• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DIN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI

(meresume materi perkembangan motorik kasar anak usia dini)

Dosen Pembimbing: Nia Fatmawati, M.Pd.

Oleh : Novisa Eka Wulandari 1413054029

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(2)

A. HAKIKAT PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK

(3)

lembaga pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat/appropriate, bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak. Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini.

a. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Ada dua istilah dalam perkembangan motorik, yaitu yang disebut dengan gerak (movement) & motorik (motor). Motorik (motor) merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang memengaruhi gerak (Gellahue, 1997). Sedangkan gerak merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh. Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perubahan ini terjadi terus menerus sepanjang siklus kehidupan. Perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus.

(4)

Meggitt (2002) mengungkapkan istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik, di mana perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Sementara Dodge (2002) berpendapat bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan fisik anak. Perkembangan motorik anak akan melalui tiga proses, yaitu: pertama, perkembangan dari otot kasar menuju otot kecil, kemudian pertumbuhan dari kepala ke jari kaki (cephalocaudal) serta perkembangan dari sumbu tubuh menuju ke luar (proximoditssal).

Aktivitas anak terjadi di bawah control otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk system syaraf pusat yang mencakup lima pusat control, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembanga motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsure utama dalam pengembangan motorik anak. Oleh sebab itu perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Jika anak banyak bergerak maka semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya.selain kondisi badan juga semakin sehat karena anak banyak bergerak, ia juga menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Anak menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karna ia tahu akan kemampuan fisiknya. Anak-anak yang baik perkembangan motoriknya, biasanya juga memiliki keterampilan sosial positif. Mereka akan senang bermain bersama teman-temannya karena dapat mengimbangi gerak teman-teman sebayanya, seperti melompat-lompat dan berlari-larian.

(5)

Dalam buku Balita dan Masalah Perkembanganya (2001) secara umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik anak usia dini, memahami keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Pada tahap ini, dengan kesadaran mentalnya anak berusaha mengembangkan strategi tertentu untuk mengingat gerakan serupa yang pernah dilakukan pada masa yang lalu.

Pada tahap asosiatif,anak banyak belajar dengan cara coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali di masa mendatang. Tahap ini adalah perubahan strategi dari tahapan sebelumnya, yaitu dari apa yang harus dilakukan menjadi agaimana melakukannya.

Pada tahap autonomous, gerakan yang ditampilkan anak merupakan respons yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan. Anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.

Melihat tahapan-tahapan di atas, apakah berarti dengan melatih gerakan yang diinginkan dapat membuat seorang anak menguasai gerakan tersebut? Jawabannya adalah tidak selalu. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya melakukan keterampilan motorik tertentu.

Selain itu, ada beberapa penyebab lain yang mempengaruhi perkembangan motorik seorang seorang anak, seperti faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta perbedaan latar belakang budaya. Rendahna berat badan lahir seorang bayi juga dapat memngganggu perkembangan motorik anak.

b. Perkembangan Motorik Kasar

(6)

Menurut Hurlock,(1978) motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Dorong anak berlari, melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda tiga. Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Endah, 2008).

Menurut Dahniar (2009:1) bahwa motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya, berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya. Wardiman (2010:1) mengemukakan bahwa perkembangan motorik kasar adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Catron dan Allen (dalam Sujiono, 2009:63) mengemukakan bahwa kemampuan motorik pada dasarnya merupakan kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas senssori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik.

(7)

Menurut Seefeld dan Wasik (2008:68) bahwa keterampilan motorik kasar menjadi lebih gesit dan serasi. Dengan keterampilan ini maka anak dapat berlari, dan melompat dengan dua kaki, berjingkat, dan melompat. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini.

Menurut Dahlan (2008:2) bahwa perkembangan motorik kasar berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melompat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.

(8)

pada permulaannya tergantung pada proses kematangan yang selanjutnya kematangan tergantung dari belajar dan pengetahuan serta pengalaman. Pengalaman masa kanak-kanak akan sangat bermanfaat pada masa dewasa, diantaranya kemampuan dalam memecahkan suatu masalah baik dalam bentuk keseharian maupun dalam bentuk kemampuan latihan dan peningkatan keterampilan anak dalam melakukan aktivitas fisik.

Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otototot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross manipulative skill) dan kemampuan manipulasi halus (fine manipulative skill) yang melibatkan penggunaan tangan dan jari secara tepat (Carolyn Meggit, 1999).

Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh bagian tubuh anak, gerakan ini mengandalkan kematangan dalam kordinasi, berbagai gerakan motorik kasar yang di capai anak sangat berguna bagi kehidupanya kelak, Contohnya, berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya.

B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Dalam mengembangkan kemampuan motorik anak, guru perlu mengetahui tahapan perkembangan anak terutama yang terkait dengan motoriknya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan stimulasi kepada anak. Berikut ini akan dijelaskan tahapan perkembangan motorik pada anak usia dini.

a. Imitation (peniruan)

Keterampilan seseorang menirukan sesuatu yang dilihat, didengar dan dialaminya. Tahap imitasi terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, di mana anak mulai memberi respon serupa dengan apa yang diamatinya, contoh: menirukan gerakan tari, berjalan atau melompat.

(9)

Keterampilan untuk menggunakan konsep dan melakukan kegiatan. Tahap manipulasi menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Contoh : memasukkan bola ke keranjang, melakukan smash, atau melakukan gerakan senam yang didemonstrasikan.

c. Presition (ketelitian)

Berhubungan dengan kegiatan secara teliti dan benar. Aktivitas di tahap ini membutuhkan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Contoh : Berjalan di atas papan titian.

d. Articulation (perangkaian)

Keterampilan motorik untuk mengaitkan bermacam-macam gerakan yang berkesinambungan. Aktivitas dalam tahap ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh : mendrible dan layout, menggiring dan mengoper bola.

e. Naturalisation (kewajaran)

Gerakan yang dilakukan dengan dihayati dan wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling sedikit mengeluarkan energy baik fisik maupun psikis. Gerakan biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukan keluwesan. Contoh : bermain bola, berenang, bersepeda.

(10)

lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225).

Terlihat bahwa pengembangan motorik kasar untuk anak usia prasekolah (2-6 tahun) lebih kepada melatih gerak dan koordinasi mereka di mana standar kompetensi dan kompetensi dasarnya dimuat dalam kemampuan motorik pada kurikulum. Kegiatan pun banyak dilakukan melalui aktivitas bermain, sama halnya dengan pengembangan kemampuan motorik yang dilakukan di tingkat SD kelas awal. Perbedaannya adalah pada tingkat SD, unsur knowledge sudah mulai dikenalkan kepada anak. Sehingga di tengah dan akhir kegiatan pembelajaran ada serangkaian evaluasi yang tidak hanya mengukur kemampuan praktikal motorik anak melainkan juga ada pengukuran kemampuan pengetahuan mereka terkait dengan beberapa hal dalam pelajaran pendidikan jasmani itu sendiri.

Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

Berikut terdapat tahapan-tahapan perkembangannya menurut usianya :

a. Pada bayi usia 1 bulan

• Menolehkan kepala ke satu sisi dalam keadaan tengkurap

• Menegakkan kepala selama 2 detik atau lebih ketika didudukkan b. Pada bayi usia 2 bulan

• Mengangkat dan mempertahankan kepala dalam posisi 45o selama 20

detik dalam keadaan tengkurap c. Pada bayi usia 4 bulan

• Mengangkat kepala dan dada dalam posisi 90o

(11)

d. Pada bayi usia 5 bulan

• Duduk dari posisi telentang dengan bantuan •Tengkuran dari posisi terlentang

e. Pada bayi usia 6 bulan •Duduk dengan bantuan f. Pada bayi usia 7 bulan

•Duduk dengan bantuan selama 20-30 detik g. Pada bayi usia 8 bulan

•Menarik tubuh ke posisi berdiri

•Duduk dengan bantuan selama 3 sampai 5 menit h. Pada bayi usia 9 bulan

•Merangkak Duduk sendiri i. Pada bayi usia 10 bulan

•Berdiri dari posisi duduk dengan berpegangan j. Pada usia 1-2 tahun

• merangkak

• berdiri dan berjalan beberapa langkah • berjalan cepat

• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh • merangkak di tangga

• berdiri di kursi tanpa pegangan

• menarik dan mendorong benda-benda berat • melempar bola

k. Pada usia 2-3 Tahun • melompat-lompat

• berjalan mundur dan jinjit • menendang bola

• memanjat meja atau tempat tidur

• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir • berdiri dengan 1 kaki

(12)

• melompat dengan 1 kaki • berjalan menyusuri papan • menangkap bola besar • mengendarai sepeda • berdiri dengan 1 kaki m. Usia 4-5 Tahun

• menuruni tangga dengan cepat • seimbang saat berjalan mundur • melompati rintangan

• melempar dan menangkap bola • melambungkan bola

Bagi anak usia dini aktivitas gerak fisik dan pengalaman yang diperoleh di dalamnya bukan hanya bermanfaat untuk perkembangan fisik, perkembangan fungsi organ-organ tubuh, perkembangan kemampun gerak, melainkan juga bermanfaat untuk perkembangan intelektualnya. Sebelum mampu membaca, menulis, dan berhitung anak kecil akan lebih banyak mengekspresikan buah pikirannya melalui aktivitas fisik.

Perkembangan motorik kasar anak usia dini, (usia antara empat sampai dengan enam tahun antara lain:

• Memanjat tangga-tangga di lapangan bermain.

• Menangkap bola pada tangan dengan siku menekuk.

• Menikung pada belokan tajam dengan sepeda roda tiga.

• Melempar bola melebihi 3,5 meter.

• Tetap seimbang ketika berjalan mundur.

• Menuruni tangga langkah demi langkah.

• Membawa gelas berisi air tanpa menumpahkan isinya.

(13)

• Berjinjit dengan tangan di pinggul.

• Melompat-lompat dengan kaki bergantian.

• Berlari dan langsung menendang bola.

• Mengayunkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan.

• Melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan menangkapnya dengan

dua tangan.

• Menyentuh jari kaki tanpa menekukkan lutut.

Terdapat beberapa model pengembangan motorik kasar anak pra sekolah/TK antara lain:

• Membawa anak ke sebuah lapangan yang memiliki gundukan tanah yang menyerupai bukit, diharapkan anak akan menaiki dan menuruninya secara berkesinambungan.

• Meminta anak berdiri sambil memegang bola, bola dilemparkan ke atas dan anak itu berusaha menangkap kembali bola tersebut

• Membuat sebuah garis di atas tanah atau lantai berukuran 20 cm panjang 4 meter atau bentuk papan titian, diharapkan anak berjalan maju dan mundur di atas garis itu.

• Menyediakan tambang berukuran 2 meter yang menggantung pada sebuah penyangga, diharapkan anak memanjat dan menggelantung beberapa saat pada tali tersebut.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Karena dari hasil penelitian persepsi offline store tidak berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli, jadi perlu adanya perhatian khusus terhadap sistem belanja via offline

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dilengkapi

Perkembangan motorik kasar Jf dengan indikator pencapaian perkembangan anak, melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum proses klorinasi, kandungan sianida adalah 51,77 mg/L dan nilai KOK limbah cair adalah 9953,01 mg/L; sedangkan setelah proses klorinasi

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan golongan dan jenis anion yang terdapat dalam suatu sampel dengan ujian pendahuluan, uji golongan dan uji

Meskipun metoda penyambung poros dengan menggunakan kopling ini banyak digunakan, namun satu hal yang tidak bisa dihindari adalah adanya ketidak sebarisan

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian langsung di Titik Singgah Pujasera. Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

Peningkatan konsentrasi larutan NaCl 0,1% sudah dapat memberikan perbedaan nyata terhadap WHC pada bubur daging II karena semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl pada