dikurangi. Berbagai masalah sosial perkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini berakar dari kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebab-kan oleh ketiadaan sumber hidup (pekerjaan).

Perubahan itu semuanya mungkin dan semuanya berhak. Sebab, yang tidak mungkin dan yang tidak berhak adalah yang tak beru-saha. Siapa yang tidak berusaha? Penulis harap bukan kita! Apa yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki Tuhan, pada dasarnya kita tidak tahu pasti. Wallahu’alam biashshawab.

Referensi :

- Jamli, Edison dkk,Kewarganegaraan (Jakar-ta: Bumi Akasara, 2005)

(10)

Ratusan guru sekolah berstatus Negeri maupun swasta yang

menyandang kualifikasi akademik

sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) dan Nomor Unik Pendidik dan tenaga

Kependidikan (NUPTK) berupa sertifikasi

pendidikpun berlomba mengikuti Ujian Kompetensi Awal (UKA) yang digelar oleh Kementrian Pendidikan Nasional di Jakarta.

Tuntutan peningkatan mutu pendidikan yang diemban oleh para pengajar yang berhasil memperoleh

sertifikat guru, diketahui membawa

peningkatan martabat pahlawan

tanpa tanda jasa itu, sehingga

program ini mampu meningkatkan pendapatan perekonomian berdasarkan pembayaran (carryover) melalui proses transfer ke rekening guru sebesar 1 bulan gaji yang dibayarkan oleh pemerintah.

Begitu tinggi dan luhur tujuan

dari sertifikasi sehingga pemerintah

membuat banyak program untuk bisa

mewujudkan tujuan tersebut diatas,

dari mulai pengumpulan porto folio sampai dengan PLPG. Persyaratan

kepesertaan Sertifikasi guru harus memiliki beberapa kriteria, diantaranya

Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Memiliki

kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau

diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan

Disamping itu, bagi seorang guru

bukan PNS pada sekolah swasta harus memiliki SK sebagai guru tetap yang dikeluarkan pihak penyelebggara pendidikan.Sedangkan guru Non PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK Pengangkatan sebagai seorang guru yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.

Persyaratan lainnya berlaku untuk

SERTIFIKASI GURU

Peningkatan mutu dunia pendidikan Indonesia terus gencar

dilakukan. Salah satunya adalah program Sertifikasi guru. Sejak

tahun 2006 , keprofesionalan guru yang memenuhi standart

sertifikasi memiliki peran penting untuk meningkatkan mutu

pendidikan bagi peserta didik. Kemendiknas (Kementrian

pendidikan Nasional) Republik Indonesia pun terus mengenjot

pelaksanaan program pemberian sertifikat bagi guru yang telah

memenuhi standar sertifikasi.

pengawas satuan pendidikan selain dari guru yang diangkat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2008 tentang Guru (1 Desember 2008),

atau bagi pengawas selain dari guru yang diangkat setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru harus pernah memiliki pengalaman formal sebagai guru.

Kriteria lainnya , tenaga pengajar

tersebut sudah menjadi guru tertanggal

30 Desember 2005 , pada saat

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan. Selain itu belum memasuki usia 60 tahun pada tanggal 1 januari 2013 mendatang dan memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).

Tetapi dalam program Sertifikasi ini , seorang guru dapat memiliki

beberapa prioritas untuk mengisi

kuota contohnya, seorang guru yang

diangkat dalam jabatan pengawas yang memenuhi persyaratan . keistimewaan

lainnya, seorang guru dan Kepala

sekolah berprestasi yang mampu meraih peringkat 1 tingkat Provinsi

atau peringkat 1, 2 atau 3 tingkat Nasional , atau seorang guru yang

mampu menyabet prestasi di tingkat International yang belum mengikuti

sertifikasi guru dalam jabatannya dari

2007 s/d tahun 2011.

Bicara tentang Peningkatan keprofesioanalan guru melalui program

sertifikasi guru , Kadis Pendidikan

dan Kebudayaan Pemko Tebing

Tinggi Drs.H.Pardamean Siregar,MAP

berambisi untuk gencar melakukan peningkatan kualitas dan mutu melalui peningkatan kepentingan pelayanan pendidikan dan tenaga kependidikan dalam kehidupan global agar standart prpfesi pendidik dapat lebih baik .

Sampai kini, menurutnya, jumlah guru yang tellah disertifiaksi jumlahnya

sebanyak 1260 orang, yang belum disertifikasi jumlahnya sebanyak 1465 orang, dengan tingkat persentase

sebesar 46%. Jumlah tersebut termasuk

guru dengan jenjang SD, SMP, SMA

dan SMK baik negeri maupun swasta yang jumlahnya mencapai 2725 orang guru.

Masih Pardamean, mengacu pada permendiknas, nomor 18 tahun 2007,

tentang persyaratan utama peserta

sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru yang memiliki kualifikasi

akademik sarjana (S-I) atau diploma empat (D-4).

Selain itu, peserta sertifikasi

tiap tahun dibatasi oleh kuota dan jumlah guru yang memenuhi

persyaratan kualifikasi akademik

lebih besar daripada kuota maka dinas pendidikan provinsi atau dinas pendidikan kabupaten/kota dalam

menetapkan peserta sertifikasi juga

mempertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah :

kinerja (1) masa kerja/pengalaman

mengajar, (2) usia (3) pangkat atau

golongan ( bagi PNS); (4) beban mengajar; (5) jabatan / tugas tambahan; dan (6) prestasi kinerja. Yang menjadi kendala

peserta sertifikasi di kota tebing tinggi

adalah jumlah guru disekolah banyak

yang berlebih, sehingga sekolah

kesulitan dalam pembagian jumlah jam mengajar. Beberapa guru jadi kesulitan memenuhi jumlah jam mengajar yang telah ditentukan yaitu harus memenuhi 24 jam.

Menurutnya, penetapan (calon) peserta sertifikasi guru dalam jabatan ini dilakukan secara transparan, yang

dibuktikan dengan pengumuman secara terbuka oleh dinas pendidikan provinsi atau dinas pendidikan kota Tebing Tinggi.

Dengan demikian, publik akan

mengetahui siapa-siapa yang

berkesempatan mengikuti sertifikasi

pada tahun berikutnya. Dinas Kota Tebing Tinggi melakukan pembekalan terhadap calon guru yang mau

disertifikasi oleh kepala bidang PMPTK. Pardamean berharap, para guru

dapat mempergunakan tehnik power point sekaligus memanfaatkan Tehnologi dalam melakukan proses belajar sehingga para guru dapat memberikan pelayanan terbaik untuk peningkatan kualitas pendidikan di Kota Tebing Tinggi.

Mhd.Rahmadsyah

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

SINERGI OKTOBER 2012

10

(11)

REFERENSI TEBING TINGGI DELIOKTOBER 2012 SINERGI

11

KESEHATAN

PenyebaRan penyakit AIDS

(Acquired Immune Deficiency syndrome)

merupakan tahapan kedua dari infeksi HIV. Penyakit ini diketahui telah menyebar hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Sedikitnya sekitar 170.000 jiwa sampai 120.000 jiwa dari 220 juta telah terjangkit oleh penyakit yang timbul karena rusaknya kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus dalam tubuh.

Akibatnya, grafik kematianpun terus

merangkak hingga mencapai 5.500 jiwa untuk tahun 2012.

Angka kematian ini dinilai cukup

banyak, menjawab persoalan penyebaran HIV/AIDS, Kepala Dinas Kesehatan Pemko Tebing Tinggi dr.Vive Kananda, Sp.THP mengatakan, Virus HIV dapat menular

melalui sikap berganti ganti pasangan

seksual , tidak memakai pelindung ketika

melakukan hubungan seksual dengan

pengidap HIV positip, transfusi darah yang tidak terjamin, penggunaan jarum suntik secara bergantian, darah, air mani

atau cairan vagina yang masuk ke dalam tubuh.

Bagi ibu hamil penderita HIV, kondisi

tersebut sangat berisiko terinfeksinya bayi melalui proses persalinan dan

menyusui. Disamping itu, penyakit HIV

juga rentan mengalami penyakit kanker

khususnya kanker servik, lymphoma dan

Kaposi’s sarcoma.

Tetapi penyakit ini tidak akan

terinfeksi dengan kontak fisik biasa, seperti berenang, terpapar batuk atau bersin, berbagi makanan, memakai toliet bergantian, gigitan nyamuk atau serangga lainnya, berpelukan, berciuman,

berdansa atau berjabat tangan dengan seseorang yang terinfeksi HIV atau AIDS.

Vive berpendapat, penderita HIV

dan AIDS memiliki beberapa gejala yang

bervariasi berdasarkan fase infeksinya, Infeksi HIV pertama, tidak menunjukkan gejala apapun, tetapi kekebalan tubuh

akan mengalami penurunan sehingga

menderita sakit demam, sakit kepala, radang tenggorokan, pembekakan pada

kelenjar limpa dan ruam.

Infeksi selanjutnya,tubuh tidak akan mengalami gejala dari 8-9 tahun, namun

virus yang mampu melipatgandakan ini akan merusak sistem imun sehingga mengalami infeksi ringan atau gejala

kronis seperti pembekakan node limpa, diare, hilang berat badan, demam batuk

atau bernafas pendek.Tahapan tersebut

terus berkelanjutan, dalam waktu 10 tahun atau lebih, infeksi tahap pertama

itu dapat lebih serius dan diistilahkan engan AIDS dengan gejala infeksi ketika sistem imun mulai melemah.

Dengan kondisi ini, di malam

APA KHABAR HIv/AIDS

hari penderita akan berkeringat dan menggigil atau menderita sakit demam dengan tenperature lebih dari 38

celcius. Jika terus berlanjut, dalam

waktu beberapa minggu penderita akan menderita batu kering dan nafas

pendek, diare kronis, noda putih pada lidah atau mulut, sakit kepala, pandangan kabur, dan hilang berat badan.

Disamping menderita rasa lelah yang tidak hilang dan tidak terjelaskan penderita akan mengalami pembengkakan node limpa lebih dari tiga

bulan ,diare kronis dan Sakit kepala yang

tidak kunjung hilang.

Masih Vive,, tidak ada vaksin yang

mencegah penyakit AIDS. Namun

perilaku hidup sehat , seperti hindari

melakukan hubungan seks sebelum

menikah, bersikap saling setia terhadap

pasangan dan tidak menggunakan

narkoba melalui suntikan, merupakan

tekhnik untuk menghindari terjangkitnya penyakitb masyarakat ini.

Tahknik mempertahankan harapan

hidup, seorang penderita AIDS dapat

mengkonsumsi obat ARV (Anti Retro Viral) yang dilakukan secara rutin pada jam tertentu setiap harinya. Kurangnya informasi dan penanggulangan HIV. AIDS pada masyarakat terutama kelompok resiko tinggi seperti para

PSK (Pekerja Seks Komersial), pelaku Heteroseksual,supir jarak jauh, pekerja salon dll, merupakan salah kelemahan

bersama. Kelompok tersebut harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakit ini.” Ada 3 langkah startegi sebagai uapaya pencegahan

HIV, misalnya, kampanye bahaya ASIDS, penjangkauan dan penanganan kasus,

dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi ODHA(Orang dengan HIV/AIDS).

Dalam upaya bentuk pelayanan

terhadap penderoita ini, Pemko Tebing

tinggi sejak tahun 2010 telah membuka

sebuah fasilitas Klinik VCT (Voluntary Counseling Test) “Beriman” di RSU Dr.H.Kumpulan Pane dengan bentuk pelayanan berupa pemeriksaan terhadap kesehatan darah secara sukarela dengan fasilitas CST (Care Support Treatment) dalam pelaksanaan pelayanan

pengobatan seperti penyakit GO (Kencing

nanah),Sifilis,Herpes kelamin dsb.

Dr Vive dengan tegas meminta agar masyarakat tidak mengucilkan para penderita penyakit Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS). Menurutnya

pengidap HIV/AIDS itu memiliki hak dan kewajiban yang sama

dengan masyarakat normal, hanya

saja dia memiliki penyakit yang sulit disembuhkan sehingga memerlukan tingkat kepedulian tinggi

“ Hingga Desember 2012, jumlah

penderita HIV/AIDS di Kota Tebing

Tinggi di duga sebanyak 9 orang, dan

kebanyakan mereka berasal dari luar kota”paparnya.

Menurut dia, ketika di lingkungan

masyarakat ditemukan orang-orang

positif HIV/AIDS, sebaiknya diarahkan

aktif untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumkit lainnya agar kondisinya semakin membaik.

Dirinya memperkirakan, jika dikucilkan, penderita HIV/AIDS sangat

mempengaruhi perkembangan kejiwaan dan diprediksi dapat mengancam lingkungan sekitar. “ Penderita berpotensi dapat melakukan tindakan diluar dugaan untuk menyebarkan

penyakit itu, jika dirinya mengalami

tekanan kejiwaan dari masyarakat sekitar kita”jelasnya.

Masih Vive, metode pengawasan

terhadap masyarakat yang dinyatakan positif HIV dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan keluarga dan seluruh elemen masyarakat sampai kelevel lingkungan merupakan langkah kepdulian terhadap penderita

ini. Diharapkan, masyarakat dapat

membantu pemerintah untuk melakukan pengawasan dengan

melaporkan perkembangannya penderita HIV/AIDS di lapangan.

Selain itu, para pengidap HIV harus

mampu menumbuhkan kesadarannya dengan melakukan pemeriksaan secara teratur dan mematuhi saran yang dianjurkan dokter. “Penderita dapat melakuakn berbagai kegiatan positip agar tidak terfokus terhadap penyakit yang dideritanya”. Sarannya.

(12)

Di dapurlah, segala sampah rumah tangga berkumpu. Di ‘pantat’ rumah itu pula segala hal yang jorok dikumpulkan, bahkan di dapur pula tersedia kamar mandi/WC yang menjadi lokasi pembuangan limbah penghuni rumah. Ketika, ruang belakang rumah itu bertemu dengan aliran sungai, terbangunlah tradisi melepaskan semua sisa makanan, semua sampah dan semua kotoran rumah tangga ke aliran sungai.

Jika tradisi itu berlangsung selama puluhan tahun, hasilnya saat ini kita melihat, hampir tak ada lagi sungai yang bersih dan jernih. Melainkan sungai yang jorok, keruh dan menjijikkan bagi siapa pun yang melihatnya. Itu berarti, kebudayaan kita yang terbangun selama ini, ada-lah kebudayaan yang menghancurkan sungai, disamping mengaksploitasi dan mengeksplorasi sungai untuk kepentingan sesaat.

Padahal, sungai itu hakikatnya merupakan sepotong surga yang dititipkan Sang Pencipta Alam kepada manusia dimuka bumi. Semua kitab suci agama, menceritakan betapa sungai merupakan salah satu dari kenikmatan surga yang bisa dinikmati penghuninya. Selain beragam tumbuhan yang hidup di pinggiran sungai-sungai surga itu.

Al Qur’an misalnya, memuat berbagai hal tentang mata air, air, sungai dan laut dalam ayat-ayatnya. Misalnya, kata sungai terdapat dalam 55 ayat, mata air terdapat dalam 154 ayat, kata air di 116 ayat, dan kata laut terdapat pada 30 ayat Al Qur’an. Lalu dari 55 ayat yangberbicara tentang su-ngai, 27 ayat diantaranya mengaitkannya dengan surga. Pentingnya kitab suci umat Islam itu berbicara tentang sungai, karena sungai memang sumber kehidupan yang sepantasnya dimuliakan dan bukan dihinakan.

Ekosistem sungai secara alamiah, bisa

Menyelamatkan

Bantaran Sungai Kita

diklasifikasikan kepada beberapa bagian, yakni sumber (mata) air sungai, air sungai, badan/alur sungai, bantaran sungai, muara sungai dan habitat (tumbuhan, hewan dan jasad renik) sungai. Sedangkan daerah aliran sungai (DAS), diartikan sebagai suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh di atasnya akan mengalir ke sungai utama dan akhirnya bermuara ke laut. (Manan, 1978).

Salah satu di antara bagian wilayah sungai yang paling menderita, akibat ulah manusia adalah bantaran sungai. Bantaran sungai atau yang sering disebut dengan pinggiran atau tepian sungai, merupakan areal paling sering dijarah. Meski sejak lama terdapat ketentuan dan peraturan yang melindungi bantaran sungai, karena fungsinya yang vital bagi kelangsungan ekosistem sungai itu sendiri. Dapat dipastikan, jika bantaran sungai beserta habitatnya rusak atau hancur, dipastikan sungai juga akan berproses ke arah sama.

Masyarakat adat, secara turun temurun mewajibkan pelestarian bantaran sungai dengan larangan merusak hutan dan membunuh makhluk hidup di sekitar bantaran. Demikian pula di era Kolonialisme, perlindungan bantaran sungai dilakukan secara ketat hingga memberikan batas-batas tertentu mana areal yang masuk bantaran sungai. Pemerintah Hindia Belanda, misalnya menetapkan bantaran sungai itu, adalah areal pinggiran/tepian sungai dengan lebar sisi kiri dan kanan sungai mencapai 20 meter dari bibir sungai. Ketentuan itu, berlaku hingga beberapa puluh tahun pada periode kemerdekaan negeri ini. Belakangan lebar areal bantaran sungai direvisi hanya tinggal 15 meter saja.

Pemko Tebingtinggi, misalnya se-suai Perda No.16 Tahun 1998 tentang

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masih mengadopsi ketentuan lebar bantaran sungai di Kota Tebingtinggi, baik sungai Padang, Bahilang, Kelembah dan Sibarau, mencapai 15 meter dari bibir sungai. Perda itu hingga kini, masih terus berlaku dan dipakai sebagai acuan memberikan izin IMB. Sayangnya Perda itu hanya berada di atas kertas. Selama bertahun-tahun areal bantaran sungai yang ada di wilayah kota Tebingtinggi mengalami penjarahan dengan berbagai bentuknya.

Tercatat, bantaran sungai yang paling parah menghadapi penjarahan adalah bantaran sungai Bahilang. Sebagian besar bantaran sungai Bahilang yang berada di wilayah kota itu, sudah beralih fungsi sebagai pertapakan pemukiman warga. Parahnya, semua lahan pertapakan rumah itu sudah memiliki sertifikat hak milik. Sungai Bahilang yang melintasi enam

kelurahan, sebagian besar sudah ditutupi pemukiman warga. Demikian pula halnya dengan ketigas sungai lainnya, secara perlahan mengalami nasib yang sama.

Tak mudah untuk merelokasi warga yang sudah belasan, bahkan puluhan tahun mendiami areal bantaran sungai itu. Dibutuhkan dana besar dan ongkos social yang tak kecil untuk memindahkan warga sekitar sungai.

Salah satu alternatif yang agaknya realistis dalam menyelamatkan banta-ran sungai di kota Tebingtinggi, adalah dengan mengubah mindset, perilaku dan kebudayaan warga pinggiran sungai terhadap nilai-nilai sungai itu. Salah satu angkah poaling revolusioner yang bisa dilakukan Pemko Tebingtinggi adalah membangun kebijakan menjadikan sungai sebagai ‘halaman depan’ kediaman warga.

Artinya, jika selama ini warga di pinggiran sungai menjadikan jalan sebagai halaman muka rumah mereka, maka harus ada instruksi tegas mengubah posisi halaman depan rumah menghadap sungai, sehingga rumah-rumah yang berada di tepian sungai memiliki dua halaman depan, masing-masing menhadap jalan dan menghadap sungai. Kebijakan itu, akan sejalan dengan sejumlah peraturan terkait dengan perlindungan sungai, air dan ekosistem didalamnya.

Drs. Abdul Khalik,MAP

BERJALAN

lah Anda di pinggiran sungai. Kemudian perhatikan posisi

pemukiman dan fasilitas publik yang ada di tepiannya. Jika Anda sedikit

teliti, lihat juga bagaimana posisi rumah-rumah yang berada di pinggiran

kali itu, mana halaman depannya dan mana halaman belakangnya.

Dipastikan, semuanya menjadikan sungai sebagai halaman belakang alias

ruang dapur dari setiap rumah yang ada. Ruang ‘bokong’ dalam rumah itu,

adalah tempat akhir dari seluruh aktifitas penghuni rumah dan biasanya

menjadi tempat pembuangan akhir dari beragam dinamika penghuninya.

SINERGI OKTOBER 2012

12

(13)

Keteladanan

Ibu Bagi Anak

Mereka tidak segan-segan untuk berbuat sesuatu untuk menambah kebutuhannya. Mulai dari berjualan di pasar atau menjadi salah satu birokrat menjadi pegawai negeri sipil.

Dengan menambah kebutuhan di harapkan menjadi nilai tambah. Dan anak-anak pun mendapat perhatian lebih, serta pendidikannya juga diharapkan menjadi lebih baik. Semoga bisa kebih tinggi lagi, dengan memasuki perguruan tinggi dan bisa lulus menjadi sarjana kelak.

Gambaran seperti itu bukanlah suatu yang mudah untuk dijalani oleh seseorang ibu. Disamping peran seorang bapak dalam menjalani kehidupan ini. Dengan berbagi kerja dan tugas dalam menghidupi keluarganya, mereka saling mendorong satu sama lain.

Bagaimana mereka untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Bagi keluarga muslim, mereka mendidikan

anak-anaknya dimulai dengan memberikan

Seorang ibu rumah tangga banyak dituntut dalam kehidupan

ini. Mulai dari mendidik anak-anak dalam keseharian juga

untuk menutupi kekurangan dalam mencukupi kebutuhan

sehari-hari.

harinya dengan menunjukkan perbuatan yang menyenangkan orang lain. Tidak sombong terhadap kawan, tidak tinggi hati karena mempunyai kehidupannya lebih baik dengan kawan-kawannya.

Taat menjalankan perintah ajaran agamanya dengan ikhlas. Sesuatu pekerjaan bila dilaksanakan dengan ikhlas akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Begitu juga menjalankan perintah agamanya dengan ikhlas akan mendapat ganjaran daru pemberi perintah, berupa kehidupan yang tenteram dan rasa aman terhadap segala serangan dari orang yang tidak menyukai kita.

Memang perbuatan seorang ibu dalam menciptakan keluarga yang menjadi harapan semua orang tidak mudah. Disamping kesejahteraan keluarga sangat mendorong untuk memperoleh hasil maksimal.

Untuk berbuat seperti itu, kesejahteraan keluarga juga sangat menentukan peran ibu rumah tangga. Disinilah peran seorang bapak untuk memberikan hasil pencariannya untuk kehidupan keluarganya. Dengan segala upaya sang bapak harus berbuat dengan hasil yang baik dan halal. Itulah yang dituntut kepada seorang bapak dan keluarganya. Demi kehidupan keluarga untuk mendapatkan hari esok yang lebih baik pula.

Dengan demikian kesejahteraan keluarga terjamin, kehidupan

anak-anak untuk masa depan juga diharapkan berhasil.

Kesejahteraan yang kami maksudkan

bukanlah hal-hal yang berlebihan, cukup

dan berlebih untuk ditabungkan

sebagian. Dengan berbuat seperti kehidupan anak-anak tidaklah terlalu menyakitkan.

Keteladan seorang ibu sangatlah dituntut dalam keluarga. Ia tidaklah sering marah-marah kalau pada hari tertentu keuangan sedang serat. Mungkin esok atau lusa akan berubah.

Kekurangan belanja dalam kebutuhan harian sering menjadi sebab pertengkaran antar ibu dan bapak sering terjadi. Hal ini sering kita lihat dari beberapa kawan tentang hal tersebut.

Sang istri sering menuntut uang belanja minta lebih, sedang sang suami sedang tidak mendapat rezeki lebih. Sementara kebutuhan harian hampir semua hampir semua menunjukkan harga-harga meningkat.

Hal inilah peran seorang ibu diperlukan kebijaksanaannya. Dengan sedikit menabung, segala kesulitan bisa diatasi dengan mudah. Memang masa kini, apalagi di bulan Ramadhan pengeluaran biasanya lebih banyak untuk keperluan harian ditambah untuk menghadapi hari raya kelak. Semuanya sudah maklum tentang hal ini. Semuanya juga sudah mengerti tentang keperluan untuk menghadapi kebutuhan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Keteladanan seorang ibu akan tercermin ketika menghadapi persoalan seperti ini. Ia akan tetap mengharapkan sesuatu dengan bersabar dan penuh keyakinan bahwa itu akan bisa diatasi, kalau keduanya berbuat bagaimana usaha untuk menutupi kebutuhan itu.

Dengan saling berbuat untuk kesejahteraan keluarganya, mereka akan tetap berbuat untuk mendapatkan hasil yang baik dan halal. Memang kesejahteraan itu harus dituntut, dia tak akan datang sendiri, ia harus dicari dan dikelola dengan baik pula. Kesejahteraan itu merupakan rezeki yang diberikan oleh sang pemberi rezeki kepada kita dimuka bumi ini. Tinggal lagi bagaimana kita menyikapinya dengan serius.

Dan akhirnya keteladanan seorang ibu akan tercermin dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih, ditambah dengan rasa kepedulian yang tinggi terhadap mereka yang kurang baik rezekinya. Dengan berbuat seperti itu, keteladanan seorang ibu akan berdampak positif terhadap anak-anaknya di rumah. Rizal Syam

13

OKTOBER 2012 SINERGI

(14)

PERJUANGAN

KESETARAAN

GENDER

Menurut ibu,Sejauh mana

peran politik perempuan di

Kota Tebing Tinggi saat ini ?

Bobot pengaruh dan

peran perempuan dalam

poitik di Tebing Tinggi tidak

hanya ditentukan oleh segi

kuantitas saja tetapi segi

kualitasnya juga sangat

penting, Dari segi kuaitas

kita semua menyaksikan

SINERGI OKTOBER 2012

14

PARLEMENTARIA

kemajuan pesat yang dicapai

legislator perempuan kita.

Banyak segi kehidupan di kota

ini, Baik undang undang maupun

kebijakan-kebijakan public

memerlukan sentuhan perempuan.

Di kota Tebing Tinggi dari pemilu

ke pemilu jumlah perempuan yang

terpilih menjadi anggota dewan

terus meningkat,meski belum

mencapai 30 %, Saya meyakini

tren keterpilihan akan berlanjut.

Dalam waktu t dekat ambang

batas keterwakilan perempuan 30

% di Parlemen akan terwujud.

Memperbanyak perempuan

di parlemen akan menjanjikan

solusi yang tuntas dalam

penyelesaian permasalahan

perempuan,Bagaimana

tanggapan ibu ?

Para perempuan yang

berjuang di bidang politik harus

memastikan jangan sampai ada

klausul klausul legislasi yang

diskriminasif dan merugikan

kepentingan perempuan ,terutama

sekali dalam pembentukan

peraturan-peraturan daerah.

Legalitas keterlibatan

perempuan dalam pemilu

dengan kuopta 30 % merupakan

kemenangan bagi perjuangan

kesetaraan gender , Bagaimana

pendapat ibu ?

Perjuangan para perempuan

untuk mendapat kesetaraan

dalam kehidupan berpolitik

sudah signifikan.undang undang

sudah menjamin kesetaraan

perempuan dan laki-laki dalam

pilpres,pilgubsu,pilkada serta

pemilu legislative.

Menurut ibu, Sejauh mana

program pengembangkan kader

perempuan yang dilaksanakan

oleh partai politik di kota Tebing

Tinggi ?

PDI Perjuangan menjadikan

pengembangan kader perempuan

menjadi salah satu program

prioritas.

(Juanda )

WAWANCARA

Sinergi dengan HJ Sofiani Tambunan

anggota DPRD Kota Tebing Tinggi. Politisi Partai

Referensi

Dokumen terkait

Gerak Mengintai merupakan gerak maknawi (gesture) dan termasuk gerak berpindah tempat (locomotion) yang memiliki makna dimulainya pemujaan pedang yang berada di

Metode analisis kadar kalsium pada susu segar secara titrasi kompleksometri mempunyai nilai akurasi yang baik, yaitu 99,29% pada konsentrasi spiking 60 mg/100 mL

“Dengan demikian maka sebagai ralat dapatkah dicatat, bahwa Chairil telah menulis 72 sajak asli (1 dalam bahasa Belanda), 2 sajak saduran, 11 sajak terjemahan, 7 prosa asli (1

Kedua Pihak yang bersetuju akan mendorong dan mengem- bangkan kerjasama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara kedua negara atas dasar persamaan dan

Pertama, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu faktor yang tidak bisa lepas dalam menunjang terwujudnya ketahanan pangan suatu wilayah. Provinsi Bali dalam hal ini

Pada tahap ini adalah bagian dokumentasi terhadap keseluruhan proses yang dilakukan ketika pembuatan kode sistem informasi afiliasi penjualan tiket seminar

Komponen LKPD dapat mengarahkan peserta didik untuk membangun konsep, memiliki nilai kelayakan 83.33%.Validator II dan II memberikan nilai 3 pada komponen ini karena

Kondisi jenis mangrove pada tingkat semai, sapihan, tiang dan pohon di wilayah Pelabuhan Wisata, Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat.. indeks