• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SMP KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SMP KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

   

TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA

DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR

(Studi Kasus pada Empat Siswa SMP Kelas VII)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Ika Murti Kristiyani NIM : 071414037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i   

TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA

DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR

(Studi Kasus pada Empat Siswa SMP Kelas VII)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Ika Murti Kristiyani NIM : 071414037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

 

   

(4)
(5)

iv   

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan

kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harapan.

Yeremia 29:11

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini aku

persembahkan untuk:

Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta serta

Sahabat-sahabatku yang selalu

mendukungku.

(6)
(7)
(8)

vii   

ABSTRAK

Ika Murti Kristiyani, 2011. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif Siswa SMP Kelas VII dalam Memecahkan Soal Matematika dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Bangun Datar (Studi Kasus pada Empat Siswa SMP Kelas VII). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP N I Minggir dalam memecahkan soal matematika pada materi Bangun Datar, (2) mengetahui keaktifan siswa kelas VII SMP N I Minggir dalam pembelajaran matematika pada materi Bangun Datar (3) mengetahui hubungan antara tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP N I Minggir dalam memecahkan soal matematika dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada materi Bangun Datar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus, dengan subyek penelitian sebanyak 4 siswa, yang inisial namanya adalah R, F, IN, dan D. Penelitian dilaksanakan pada Semester II, Tahun Ajaran 2010/2011 di sekolah SMP N 1 Minggir untuk mata pelajaran Matematika pada materi Bangun Datar. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan sebanyak 8 kali, dengan rincian 1 pertemuan untuk observasi kelas, 4 pertemuan untuk pengamatan keaktifan 4 subyek siswa, 1 pertemuan untuk pemberian soal, 2 pertemuan untuk wawancara. Proses pembelajaran diamati oleh pengamat dan peneliti serta direkam melalui kamera video dan difoto menggunakan kamera. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah (1) Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif siswa berbeda-beda, Tingkat Berpikir Kreatif (TBK) R adalah TBK 4 (siswa sangat kreatif), TBK F dan IN adalah TBK 3 (siswa kreatif), dan TBK D adalah TBK 2 (siswa cukup kreatif), (2) Keaktifan R sangat tinggi, keaktifan F cukup tinggi, keaktifan IN tinggi, dan keaktifan D kurang tinggi, (3) Ada hubungan antara tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi Bngun Datar. Keaktifan siswa yang memiliki TBK 4 lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai TBK 3 dan TBK 2, sedangkan siswa yang mempunyai TBK 3 mempunyai keaktifan yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai TBK 2.  

(9)

viii   

ABSTRACT

Ika Murti Kristiyani, 2011. Creative Thinking Levels of JHS Students Grade VII in Solving Mathematics Problems and Students Being Active in Studying Geometry (A Case Study on Four JHS Students Grade VII). Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Natural Science Education Department, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was aimed to (1) find out the creative thinking levels of

SMPN I Minggir students grade VII in solving geometry problems, (2) find out

SMPN I Minggir seventh graders’ being active in geometry study, (3) find out the correlation between the creative thinking levels of SMPN I Minggir students grade VII in solving geometry problems and SMPN I Minggir seventh graders’ being active in geometry study.

The research methodology used in this research was case study, with 4 students as respondents with the initials R, F, IN, and D. This research was in Semester II 2010/2011 in SMPN I Minggir for Mathematics subject under the topic Geometry. The data gathering process was held in 8 times: 1 meeting for class observation, 4 meetings for the 4 respondents’ being active observation, 2 meetings for interview. The learning processes were observed by the observer and researcher, and recorded by a video camera. Photos were taken using a camera. The data were analyzed using descriptive Qualitative method.

The research results were (1) The Creative Thinking Levels of students were different, Creative Thinking Level (CTL) R was CTL 4 (a very creative student), CTL F and IN was CTL 3 (creative students), and CTL D was CTL 2 (a quite creative student), (2) R was very active, F was quite active, IN was active, and D was not active enough, (3) There was a correlation between the creative thinking levels and students’ being active in geometry study. A student with CTL 4 was more active than a student with CTL 3 and CTL 2, while a student with CTL 3 was more active than a student with CTL 2.

(10)

ix   

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun

skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian

skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

4. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan perngarahan dan membimbing dengan sabar sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Sukardjono, M.Pd. dan Drs. A. Sardjana, M.Pd. selaku dosen

(11)

x   

6. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada

penulis.

7. Suwartilah, S.Pd. selaku guru Matematika kelas VII SMP N I Minggir

yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian.

8. Bapak, Ibu, dan Adik tercinta. Terima kasih atas doa, kesabaran,

semangat, cinta, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk

segera meyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta

pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan

perbaikan skripsi ini.

Penulis

(12)

xi   

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Batasan Istilah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 7

(13)

xii   

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Landasan Teoritik ... 9

1. Pembelajaran Matematika ... 9

2. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ... 11

3. Berpikir Kreatif Matematik ... 13

4. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif ... 15

5. Pemecahan Masalah Matematika ... 19

6. Bangun Datar ... 21

6.1 Segi Empat ... 21

6.2 Segi Tiga ... 27

B. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Subyek Penelitian ... 33

D. Tahapan Penelitian ... 34

E. Bentuk Data ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Instrumen Penelitian ... 37

H. Validitas Instrumen ... 42

I. Reliabilitas Instrumen ... 42

(14)

xiii   

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

C. Pembahasan ... 63

D. Keterbatasan-keterbatasan dalam Penelitian ... 105

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 115

(15)

xiv   

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-jenis Segitiga ... 28

Tabel 2. Kuesioner Keaktifan Siswa ... 37

Tabel 3. Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 39

Tabel 4. Kuesioner Keaktifan R ... 49

Tabel 5. Kuesioner Keaktifan F ... 50

Tabel 6. Kuesioner Keaktifan IN ... 51

Tabel 7. Kuesioner Keaktifan D ... 52

Tabel 8. Pengamatan Keaktifan Pertemuan I oleh Peneliti ... 54

Tabel 9. Pengamatan Keaktifan Pertemuan I oleh Pengamat ... 55

Tabel 10. Pengamatan Keaktifan Pertemuan II oleh Peneliti ... 56

Tabel 11. Pengamatan Keaktifan Pertemuan II oleh Pengamat ... 57

Tabel 12. Pengamatan Keaktifan Pertemuan III oleh Peneliti ... 58

Tabel 13. Pengamatan Keaktifan Pertemuan III oleh Pengamat ... 59

Tabel 14. Pengamatan Keaktifan Pertemuan IV oleh Peneliti ... 61

Tabel 15. Pengamatan Keaktifan Pertemuan IV oleh Pengamat ... 62

Tabel 16. Keaktifan R Berdasarkan Kuesioner ... 63

Tabel 17. Keaktifan R Berdasarkan Pengamatan ... 65

Tabel 18. Keaktifan F Berdasarkan Kuesioner ... 68

Tabel 19. Keaktifan F Berdasarkan Pengamatan ... 69

(16)

xv   

Tabel 21. Keaktifan IN Berdasarkan Pengamatan ... 73

Tabel 22. Keaktifan D Berdasarkan Kuesioner ... 76

Tabel 23. Keaktifan D Berdasarkan Pengamatan ... 77

Tabel 24. Pembahasan Hasil Tes Tertulis R ... 80

Tabel 25. Pembahasan Hasil Tes Tertulis F ... 86

Tabel 26. Pembahasan Hasil Tes Tertulis IN ... 92

Tabel 27. Pembahasan Hasil Tes Tertulis D ... 99

(17)

xvi   

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jajargenjang ... 22

Gambar 2. Persegi panjang ... 23

Gambar 3. Belah ketupat ... 24

Gambar 4. Persegi ... 25

Gambar 5. Trapesium sembarang ... 26

Gambar 6. Trapesium siku-siku ... 26

Gambar 7. Trapesium sama kaki ... 26

Gambar 8. Layang-layang ... 27

Gambar 9. Segitiga lancip ... 28

Gambar 10. Segitiga sama kaki ... 28

Gambar 11. Segitiga siku-siku ... 28

Gambar 12. Segitiga sama sisi ... 28

Gambar 13. Segitiga tumpul ... 28

Gambar 14. Segitiga sembarang ... 28

Gambar 15. Segitiga lancip sama kaki ... 29

Gambar 16. Segitiga lancip sama sisi ... 29

Gambar 17. Segitiga lancip sembarang ... 29

Gambar 18. Segitiga siku-siku sama kaki ... 29

Gambar 19. Segitiga siku-siku sembarang ... 29

Gambar 20. Segitiga tumpul sama kaki ... 30

(18)

xvii   

Gambar 22. Jajargenjang ABCD ... 41

Gambar 23. Penyelesaian “Baru” R ... 82

Gambar 24. Masalah “Baru” R ... 83

Gambar 25. Pemecahan Masalah R ... 83

Gambar 26. Penyelesaian “Baru” F ... 88

Gambar 27. Masalah “Baru” F ... 89

Gambar 28. Pemecahan Masalah F ... 89

Gambar 29. Penyelesaian “Baru” IN ... 95

Gambar 30. Masalah “Baru” dan Pemecahan Masalah IN ... 96

Gambar 31. Masalah “Baru” D ... 102

Gambar 32. Penyelesaian Masalah D ... 103

(19)

xviii   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Keaktifan R ... 116

Lampiran 2. Kuesioner Keaktifan F ... 118

Lampiran 3. Kuesioner Keaktifan IN ... 120

Lampiran 4. Kuesioner Keaktifan D ... 122

Lampiran 5. Pengamatan Keaktifan Siswa oleh Peneliti ... 124

Lampiran 6. Pengamatan Keaktifan Siswa oleh Pengamat ... 132

Lampiran 7. Soal Tes Tertulis ... 140

Lampiran 8. Jawaban Tes Tertulis R ... 141

Lampiran 9. Jawaban Tes Tertulis F ... 143

Lampiran 10. Jawaban Tes Tertulis IN ... 144

Lampiran 11. Jawaban Tes Tertulis D ... 145

Lampiran 12. Transkip Wawancara R ... 146

Lampiran 13. Transkip Wawancara F ... 149

Lampiran 14. Transkip Wawancara IN ... 152

Lampiran 15. Transkip Wawancara D ... 157

Lampiran 16. Gambar-gambar Penelitian ... 164

Lampiran 17. Hasil Uji Coba Tes ... 173

Lampiran 18. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 177

(20)

9 BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teoritik

1. Pembelajaran Matematika

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan

untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa (Winataputra dkk., 2008:

1.19). Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh

secara langsung terhadap proses belajar mengajar di sekolah.

Bell-Gredler dalam Winataputra, dkk (2008: 1.5) menjelaskan bahwa

belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk

mendapatkan aneka ragam competencies (kemampuan), skills

(keterampilan), dan attitudes (sikap). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, mengajar adalah memberi pelajaran. Pelajaran tersebut

dapat berupa pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Pembelajaran matematika hendaknya menjadi pengalaman

belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami dan

memecahkan masalah matematika dengan mendalam, seperti halnya

yang diungkapkan Muhsetyo (2008: 1.26) bahwa pembelajaran

matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada

peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga

(21)

dipelajari. Pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika

proses belajar matematika yang dialami siswa dan proses mengajar

yang dilakukan oleh guru dapat berjalan secara efektif. Efektif artinya

adalah berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.

Dengan kata lain dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang

menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai (Ahmadi & Amri,

2011: 30).

Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) (dalam

http://www.docstoc.com/docs/18531303/PEMBELAJARAN-MATEMATIKA) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran

matematika itu sendiri adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada

diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis,

sistematis dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam

memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika,

bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis

adalah suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta

bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang masuk akal

mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya serta yang akan

dilakukan nanti (Ennis dalam Sabandar, 2009: 4).

Pembelajaran matematika juga harus dapat menanamkan konsep

matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

matematika. Oleh karena itu pembelajaran matematika bukan hanya

(22)

berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Salah satu cara yang dapat digunakakan untuk meningkatkan

kemampuan proses berpikir kreatif siswa adalah pemecahan masalah

matematika.

Pembelajaran matematika dalam penelitian ini mengacu pada

proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh

kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari, yaitu tentang

Bangun Datar.

2. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Keaktifan berasal dari kata aktif. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, keaktifan berarti kegiatan. Dalam pembelajaran selalu

menekankan keaktifan siswa agar tercapai hasil belajar yang optimal

dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa. Hasil

belajar itu berupa perubahan tingkah laku, baik berbentuk kecakapan

berpikir, sikap, maupun keterampilan melakukan suatu kegiatan

tertentu (Narwanti, 2011: 24). Minat merupakan aspek penting

motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan

berprestasi (Pintrich & Schunk dalam Mikarsa dkk., 2007: 3.3).

Kegiatan pembelajaran yang bervareasi dapat meningkatkan

keaktifan siswa di dalam kelas, selain itu siswa juga dapat termotivasi

(23)

giat jika ia tidak memiliki motivasi. Narwanti (2011: 79) menjelaskan

bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar setiap siswa

tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Hal ini muncul karena

perbedaan individual yang akan menyebabkan keaktifan setiap siswa

juga berbeda.

Menurut Ahmadi & Amri (2011: 30) bahwa dalam pembelajaran

peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan

penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain,

mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan bentuk representasi

yang tepat dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan

interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa

lainnya. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif,

dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya secara

maksimal. Keaktifan yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula

terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada

peningkatan prestasi. Siswa dikatakan memiliki keaktifan dalam

pembelajaran apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering

bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang

diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas

(24)

Di dalam penelitian ini, keaktifan siswa dalam pembelajaran

mengacu pada segala keterlibatan siswa secara fisik yang dapat

diamati langsung saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, antara

lain: siswa mencatat materi yang disampaikan guru, siswa

menanyakan materi yang belum jelas, siswa mengerjakan soal yang

diberikan guru, siswa berani menuliskan jawaban beserta cara

penyelesaian yang diperolehnya di depan kelas dan lain sebagainya.

Keaktifan siswa yang berupa keterlibatan secara mental mengacu pada

motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan

materi Bangun Datar.

3. Berpikir Kreatif Matematik

Istilah berpikir matematik (mathematical thinking) diartikan

sebagai cara berpikir berkenaan dengan proses matematika (doing

math) atau cara berpikir dalam menyelesaikan tugas matematik

(mathematical task) baik yang sederhana maupun yang kompleks

(Sumarmo, 2010: 4). Dalam berpikir matematik, diperlukan kreativitas

yang dimiliki oleh masing-masing siswa agar dapat membantu dalam

menyelesaikan masalah matematika, terutama yang bersifat

kompleks. Menurut Utami Munandar dalam Mikarsa dkk. (2007:

3.25) kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi

(25)

Kreativitas seseorang memuat adanya proses berpikir kreatif.

Proses berpikir kreatif adalah tahapan berpikir yang meliputi tahap

mensintesis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan

dan menerapkan ide tersebut untuk menghasilkan sesuatu (produk)

yang “baru” secara fasih (fluency) dan fleksibel (Budayasa, 2009: 5).

Mensintesis ide artinya menghubungkan ide-ide yang diperoleh dari

pembelajaran di kelas maupun pengalamannya sehari-hari.

Membangun suatu ide artinya mengolah hasil dari proses sintesis ide

sebelumnya untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan masalah

yang diberikan. Merencanakan ide artinya memilih ide tertentu untuk

digunakan dalam menyelesaikan masalah. Menerapkan ide artinya

menggunakan ide yang direncanakan untuk menyelesaikan masalah.

Fasih (fluency) mengacu pada kelancaran siswa dalam menjawab,

memunculkan gagasan atau pertanyaan yang beragam, ataupun

merencanakan dan menggunakan berbagai strategi penyelesaian pada

saat menghadapi masalah. Fleksibel dipandang sebagai suatu

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menunjukan

kekayaan ide atau alternatif jawaban yang berbeda-beda. Suatu produk

yang bersifat “baru” merupakan hasil berpikir orisinal, yaitu berbeda

dari apa yang pernah diajarkan guru dalam pembelajaran sebelumnya

atau tidak biasa dibuat seseorang pada tingkat berpikir pada

(26)

Berpikir kreatif dalam matematika memuat kemampuan berpikir

divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi dalam kesadaran yang

memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan. Proses berpikir

divergen merupakan proses berpikir ke berbagai macam arah dan

menghasilkan banyak alternatif jawaban (Mikarsa dkk., 2007: 3.29).

Dengan melakukan investigasi masalah matematika dari berbagai

perspektif, siswa dapat mengkontruksi kemungkinan penyelesaian dan

melakukan berbagai penyelesaian yang telah ia temukan. Oleh karena

itu untuk menentukan kriteria tingkat-tingkat berpikir kreatif dalam

matematika yang mempunyai objek abstrak perlu ditunjukkan

komponen kreativitas (kefasihan, fleksibilitas, kebaruan) agar aspek

berpikir divergen dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui.

Berdasarkan uraian di atas, berpikir kreatif matematik yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses mental yang

digunakan siswa untuk memunculkan suatu ide yang “baru” secara

fasih dan fleksibel untuk memecahkan masalah matematika pada

materi Bangun Datar. Komponen penting dalam berpikir kreatif

adalah kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam memecahkan

masalah matematika.

4. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif

Siswa dengan karakteristik, kemampuan, dan latar belakang

(27)

pula, sesuai dengan dengan tingkat kemampuan ataupun pengaruh

lingkungannya. Dengan demikian memungkinkan adanya tingkatan

dalam berpikir kreatif sesuai dengan kemampuan siswa dalam

mencapai komponen penting dari berpikir kreatif, yaitu: kefasihan,

fleksibilitas, dan kebaruan. Mungkin akan terdapat siswa yang

memenuhi semua komponen berpikir kreatif tersebut, dua komponen

atau satu komponen saja.

Untuk mengetahui tingkat-tingkat berpikir kratif siswa, Tatag

Yuli Eko Siswono mengembangkan draf tingkat berpikir kreatif yang

terdiri dari 5 tingkat. Karakter proses berpikir kreatif untuk setiap

tingkat mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Dalam Budayasa (2009:

3-4) draf tingkat berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Tatag Yuli

Eko Siswonotersebut adalah sebagai berikut:

Tingkat Berpikir Kreatif 4

Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda-beda dengan lancar (fasih) dan fleksibel.Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa sangat kreatif.

Tingkat Berpikir Kreatif 3

Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru dengan cara penyelesaian yang berbeda (fleksibel) meskipun tidak fasih atau membuat berbagai jawaban yang baru meskipun tidak dengan cara yang berbeda (tidak fleksibel). Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) meskipun jawaban masalah tunggal atau membuat masalah yang baru dengan jawaban divergen. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa kreatif.

Tingkat Berpikir Kreatif 2

(28)

atau mampu menunjukkan berbagai cara penyelesaian yang berbeda dengan fasih meskipun jawaban yang dihasilkan tidak baru. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa cukup kreatif.

Tingkat Berpikir Kreatif 1

Siswa tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah yang berbeda (baru), meskipun salah satu kondisi berikut dipenuhi, yaitu cara penyelesaian yang dibuat berbeda-beda (fleksibel) atau jawaban/masalah yang dibuat beragam (fasih). Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa kurang kreatif. Tingkat Berpikir Kreatif 0

Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa tidak kreatif.

Dalam Budayasa (2009: 12-13) draf tingkat berpikir kreatif dari

Tatag Yuli Eko Siswono tersebut diperbaiki dan diberi nama

perbaikan tingkat berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut:

Tingkat Berpikir Kreatif 4 (Sangat Kreatif)

Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat masalah yang berbeda-beda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya mampu mendapat satu jawaban yang baru (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat berpikir umumnya) tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel).

Tingkat Berpikir Kreatif 3 (Kreatif)

Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru dengan fasih, tetapi tidak dapat menunjukkan cara berbeda (fleksibel) untuk mendapatkannya atau dapat menunjukkan cara yang berbeda (fleksibel) untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut tidak baru. Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda (baru) dengan lancar (fasih) meskipun cara penyelesaian masalah itu tunggal atau dapat membuat masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda, meskipun masalah tersebut tidak baru.

Tingkat Berpikir Kreatif 2 (Cukup Kreatif)

(29)

penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak baru. Tingkat Berpikir Kreatif 1 (Kurang Kreatif)

Siswa tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara berbeda-beda (fleksibel), tetapi mampu menjawab atau membuat masalah yang beragam (fasih).

Tingkat Berpikir Kreatif 0 (Tidak Kreatif)

Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel.

Dalam penelitian ini menggunakan perbaikan tingkat berpikir

kreatif, karena tingkat-tingkat berpikir kreatif tersebut menekankan

pada pemikiran divergen dengan didasarkan pada komponen berpikir

kreatif siswa, yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam

memecahkan masalah matematika. Tingkat-tingkat berpikir kreatif

dalam penelitian ini mengacu pada tingkat-tingkat kemampuan siswa

dalam pencapaian ketiga komponen tersebut. Urutan tertinggi atau

komponen yang paling penting dalam perbaikan tingkat berpikir

kreatif tersebut adalah kebaruan, karena kebaruan merupakan ciri

utama dalam menilai suatu produk pemikiran kreatif. Kebaruan dalam

penelitian ini berdasarkan pada pembelajaran yang diberikan oleh

guru, yaitu berbeda dengan apa yang telah diajarkan sebelumnya atau

tidak biasa dibuat seseorang pada tingkat berpikir pada umumnya.

Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya, karena

menunjukkan pada banyaknya ide yang digunakan untuk

menyelesaikan suatu masalah, sehingga diperoleh banyak

(30)

diletakkan pada urutan yang terakhir, karena kefasihan lebih

menunjukkan pada kelancaran siswa memproduksi ide dalam

memecahkan masalah.

5. Pemecahan Masalah Matematika

Pilar utama dalam mempelajari matematika adalah pemecahan

masalah (Sabandar, 2009: 1). Pemecahan masalah merupakan

langkah-langkah pemikiran atau tindakan seseorang untuk mengatasi

masalah berdasarkan strategi yang dipikirkan oleh orang tersebut.

Teori pemecahan masalah dari George Polya dalam Muhsetyo dkk.

(2008: 1.12) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan

realisasi dari keinginan meningkatkan pembelajaran matematika

sehingga peserta didik mempunyai pandangan atau wawasan yang

luas dan mendalam ketika mereka menghadapi suatu masalah.

Pembelajaran matematika yang bernuansa pemecahan masalah

dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

konsep dan ketrampilan berpikir matematik secara bersama. Disinilah

pentingnya pemahaman konsep matematika dalam proses belajar

mengajar diperlukan, yaitu untuk membantu siswa dalam

memecahkan masalah. Dalam hal ini pemecahan masalah matematika

tidak semata-mata bertujuan untuk mencari sebuah jawaban yang

benar, tetapi bertujuan bagaimana mengkonstruksi segala

(31)

harus berpikir agar ia mampu memahami konsep matematika yang

dipelajari serta mampu menggunakan konsep tersebut secara tepat

ketika ia memecahkan soal matematika. Saat mengerjakan soal

matematika siswa perlu memiliki ketrampilan berpikir agar dapat

menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi.

Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna yaitu:

pertama, pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran,

yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention), memahami

materi, konsep, dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan

penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian melalui

induksi, siswa menemukan konsep/prinsip matematika. Kedua,

pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi: mengidentifikasi

kecukupan data untuk pemecahan masalah; membuat model

matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan

menyelesaikannya; memilih dan menerapkan strategi untuk

menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika;

menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal,

serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; menerapkan

matematika secara bermakna (Sumarmo, 2010: 5).

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan pemecahan

masalah matematika dalam penelitian ini adalah kegiatan memillih

(32)

berdasarkan konsep matematika dan keterampilan berpikir siswa.

Dalam pemecahan masalah tidak hanya terfokus pada penemuan

sebuah jawaban, tetapi bagaimana mengkontruksi berbagai

kemungkinan penyelesaian.

6. Bangun Datar

Bangun datar merupakan sebutan untuk bangun-bangun dalam

dua dimensi.

6.1. Segi Empat

Segi empat adalah bangun datar yang dibatasi oleh empat

garis lurus sebagai sisinya. Bangun datar segi empat meliputi:

a. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segi empat dengan kekhususan

yaitu kedua pasang sisi yang berhadapan sejajar.

Sifat-sifat jajargenjang: sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar; sudut-sudut yang berhadapan sama

besar; mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di

satu titik dan saling membagi dua sama panjang;

mempunyai dua simetri putar; dan tidak mempunyai simetri

(33)

Keliling suatu bangun adalah jumlah panjang sisi

(Budhi, 2006: 113). Menentukan keliling jajargenjang dapat

dilakukan dengan cara menjumlahkan semua sisinya atau

dua kali jumlah panjang sisi-sisi yang berlainan. Luas

bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu

permukaan bangun datar (Sukino & Simangunsong, 2006:

287).

b. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah jajargenjang yang memiliki

sebuah sudut siku-siku.

Sifat-sifat persegi panjang: sisi-sisi yang berhadapan

sejajar dan sama panjang; semua sudutnya siku-siku;

diagonal-diagonal persegi panjang saling membagi dua

sama panjang; mempunyai dua sumbu simetri.

tinggi (t)

alas (a)

(34)

Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh

panjang sisinya.

2 2

2 2 2

Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang

dan lebar.

c. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah jajargenjang yang dua buah

sisinya berturut-turut sama panjang.

Sifat-sifat belah ketupat: semua sisinya sama panjang

dan sepasang-sepasang sejajar; sudut-sudut yang

berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh

diagonal-diagonalnya; kedua diagonalnya saling membagi

sama panjang dan saling tegak lurus; diagonal-diagonalnya

merupakan sumbu simetri.

lebar (l)

panjang (p)

Gambar 2. Persegi panjang

=  = 

‐ 

(35)

4

2 1

2

d. Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya

sama panjang.

Sifat-sifat persegi: semua sisinya sama panjang dan

sisi-sisi yang berhadapan sejajar; setiap sudutnya siku-siku;

mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang,

berpotongan di tengah-tengah; kedua diagonalnya saling

berpotongan tegak lurus; setiap sudutnya dibagi dua sama

besar oleh diagonal-diagonalnya; dan memiliki empat

sumbu simetri.

Gambar 3. Belah ketupat

b a

=

 

=

 

(36)

Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh

sisi-sisinya, yaitu:

4 4

Luas persegi sama dengan perkalian panjang sisinya.

e. Trapesium

Trapesium adalah segi empat yang memiliki tepat

sepasang sisi berhadapan sejajar.

Jenis-jenis trapesium: (1) Trapesium sembarang:

trapesium yang tidak mempunyai kekhususan. (2)

Trapesium siku: trapesium yang memiliki sudut

siku-siku. (3) Trapesium sama kaki: trapesium yang

kaki-kakinya sama panjang.

Gambar 4. Persegi

sisi (s)

sisi (s)

= =

=

 

(37)

Keliling trapesium dapat dicari dengan menjumlahkan

keempat sisinya.

1 2

1 2

f. Layang-layang

Layang-layang adalah segi empat yang sisinya

sepasang-sepasang (berdekatan) sama panjang dan sepasang

sudut yang berhadapan sama besar.

Gambar 6. Trapesium siku-siku

a b

t

a

Gambar 5. Trapesium sembarang

b

t

a b

t

(38)

Sifat layang-layang: panjang sisi yang berdekatan sama

panjang; terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama

besar; salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang

diagonal lainnya secara tegak lurus; dan mempunyai satu

sumbu simetri yang merupakan diagonal terpanjang.

Keliling layang-layang sama dengan jumlah semua

panjang sisinya atau dua kali jumlah sisi terpanjang dan

terpendek, sedangkan luas layang-layang adalah perkalian

diagonal-diagonalnya.

1 2 1 2

6.2. Segi Tiga

Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga titik

yang tidak segaris dan tiga ruas garis yang menghubungkan

ketiga titik itu.

Gambar 8. Layang-layang

b

(39)

Tabel 1. Jenis-jenis Segitiga

Jenis-jenis Segi Tiga

Ditinjau dari besar sudutnya Ditinjau dari panjang sisinya

Segitiga lancip adalah segitiga yang besar ketiga sudutnya kurang dari 90º.

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang.

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya 90º.

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90º.

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama panjang.

Gambar 9. Segitiga lancip

alas (a) tinggi (t)

Gambar 10. Segitiga sama kaki 

alas (a)  tinggi (t) 

Gambar 14. Segitiga sembarang 

tinggi (t)  alas(a) Gambar 11. Segitiga siku-siku

alas (a) tinggi (t) 

Gambar 12. Segitiga sama sisi 

alas (a)  tinggi (t) 

(40)

Jenis-jenis segitiga ditinjau dari besar sudut dan panjang sisinya

Gambar 15. Segitiga lancip sama kaki

alas (a) tinggi (t)

Gambar 16. Segitiga lancip sama sisi

alas (a) tinggi (t)

Gambar 17. Segitiga lancip sembarang

alas(a) tinggi (t)

Gambar 18. Segitiga siku-siku sama kaki 

alas (a) tinggi (t) =

=

Gambar 19. Segitiga siku-siku sembarang 

(41)

Keliling segitiga sama dengan jumlah panjang ketiga

sisinya.

1 2 1 2

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori di atas, maka kerangka berpikir peneliti

adalah sebagai berikut:

Dalam pembelajaran matematika berpikir kreatif sangat penting

untuk memecahkan masalah matematika, namun setiap siswa mempunyai

karakteristik masing-masing. Siswa yang beragam memiliki kemampuan

berpikir dan kecepatan belajar yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Gambar 21. Segitiga tumpul sembarang

tinggi (t) alas (a)

Gambar 20. Segitiga tumpul sama kaki

tinggi (t) alas (a)

=

(42)

tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran matematika tidak sama.

Dalam berpikir kreatif matematika menekankan pemikiran

divergen dengan berdasarkan komponen berpikir kreatif (kefasihan,

fleksibilitas, dan kebaruan). Penyajian soal matematika yang bersifat

terbuka (mempunyai banyak cara penyelesaian), memungkinkan siswa

untuk menggali dan mengembangkan proses berpikir kreatif siswa dalam

memecahkan masalah matematika. Dengan mengoptimalkan keterampilan

berpikirnya, diharapkan siswa mampu mengkontruksi sendiri pengetahuan

dan konsep matematika yang pernah diperoleh dalam pembelajaran.

Menginvestigasi soal dari berbagai perspektif, menyelidiki dan menelaah

soal dengan berbagai cara dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kreatifnya dalam memecahkan setiap tipe soal matematika.

Untuk mengetahui tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa dalam

memecahkan masalah matematika dapat menggunakan perbaikan tingkat

berpikir kreatif. Urutan tertinggi atau komponen yang paling penting

dalam perbaikan tingkat berpikir kreatif tersebut adalah kebaruan, karena

kebaruan merupakan ciri utama dalam menilai suatu produk pemikiran

kreatif. Kebaruan dapat berdasarkan pada pembelajaran yang diberikan

oleh guru, yaitu berbeda dengan apa yang telah diajarkan sebelumnya atau

tidak biasa dibuat seseorang pada tingkat berpikir pada umumnya.

Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya, karena

(43)

suatu masalah, sehingga diperoleh banyak penyelesaian yang beragam atau

banyak alternatif jawaban. Kefasihan diletakkan pada urutan yang terakhir,

karena kefasihan lebih menunjukkan pada kelancaran siswa memproduksi

ide dalam memecahkan masalah.

Jika seorang guru telah mengetahui kemampuan berpikir

masing-masing siswa yang berbeda, maka ia dapat menggunakan metode

pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru

juga dituntut untuk meningkatkan keaktifan siswa baik secara fisik

maupun mental. Keaktifan siswa secara fisik dapat diamati secara

langsung saat kegiatan belajar mengajar. Keaktifan siswa yang bersifat

mental berupa motivasi belajar siswa. Guru yang mampu menunjukkan

antusiasme dalam mengajarkan materi pelajaran Matematika akan

membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan melibatkan siswa secara

aktif, siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, contohnya:

bertanya kepada teman atau guru tentang materi yang belum jelas,

menuliskan jawaban di papan tulis, berdiskusi dengan teman, dan

(44)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.

Dengan menggunakan pendekatan tersebut, peneliti dapat mendeskripsikan

kejadian-kejadian yang menjadi pusat perhatian secara kualitatif berdasarkan

data kualitatif, yaitu: keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika,

tingkat-tingkat berpikir kreatif dan proses berpikir kreatif siswa dalam

menyelesaikan soal matematika pada materi Bangun Datar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II, Tahun Ajaran 2010/2011

di SMP N 1 Minggir untuk mata pelajaran Matematika pada materi Bangun

Datar kelas VII.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1 Minggir.

Di sekolah tersebut kelas VII ada 6 kelas, namun dalam penelitian ini

menggunakan kelas VII C. Peneliti mengambil subyek penelitian

sebanyak 4 siswa. Pemilihan subyek dalam penelitian ini berdasarkan

(45)

matematika, yaitu siswa yang mewakili siswa pandai, sedang dan kurang

pandai. Hasilnya dievaluasi secara obyektif, faktor obyektif bebas dari

pengaruh subyektivitas peneliti.

D. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini meliputi:

1. Observasi kelas.

2. Memberikan kuesioner.

3. Pengamatan terhadap subyek penelitian.

4. Memberikan soal tes kepada subyek penelitian.

5. Wawancara.

6. Menganalisa data penelitian.

7. Penarikan kesimpulan akhir.

E. Bentuk Data

Ada dua macam bentuk data yang akan diambil dan dianalisis secara

deskriptif dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Data keaktifan siswa diperoleh dari hasil kuesioner, pengamatan

keaktifan siswa dalam pembelajaran, foto dan rekaman video.

2. Data Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif Siswa

Data tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa diperoleh dari hasil tes

(46)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data untuk mengetahui

keaktifan siswa dalam pembelajaran dilakukan melalui:

a. Observasi dan Pemberian Kuesioner

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi

dengan mengamati proses pembelajaran matematika di kelas.

Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada subyek penelitian

untuk mengetahui motivasi belajar matematika.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan sebagai salah satu alat pengumpul data.

Dalam penelitian ini peneliti meminta teman peneliti untuk

mengamati keaktifan 4 subyek penelian pada saat mengikuti proses

pembelajaran pada materi Bangun Datar. Keaktifan tersebut berupa

keterlibatan yang bersifat fisik yang dapat diamati secara langsung.

Hasil pengamatan yang dilakukan ditulis pada lembar pengamatan

yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Lembar pengamatan tersebut

diisi pada setiap pertemuan. Peneliti juga melakukan dokumentasi.

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh

dalam penelitian, sehingga dapat memberikan gambaran secara

konkret mengenai hasil pengamatan. Untuk membantu pengamatan

keaktifan siswa digunakan foto dan rekaman video. Dengan foto

(47)

melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada

materi Bangun Datar, sehingga memudahkan peneliti untuk

melakukan transkip data.

2. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif

Teknik pengumpulan data untuk mengetahui tingkat-tingkat

berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran dilakukan melalui:

a. Tes

Peneliti memberikan soal matematika kepada 4 subyek penelitian,

siswa kelas VII SMP N I Minggir. Soal matematika tersebut berupa

uraian tertulis, yang berhubungan dengan materi Bangun Datar. Tes

diberikan kepada subyek penelitian di luar jam pelajaran, setelah

subyek penelitian selesai mempelajari materi Bangun Datar.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran, setelah subyek

penelitian mengerjakan tes. Pada teknik wawancara, peneliti

bertatap muka secara langsung dan melakukan tanya jawab dengan

subyek yang diteliti. Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan

secara terbuka dan tidak berstruktur karena peneliti memandang

model ini adalah yang paling luwes, di mana subyek diberi

kebebasan untuk menguraikan jawabannya dan

ungkapan-ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai hatinya.

(48)

misalnya tentang dasar-dasar pemikiran siswa dalam mengerjakan

soal matematika pada materi Bangun Datar.

G. Instrumen Penelitian

1. Data Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam

pengambilan data keaktifan siswa adalalah sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai

keaktifan siswa yang bersifat mental, yaitu motivasi siswa dalam

pembelajaran matematika. Kuesioner ini dibuat dalam 16 butir

pernyataan. Pernyataan dalam kuesioner tersebut terdiri dari

pernyataan positif dan negatif. Pernyataan tersebut dibatasi pada

pilihan jawaban sangat sering, sering, jarang, dan tidak pernah.

Subyek penelitian menjawab kuesioner ini dengan memberikan

tanda centang pada kolom yang telah disediakan. Berikut ini adalah

tabel kuesioner yang akan diisi oleh subyek penelitian:

Tabel 2. Kuesioner Keaktifan Siswa

No. Pernyataan

Keterlibatan

Sangat

Sering Sering Jarang Sangat Sering

(49)

2. Saya bersemangat saat mengikuti pelajaran matematika

3. Saya memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru

4. Saya menjawab pertanyaan yang diajukan guru

5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal penting yang disampaikan guru

6. Saya tidak bertanya pada teman atau guru mengenai materi yang belum jelas

7. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

8.

Saya tidak mengerjakan PR

9. Selain cara yang diberikan guru, saya juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan

10. Saya tidak berani menuliskan jawaban beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas

11. Saya menjelaskan jawaban saya secara

lisan kepada guru dan siswa lain

12. Saya memberikan tanggapan terhadap

pendapat siswa lain yang berbeda

13. Saya saling membantu saat

mengerjakan tugas dengan siswa lain

14. Saya tidak memperhatikan pendapat

yang disampaikan siswa lain

15. Saya bertukar pendapat dengan siswa

lain

16. Saya mendapatkan gagasan baru

setelah berdiskusi dengan siswa lain

b. Pengamatan

Dalam pengamatan keaktifan siswa, digunakan tabel keaktifan

(50)

saat melakukan pengamatan terhadap kejadian penting untuk

mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa

tersebut berupa keterlibatan secara fisik yang dapat diamati secara

langsung. Tabel keaktifan ini berupa kolom-kolom yang meliputi

daftar kejadian yang diamati. Pengisian instrumen tersebut dengan

memberikan tanda centang. Disediakan pula kolom keterangan

untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu, dan belum

terdapat dalam daftar. Dengan menggunakan alat ini maka

informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran yang diperoleh lebih

luas dan sistematis. Berikut ini adalah tabel pengamatan keaktifan

siswa yang akan diisi oleh peneliti dan pengamat:

Tabel 3. Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika

No Kejadian yang diamati

Nama Subyek

Penelitian Keterangan

R F I

N D

1.

Subyek memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru

... ... ...

2.

Subyek mencatat materi dan hal-hal penting yang disampaikan guru

... ... ...

3.

Subyek berani bertanya pada teman atau guru mengenai materi yang belum jelas

... ... ... ...

4. Subyek mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

... ...

5.

Subyek berani menuliskan jawaban beserta cara penyelesaian yang

(51)

diperolehnya di depan kelas ...

6.

Subyek berani menjelaskan jawabannya secara lisan kepada guru dan siswa lain

... ... ...

7.

Subyek berani memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lain yang berbeda

... ... ... ...

8. Subyek saling membantu saat mengerjakan tugas

dengan siswa lain

... ... ...

9. Subyek memperhatikan pendapat yang disampaikan

siswa lain

... ... ...

Selain tabel pengamatan keaktifan siswa, peneliti menggunakan

foto dan rekaman video untuk melengkapi hasil pengamatan

tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada

materi Bangun Datar.

2. Data Tingkat- tingkat Berpikir Kreatif Siswa

Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam

pengambilan data tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa adalalah sebagai

berikut:

a. Tes

Soal tes dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari soal yang

digunakan pada implementasi teori tentang tingkat berpikir kreatif

dalam Matematika Tatag Yuli Eko Siswono. Soal tes terdiri dari 5

butir berbentuk uraian dan bersifat terbuka (mempunyai banyak

cara penyelesaian). Materi dalam soal tes tentang Bangun Datar.

(52)

digunakan adalah kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Berikut ini

adalah soal yang harus dikerjakan subyek penelitian:

Gambar di bawah ini adalah jajargenjang yang mempunyai alas 12

cm dan tinggi 8 cm.

Gambar 22. Jajargenjang ABCD

1. Buatlah bangun datar lain yang luasnya sama dengan luas

jajargenjang di atas, dan tuliskanlah ukuran dari bangun datar

yang telah kamu buat!

2. Apakah ada bangun datar lain yang luasnya sama dengan luas

bangun datar yang telah kamu buat? Jika ada, gambarkan 2

bangun datar itu dan tuliskanlah ukuran-ukurannya.

3. Perhatikan salah satu bangun datar yang telah kamu buat.

Tunjukkanlah bagaimana cara kamu mendapatkan bangun

datar itu!

4. Buatlah 2 soal yang berbeda tentang jajargenjang, dan

tuliskanlah penyelesaian dari soal yang telah kamu buat!

5. Dari soal yang telah kamu buat, soal manakah yang

mempunyai penyelesaian lebih dari satu cara? Tuliskanlah cara

penyelesaian yang lain dari soal tersebut!

A B

C D

(53)

b. Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti kepada subyek penelitian.

Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan secara terbuka dan

tidak berstruktur, oleh karena itu banyaknya pertanyaan yang

diajukan tergantung dari hasil pekerjaan subyek penelitian.

H. Validitas Instrumen

Validitas instrumen bersangkutan dengan kemampuan instrumen untuk

mengukur apa yang akan diukur. Untuk menjamin instrumen penelitian valid,

dilakukan validasi instrumen. Validasi instrumen dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara validasi pakar, yaitu dengan cara mengkonsultasikan

instrumen kepada dosen pembimbing dan guru matematika.

I. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen dipergunakan untuk mengetahui keandalan atau

keajegan dari sebuah instrumen. Instrumen yang baik akan menarik data yang

sama walaupun diberikan di waktu dan kondisi yang berbeda. Sebelum

digunakan, instrumen dalam penelitian ini sudah melalui proses uji coba dan

validasi pakar. Instrumen tersebut reliabel karena mampu menunjukkan hasil

(54)

J. Teknis Analisa Data

1. Analisis Data Keaktifan Siswa

Analisis data keaktifan siswa dilakukan dengan mengolah

kuesioner dan tabel pengamatan keaktifan siswa. Peneliti melakukan

pengelompokan dan pengurutan data, sehingga dapat membantu peneliti

dalam memahami dan mengidentifikasi pola-pola tertentu yang muncul

pada data. Pengelompokan keaktifan siswa tersebut meliputi: motivasi

belajar, penguasaan materi, kerjasama dengan siswa lain, interaksi

dengan guru dan siswa lain. Data tersebut dilengkapi dengan data dari

foto dan rekaman video, kemudian hasil analisis data disajikan secara

narasi.

2. Analisis Data Tes

Analisis data hasil tes dilakukan dengan memeriksa jawaban yang

dibuat subyek penelitian dengan melihat aspek kefasihan, fleksibilitas

dan kebaruan dari pemecahan masalah. Bila masih terdapat aspek-aspek

yang belum jelas maka dilakukan wawancara. Wawancara merupakan

komponen penting dalam mengungkap strategi pemecahan masalah dan

mengklarifikasi cara berpikir subyek penelitian.

3. Analisis Data Wawancara

Analisis data hasil wawancara meliputi reduksi data dan penarikan

kesimpulan. Peneliti melakukan reduksi data dengan mengolah hasil

(55)

disajikan dicari pola dan hubungannya, kemudian peneliti menarik

kesimpulan dari hasil wawancara.

Setelah diperoleh hasil analisis data tes dan wawancara, peneliti

menentukan dugaan tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan

perbaikan tingkat berpikir kreatif. Peneliti memberikan indikator yang lebih

rinci dari perbaikan tingkat berpikir kreatif tersebut, yaitu sebagai berikut:

Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 4 (siswa sangat kreatif)

a. Siswa mampu membuat masalah “baru” dengan fasih dan

penyelesaiannya fleksibel.

b. Siswa mampu membuat masalah “baru” walaupun tidak fasih, namun

penyelesaiannya fleksibel.

c. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam dengan fasih dan

penyelesaiannya fleksibel.

d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”

dengan fasih dan fleksibel.

e. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”

dengan fleksibel, meskipun tidak fasih.

f. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah dengan fasih dan

fleksibel.

Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 3 (siswa kreatif)

a. Siswa mampu membuat masalah “baru” dengan fasih walaupun

(56)

b. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam dengan fasih dan

penyelesaiannya fleksibel.

c. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam walaupun tidak

fasih namun penyelasaiannya fleksibel.

d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”

dengan fasih walaupun tidak fleksibel.

e. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan fasih dan fleksibel.

f. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan fleksibel walaupun

tidak fasih.

Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 2 (siswa cukup kreatif)

a. Siswa mampu membuat masalah “baru” walaupun tidak fasih dan

penyelesaiannya tidak fleksibel.

b. Siswa mampu membuat masalah yang beragam walaupun tidak fasih

namun penyelesaiannya fleksibel.

c. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”

walaupun tidak fasih dan tidak fleksibel.

d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah dengan fleksibel

walaupun tidak fasih dan tidak bersifat “baru”.

Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 1 (siswa kurang kreatif)

a. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam dengan fasih

walaupun penyelesaiannya tidak fleksibel.

b. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam walaupun tidak

(57)

c. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah dengan fasih walaupun

tidak fleksibel dan tidak bersifat “baru”.

d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah walaupun tidak fasih,

tidak fleksibel, dan tidak bersifat “baru”.

e. Siswa tidak mampu membuat masalah “baru” dengan fasih dan

fleksibel.

f. Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat

“baru” dengan fasih dan fleksibel.

Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 0 (siswa tidak kreatif)

a. Siswa tidak mampu membuat masalah “baru” dengan fasih dan

fleksibel.

b. Siswa tidak mampu membuat masalah lain dengan fasih dan fleksibel.

c. Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat

“baru” dengan fasih dan fleksibel.

d. Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah lain dengan fasih

(58)

47 BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP N 1 Minggir, kelas yang

digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VII C. Jumlah siswa pada kelas

tersebut ada 34 orang yang terdiri dari 16 siswa putra dan 18 siswa putri.

Peneliti mengambil 4 subyek penelitian, yaitu: 1 siswa yang pandai, 2 siswa

sedang, dan 1 siswa kurang pandai. Materi dalam penelitian ini tentang

Bangun Datar. Guru Matematika yang mengajarkan materi tersebut adalah

ibu Suwartilah, S.Pd.

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 3 Mei sampai 22 Juni 2011

pada Semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Pelaksanaan penelitian dilakukan

sebanyak 8 kali, dengan rincian: 1 pertemuan untuk observasi kelas, 4

pertemuan untuk pengamatan keaktifan 4 subyek penelitian, 1 pertemuan

untuk pemberian soal, 2 pertemuan untuk wawancara.

Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan observasi kelas untuk

berjumpa dan memperkenalkan diri dengan siswa kelas VII C. Peneliti

bersama dengan pengamat masuk ke dalam kelas dan mengamati seluruh

kegiatan belajar mengajar materi Bangun Datar. Para siswa memperhatikan

guru yang menerangkan materi pelajaran. Ada beberapa siswa yang tidak

mencatat melainkan bermain dengan teman lain, sehingga kelas menjadi

(59)

yang telah dipilih Ibu Suwartilah, S.Pd. berdasarkan tingkat kepandaian

dalam belajar matematika, yaitu R yang mewakili siswa pandai, F dan IN

yang mewakili siswa sedang dan D yang mewakili siswa kurang pandai.

Pada pertemuan kedua peneliti memberikan kuesioner kepada 4

subyek penelitian untuk mengetahui keaktifan menurut para subyek penelitian

itu sendiri. Keaktifan tersebut bersifat mental dan tidak dapat diamati secara

langsung. Setelah pelajaran Matematika dimulai, peneliti dan pengamat

melakukan pengamatan keaktifan kepada subyek penelitian sampai

pertemuan kelima.

Pertemuan keenam peneliti memberikan soal kepada subyek

penelitian setelah jam pulang sekolah. Pada pertemuan ketujuh dan delapan,

peneliti melakukan wawancara berdasarkan soal yang telah dikerjakan subyek

penelitian.

B. Hasil Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner diberikan kepada subyek penelitian pada hari Sabtu, 7

Mei 2011. Hasil penelitian berupa kuesioner keempat subyek penelitian

(60)

Tabel 4. Kuesioner Keaktifan R

No. Pernyataan

Keterlibatan

Sangat

Sering Sering Jarang

Sangat Sering

1. Saya mempersiapkan diri sebelum

mengikuti pelajaran Matematika

2. Saya bersemangat saat mengikuti

pelajaran Matematika

3. Saya memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru

4. Saya menjawab pertanyaan yang

diajukan guru

5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal

penting yang disampaikan guru

6. Saya tidak bertanya pada teman atau

guru mengenai materi yang belum jelas

7. Saya mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru

8.

Saya tidak mengerjakan PR √

9. Selain cara yang diberikan guru, saya

juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan

10. Saya tidak berani menuliskan jawaban

beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas

11. Saya menjelaskan jawaban saya secara

lisan kepada guru dan siswa lain

12. Saya memberikan tanggapan terhadap

pendapat siswa lain yang berbeda

13. Saya saling membantu saat

mengerjakan tugas dengan siswa lain

14. Saya tidak memperhatikan pendapat

yang disampaikan siswa lain

15. Saya bertukar pendapat dengan siswa

lain

16. Saya mendapatkan gagasan baru

setelah berdiskusi dengan siswa lain

(61)

Keterangan : (√) = Melakukan

Tabel 5. Kuesioner Keaktifan F

No. Pernyataan

Keterlibatan

Sangat

Sering Sering Jarang

Sangat Sering

1. Saya mempersiapkan diri sebelum

mengikuti pelajaran Matematika

2. Saya bersemangat saat mengikuti

pelajaran Matematika

3. Saya memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru

4. Saya menjawab pertanyaan yang

diajukan guru

5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal

penting yang disampaikan guru

6. Saya tidak bertanya pada teman atau

guru mengenai materi yang belum jelas

7. Saya mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru

8.

Saya tidak mengerjakan PR

9. Selain cara yang diberikan guru, saya

juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan

10. Saya tidak berani menuliskan jawaban

beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas

11. Saya menjelaskan jawaban saya secara

lisan kepada guru dan siswa lain

12. Saya memberikan tanggapan terhadap

pendapat siswa lain yang berbeda

13.

Saya saling membantu saat

mengerjakan tugas dengan siswa lain

14. Saya tidak memperhatikan pendapat

yang disampaikan siswa lain

(62)

15. Saya bertukar pendapat dengan siswa

lain

16. Saya mendapatkan gagasan baru

setelah berdiskusi dengan siswa lain

Keterangan : (√) = Melakukan

Tabel 6. Kuesioner Keaktifan IN

No. Pernyataan

Keterlibatan

Sangat

Sering Sering Jarang

Sangat Sering

1. Saya mempersiapkan diri sebelum

mengikuti pelajaran Matematika

2. Saya bersemangat saat mengikuti

pelajaran Matematika

3. Saya memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru

4. Saya menjawab pertanyaan yang

diajukan guru

5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal

penting yang disampaikan guru

6. Saya tidak bertanya pada teman atau

guru mengenai materi yang belum jelas

7. Saya mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru

8.

Saya tidak mengerjakan PR √

9. Selain cara yang diberikan guru, saya

juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan

10. Saya tidak berani menuliskan jawaban

beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas

11. Saya menjelaskan jawaban saya secara

lisan kepada guru dan siswa lain

(63)

12. Saya memberikan tanggapan terhadap

pendapat siswa lain yang berbeda

13. Saya saling membantu saat

mengerjakan tugas dengan siswa lain

14. Saya tidak memperhatikan pendapat

yang disampaikan siswa lain

15. Saya bertukar pendapat dengan siswa

lain

16. Saya mendapatkan gagasan baru

setelah berdiskusi dengan siswa lain

Keterangan : (√) = Melakukan

Tabel 7. Kuesioner Keaktifan D

No. Pernyataan

Keterlibatan

Sangat

Sering Sering Jarang

Sangat Sering

1. Saya mempersiapkan diri sebelum

mengikuti pelajaran Matematika

2. Saya bersemangat saat mengikuti

pelajaran Matematika

3. Saya memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru

4. Saya menjawab pertanyaan yang

diajukan guru

5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal

penting yang disampaikan guru

6. Saya tidak bertanya pada teman atau

guru mengenai materi yang belum jelas

7. Saya mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru

8.

(64)

9. Selain cara yang diberikan guru, saya juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan

10. Saya tidak berani menuliskan jawaban

beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas

11. Saya menjelaskan jawaban saya secara

lisan kepada guru dan siswa lain

12. Saya memberikan tanggapan terhadap

pendapat siswa lain yang berbeda

13. Saya saling membantu saat

mengerjakan tugas dengan siswa lain

14.

Saya tidak memperhatikan pendapat yang disampaikan siswa lain

15. Saya bertukar pendapat dengan siswa

lain

16. Saya mendapatkan gagasan baru

setelah berdiskusi dengan siswa lain

Keterangan : (√) = Melakukan

2. Pengamatan

Pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran pertemuan I

dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Mei 2011, pertemuan II dilaksanakan

pada hari Senin, 9 Mei 2011, pertemuan III dilaksanakan pada hari

Selasa, 10 Mei 2011, dan pertemuan IV dilaksanakan pada hari Sabtu, 14

Gambar

Tabel 21. Keaktifan IN Berdasarkan Pengamatan  .....................................
Gambar 1. Jajargenjang
Gambar 2. Persegi panjang
Gambar 3. Belah ketupat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Davis (1989) mengatakan bahwa tingkat penerimaan pengguna Sistem Teknologi Informasi (STI) dalam model Technology Acceptance Model (TAM) ditentukan oleh 6 konstruksi, antara

Melalui Laporan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuasin Tahun 2018 dapat dilihat target dan realisasi kinerja

Termasuk penggunaan cat sebagai bahan pelapis permukaan batu apung (pumice) untuk mengurangi penyerapan air pada agregat tersebut. Pada penelitian ini objek yang diamati

 Ibadah yang umum ialah segala Ibadah yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah.. amalan yang

Hasil mutu fisik menunjukkan sabun padat ekstrak Kulit Manggis memiliki organoleptis padat, berwarna kombinasi ungu-kuning, dan memiliki aroma aloevera,

Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan mutu

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

Dalam penelitian Auvaria (2017), perencanaan pewadahan dapat dihitung dari hasil sampling timbulan sampah sebesar 1,27 liter/jiwa/hari yang dikalikan dengan jumlah