Tugas Psikologi Abnormal
Gangguan Kepribadian (Personality Disorder)
Disusun:
Devi Sari Nastiti
111011111
Shandy Mahaputra P
111011161
Moerdiyaningrum N
111011179
Amalia Fadhila Sri P
111011231
Dian Wirawan
110911236
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian adalah gangguan yang sangat heterogen, diberi kode pada Aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspetasi budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan (Gerald, 2004).
Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-TR sebagai berikut:
1. Para individu dalam kelompok A adalah individu yang aneh atau eksentrik. Gangguan kepribadian yang termasuk kelompok A yaitu paranoid, skizoid, dan skizotipal.
2. Mereka yang berada dalam kelompok B adalah individu yang dramatis, emosional, atau eratik. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok B yaitu antisosial, ambang/borderline, histrionik, dan narsistik.
3. Mereka yang berada dalam kelompok C adalah individu yang pencemas atau ketakutan. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok C yaitu menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.
I. Kelompok A (Kelompok Aneh/Eksentrik) A. Gangguan kepribadian paranoid
Definisi
Individu yang didiagnosis dalam gangguan kepribadian ini akan dipenuhi keraguan yang tidak beralasan terhadap kesetiaan orang lain dan akan selalu mencurigainya. Gangguan kepribadian ini paling banyak terjadi pada laki-laki dan sebagian besar dialami bersamaan dengan gangguan kepribadian skizotipal, ambang dan menghindar (Berntein, 1993; Morey, 1988). Prevalensinya berkisar 2 persen (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala
Individu sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan dan kepercayaan dari teman atau rekan-rekan seasosiasi
Individu enggan bercerita kepada orang lain karena takut dan beralasan bahwa informasi tersebut akan digunakan untuk melakukan kejahatan terhadap dirinya
Individu sering mencurigai maksud tersembunyi yang dianggap merendahkan atau mengancam mereka dalam suatu keadaan atau peristiwa
Individu terus-menerus menanggung dendam dan penghinaan dalam dirinya
Individu sering membayangkan melihat serangan terhadap karakter dirinya yang tidak jelas dari orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau melakukan serangan balik pada orang tersebut
Individu memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang kesetiaan pasangan teman/sahabat atau pasangan seksual.
Etiologi
Beberapa penelitian mengenai sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang yang mengalami skizofrenia dibandingkan dengan keluarga dengan orang-orang yang sehat. Dalam Wiramihardja (2010) ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa
paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-oran yang menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut kedalam diri orang lain (Freud, 1958; Shapiro, 1965).
Intervensi
Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan kepribadian paranoid yaitu Cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini dapat membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.
Pendekatan serius dan terus terang
Ajarkan klien untuk memvalidasi ide sebelum bertindak
Contoh kasus
Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja sosial untuk menentukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya yang sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama 60 tahun dan tampak bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang ia percaya. Dia selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi pada siapapun kecuali pada istrinya. Ia yakin bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga dengan motif mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia meluangkan waktu yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang. Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
B. Gangguan kepribadian skizoid Definisi
Individu yang mengalami gangguan ini tidak menginginkan atau menikmati hubungan sosial dengan orang lain dan biasanya tidak memiliki teman akrab. Selain itu, individu tersebut adalah seorang penyendiri yang menyukai berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian. Prevalensinya sedikit lebih kecil pada kaum perempuan dibanding pada kaum laki-laki (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian skizoid dalam DSM IV-TR
bagian dari gangguan perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum:
Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat
Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
Kurangnya minat untuk berhubungan seks
Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan
Kurang memiliki teman
Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
Afek datar, ketidaklekatan emosional
Etologi
Dalam Wiramihardja (2010) menyebutkan bahwa ahli teori psikoanalisis berpendapat bahwa schizoid personality disorder dibangun melalui hubungan ibu dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk memberi atau menerima kasih sayang (Blueler, 1942; Klein, 1952). Anak yang menunjukkan hubungan dan emosi sebagai hal yang berbahaya, selanjutnya mereka berdua tetap jauh dari oaring lain dan juga perasaan mereka sendiri.
Intervensi
Diberikan berupa melakukan kegiatan untuk meningkatkan sosialisasi dari pasien itu sendiri
Hindari pengisolasian dan perawatan secara institusional
Libatkan pasien dalam terapi okupasi dan terapi secara berkelompok
Tingkatkan fungsi klien dalam masyarakat
Bantu klien untuk mendapatkan manajer kasus
Contoh kasus
lelah. Ia menjadi sulit konsentrasi dan sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih senang menyendiri. Membatasi kontak dengan orang lain hanya dengan menyapa “Halo” atau “Apakabar?”, sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung jika ada orang lain yang mencoba membina hubungan persahabatan. Ia tidak memiliki minat sosial yang nyata, meskipun ia gemar membaca atau melihat berita di tv. Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
C. Gangguan kepribadian skizotipal Definisi
Merupakan pola berpikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam bicara dan dalam persepsi tidak aktual, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial. Kognisi ganjil dari orang-orang penderita schizotypal personality disorder terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
Kategori pertama adalah paranoia atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai). Orang-orang dalam kategori ini selalu menganggap orang lain sangat curang dan memusuhi.
Kategori kedua adalah “referensi ide” (idea of reference). Meyakini bahwa kejadian-kejadian acak yang ada di sekitarnya berkaitan dengan mereka.
Kategori ketiga adalah odd beliefs and magical thinking yaitu keyakinan aneh dan pemikiran magis.
Kategori keempat adalah illusions yang merupakan halusinasi yang singkat.
Etiologi Schizotypal Personality Disorder
Gejala Schizotypal Personality Disorder
Criteria gangguang kepribadian skizotipal dalam DSM-IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara ekspklusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguang perkembangan pervasive:
Ideas of preference
Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis. a.l., percaya terhadap persepsi ekstra indrawi
Persepsi yang tidak biasa adalah keyakinan yang menyimpang tentang tubuhnya
Pola bicara yang aneh
Kecurigaan yang ekstrem, paranoia
Afek yang tidak sesuai
Perilaku atau penampilan yang aneh
Kurang memiliki teman akrab
Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem bila berada di antara orang lain.
Intervensi
Kembangkan keterampilan perawatan diri (klien) dan keterampilan social serta perbaikan fungsi masyarakat, klien didorong untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan membantu klien untuk memutuskan kapan tugas hygiene dan berhias diperlukan. Dan juga dapat membantu dengan meminta klien untuk membuat daftar orang-orang di masyarakat yang harus ia hubungi untuk kemudian dapat memperbaiki keterampilan social klien untuk berbicara jelas kepada orang lain dan mengurangi perbincangan aneh.
Contoh kasus
seperti hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia sering menunjukkan ekspresi ganjil di wajahnya. Mungkin ciri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan pengalaman yang datang sewaktu-waktu akan perasaan bahwa almarhum ibunya berdiri di dekatnya. Keyakinan ini menenangkan baginya dan ia menantikan terjadinya peristiwa itu kembali. Jonathan menyadari hal tersebut tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba untuk menyentuh ruh tersebut. Perasaan berada di dekat ruh ibunya merupakan pengalaman yang cukup menenangkan katanya.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
II. Kelompok B (Kelompok Dramatik/Eratik) A. Gangguan kepribadian antisosial
Definisi
Gangguan kepribadian antisocial dan psikopati yang kadang disebut dengan sosiopati seringkali digunakan bergantian. Perilaku antisocial yang melanggar hokum, merupakan komponen penting keduanya. Pada gangguan kepribadian antisocial ini, individu tidak memerhatikan hak orang lain, aturan, dan hokum.
Etiologi Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati
Peran Keluarga
Berdasarkan suatu kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua merupakan penyebab utama perilaku psikopatik (McCord dan McCord, 1964). Perilaku psikopatik berkaitan dengan tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak-anak mereka dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan kehilangan orang tua (Marshall & Cooke, 1999; Johnson dkk., 1999).
Korelasi Genetik GKA-Gangguan Kepribadian Antisosial
dan Hare. Tingkat konflik yang tinggi dan negasivitas serta kadar kehangatan orang tua yang rendah memprediksi perilaku antisocial dalam sebuah studio orang kembar yang dilakukan Reiss dkk, (1995).
Emosi dan Psikopati
Pada sebuah studi klasik brdasarkan observasi klinis Cleckley, Lykken (1957) menguji pemikiran bahwa psikopat hanya memiliki hambatan untuk melakukan tindakan antisocial karena mereka sangat sedikit mengalami kecemasan. Penelitian Lykken mendukung pemikiran bahwa psikopat memiliki kadar kecemasan rendah, kemampuan mereka menghindari kejut lebih rendah dari kelompok control.
Karakteristik Gangguan Kepribadian Antisosial dalam DSM-IV-TR
Pola pervasive dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15 tahun dan sekurang-kurangnya 3 karakteristik antara 1 hingga 7 ditambah 8 hingga 10:
1. Berulangkali melanggar hukum 2. Menipu, berbohong
3. Impulsivitas
4. Mudah tersinggung dan agresif
5. Tidak memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
6. Tidak bertanggung jawab seperti terlihat dalam riwayat pekerjaan yang tidak reliable atau tidak memenuhi tanggung jawab keuangan
7. Kurang memiliki rasa penyesalan 8. Berusia minimal 18 tahun
9. Terdapat bukti mengenai gangguan tingkah laku sebelum berusia 15 tahun 10. Perilaku antisocial yang tida terjadi secara eksklusif dalam episode
skizofrenia atau mania
Intervensi
Penetapan batasan; mengidentifikasi konsekuensi melanggar batasan dan perilaku yang diharapkan atau yang dapat diterima. Menjelaskan perilaku bermasalah dan mempertahankan klien tetap focus pada dirinya.
- Membantu klien menyelesaikan masalah dan mengendalika emosi.
Ajarkan individu (klien) untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan mengatasi emosi marah atau frustasi.
- Meningkatkan performa peran, mengidentifikasi hambatan untuk menjalankan peran, dan mnegurangi atau mengehentikan penggunaan obat-obatan dan alcohol.
Contoh kasus
Jakarta - Mujianto alias Menthok alias Genthong (24), tersangka pembunuhan di Nganjuk, Jawa Timur, diduga memiliki kecenderungan antisosial dan psikopat. Sebagai seorang psikopat, Mujianto dinilai tidak mempunyai rasa empati.
"Secara teoritis kasus pembunuhan ini, pelaku memiliki kecenderungan antisosial dan psikopat," ujar ahli Psikologi Forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (16/2/2012).
Dalam teori psikologi, seorang yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak mengikuti aturan yang ada dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi. "Pasti ada yang salah dari masa kecil dia (Mujianto) sehingga aturan itu tidak dipahami scara baik," kata Yusti.
Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya sering merasa tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya, termasuk dengan rasa cemburu yang besar.
Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri, bukan dari lingkungannya. "Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang melukai dirinya," kata Lita.
Mujianto dalam pengakuannya ke polisi telah meracuni 15 orang, namun yang baru terungkap 6 orang. Kasus ini terungkap setelah dua korban selamat, Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47), melapor ke polisi. Pelaku dibekuk di rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Di tempat itu, pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan merangkap sebagai pasangan homo J. (fiq/nvt)
Sumber:
http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/mujianto-punya-kecenderungan-psikopat-antisosial?9911012
B. Gangguan kepribadian ambang (borderline) Definisi:
Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Dissorder) adalah gangguan kepribadian yang mempunyai ciri-ciri utama berupa impulsivitas dan ketidakstabilan hubungannya dengan orang lain dan mood (Sanislow, Grilo, & McGlashan, 2000). Gangguan ambang ini pada umumnya bermula pada masa remaja atau dewasa awal dan lebih sering terjadi kepada wanita daripada kepada pria dengan prevalensi 1 persen (Swartz dkk, 1990; Torgesen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala:
Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau lebih kriteria dibawah ini:
Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-benar diabaikan atau hanya dalam bayangannya.
Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil.
Perilaku impulsif, termasuk sangat boros dan perilaku seksual yang sangat tidak pantas.
Perilaku bunuh diri (baik hanya berupa sinyal maupun sungguh-sungguh mencoba) dan mutilasi diri yang berulang.
Kelabilan emosional yang ekstrem.
Perasaan kosong yang kronis
Sangat sulit mengendalikan kemarahan
Pikiran paranoid dan simtom-simtom disosiatif yang dipicu oleh stres.
Etiologi:
Secara biologis
Para pasien ambang memiliki neurotisisme tinggi, suatu trait yang diturunkan secara genetik (Nigg & Goldsmith,1994).
Teori objek-hubungan
Otto Kernberg mengemukakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, menyebabkan anak-anak mengembangkan ego yang tidak merasa aman.
Teori diathesis-stres dari Linehan
Linehan berpendapat bahwa gangguan kepribadian ambang terjadi bila orang yang memiliki kemungkinan genetik (diathesis biologis) berupa kesulitan mengendalikan emosi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak mempertimbangkan dan menghargai keinginan/perasaan seseorang serta upaya untuk mengomunikasikan perasaan tidak diterima bahkan dihukum.
Intervensi:
Tingkatkan keamanan
Bantu klien mengatasi dan mengendalikan emosi
Teknik restrukturisasi kognitif
Dekatastrofe situasi Henti pikir
Berbicara positif dengan diri sendiri
Pengaturan waktu
Membuat jadwal aktivitas yang tertulis
Membuat daftar aktivitas menyendiri untuk menghilangkan kebosanan
Ajarkan keterampilan sosial
Mempertahankan batasan personal Harapan realistis dari hubungan
Contoh kasus:
Klien : “Saya menahan kemarahan dalam diri saya, yang terjadi adalah..saya tidak dapat merasakannya, saya mendapat serangan panik. Saya menjadi sangat gugup, merokok terlalu banyak. Jadi apa yang terjadi pada saya, saya adalah cenderung „meledak . Berurai air mata atau menyakiti diri atau apapun..karena saya tidak‟
tahu bagaimana caranya untuk mengatasi semua perasaan yang campur aduk ini.
Konselor : “Apa contoh terbaru dari „ledakan itu?”‟
Klien : “Beberapa bulan yang lalu saya sendirian di rumah, saya ketakutan! Saya mencoba mengontak pacar saya dan saya tidak bisa melakukannya..Saya tidak tahu dimana dia berada. Semua teman saya tampak sibuk malam itu dan saya tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara..saya makin dan semakin gugup dan makin dan semakin kacau.
karena saya tidak peduli pada hal itu. Saya kira pada waktu itu saya merasa bahwa saya harus melakukan sesuatu yang dramatis….”.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
C. Gangguan kepribadian histrionik Definisi:
Gangguan histrionik ini diperuntukkan bagi orang-orang yang terlalu dramatis dan mencari perhatian. Gangguan kepribadian ini cenderung terjadi di kalangan orang-orang yang mengalami perpisahan dengan pasangannya dan dihubungkan dengan depresi serta kesehatan fisik yang buruk (Nestadt dkk, 1990). Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan prevalensi 2 persen.
Gejala:
Kriteria gangguan kepribadian histrionik dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri di bawah ini:
Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
Perilaku tidak senonoh secara seksual tidak pantas
Perubahan ekspresi emosi secara cepat
Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain pada dirinya
Bicaranya sangat tidak tepat, penuh semangat mempertahankan pendapat yang kurang memiliki detail
Berlebihan, ekspresi emosional yang teatrikal
Sangat mudah disugesti
Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
Etiologi:
orangtua, terutama ayah kepada anak perempuannya. Sedangkan ekspresi emosi yang berlebihan dipandang sebagai simtom-simtom konflik tersembunyi tersebut dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu harga diri yang rendah (Apt & Hurlbert, 1994; Stone, 1993).
Intervensi:
Ajarkan keterampilan sosial
Berikan umpan balik faktual tentang perilaku
Contoh kasus:
Film A Streetcar Named Desire menceritakan kisah Blanche DuBois, seorang wanita, yang menarik muda genit tapi bermasalah, yang pindah ke New Orleans untuk tinggal bersama kakaknya, Stella dan suaminya, Stanley Kowalski setelah kematian suaminya.
Blanche kurang dari jujur tentang dirinya sendiri. Dia mencoba untuk menggunakan pesonanya untuk memanipulasi orang dan menutupi masa lalunya, termasuk bunuh diri suaminya, hubungan sementara dengan laki-laki, alkoholisme nya, kehilangan rumah dan bahwa dia dipecat sebagai guru karena berselingkuh dengan seorang mahasiswa.
Blanche adik, Stella, memainkan peran enabler kodependen, mencoba untuk menenangkan Stanley dan Blanche.
Sumber: http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Histrionic+Personality+Disorder
D. Gangguan kepribadian narsistik Definisi
Orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian narsisistik akan memiliki pandangan yang berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan yang mereka miliki. Mereka akan terokupasi (terpaku) pada pikiran-pikiran mengenai pentingnya diri mereka (self-importance) dan dengan fantasi-fantasi mengenai kekuatan (power) dan keberhasilan (succes) dan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang lebih superior (berkuasa) atas banyak orang.
Gejala
a. Sindrom : Narsistik Suatu jenis gangguan yang memiliki karakteristik perasan yang berlebihan akan kepentingan diri dan self-absorption.
Simptom :
Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi.
Terfokus pada keberhasilan, kecerdasan, dan kecantikan diri.
Kebutuhan ekstrem untuk dipuja.
Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu.
Kecenderungan memanfaatkan orang lain.
Iri pada orang lain.
Etiologi Gangguan Kepribadian Narsisistik
yaitu si anak tidak dihargai berdasarkan makna dirinya sendiri, namun dihargai sebagai alat untuk membangun harga diri orang tua.
Intervensi
Pendekatan yang dilakukan untuk klien yang mengalami gangguan narsistik ialah pendekatan sesuai fakta. Dalam melakukan terapi yang diperlukan ialah kerjasama dan ajarkan klien keterampilan perawatan diri sesuai kebutuhannya.
Contoh Kasus
yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah
http://nurawlia.wordpress.com/2009/11/21/gangguan-kepribadian-narsistik-2/ (sumber : Barlow & Durant, 1995).
III. Kelompok C (Kelompok Pencemas/Ketakutan) A. Gangguan kepribadian menghindar
Definisi
Diagnosis gangguan kepribadian menghindar ditegakkan bagi orang-orang yang sangat takut terhadap kemungkinan timbulnya kritikan, penolakan, atau ketidaksetujuan dari orang lain sehingga enggan menjalin hubungan, kecuali jika mereka merasa yakin bahwa mereka akan disukai.
Mereka yang mengalami gangguan kepribadian menghindar akan menghindari pekerjaan yang mengharuskan mereka melakukan banyak kontak interpersonal.
Gejala
a. Sindrom : Menghindar Suatu jenis gangguan yang memiliki karakteristik perasan yang berlebihan akan kepentingan diri dan self-absorption.
Simptom :
Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan.
Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan disukai.
Membatasi diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diperolok.
Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak
Merasa tidak adekuat
Merasa rendah diri
Etiologi Gangguan Kepribadian Menghindar
Dalam Wiramihardja (2007) menyatakan bahwa para ahli kognitif mengatakan bahwa penderita gangguan ini mengembangkan keyakinan disfungsi mengenai harga diri sebagai refleksi dari penolakan oleh orang lain yang signifikan pada masa kecil (Beck & Freeman, 1990). Mereka mengatakan bahwa orang tuanya pasti tidak menyukainya, pasti menganggap dirinya sebagai orang yang tidak baik.
Intervensi
Memberikan dukungan dan menenangkan mereka ketika mulai merasa cemas merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh terapi untuk klien-nya. Ketika mereka mulai tidak berani untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya atau mulai menutup dirinya bantulah klien untuk meningkatkan harga dirinya.
Contoh Kasus
bahwa mereka "seperti dia." Dengan terapi yang berfokus pada keterampilan sosial, peningkatan mulai tampak, ia membuat beberapa kemajuan pada kemampuannya untuk mendekati orang dan berbicara dengan mereka.
Sumber :
http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Avoidant+Personality+Disorder diunduh pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 23.46
B. Gangguan kepribadian dependen Definisi
Gangguan kepribadaian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri dan kurangnya perasaan otonom. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang lemah dan orang lain sebagai orang yang penuh kekuatan. Kriteria dalam DSM secara umum menggambarkan orang yang mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif.
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR adalah sebagai berikut:
Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang lain.
Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian besar aspek kehidupannya yang utama.
Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan mereka.
Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya rasa percaya diri.
Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya terhadap kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.
Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan yang dimilikinya saat ini berakhir.
Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.
Etiologi
Melihat gangguan kepribadian dependent ini adalah hasil dari fiksasi fase oral perkembangan psikoseksual. Para pengasuhnya sangat mengikuti apa yang dibutuhkan penderita di masa kecil atau menuntut perilaku dependent dari penderita sebagai imbalan dari pengasuhnya. Akibatnya mereka tidak dapat mengembangkan perilaku sehat yang tidak tergantung pada pengasuhnya itu.
Intervensi
Klien penderita gangguan ini sebenarnya akan sering mengunjungi terapi untuk menangani segala masalahnya, tapi sebenarnya di situlah masalah terjadi. Klien jadi tidak ingin menyelesaikan masalah secara mandiri. Terapi yang cocok diguanakan menurut Milon et.all,2000 dalam Nolen, Susan;2006 adalah NONDIRECTIVE dan HUMANISTIK terapi. Hal ini dikarena dalam dua terapi tersebut terapis bukan menjadi pusat yang menentukan pembicaraan, namun klien lah yang berhak membawa ke arah mana terapi berlangsung dan juga dapat membangun otonomi dan keyakinan diri pada penderita.
Terapi KOGNITIF-BEHAVIORAL juga cukup membantu klien meningkatkan perilaku asertif, menurunkan kecemasan, dan melawan keyakinan untuk tergantung pada orang lain.
Contoh kasus
Mila, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa tingkat tiga di salah satu Universitas ternama di kota Makassar. Mila dalam keseharian dikenal sebagai seorang mahasiswa yang ramah oleh teman-temannya. Tidak ada yang salah dalam perilakunya, namun lain halnya bagi teman-teman dekat Mila. Mereka merasa bahwa Mila memiliki kecemasan yang berlebihan, sehingga setiap saat harus ditemani oleh temannya. Terutama dalam hal-hal yang membutuhkan pilihan. Bagi teman-temannya, perilaku Mila yang terlalu bergantung pada orang lain cukup mengganggu, mereka mengkhawatirkan apa yang akan terjadi jika tidak ada mereka disamping Mila.
kakak-kakaknya. Mila mengatakan bahwa pernah sekali ia bermain dengan ayahnya, ketika sang ayah tidak melihat Mila yang tengah bersembunyi dibalik tembok dan tiba-tiba mengagetkan ayahnya. Namun, ternyata ayahnya langsung jatuh dan kejang-kejang sambil memegang dadanya, dan setelah dirujuk ke dokter diketahui bahwa ayahnya terkena penyakit jantung. Mila sangat sedih dan ketakutan dan mengaku bahwa saat itulah pertamakalinya ia dimarahi habis-habisan oleh kakak-kakaknya.
Sumber: http://superfunny006.wordpress.com/2012/03/09/contoh-perilaku-abnormal/
C. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif Definisi
Kepribadian obsesif-kompulsif adalah individu yang perfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang yang memiliki kepribadian ini sangat fokus pada detail sehingga tidak jarang mereka tidak pernah menyelesaikan proyek. Orientasi mereka pada pekerjaan dan bukan pada kesenangan. Maka dari itu mereka sering mengalokasikan waktu karena takut terfokus pada hal yang salah.
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif pada DSM-IV-TR adalah sebagai berikut:
Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas terabaikan.
Perfeksionis ekstrim, hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan.
Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan.
Tidak fleksibel tentang moral.
Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti.
Kikir.
Rigid dan keras kepala.
Etiologi
Dalam hal biologis
Banyak korban trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang mengkaji metabolism glukosa pada nucleus kaudatus dan girus orbital pada ganglia basal otak memperlihatkan perbedaan pada individu yang mengalami OCD dan yang tidak. (keperawatan jiwa hal.330)
Intervensi
Obsesif-kompulsif disorder
Terapi behavioral dapat digunakan untuk menurunkan perilaku obsesif kompulsif seseorang. Dalam proses terapi yang dilakukan, klien diminta untuk mengubah jadwal perilaku kebiasaannya. Ketika seseorang merasa cemas selama proses pengubahan jadwal kebiasaannya, maka pada pertemuan selanjutnya terapis harus membantu untuk mengurangi kecemasannya. Dorong untuk bernegosiasi dengan orang lain, bantu klien untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Contoh Kasus
Bernice berusia 46 tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani terapi. Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu, tidak lama setelah kematian ayahnya.
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual kompulsif yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 3-4 jam, untuk berulang kali mandi dan diantara waktu mandi ia mengelupas lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu makan berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu, mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi pada makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan tersebut, ia mengocok teko teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk menghilangkan kuman. Hal ini telah meremdahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon.
Sumber: http://abnormalpsy.blogspot.com/2011/08/contoh-kasus.html
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2010). Psikologi Abnormal, Edisi ke-9 (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC