• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan dan perbanyakan laporan Magang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbaikan dan perbanyakan laporan Magang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sapi potong merupakan jenis ternak yang tujuan pemeliharaannya untuk menghasilkan daging yaitu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Persentase karkas (bagian yang dapat dimakan) sapi potong berkisar antara 50% - 60%. Namun selain menghasilkan karkas yang cukup tinggi, pemeliharaan sapi potong memberikan keuntungan lain, yaitu menghasilkan feses yang dapat dijadikan sebagai pupuk kandang dan biogas (Allen dan Kilkenny, 1984).

Populasi ruminansia besar di Provinsi Jambi berkisar antara 160.204 ekor dengan populasi sapi sebanyak 119.049 ekor dan kerbau 41.155 ekor, dan Populasi sapi di Kabupaten Muaro Jambi yaitu 16.316 ekor, Populasi ternak sapi di Muaro Jambi terjadi peningkatan dari tahun 2010-2012 sebanyak 1995 ekor.( BPS Provinsi Jambi, 2013 ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak diantaranya : Sistem pemeliharaan, ketersediaan pakan, kesehatan ternak, lingkungan tempat pemeliharaan, kondisi iklim dan bibit ternak. Untuk mendapatkan produk sapi potong yang berkualitas baik, maka diperlukan suatu sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang baik pula. Saat ini dikenal 3 sistem pemeliharaan ternak sapi potong, yaitu sistem pemeliharaan secara intensif, ekstensif, semiintensif. Sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara intensif merupakan jenis pemeliharaan ternak sapi potong yang seluruh kegiatanya dilakukan di kandang, sedangkan sistem pemeliharaan ekstensif sebagian besar aktivitas pemeliharaan ternak sapi potong dilakukan di Padang Penggembalaan. Adapun pemeliharaan ternak sapi potong secara semiintensif merupakan gabungan antara sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara intensif dan ekstensif.

Rendahnya tingkat produktifitas ternak saat ini disebabkan karena pola pemeliharaan ternak yang selama ini dilakukan belum mampu mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam dan manusia yang ada. Upaya yang telah dilakukan agar dapat mempercepat laju produktifitas ternak, khususnya ternak ruminansia adalah dengan pola integrasi, seperti yang dilakukan Integrasi Sawit Sapi PTPN VI Muaro Jambi. Pada saat ini banyak sumber daya alam yang tersedia dan pemanfaatannya belum maksimal, khususnya perkebunan kelapa sawit yang dapat dipergunakan sebagai penunjang pengembangan usaha sapi potong. Diharapkan dengan diketahuinya daya dukung alam tersebut, pola integrasi ternak-tanaman, khususnya perkebunan kelapa sawit dapat lebih digalakkan.

(2)

sebagai pakan ternak. adapun jenis sapi yang digemukkan adalah sapi bali (290 ekor), sapi PO (572 ekor), sapi simental (6 ekor). Berdasarkan kondisi ini maka akan dilaksanakan magang mengenai pemeliharaan sapi potong di peternakan PTPN VI Desa Muaro sebo Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi,sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jambi, penulis ingin memahami bagaimana sistem pemeliharaan ternak sapi potong tersebut.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukan kegiatan magang (Farm Experience) adalah untuk mengetahui kondisi umum dan sistem pemeliharaan ternak sapi potong (Bali dan PO) di Integrasi Sapi Sawit PTPN VI Muaro Jambi dan Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah pada kenyataan yang ada dilapangan.

1.3. Manfaat

(3)

BAB II

PROSEDUR KERJA

2.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan setiap hari selama 1 bulan, yaitu dari 24 September sampai 19 Oktober 2013, yang dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Kegiatan magang ini dilaksanakan di kandang sapi potong PTPN VI Muaro Jambi.

2.2. Prosedur Kerja 2.2.1. Materi

a. Alat : kandang, tempat pakan dan minum, sapu, sekop, angkong dan selang air meliputi pembersihan kandang di pagi hari, pembersihan tempat pakan dan minum, pemberian pakan dan minum.

b. Perkawinan

Menghubungi asisten pemeliharaan ternak atau asisten kesehatan ternak untuk melakukan perkawinan terhadap sapi yang telah menunjukkan tanda-tanda birahi.

c. Pemberian pakan dan minum

Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari pada pagi, sore dan malam hari, sedangkan air minum diberikan secara adlibitum. Namun sebelumnya melakukan pembersihan tempat pakan dan minum.

d. Perkandangan dan Sanitasi Kandang

Melaksanakan pembersihan kandang setiap hari sekali yang dilakukan pada pagi hari supaya kebersihan kandang tetap terjaga.

(4)

2.3. Analisis Data

(5)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kondisi umum peternakan di PTPN VI

PTPN VI Muaro Jambi merupakan cabang dari PTPN VI Jambi yang berada di Pall 10 Kota Jambi. PTPN VI Muaro Jambi memiliki Unit Usaha Integrasi Sawit Sapi(ISS). Usaha Integrasi Sawit Sapi ini berdiri pada tanggal 1 April 2012. PTPN VI Unit Usaha Integrasi Sapi Sawit terletak di Desa Maro Sebo, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Jarak dari Kota Jambi ± 24 Km dan dari Kabupaten Muaro Bulian ± 25 Km,dan luas wilayah ± 9,2 Ha, dengan rincian untuk wilayah peternakannya ± 2,2 Ha dan untuk padang rumput atau hijauannya 7 Ha.

Struktur organisasi Integrasi Sapi Sawit PTPN VI Muaro Jambi dapat dilihat pada Gambar 1.

1. Manajer : Ir. Musahar 2. Kepala Operasional : Adi Sucipto 3. Asisten Admi. Dan Keuangan : Hince, SE 4. Asisten Pemeliharaan Ternak : Faisal F.K, STP

5. Asisten Kesehatan Ternak : drh. Andraw Nur Rahmad dan drh. Adi (dari Dinas Peternakan Kab. Ma. Jambi) 6. Perwira Pengamanan : Pelda (Purn) Januari

(6)

Gambar. 1 Struktur ISS PTPN VI Muaro Jambi

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja di ISS PTPN VI Muaro Jambi.

No. Bidang Jumlah

1 Administrasi dan keuangan 7 orang

2 Tehnik 16 orang

3 Kesehatan ternak 2 orang

4 Keamanan 7 orang

5 Pemeliharaan dan perawatan ternak 33 orang

Jumlah 65 orang

Gambar 2. Gerbang utama PTPN VI Muaro Jambi.

3.2. Pengalaman Farm Experience

Kegiatan dimulai dengan jadwal kerja setiap hari senin - sabtu di mulai pada pukul 07.30 s/d pukul 16.00 WIB.Adapun kegiatan yang dilakukan selama farm experience adalah sanitasi kandang,pembersiahan kandang dimulai dari pembersihan balungan (tempat pakan dan minum) membuang sisa – sisa pakan dalam balungan menggunakan sekop. Pembersihan tempat minum dengan cara mengurasnya dan mengganti airnya dengan yang baru. Pembersihan lingkungan

(7)

dalam dan sekitar kandang dengan menggunakan sapu lidi dan sapu dari pelepah sawit.

Gambar 3. Membersihkan balungan tempat pakan.

Gambar 4. Membersihkan tempat air minum.

(8)

3.3. Cara pemeliharaan sapi potong di PTPN VI Muaro Jambi.

Cara pemeliharaan ternak yang diterapkan di PTPN VI Desa Maro Sebo Muaro Jambi termasuk sistem pemeliharaan secara intensif, karena ternak selalu atau terus menerus di dalam kandang, mulai dari beranak sampai dijual dan memudahkan dalam pemberian pakan serta untuk memudahkan pengontrolan tingkah laku ternak. Sistem pemeliharaan merupakan salah satu faktor terpenting yang memegang peranan dalam keberhasilan suatu usaha peternakan baik dalam skala kecil hingga skala besar. Menurut Susetyo (1980) bahwa pemeliharaan ternak sapi yang baik adalah dengan cara dikandangkan sehingga pengawasan ternak sapi tidak digunakan sebagai kerja dan ternak diberi makan dan minum di dalam kandang. Di tambahkan Rasyaf, (1995) Sistem pemeliharaan meliputi bibit, pemberian pakan dan air minum, kandang, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

Bibit ternak yang ada di PTPN VI Muaro Jambi dibeli dari sentra pembibitan ternak yaitu dari Provinsi Lampung, dengan umur bibit yang dibeli 1-1,5 tahun. Jumlah ternak yang dipelihara di PTPN VI dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah ternak yang di pelihara di PTPN Muaro Jambi.

No. Jenis Sapi Jantan Betina Jumlah

---( ekor )---Sumber: PTPN VI Muaro Jambi, Oktober 2013

3.3.1. Jenis pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang harus mendapatkan perhatian, oleh karena itu pemberian pakan ternak harus sesuai dengan kualitas pakan yang dibutuhkan. Jenis Pakan yang diberikan pada ternak adalah hasil olahan limbah pertanian yaitu pelepah sawit, BIS, onggok, dedak, molases, garam.

Hijauan yang diberikan untuk ternak di PTPN VI Muaro Jambi yaitu rumput raja, hijauan diberikan pada saat ternak adaptasi, untuk minggu I diberikan hijauan 100% atau rumput raja belum diberi cacahan pelepah sawit. Masuk

(9)

minggu ke 2 dan seterusnya baru diberi cacahan pelepah sawit, minggu ke 5 dan seterusnya diberi cacahan pelepah sawit tanpa diberi rumput raja.

Pemanfaatan dari limbah sawit ini untuk mengatasi pemberian pakan hijauan yang semakin berkurang. Menurut Umar, (2010) karena terbatasnya lahan untuk padang penggembalaan dan lahan kultivasi tanaman hijauan pakan ternak. Elisabeth dan Ginting (2004) mengatakan bahwa untuk ternak ruminansia pelepah sawit dapat digunakan sebagai bahan pengganti rumput, sedangkan lumpur sawit dan bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai bahan sumber protein dengan kandungan protein masing-masing 14,5 % dan 16,3 %. Ditambahkan Hassan dan Ishida (1992) bahwa pelepah kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia, sebagai sumber pengganti hijauan atau dapat dalam bentuk silase yang dikombinasikan dengan bahan lain atau konsentrat sebagai bahan campuran dan tingkat kecernaan bahan kering pelepah sawit dapat mencapai 45%.

Beberapa keuntungan dari pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit pada usaha peternakan sapi adalah :

1. secara teknis bahan pakan ini mudah didapat dan produksinaya berkesinambungan.

2. secara ekonomi membantu peningkatan pendapatan perkebunan. 3. membantu pengawasan lingkungan serta mengurangi pencemaran. 4. menambah penyedian bahan pakan (Aritonang, 1986).

3.3.2. Teknik pembuatan pakan

Proses pembuatan pakan dimulai dari pemisahan antara batang daun dan pangkal pelepah, dicacah menggunakan cooper dan dilakukan pencampuran dengan bahan yang lain menggunakan mixer, proses pencampuran di mulai dari memasukkan pelepah sawit yang sudah di cacah(halus), dedak, onggok, Bis, molases, garam dan air. Pembuatan pakan per hari bisa mencapai ± 8-10 ton dengan penghomogenisasian sebanyak ± 12-14 kali dalam mixer. Persentase penggunaan bahan pakan yang digunakan sesuai dengan jenis dan kebutuhan ternak bisa dilihat pada Tabel 3.

(10)

Tabel 3. Presentase bahan pakan di PTPN VI Muaro Jambi. Sumber: Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

3.3.3. Waktu Pemberian Pakan

Waktu pemberian pakan juga menjadi faktor dalam sistem pemeliharaan ternak baik untuk penggemukkan maupun untuk pembiakan ternak. Waktu pemberian pakan di PTPN VI Desa Maro Sebo memberikan pakan pada ternak sebanyak 3 kali per hari yaitu , pagi hari pukul 08.20 WIB, siang hari pukul 13.30 WIB dan malam hari pukul 20.00 WIB. Cara ini memiliki keuntungan pertambahan bobot badan lebih bisa didapat. Waktu pemberian pakan yang belum sesuai dengan kebutuhan ternak, dilaporkan merupakan faktor utama rendahnya tingkat produktifitas ternak didaerah tropis (Chen, 1990).

Jumlah pakan yang hasilkan per hari yaitu ± 10-12 ton, untuk kebutuhan pakan ternak per hari dapat mencapai 10 ton, tingkat konsumsi ternak per hari ± 4-5 kg, hal ini dapat di ketahui dengan cara menimbang jumlah bahan pakan yang diberi dikurang dengan jumlah bahan pakan yang sisa.

3.3.4. Pemberian Air Minum

Ketersedian air harus diperhitungkan terlebih dahulu, karena air merupakan kebutuhan yang mutlak. Ketersediaan air sangat penting karena berguna untuk kebutuhan air minum, kebersihan kandang maupun ternak.

Air minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan ternak, fungsi air minum dalam tubuh sapi adalah mengangkut zat-zat dari bagian yang satu kebagian yang lain dan pengaturan suhu tubuh (Anggrodi, 1994). Air minum berfungsi untuk

(11)

melancarkan pencernaan zat-zat makanan, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Sutardi (1980) yang menyatakan bahwa air dalam tubuh berfungsi untuk memperlancarkan pencernaan dan metabolisme zat-zat makanan.

Sistim pemberian air minum pada ternak di PTPN VI diberikan secara adlibitum atau terus menurus, hal ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan konsumsi air, karena dalam satu kandang ternak digabungkan dari segi postur badan dan umur ternak. Sumber air untuk minum ternak di PTPN VI Muaro Jambi berasal dari sumur bor. Menurut Sugeng (2006), kebutuhan air bagi ternak tergantung dari faktor kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang disajikan.

3.3.5. Perkandangan

Ada 2 sistem perkandangan yang digunakan di PTPN VI Jambi unit usaha integrasi sawit sapi (ISS) Desa Maro Sebo, 1). Sistem kandang koloni, kandang ini digunakan untuk ternak penggemukkan, kandang pembiakan (indukan), dan untuk ternak setelah lepas sapih (2 bulan) dengan ukuran ± panjang 25 meter x lebar 15 meter, dalam penggunaannya kandang koloni lebih efisien dalam tenaga kerja, karena 1 orang pegawai bisa memelihara 100-150 ekor ternak sapi. 2). Kandang Individu, kandang ini digunakan untuk ternak setelah melahirkan (induk dan pedet), dengan ukuran kandang ± panjang 2 meter x lebar 1,5 meter. Jumlah kandang ternak yang ada di PTPN VI Muaro Jambi sebanyak 53 kandang.

Gambar 5. Kandang Individu. Gambar 6. Kandang Koloni.

(12)

3.3.6. Pertambahan Bobot Badan

Laju pertambahan seekor sapi dapat diukur dengan melihat pertambahan bobot badannya. Kanisius (2011) menyatakan salah satu cara untuk mengetahui pertambahan bobot badan adalah dengan penimbangan untuk mencari dan membandingkan data ternak.Pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara mengurangi bobot badan akhir dengan bobot badan awal. pertambahan bobot badan harian diperoleh dengan membagi pertambahan bobot badan dengan lamanya pemeliharaan. Penimbangan ternak yang dilakukan di PTPN VI Muaro Jambi setiap 1 bulan sekali, dengan menggunakan timbangan ternak.

Rumus yang digunakan untuk menghitung pertambahan bobot badan berpedoman pada Rumus Lambourne (Amirudi Malewa, 2009)

 PBB (Kg) = Bobot Badan Akhir (Kg) – Bobot Awal (Kg)

 PBBH (Kg) = PBB Selama dipelihara Lama Pemeliharaaan Keterangan:

PBB : Pertambahan Bobot Badan (Kg)

PBBH : Pertambahan Bobot Badan per Hari (Kg)

Hasil penimbangan ternak sapi Bali selama 1 bulan didapat bobot badan minggu 1 dan minggu ke 4 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan PBB ternak sapi Bali di PTPN VI Muaro Jambi.

No. NamaTernak

Minggu Minggu PBB PBB

Pertama Keempat Per Bulan Per Hari

(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

Sumber : Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada saat pelaksanaan magang selama 1 bulan bobot badan sapi Bali mengalami kenaikan. Pertambahan bobot badan/hari sapi Bali di peternakan PTPN VI Muaro Jambi bekisar 0.4-0.5 kg/hari.

(13)

Hasil penimbangan ternak sapi PO selama 1 bulan didapat bobot badan minggu 1 dan minggu ke 4 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan PBB ternak sapi PO di PTPN VI Muaro Jambi.

No. NamaTernak

Minggu Minggu PBB PBB

Pertama Keempat Per Bulan Per Hari

(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

Sumber : Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada saat pelaksanaan magang selama 1 bulan bobot badan sapi PO mengalami kenaikan. Pertambahan bobot badan/hari sapi PO di peternakan PTPN VI Muaro Jambi bekisar 0.5-1 kg/hari.

Tabel 6. Perhitungan PBB ternak sapi Simental di PTPN VI Muaro Jambi.

No. NamaTernak

Minggu Minggu PBB PBB

Pertama Keempat Per Bulan Per Hari

(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) Sumber : Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

(14)

membersihkan kandang setiap hari. Ini dilakukan supaya lingkungan dan ternak tetap terjaga. Viviani dan Nazarudin (1988), menyatakan bahwa salah satu usaha pencegahan penyakit adalah melalui sanitasi lingkungan. Sastroamidjojo (1985), menyatakan bahwa pembersihan kandang dan lingkungan sekitarnya adalah salah satu usaha sanitasi dalam usaha peternakan agar ternak selalu dalam keadaan sehat. Kesehatan ternak salah satu faktor penentu keberhasilan pemeliharaan ternak. Penyakit yang menyerang ternak biasanya disebabkan oleh kandang yang kotor, pemberian pakan yang tidak teratur dan perawatan yang kurang baik.

Penyakit yang sering menyerang pada sapi di PTPN VI Muaro Jambi yaitu mencret, sakit mata dan luka.

1. Mencret.

Penyakit ini disebabkan oleh hijauan yang masih sangat muda dan kandungan airnya masih terlalu banyak. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan antibiotic Oxytetracycline, dengan cara disuntikkan ke badan/tubuh ternak.

2. Sakit Mata.

Sakit mata atau Leleran mata disebabkan oleh debu, dan perubahan cuaca. Pengobatannya diberi obat mata yaitu Terramycin yang berbentuk pasta. Cara pemberiannya yaitu dengan mengoleskan obat ini ke mata sapi tersebut dua kali sehari yaitu pagi dan sore.

3. Luka.

Penyakit ini disebabkan oleh ternak itu sendiri yang diakibatkan goresan tanduk saat bermain dengan sapi lainnya. Pengobatannya yaitu dengan cara memberi Gusanex. Sebelum diberi Gusanex, luka dibersihkan dahulu dengan menggunakan air kemudian diberi Gusanex. Penggunaan Gusanex dilakukan dengan cara disemprotkan pada bagian yang luka.

Dari pengalaman selama magang bahwa pencegahan dan pengobatan penyakit pada sapi di peternakan PTPN VI Muaro Jambi, sudah cukup baik, keadaan sapi potong di PTPN VI Muaro Jambi juga dalam keadaan sehat, karena sistem pemeliharaannya sudah baik.

(15)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari kegiatan Farm Experience dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan sapi potong yang dilakukan oleh PTPN VI Muaro Jambi dilakukan cara pemeliharaan secara intensif, cara pemeliharaanya sudah dikategorikan baik, hal ini dapat dilihat dari PBB yang diperoleh per harinya sudah bisa mencapai standar dan dapat memanfaatkan limbah dari sawit sebagai pengganti hijauan untuk pakan ternak, sehingga bisa membantu mengatasi lahan hijauan yang samikin berkurang.

4.2. Saran

Untuk mendapatkan hijauan yang berkualitas bagus ada baiknya memperbaiki lahan padang rumput yang ada di PTPN VI Muaro Jambi dan pemberian pakan tidak berlebihan. Perlu dibangun atau direnovasi kandang ternak yang sudah tidak memadai lagi.

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2. Gerbang utama PTPN VI Muaro Jambi.
Gambar 3. Membersihkan balungan tempat pakan.
Tabel 2. Jumlah ternak yang di pelihara di PTPN Muaro Jambi.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat menyusun petunjuk pelaksanaan lomba dengan mengacu pada Pedoman Lomba Cipta Menu Beragam, Bergizi Seimbang, dan

Karya ini tergolong dalam kategori cukup yang dibuktikan dengan kesatuan dan keserasian raut dan warna yang cukup baik, dan cukup berani menggunakan berbagai

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LPPHPL-013-IDN tanggal 1 September 2009 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga

Informasi keuangan di atas disusun untuk memenuhi Peraturan OJK No.48/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR, Surat Edaran OJK No.39

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan aspek teknis dalam

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas