Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara pidana ke PN yang berwenang dalam hal menurut cara yang diatur dalam UU ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan
Penuntutan
Penuntutan merupakan Dominus Litis, atau kewenangan mutlak dari penuntut umum, yang artinya, bahwa hanya penuntut umum yang berwenang untuk melakukan
penuntutan dalam perkara pidana.
Ruang Lingkup Penuntutan
1. Mempelajari dan meneliti berkas
perkara yang diajukan oleh penyidik, apakah telah cukup bukti bahwa
terdakwa telah melakukan tindak pidana (Pasal 139 KUHAP);
Penghentian Penuntutan
Seperti halnya penyidikan, dalam proses
penuntutan, suatu perkara dapat dihentikan penuntutannya dengan tiga alasan:
1. Tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana; 3. Ditutup demi kepentingan hukum
Penghentian Penuntutan
1. Tidak cukup bukti (bandingkan dengan Pasal 139 KUHAP);
2. Bukan merupakan tindak pidana (bandingkan dengan proses
prapenuntutan, Pasal 110 ayat (4) KUHAP);
Penghentian Penuntutan
Tiga alasan dalam penghentian penuntutan ini ada kaitannya dengan sistem penuntutan di Indonesia. Sistem penuntutan campuran antara legalitas dan oportunitas
menyebabkan perkara harus wajib dituntut walaupun dalam perjalanan perkaranya
Pasal 140 ayat (1) KUHAP
Dalam hal penuntut umum
berpendapat bahwa dari hasil
penyidikan dapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu
Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah suatu akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan
Surat Dakwaan
Surat dakwaan memiliki sifat-sifat antara lain:
1. Sesuai dengan berita acara pemeriksaan dalam tingkat penyidikan;
2. Menjadi dasar hakim dalam pemeriksaan persidangan;
Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan (Pasal 143
ayat (2) huruf a KUHAP), jika syarat
formil tidak terpenuhi, maka
dakwaan dapat dimintakan untuk
dibatalkan;
2. Syarat materiil dakwaan (Pasal 143
ayat (2) huruf b KUHAP), jika syarat
materiil tidak terpenuhi, maka
Syarat Formil Dakwaan
1. Berisi identitas terdakwa yang dilengkapi dengan tanggal dibuatnya surat dakwaan dan dilengkapi dengan tanda tangan
penuntut umum;
2. Identitas terdakwa berisi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin,kebangsaan, tempat
Syarat Materiil Dakwaan
1. Berisi uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan ;
2. Uraian tersebut disertai dengan waktu dan tempat terjadinya tindak pidana
(locus dan tempus delictie);
Sifat Sempurnanya Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan harus lengkap
sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP ;
2. Termasuk di dalam kategori tidak memenuhi syarat materiil dakwaan adalah:
a. Dakwaan kabur (Obscuur Libelen),
unsur dakwan tidak diuraikan dengan benar;
Cara Penyusunan Surat
Dakwaan
Surat Dakwaan dapat disusun dalam dua cara: 1. Digabung (Voeging), yaitu penggabungan
berkas perkara dalam satu dakwaan yang dilakukan dalam satu persidangan;
2. Dipisah (Splitsing), yaitu pemisahan berkas perkara dalam beberapa surat dakwaan dan dilaksanakan dalam
Penggabungan Perkara
Penggabungan perkara dapat dilakukan jika dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum
menerima perkara:
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama;
2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut tapi berhubungan.
Beberapa tindak pidana yang
dilakukan oleh orang yang sama
Berhubungan dengan perbarengan (concursus atau samenloop):
1. Concursus idealis (endaadse samenloop);
2. Concursus realis (meerdaadse samenloop, misdrijven en overtredingen);
Beberapa tindak pidana yang
bersangkut paut
Berhubungan dengan penyertaan dan pembantuan (medepleger dan medeplechteheid)
1. Oleh lebih dari satu orang yang bekerjasama;
2. Oleh lebih dari satu orang dalam tempat dan waktu yang berbeda merupakan pelaksanaan permufaktan jahat;
3. Oleh seorang atau lebih dalam mendapatkan alat
Beberapa tindak pidana yang
berhubungan
Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang
Syarat Penggabungan
• Ada 2 atau lebih tindak pidana sebagaimana
dirumuskan dalam undang-undang;
• 2 atau lebih tindak pidana tersebut
dilakukan oleh satu orang atau beberapa orang;
• 2 atau lebih tindak pidana tersebut belum
ada yang diadili.
Bentuk-bentuk Surat Dakwaan
Surat Dakwaan
Tunggal Alternatif Subsidair Kumulatif
Concursus Idealis Concursus Realis
Perbuatan Berlanjut
Gabungan TP Umum dan Khusus
Dakwaan Tunggal
Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak pidana yang akan didakwakan kepada terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi JPU ragu tentang
tindak pidana apa yang paling tepat untuk
didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat merupakan alternatif bagi hakim untuk
Contoh Dakwaan Alternatif
A. Identitas; B. Penahanan; C. Dakwaan I
Atau
Dakwaan Subsidair
Pembuatan surat dakwaan subsidair dalam praktiknya sering rancu dengan pembuatan surat dakwaan
alternatif. Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu
tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah kualifikasi dari tindak pidana yang didakwakan
apakah tindak pidana tersebut termasuk kualifikasi berat ataukah ringan. Surat dakwaan subsidair disusun dari
Contoh Dakwaan Subsidair
A. Identitas; B. Penahanan; C. Primair
Subsidair
Lebih Subsidair
Dakwaan Kumulatif
Dakwaan kumulatif disusun apabila perbuatan tersebut berkaitan dengan:
1. Concursus idealis (perbuatan yang diancam oleh lebih dari satu ancaman pidana, Pasal 63 ayat (1) KUHPidana);
2. Concursus realis (melakukan beberapa tindak pidana, Pasal 65 KUHPidana);
3. Perbuatan berlanjut, Pasal 64 ayat (1) KUHPidana; 4. Gabungan antara tindak pidana umum dan tindak
Contoh Dakwaan Kumulatif
A. Identitas; B. Penahanan; C. Kesatu
Kedua
Ketiga
Dakwaan Kombinasi
Dakwaan kombinasi disusun atas kompleksnya perkara yang dihadapi oleh penuntut umum. Dakwaan
kombinasi dapat disusun sebagai berikut: 1. Kumulatif-subsidair;
Contoh Dakwaan
Kumulatif-subsidair
A. Identitas; B. Penahanan; C. Kesatu
Contoh Dakwaan
Kumulatif-alternatif
A. Identitas; B. Penahanan; C. Kesatu
Dakwaan I atau
Dakwaan II Kedua
Dakwaan I atau
Dakwaan II
Contoh Dakwaan
subsidair-kumulatif
A. Identitas; B. Penahanan; C. Primair
Format Umum Surat Dakwaan
1. Kepala surat;
2. Klausula ”UNTUK KEADILAN”; 3. Judul dan nomor perkara;
4. Identitas terdakwa, sesuai dengan pasal 143 KUHAP yaitu
nama lengkap, tempat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan/ kewarganegaraan, tempat tinggal, agama,
pekerjaan dan ditambah dengan pendidikan terakhir; 5. Masa penahanan ;
6. Uraian dakwaan yang diajukan, berisi locus dan tempus
delictie, uraian singkat kejadian serta pasal yang didakwakan; 7. Tanggal dan tempat dibuat surat dakwaan serta tandatangan
Perubahan Surat Dakwaan
Menurut Pasal 144 KUHAP, surat dakwaan dapat diubah dengan ketentuan:
1. Sebelum ditetapkan hari sidang; 2. Dilakukan 7 hari sebelum sidang; 3. Dilakukan hanya untuk sekali
perubahan;
4. Harus dengan sepengetahuan
Praperadilan
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus perkara tentang:
• sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau
penahanan;
• sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
• permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi
Ganti Kerugian
Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk
mendapatkan pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan
yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam UU ini
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan
karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan UU atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam UU ini
Hal-hal berkaitan sidang
praperadilan
1. Dilakukan oleh Hakim tunggal (Pasal 78 ayat (2) KUHAP); 2. Pemeriksaan paling lama tujuh hari (Pasal 82 ayat (1)
huruf c KUHAP);
3. Pemeriksaan praperadilan akan gugur apabila dalam prosesnya perkara yang dipraperadilankan sedang
diperiksa di Pengadilan Negeri (Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP);
4. Putusan praperadilan tidak dapat dimintakan banding (Pasal 83 ayat (1) KUHAP), kecuali atas putusan yang
Daftar Bacaan
1. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat Surat Dakwaan, 1996
2. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008 3. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
4. KUHAP
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami