• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanggulangan Eksistensi Cybercrime di. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penanggulangan Eksistensi Cybercrime di. docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Penanggulangan Eksistensi Cybercrime di Indonesia Melalui UU ITE

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : SOSIOLOGI HUKUM

Disusun Oleh : SUNU DIPTA WIBIAKSO

NIM : A.131.09.0100

FAKULTAS ILMU HUKUM

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang diberi akal pikiran. Akal pikiran yang dimiliki manusia mampu dimaksimalkan oleh makhluk paling terbaik yang diciptakan. Salah satu bukti besar manusia memiliki akal pikiran adalah kemajuan peradaban manusia yaitu teknologi. Kemajuan pembangunan saat ini termasuk dalam bidang teknologi menunjukkan dampak positif dari logika manusia yang mampu bereksplorasi.

Namun teknologi yang mempermudah jarak tempuh serta menghemat waktu, materi, dan tenaga untuk manusia dalam berkomunikasi atau mendapatkan informasi mempunyai sisi lain. Layaknya sebuah keping uang pasti memiliki dua sisi yang berbeda, teknologi juga mempunya sisi negatif. Ketika ada kebaikan pastinya ada kejahatan begitu jugalah fakta yang sulit untuk ditampik atas kemajuan teknologi saat ini. Disaat begitu mudah untuk mengakses dunia maya melalui internet. Ternyata juga dipergunakan untuk mengambil keuntungan melalui cara yang tidak baik oleh oknum tertentu.

(3)

masyarakat tidak taat hukum, aparat hukum juga tidak bisa menyalahkan pemerintah yang korup dan masyarakat yang tidak taat hukum serta masyarakat juga tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah serta aparat yang tidak bisa mensejahterakan rakyat dan menegakkan hukum. Namun sebaliknya ketiga pihak tersebut haruslah saling berperan aktif dan mendukung.

Langkah nyata dan menunjukkan transparansi adalah hal yang harus dilakukan pemerintah serta aparat hukum saat ini. Sehingga, masyarakat tidak ragu atas kinerjanya. Janji dan wacana sudah tidak lagi dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini penulis sebagai salah satu anggota masyarakat ingin memberikan salah satu solusi bagaimanakah seharus yang dilakukan untuk memberantas cybercrime yang berkembang layak korupsi di Indonesia yang belum juga menemukan titik terang.

(4)

BAB II

PERMASALAHAN

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan selanjutnya maka yang menjadi pokok pembahasan sebagai berikut:

- Apakah yang melatarbelakangi lahirnya cybercrime?

- Mengapa cybercrime tetap saja eksis meski sudah dilahirkannya peraturan mengenai cybercrime?

- Bagaimana problem solving atas cybercrime di Indonesia yang semakin meningkat?

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

(5)

Teknologi berkembang dengan adanya jaringan komputer global (internet) yang melahirkan dunia baru yang disebut cyberspace, sebuah dunia baru dalam komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas virtual. Dalam novel William Gibson yang berjudul Neuromancer pada tahun 1984 pertama kali dikenal istilah cyberspace. Istilah cyberspace tersebut menjelaskan dunia yang terhubung langsung (online) ke internet oleh Jhon Perry Barlow pada tahun 1990. Jika ditelaah dari kata asalnya (etimologis), cyberspace merupakan suatu istilah baru yang berarti internet yang dianggap sebagai sebuah daerah imajiner/khayal tanpa batas dimana akan bertemu dengan orang lain dan menemukan informasi tentang banyak hal. Cyberspace juga dapat diartikan sebagai sebuah elektronik yang menjadi perantara jaringan komputer dimana komunikasi online dilakukan. Berdasarkan pengertian diatas bahwa makna yang terkandung dari cyberspace tidak terbatas pada dunia yang tercipta ketika terjadi hubungan melalui internet.

(6)

B. Cybercrime di Indonesia

Di konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) terdapat beberapa aturan yang mengatur mengenai teknologi informatika diantaranya:

Pasal 28C ayat (2) UUD 1945

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan menperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi mengingkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Pasal 28F UUD 1945

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Pasal 31 ayat (5) UUD 1945

“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

(7)

BAB III

PEMBAHASAN PERMASALAHAN

A. Cybercrime di Indonesia

Joann L. Miller melakukan klasifikasi dari hasil pemikirannya sendiri dengan membagi kategori white collar crimemenjadi empat kategori, yaitu:

Organizational occupational crime

Kejahatan yang diakibatkan dari pekerjaan dan dampak negatif atau resiko dari pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi.

Government occupational crime

Kejahatan yang diakibatkan dari pekerjaan dan dampak negatif atau resiko dari pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah.

Profesional occupational crime

Kejahatan yang diakibatkan dari pekerjaan dan dampak negatif atau resiko dari pekerjaan profesional.

Individual occupatinal crime

(8)

Agus Raharjo menyatakan pendapatnya kalau cybercrime dapat dikatakan sebagai white collar crime dengan kriteria profesional occupational crime berdasarkan kemampuan profesionalnya. Dalam kejahatan dunia maya ini harus ada batas yang jelas termasuk dalam penerapan hukumnya. Sebagaimana disebutkan oleh David I. Bainbridge pada saat memperluas hukum pidana, harus ada kejelasan tentang limit pengertian dari suatu perbuatan baru yang dilarang sehingga dapat dinyatakan sebagai perbuatan pidana serta bisa juga dibedakan dengan suatu perbuatan perdata.

Indonesia adalah negara dengan kejahatan dunia maya tertinggi didunia sebagimana dimuat dalam Kompas pada hari Rabu, 25 Maret 2009 tepatnya pukul18:50 WIB yang berjudul “Cyber Crime”, Indonesia Tertinggi di Dunia. Faktor yang mendorong bisa terjadinya hal tersebut adalah karena di Indonesia terdapat banyak aktivitas para hacker. Brigjen Anton Taba, Staf Ahli Kapolri pada tahun 2009 memang menyatakan kebenaran bahwa “Kasus cybercrime di Indonesia adalah nomor satu di dunia.”

Dewasa ini ditengah kondisi ekonomi yang sulit banyak terjadi kasus pemalsuan kartu kredit dan pembobolan sejumlah bank. Tetapi hacker di Indonesia tergolong sudah kelas kakap karena mayoritas aksinya dilakukan dengan membobol bank-bank internasional dibandingkan dengan bank-bank dalam negeri. Uzbekistan menduduki urutan kedua singgasana cybercrime tertinggi di dunia setelah Indonesia.

(9)

payung sebelum hujan. Harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang metode yang biasanya seorang cybercrime lakukan dalam menjalankan aksinya.

B. Penanggulangan Cybercrime di Indonesia

Salah satu cara yang sudah ditempuh di Indonesia untuk mengatasi cybercrime adalah membuat peraturan mengenai cybercrime yaitu Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE). Setiap undang-undang (UU) yang ada diterapkan dan berlaku mengikat ke seluruh nusantara. Namun apabila kurang tegas pemerintah dan aparat hukum dalam menerapkan serta minimnya budaya taat dan saat hukum masyarakat semuanya akan sia-sia. Dengan kemajuan teknologi saat ini di Indonesia maka harus dilakukan langkah preventif dan pemecahan masalah yang konkret, diantaranya:

Ketika sudah ada UU yang mengatur mengenai teknologi yaitu UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE. Namun penerapannya masih cenderung dipandang sebelah mata. Karena faktanya masih marak terjadi cybercrime di Indonesia. Maka saat ini bumi nusantara membutuhkan penerapan hukum yang tegas dan tidak pandang bulu dan diperlukan UU yang lebih baik. Meski pada dasarnya konsep hukum sudah baik tetapi penerapannya masih jauh dari yang seharusnya.

Cybercrime yang berlaku global maka tidaklah perli dipelihara budaya malu untuk meminta bantuan atau bekerja sama dengan pihak luar dan negara lain. Karena hacker dari negara lain juga sangat besar peluangnya untuk menyerang Indonesia begitu juga sebaliknya

(10)

sebelum perbuatan dilakukan1. Hukum harus mengatur supaya suatu bentuk pelanggaran atau kejahatan bisa disentuh oleh hukum.

Lebih baik mencegah daripada mengobati dan sedia payung sebelum hujan adalah langkah yang harus diwujudnyatakan oleh pemerintah terutama masyarakat selaku pemakai internet. Membuat sistem pengamanan ketika akan memakai internet serta tidak membuka situs yang akan berdampak merusak atas pemakai baik rohani atau jasmani dan perangkat yang dipakai dalam menjelajah dunia maya.

Awal dari terjadinya kejahatan adalah dari subjek hukum itu sendiri, meski ada kesempatan tetapi jika calon pelaku kejahatan dan korban bisa menjaga agar tidak terjadi kejahatan maupun pelanggaran hukum. Maka tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan tersebut. Budaya sadar hukum haruslah ditanamkan sejak dini pada masyarakat. Untuk anak-anak langkah konkretnta adalah melalui permainan anak-anak harus dibiasakan disiplin dan berbuat jujur saat bermain. Tidak ada lagi budaya korup berupa mencontek sejak kecil karena akan menjadi bibit menjadi koruptor nantinya.

Demi memudahkan manusia untuk melakukan kegiatannya sehari-hari serta untuk memunuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memerlukan tekonologi yang salah satunya adalah teknologi jaringan komputer. Faktor tersebut yang mendorong naiknya grafik kebutuhan manusia akan teknologi. Karena perkembangannya yang tidak terbatas meski sudah melintasi berbagai negara, teknologi semakin berkembang pesat. Sayangnya hal itu juga terjadi berdampingan dengan cybercrime. Seakan perkembangan teknologi selalu bergandengan tangan dengancybercrime. Melalui teknologi jaringan komputer dapat diketahui segala perkembangan

(11)

dunia baik dari segi ekonomi, politik, budaya maupun berbagai hal lainnya. Celah besar inilah yang dimanfaatkan oleh hacker untuk melalakukan aksinya.

Setiap orang bisa mengetahui segala sesuatu dan mudahnya mendapatkan informasi dengan hanya mengakses internet. Pelaku kejahatan juga demikian terbukti maraknya terjadi kejahatan dunia maya dalam satu hari. Di setiap penjuru dunia banyak insan yang selalu mengakses internet yang tidak bisa terlepas dari apa yang dinamakan “online”. Ada yang memakai dengan berbagai keperluan masing-masing, diantaranya:

- Keperluan akademik (guru, murid, siswa, dosen, mahasiswa, ahli, dan peneliti) - Praktisi (hakim, jaksa, pengacara, dan profesi lainnya)

- Bisnis

- Hiburan (entertainment)

(12)

sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet.

Selain UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE untuk menindak lanjuti cybercrime dibutuhkan cyberlaw atau UU yang memiliki keistimewaan untuk mengatur dunia cyber/internet. Meski memang Indonesia sudah lama baru menerima masuknya teknologi internet atau jaringan komputer tetapi dengan peraturannya Indonesia masih tertinggal dengan negara lain. UU ITE lahir tahun 2008 dan sebelumnya landasan hukum cybercrime di Indonesia menggunakan Pasal 362 KUHP yang ancaman hukuman hanya dapat dikategorikan sebagai kejahatan ringan. Pidana yang berat memang tidak selalu menjadi jawaban untuk tegaknya keadilan. Tetapi kejahatan yang dilakukan haruslah sesuai dengan sanksi yang akan diberikan. Politik hukum mesti berdiri kokoh di atas kepentingan umum atau rakyat2. Padahal dampak dari cybercrime bisa dikategorikan sebagai extraordinary crime dengan dampak yang ditimbulkan yang sangat fatal. Negara tetangga Malaysia dan Negeri Paman Sam, Amerika sudah lama memiliki peraturan mengenai CyberLaw. Singapura mempunyai The Electronic Act 1998 (UU tentang transaksi secara elektronik), serta Electronic Communication Privacy Act (ECPA), kemudian AS mempunyai Communication Assistance For Law Enforcement Act dan Telecommunication Service 1996.

Ketertinggalan inilah salah satu yang menyebabkan cybercrime di Indonesia berkembang tanpa bisa dikontrol. Sedangkan yang mengakibatkan ketertinggalan Indonesia dalam menerapkan cyberlaw adalah sikap pemerintah terhadap media massa yang ternyata cukup membawa pengaruh bagi perkembangan cyberlaw di Indonesia. Pemerintah memandang sebelah mata hingga akhirnya memberikan dampak negatif terhadap berlakunyacyberlaw di Indonesia.

(13)

Sebelum adanya UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE penegakan hukum terhadapcybercrime di Indonesia cenderung dipaksakan. KUHP kini terbukti tidak mampu hidup sesuai dengan perkembangan di masyarakat.

Dulu pada awalnya Indonesia baru mengenal internet, informasi yang berasal dari internet diaggap remeh. Karena dianggap lebih banyak memberikan hal-hal yang negatif daripada manfaatnya. Memang fakta tidak bisa ditampik kalau banyak memakai internet sebagai media pornografi. Sebagai negara demokrasi Indonesia bisa memakai internet sebagai sarana penegakan seperti yang sudah dilakukan saat ini. Meski sebenarnya cenderung terlambat tetapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Tidak salah memang belajar hal yang baik dari negara orang lain. Negara-negara seperti Amerika, Singapura, dan Malaysia mampu memposisikan internet sebagai salah satu pilar demokrasi di negaranya. Bahkan negara tetangga yang selama ini sering bergesekan dengan Indonesia yaitu Malaysia memanfaatkan internet sebagai konsep Visi Infrastruktur Teknologi.

Masa vacuum of law terhadap cyberlaw di Indonesia memberikan ruang yang luas kepada para hacker bertindak semaunya di cyberspace untuk melakukan cybercrime. Inilah faktor selanjutnya yang menyebabkan mengapacybercrime tetap eksis sampai saat ini. Hampir setiap propinsi di bumi pertiwi ini menyediakan akses dunia maya dari warnet yang dapat digunakan sebagai fasilitas untuk melakukan tindak kejahatan cybercrime. Faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut adalah tidak tertibnya sistem administrasi dan penggunaan Internet Protocol/IP Dinamis yang sangat bervariatif.

(14)

adalah remaja yang sedang tertarik dengan teknologi dan berusahan menunjukkan kemampuannya atau mengembangkan kemampuannya.

Dalam menghadapi cybercrime hukum positif di Indonesia masih bersifat lex locus delicti yang berkaitan mengenai wilayah, barang bukti, tempat atau fisik kejadian, serta tindakan fisik yang terjadi atas suatu kejahatan atau pelanggaran hukum. Namun perlu dipahami bahwa situasi dan kondisi pelanggaran hukum yang terjadi atas cybercrime berbeda dengan hukum positif tersebut. Salah satu faktanya kejahatan dilakukan di benua Amerika tetapi akibat kejahatan berada di benua Eropa.

Cyberspace menjadi ruang kejahatan dunia maya. Kejahatan yang pada awalnya dilakukan dalam ruang lingkup kecil kini mudah sekali untuk dilakukan melalui dunia maya hingga ketingkat internasional. Polisi Republik Indonesia (POLRI) sebagai salah satu alat kelengkapan negara dalam menegakkan keadilan kini tidak bisa lagi tinggal diam. Pemerintah sudah bergerak dengan melahirkan UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE. POLRI harus bergerak secara aktif untuk bertindak sebagai penegak keadilan dan aparat hukum didunia nyata dan juga dunia maya.. Cyberpolice harus bergerak menjadi polisi yang mampu menangani kasus-kasus di dalam segala tindakan kriminal yang dilakukan di dunia maya. Beberapa kasus cybercrime yang pernah ditangani POLRI adalah :

Cyber Smuggling

(15)

Pemalsuan Kartu Kredit

Laporan pengaduan dari warga negara Jepang dan Perancis tentang tindak pemalsuan kartu kredit yang mereka miliki untuk keperluan transaksi di Internet.

Hacking Situs

Hacking beberapa situs, termasuk situs Polri, yang pelakunya diidentifikasikan ada di wilayah RI.

Meski memang sudah dilahirkan UU yang mengatur mengenai kejahatan dunia maya. Namun pada umumnya belum mampu membatasi setiap tingkah laku masyarakat dalam menggunakan manfaat dunia maya. Cybercrime law mau tidak mau harus tetap mengikuti langkah kejahatan dunia maya satu langkah dibelakang. Perubahan-perubahan radikal yang dibawa oleh revolusi teknologi informasi harus dibatasi dan dihentikan dengan ketentuan hukum yang memadai di dunia maya. Mengingat teknologi informasi dalam waktu yang singkat dapat berkembang dengan cepat. Padahal ”etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi keilmuan nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya”. Jadi salah jika ilmu pengetahuan mengenai teknologi saat ini yang dipergunakan untuk melakukan Jadi salah jika ilmu pengetahuan mengenai teknologi saat ini yang dipergunakan untuk melakukan cybercrime. Namun tetap saja bertentangan dengan fakta bahwa cybercrime yang justru banyak dilakukan oleh oleh orang-orang yang berpendidikan.

(16)

memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi. Untuk menjaga ketahanan dan keamanan dari ancaman cybercrime baik dari Indonesia sendiri maupun dari luar negeri. Selain itu kesadaran masyarakat menjadi poin yang sangat penting dalam meminimalisir cybercrime.

BAB IV

(17)

A. Kesimpulan

Perkembangan teknologi yang pesat terutama dengan adanya dunia maya saat ini adalah faktor kuat mengapacybercrime bisa masuk ke Indonesia. Kurangnya kesadaran masyarakat membuat kejahatan dunia maya masih saja tetap saja eksis. Meski sudah dilahirkan UU No, 11 tahun 2008 tentang ITE. Aparat hukum yang selalu hanya bisa mengikuti perkembangan cybercrime. Karena pada dasarnya kejahatan atau pelanggaran hukum yang belum diatur sulit tersentuh hukum sesuai dengan asas legalitas.

Perbaikan hukum atau membuat regulasi baru yang sesuai dengan masyarakat adalah salah satu jawaban atas maraknya cybercrime di Indonesia. Namun bagian yang sangat penting adalah kesadaran masyarakat yang harus ditingkatkan. Sebaik apapun hukum yang diterapkan untuk mengatasi cybercrime. Namun apabila tidak mampu hidup sesuai dengan keadaan masyarakat dan penerapan oleh aparat hukum tidak sesuai maka akan sia-sia.

B. Saran

Masyarakat sebagai subjek hukum yang akan menjalankan setiap ketentuan hukum positif di Indonesia. Tidak seharusnya hanya bisa menuntut kepada pemerintah dan juga aparat tetapi harus memiliki kesadaran untuk taat hukum. Masyarakat juga dalam memakai internet dan menikmati fasilitas dunia maya harus mampu bertindak preventif. Agar tidak menjadi korban dari cybercrime.

(18)

Soetami, A. Siti. Pengantar Tata Hukum Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung. 2007.

Soehino. Ilmu Negara. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. 2005.

Tanya, Bernard L. Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama. Genta Publishing. Yogyakarta. 2011.

Website :

http://adit-chaky.blogspot.com/2011/03/Cybercrime-di-indonesia.html diakses tanggal 28 Oktober 2012 pada hari Minggu pukul 11:34 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2009/03/25/18505497/Cyber.Crime..Indonesia.Tertinggi.di.Dun

ia diakses tanggal 28 Oktober 2012 pada hari Minggu pukul 11:32

http://ronny-hukum.blogspot.com/ diakses tanggal 28 Oktober 2012 pada hari Minggu pukul 11:59 WIB

http://yogyacarding.tvheaven.com/cyber-crime-tugas-besar-dunia-ti-indonesia.htm diakses tanggal 28 Oktober 2012 pada hari Minggu pukul 16:00 WIB

Dasar Hukum :

Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan proses penyusunan peraturan daerah yang terdapat dalam Undang-Undang No 10 tahun dan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung

setelah menganalisis video pembelajaran, siswa dapat mengaitkan hubungan antara informasi yang didapat dari video tersebut dengan penerapan nilai-nilai Pancasila sila ke-1 dan

pendanaan, peneliti menggunakan variabel-variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan rasio (NPM = Net Profit Margin dan ROE

Dalam kenyataannya, khususnya di Jawa Timur, ditemukan Surat Keputusan (SK) penetapan tim seleksi pemilihan Anggota KPI Daerah disusun dan ditandatangani oleh

)dalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama$ roses

Sebenarnya yang menyebabkan orang asing ini menuduh kita mengamalkan kronisme dan nepotisme ialah kerana penswastaan kita tidak bermakna menjual segala-gala yang dimiliki oleh

Langkah-langkah pelaksanaan yang dilakukan dalam program Islamic School Culture yaitu terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir dalam

Sebelum ditemui bukti sejarah berupa tulisan pada batu bersurat tentulah bahasa Melayu telah digunakan untuk masa yang panjang kerana didapati bahasa yang ada pada