TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA
DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR
(Studi Kasus pada Empat Siswa SMP Kelas VII)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Ika Murti Kristiyani NIM : 071414037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA
DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR
(Studi Kasus pada Empat Siswa SMP Kelas VII)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Ika Murti Kristiyani NIM : 071414037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11
Dengan penuh rasa syukur skripsi ini aku
persembahkan untuk:
Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta serta
Sahabat-sahabatku yang selalu
mendukungku.
vii
ABSTRAK
Ika Murti Kristiyani, 2011. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif Siswa SMP Kelas VII dalam Memecahkan Soal Matematika dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Bangun Datar (Studi Kasus pada Empat Siswa SMP Kelas VII). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP N I Minggir dalam memecahkan soal matematika pada materi Bangun Datar, (2) mengetahui keaktifan siswa kelas VII SMP N I Minggir dalam pembelajaran matematika pada materi Bangun Datar (3) mengetahui hubungan antara tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP N I Minggir dalam memecahkan soal matematika dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada materi Bangun Datar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus, dengan subyek penelitian sebanyak 4 siswa, yang inisial namanya adalah R, F, IN, dan D. Penelitian dilaksanakan pada Semester II, Tahun Ajaran 2010/2011 di sekolah SMP N 1 Minggir untuk mata pelajaran Matematika pada materi Bangun Datar. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan sebanyak 8 kali, dengan rincian 1 pertemuan untuk observasi kelas, 4 pertemuan untuk pengamatan keaktifan 4 subyek siswa, 1 pertemuan untuk pemberian soal, 2 pertemuan untuk wawancara. Proses pembelajaran diamati oleh pengamat dan peneliti serta direkam melalui kamera video dan difoto menggunakan kamera. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah (1) Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif siswa berbeda-beda, Tingkat Berpikir Kreatif (TBK) R adalah TBK 4 (siswa sangat kreatif), TBK F dan IN adalah TBK 3 (siswa kreatif), dan TBK D adalah TBK 2 (siswa cukup kreatif), (2) Keaktifan R sangat tinggi, keaktifan F cukup tinggi, keaktifan IN tinggi, dan keaktifan D kurang tinggi, (3) Ada hubungan antara tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi Bngun Datar. Keaktifan siswa yang memiliki TBK 4 lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai TBK 3 dan TBK 2, sedangkan siswa yang mempunyai TBK 3 mempunyai keaktifan yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai TBK 2.
viii
ABSTRACT
Ika Murti Kristiyani, 2011. Creative Thinking Levels of JHS Students Grade VII in Solving Mathematics Problems and Students Being Active in Studying Geometry (A Case Study on Four JHS Students Grade VII). Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Natural Science Education Department, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was aimed to (1) find out the creative thinking levels of
SMPN I Minggir students grade VII in solving geometry problems, (2) find out
SMPN I Minggir seventh graders’ being active in geometry study, (3) find out the correlation between the creative thinking levels of SMPN I Minggir students grade VII in solving geometry problems and SMPN I Minggir seventh graders’ being active in geometry study.
The research methodology used in this research was case study, with 4 students as respondents with the initials R, F, IN, and D. This research was in Semester II 2010/2011 in SMPN I Minggir for Mathematics subject under the topic Geometry. The data gathering process was held in 8 times: 1 meeting for class observation, 4 meetings for the 4 respondents’ being active observation, 2 meetings for interview. The learning processes were observed by the observer and researcher, and recorded by a video camera. Photos were taken using a camera. The data were analyzed using descriptive Qualitative method.
The research results were (1) The Creative Thinking Levels of students were different, Creative Thinking Level (CTL) R was CTL 4 (a very creative student), CTL F and IN was CTL 3 (creative students), and CTL D was CTL 2 (a quite creative student), (2) R was very active, F was quite active, IN was active, and D was not active enough, (3) There was a correlation between the creative thinking levels and students’ being active in geometry study. A student with CTL 4 was more active than a student with CTL 3 and CTL 2, while a student with CTL 3 was more active than a student with CTL 2.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun
skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,
pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
4. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan perngarahan dan membimbing dengan sabar sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Sukardjono, M.Pd. dan Drs. A. Sardjana, M.Pd. selaku dosen
x
6. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Suwartilah, S.Pd. selaku guru Matematika kelas VII SMP N I Minggir
yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian.
8. Bapak, Ibu, dan Adik tercinta. Terima kasih atas doa, kesabaran,
semangat, cinta, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk
segera meyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta
pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan
perbaikan skripsi ini.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Batasan Istilah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 7
xii
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Landasan Teoritik ... 9
1. Pembelajaran Matematika ... 9
2. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ... 11
3. Berpikir Kreatif Matematik ... 13
4. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif ... 15
5. Pemecahan Masalah Matematika ... 19
6. Bangun Datar ... 21
6.1 Segi Empat ... 21
6.2 Segi Tiga ... 27
B. Kerangka Berpikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
C. Subyek Penelitian ... 33
D. Tahapan Penelitian ... 34
E. Bentuk Data ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Instrumen Penelitian ... 37
H. Validitas Instrumen ... 42
I. Reliabilitas Instrumen ... 42
xiii
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ... 47
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 47
B. Hasil Penelitian ... 48
C. Pembahasan ... 63
D. Keterbatasan-keterbatasan dalam Penelitian ... 105
BAB V PENUTUP ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
LAMPIRAN ... 115
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis-jenis Segitiga ... 28
Tabel 2. Kuesioner Keaktifan Siswa ... 37
Tabel 3. Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 39
Tabel 4. Kuesioner Keaktifan R ... 49
Tabel 5. Kuesioner Keaktifan F ... 50
Tabel 6. Kuesioner Keaktifan IN ... 51
Tabel 7. Kuesioner Keaktifan D ... 52
Tabel 8. Pengamatan Keaktifan Pertemuan I oleh Peneliti ... 54
Tabel 9. Pengamatan Keaktifan Pertemuan I oleh Pengamat ... 55
Tabel 10. Pengamatan Keaktifan Pertemuan II oleh Peneliti ... 56
Tabel 11. Pengamatan Keaktifan Pertemuan II oleh Pengamat ... 57
Tabel 12. Pengamatan Keaktifan Pertemuan III oleh Peneliti ... 58
Tabel 13. Pengamatan Keaktifan Pertemuan III oleh Pengamat ... 59
Tabel 14. Pengamatan Keaktifan Pertemuan IV oleh Peneliti ... 61
Tabel 15. Pengamatan Keaktifan Pertemuan IV oleh Pengamat ... 62
Tabel 16. Keaktifan R Berdasarkan Kuesioner ... 63
Tabel 17. Keaktifan R Berdasarkan Pengamatan ... 65
Tabel 18. Keaktifan F Berdasarkan Kuesioner ... 68
Tabel 19. Keaktifan F Berdasarkan Pengamatan ... 69
xv
Tabel 21. Keaktifan IN Berdasarkan Pengamatan ... 73
Tabel 22. Keaktifan D Berdasarkan Kuesioner ... 76
Tabel 23. Keaktifan D Berdasarkan Pengamatan ... 77
Tabel 24. Pembahasan Hasil Tes Tertulis R ... 80
Tabel 25. Pembahasan Hasil Tes Tertulis F ... 86
Tabel 26. Pembahasan Hasil Tes Tertulis IN ... 92
Tabel 27. Pembahasan Hasil Tes Tertulis D ... 99
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jajargenjang ... 22
Gambar 2. Persegi panjang ... 23
Gambar 3. Belah ketupat ... 24
Gambar 4. Persegi ... 25
Gambar 5. Trapesium sembarang ... 26
Gambar 6. Trapesium siku-siku ... 26
Gambar 7. Trapesium sama kaki ... 26
Gambar 8. Layang-layang ... 27
Gambar 9. Segitiga lancip ... 28
Gambar 10. Segitiga sama kaki ... 28
Gambar 11. Segitiga siku-siku ... 28
Gambar 12. Segitiga sama sisi ... 28
Gambar 13. Segitiga tumpul ... 28
Gambar 14. Segitiga sembarang ... 28
Gambar 15. Segitiga lancip sama kaki ... 29
Gambar 16. Segitiga lancip sama sisi ... 29
Gambar 17. Segitiga lancip sembarang ... 29
Gambar 18. Segitiga siku-siku sama kaki ... 29
Gambar 19. Segitiga siku-siku sembarang ... 29
Gambar 20. Segitiga tumpul sama kaki ... 30
xvii
Gambar 22. Jajargenjang ABCD ... 41
Gambar 23. Penyelesaian “Baru” R ... 82
Gambar 24. Masalah “Baru” R ... 83
Gambar 25. Pemecahan Masalah R ... 83
Gambar 26. Penyelesaian “Baru” F ... 88
Gambar 27. Masalah “Baru” F ... 89
Gambar 28. Pemecahan Masalah F ... 89
Gambar 29. Penyelesaian “Baru” IN ... 95
Gambar 30. Masalah “Baru” dan Pemecahan Masalah IN ... 96
Gambar 31. Masalah “Baru” D ... 102
Gambar 32. Penyelesaian Masalah D ... 103
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Keaktifan R ... 116
Lampiran 2. Kuesioner Keaktifan F ... 118
Lampiran 3. Kuesioner Keaktifan IN ... 120
Lampiran 4. Kuesioner Keaktifan D ... 122
Lampiran 5. Pengamatan Keaktifan Siswa oleh Peneliti ... 124
Lampiran 6. Pengamatan Keaktifan Siswa oleh Pengamat ... 132
Lampiran 7. Soal Tes Tertulis ... 140
Lampiran 8. Jawaban Tes Tertulis R ... 141
Lampiran 9. Jawaban Tes Tertulis F ... 143
Lampiran 10. Jawaban Tes Tertulis IN ... 144
Lampiran 11. Jawaban Tes Tertulis D ... 145
Lampiran 12. Transkip Wawancara R ... 146
Lampiran 13. Transkip Wawancara F ... 149
Lampiran 14. Transkip Wawancara IN ... 152
Lampiran 15. Transkip Wawancara D ... 157
Lampiran 16. Gambar-gambar Penelitian ... 164
Lampiran 17. Hasil Uji Coba Tes ... 173
Lampiran 18. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 177
9 BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teoritik
1. Pembelajaran Matematika
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan
untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa (Winataputra dkk., 2008:
1.19). Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh
secara langsung terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
Bell-Gredler dalam Winataputra, dkk (2008: 1.5) menjelaskan bahwa
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies (kemampuan), skills
(keterampilan), dan attitudes (sikap). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, mengajar adalah memberi pelajaran. Pelajaran tersebut
dapat berupa pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Pembelajaran matematika hendaknya menjadi pengalaman
belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami dan
memecahkan masalah matematika dengan mendalam, seperti halnya
yang diungkapkan Muhsetyo (2008: 1.26) bahwa pembelajaran
matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada
peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
dipelajari. Pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika
proses belajar matematika yang dialami siswa dan proses mengajar
yang dilakukan oleh guru dapat berjalan secara efektif. Efektif artinya
adalah berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Dengan kata lain dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang
menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai (Ahmadi & Amri,
2011: 30).
Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) (dalam
http://www.docstoc.com/docs/18531303/PEMBELAJARAN-MATEMATIKA) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika itu sendiri adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada
diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis,
sistematis dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika,
bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis
adalah suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta
bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang masuk akal
mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya serta yang akan
dilakukan nanti (Ennis dalam Sabandar, 2009: 4).
Pembelajaran matematika juga harus dapat menanamkan konsep
matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
matematika. Oleh karena itu pembelajaran matematika bukan hanya
berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Salah satu cara yang dapat digunakakan untuk meningkatkan
kemampuan proses berpikir kreatif siswa adalah pemecahan masalah
matematika.
Pembelajaran matematika dalam penelitian ini mengacu pada
proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari, yaitu tentang
Bangun Datar.
2. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Keaktifan berasal dari kata aktif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, keaktifan berarti kegiatan. Dalam pembelajaran selalu
menekankan keaktifan siswa agar tercapai hasil belajar yang optimal
dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa. Hasil
belajar itu berupa perubahan tingkah laku, baik berbentuk kecakapan
berpikir, sikap, maupun keterampilan melakukan suatu kegiatan
tertentu (Narwanti, 2011: 24). Minat merupakan aspek penting
motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan
berprestasi (Pintrich & Schunk dalam Mikarsa dkk., 2007: 3.3).
Kegiatan pembelajaran yang bervareasi dapat meningkatkan
keaktifan siswa di dalam kelas, selain itu siswa juga dapat termotivasi
giat jika ia tidak memiliki motivasi. Narwanti (2011: 79) menjelaskan
bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar setiap siswa
tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Hal ini muncul karena
perbedaan individual yang akan menyebabkan keaktifan setiap siswa
juga berbeda.
Menurut Ahmadi & Amri (2011: 30) bahwa dalam pembelajaran
peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan
penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain,
mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan bentuk representasi
yang tepat dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa
lainnya. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif,
dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya secara
maksimal. Keaktifan yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi. Siswa dikatakan memiliki keaktifan dalam
pembelajaran apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
Di dalam penelitian ini, keaktifan siswa dalam pembelajaran
mengacu pada segala keterlibatan siswa secara fisik yang dapat
diamati langsung saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, antara
lain: siswa mencatat materi yang disampaikan guru, siswa
menanyakan materi yang belum jelas, siswa mengerjakan soal yang
diberikan guru, siswa berani menuliskan jawaban beserta cara
penyelesaian yang diperolehnya di depan kelas dan lain sebagainya.
Keaktifan siswa yang berupa keterlibatan secara mental mengacu pada
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan
materi Bangun Datar.
3. Berpikir Kreatif Matematik
Istilah berpikir matematik (mathematical thinking) diartikan
sebagai cara berpikir berkenaan dengan proses matematika (doing
math) atau cara berpikir dalam menyelesaikan tugas matematik
(mathematical task) baik yang sederhana maupun yang kompleks
(Sumarmo, 2010: 4). Dalam berpikir matematik, diperlukan kreativitas
yang dimiliki oleh masing-masing siswa agar dapat membantu dalam
menyelesaikan masalah matematika, terutama yang bersifat
kompleks. Menurut Utami Munandar dalam Mikarsa dkk. (2007:
3.25) kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi
Kreativitas seseorang memuat adanya proses berpikir kreatif.
Proses berpikir kreatif adalah tahapan berpikir yang meliputi tahap
mensintesis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan
dan menerapkan ide tersebut untuk menghasilkan sesuatu (produk)
yang “baru” secara fasih (fluency) dan fleksibel (Budayasa, 2009: 5).
Mensintesis ide artinya menghubungkan ide-ide yang diperoleh dari
pembelajaran di kelas maupun pengalamannya sehari-hari.
Membangun suatu ide artinya mengolah hasil dari proses sintesis ide
sebelumnya untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan masalah
yang diberikan. Merencanakan ide artinya memilih ide tertentu untuk
digunakan dalam menyelesaikan masalah. Menerapkan ide artinya
menggunakan ide yang direncanakan untuk menyelesaikan masalah.
Fasih (fluency) mengacu pada kelancaran siswa dalam menjawab,
memunculkan gagasan atau pertanyaan yang beragam, ataupun
merencanakan dan menggunakan berbagai strategi penyelesaian pada
saat menghadapi masalah. Fleksibel dipandang sebagai suatu
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menunjukan
kekayaan ide atau alternatif jawaban yang berbeda-beda. Suatu produk
yang bersifat “baru” merupakan hasil berpikir orisinal, yaitu berbeda
dari apa yang pernah diajarkan guru dalam pembelajaran sebelumnya
atau tidak biasa dibuat seseorang pada tingkat berpikir pada
Berpikir kreatif dalam matematika memuat kemampuan berpikir
divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi dalam kesadaran yang
memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan. Proses berpikir
divergen merupakan proses berpikir ke berbagai macam arah dan
menghasilkan banyak alternatif jawaban (Mikarsa dkk., 2007: 3.29).
Dengan melakukan investigasi masalah matematika dari berbagai
perspektif, siswa dapat mengkontruksi kemungkinan penyelesaian dan
melakukan berbagai penyelesaian yang telah ia temukan. Oleh karena
itu untuk menentukan kriteria tingkat-tingkat berpikir kreatif dalam
matematika yang mempunyai objek abstrak perlu ditunjukkan
komponen kreativitas (kefasihan, fleksibilitas, kebaruan) agar aspek
berpikir divergen dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui.
Berdasarkan uraian di atas, berpikir kreatif matematik yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses mental yang
digunakan siswa untuk memunculkan suatu ide yang “baru” secara
fasih dan fleksibel untuk memecahkan masalah matematika pada
materi Bangun Datar. Komponen penting dalam berpikir kreatif
adalah kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam memecahkan
masalah matematika.
4. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif
Siswa dengan karakteristik, kemampuan, dan latar belakang
pula, sesuai dengan dengan tingkat kemampuan ataupun pengaruh
lingkungannya. Dengan demikian memungkinkan adanya tingkatan
dalam berpikir kreatif sesuai dengan kemampuan siswa dalam
mencapai komponen penting dari berpikir kreatif, yaitu: kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan. Mungkin akan terdapat siswa yang
memenuhi semua komponen berpikir kreatif tersebut, dua komponen
atau satu komponen saja.
Untuk mengetahui tingkat-tingkat berpikir kratif siswa, Tatag
Yuli Eko Siswono mengembangkan draf tingkat berpikir kreatif yang
terdiri dari 5 tingkat. Karakter proses berpikir kreatif untuk setiap
tingkat mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Dalam Budayasa (2009:
3-4) draf tingkat berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Tatag Yuli
Eko Siswonotersebut adalah sebagai berikut:
Tingkat Berpikir Kreatif 4
Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda-beda dengan lancar (fasih) dan fleksibel.Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa sangat kreatif.
Tingkat Berpikir Kreatif 3
Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru dengan cara penyelesaian yang berbeda (fleksibel) meskipun tidak fasih atau membuat berbagai jawaban yang baru meskipun tidak dengan cara yang berbeda (tidak fleksibel). Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) meskipun jawaban masalah tunggal atau membuat masalah yang baru dengan jawaban divergen. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa kreatif.
Tingkat Berpikir Kreatif 2
atau mampu menunjukkan berbagai cara penyelesaian yang berbeda dengan fasih meskipun jawaban yang dihasilkan tidak baru. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa cukup kreatif.
Tingkat Berpikir Kreatif 1
Siswa tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah yang berbeda (baru), meskipun salah satu kondisi berikut dipenuhi, yaitu cara penyelesaian yang dibuat berbeda-beda (fleksibel) atau jawaban/masalah yang dibuat beragam (fasih). Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa kurang kreatif. Tingkat Berpikir Kreatif 0
Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa tidak kreatif.
Dalam Budayasa (2009: 12-13) draf tingkat berpikir kreatif dari
Tatag Yuli Eko Siswono tersebut diperbaiki dan diberi nama
perbaikan tingkat berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut:
Tingkat Berpikir Kreatif 4 (Sangat Kreatif)
Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat masalah yang berbeda-beda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya mampu mendapat satu jawaban yang baru (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat berpikir umumnya) tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel).
Tingkat Berpikir Kreatif 3 (Kreatif)
Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru dengan fasih, tetapi tidak dapat menunjukkan cara berbeda (fleksibel) untuk mendapatkannya atau dapat menunjukkan cara yang berbeda (fleksibel) untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut tidak baru. Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda (baru) dengan lancar (fasih) meskipun cara penyelesaian masalah itu tunggal atau dapat membuat masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda, meskipun masalah tersebut tidak baru.
Tingkat Berpikir Kreatif 2 (Cukup Kreatif)
penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak baru. Tingkat Berpikir Kreatif 1 (Kurang Kreatif)
Siswa tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara berbeda-beda (fleksibel), tetapi mampu menjawab atau membuat masalah yang beragam (fasih).
Tingkat Berpikir Kreatif 0 (Tidak Kreatif)
Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel.
Dalam penelitian ini menggunakan perbaikan tingkat berpikir
kreatif, karena tingkat-tingkat berpikir kreatif tersebut menekankan
pada pemikiran divergen dengan didasarkan pada komponen berpikir
kreatif siswa, yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam
memecahkan masalah matematika. Tingkat-tingkat berpikir kreatif
dalam penelitian ini mengacu pada tingkat-tingkat kemampuan siswa
dalam pencapaian ketiga komponen tersebut. Urutan tertinggi atau
komponen yang paling penting dalam perbaikan tingkat berpikir
kreatif tersebut adalah kebaruan, karena kebaruan merupakan ciri
utama dalam menilai suatu produk pemikiran kreatif. Kebaruan dalam
penelitian ini berdasarkan pada pembelajaran yang diberikan oleh
guru, yaitu berbeda dengan apa yang telah diajarkan sebelumnya atau
tidak biasa dibuat seseorang pada tingkat berpikir pada umumnya.
Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya, karena
menunjukkan pada banyaknya ide yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu masalah, sehingga diperoleh banyak
diletakkan pada urutan yang terakhir, karena kefasihan lebih
menunjukkan pada kelancaran siswa memproduksi ide dalam
memecahkan masalah.
5. Pemecahan Masalah Matematika
Pilar utama dalam mempelajari matematika adalah pemecahan
masalah (Sabandar, 2009: 1). Pemecahan masalah merupakan
langkah-langkah pemikiran atau tindakan seseorang untuk mengatasi
masalah berdasarkan strategi yang dipikirkan oleh orang tersebut.
Teori pemecahan masalah dari George Polya dalam Muhsetyo dkk.
(2008: 1.12) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan
realisasi dari keinginan meningkatkan pembelajaran matematika
sehingga peserta didik mempunyai pandangan atau wawasan yang
luas dan mendalam ketika mereka menghadapi suatu masalah.
Pembelajaran matematika yang bernuansa pemecahan masalah
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
konsep dan ketrampilan berpikir matematik secara bersama. Disinilah
pentingnya pemahaman konsep matematika dalam proses belajar
mengajar diperlukan, yaitu untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah. Dalam hal ini pemecahan masalah matematika
tidak semata-mata bertujuan untuk mencari sebuah jawaban yang
benar, tetapi bertujuan bagaimana mengkonstruksi segala
harus berpikir agar ia mampu memahami konsep matematika yang
dipelajari serta mampu menggunakan konsep tersebut secara tepat
ketika ia memecahkan soal matematika. Saat mengerjakan soal
matematika siswa perlu memiliki ketrampilan berpikir agar dapat
menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna yaitu:
pertama, pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran,
yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention), memahami
materi, konsep, dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan
penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian melalui
induksi, siswa menemukan konsep/prinsip matematika. Kedua,
pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi: mengidentifikasi
kecukupan data untuk pemecahan masalah; membuat model
matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan
menyelesaikannya; memilih dan menerapkan strategi untuk
menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika;
menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal,
serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; menerapkan
matematika secara bermakna (Sumarmo, 2010: 5).
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan pemecahan
masalah matematika dalam penelitian ini adalah kegiatan memillih
berdasarkan konsep matematika dan keterampilan berpikir siswa.
Dalam pemecahan masalah tidak hanya terfokus pada penemuan
sebuah jawaban, tetapi bagaimana mengkontruksi berbagai
kemungkinan penyelesaian.
6. Bangun Datar
Bangun datar merupakan sebutan untuk bangun-bangun dalam
dua dimensi.
6.1. Segi Empat
Segi empat adalah bangun datar yang dibatasi oleh empat
garis lurus sebagai sisinya. Bangun datar segi empat meliputi:
a. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segi empat dengan kekhususan
yaitu kedua pasang sisi yang berhadapan sejajar.
Sifat-sifat jajargenjang: sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar; sudut-sudut yang berhadapan sama
besar; mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di
satu titik dan saling membagi dua sama panjang;
mempunyai dua simetri putar; dan tidak mempunyai simetri
Keliling suatu bangun adalah jumlah panjang sisi
(Budhi, 2006: 113). Menentukan keliling jajargenjang dapat
dilakukan dengan cara menjumlahkan semua sisinya atau
dua kali jumlah panjang sisi-sisi yang berlainan. Luas
bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu
permukaan bangun datar (Sukino & Simangunsong, 2006:
287).
b. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah jajargenjang yang memiliki
sebuah sudut siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang: sisi-sisi yang berhadapan
sejajar dan sama panjang; semua sudutnya siku-siku;
diagonal-diagonal persegi panjang saling membagi dua
sama panjang; mempunyai dua sumbu simetri.
tinggi (t)
alas (a)
Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh
panjang sisinya.
2 2
2 2 2
Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang
dan lebar.
c. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah jajargenjang yang dua buah
sisinya berturut-turut sama panjang.
Sifat-sifat belah ketupat: semua sisinya sama panjang
dan sepasang-sepasang sejajar; sudut-sudut yang
berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh
diagonal-diagonalnya; kedua diagonalnya saling membagi
sama panjang dan saling tegak lurus; diagonal-diagonalnya
merupakan sumbu simetri.
lebar (l)
panjang (p)
Gambar 2. Persegi panjang
= =
‐
4
2 1
2
d. Persegi
Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya
sama panjang.
Sifat-sifat persegi: semua sisinya sama panjang dan
sisi-sisi yang berhadapan sejajar; setiap sudutnya siku-siku;
mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang,
berpotongan di tengah-tengah; kedua diagonalnya saling
berpotongan tegak lurus; setiap sudutnya dibagi dua sama
besar oleh diagonal-diagonalnya; dan memiliki empat
sumbu simetri.
Gambar 3. Belah ketupat
b a
=
=
Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh
sisi-sisinya, yaitu:
4 4
Luas persegi sama dengan perkalian panjang sisinya.
e. Trapesium
Trapesium adalah segi empat yang memiliki tepat
sepasang sisi berhadapan sejajar.
Jenis-jenis trapesium: (1) Trapesium sembarang:
trapesium yang tidak mempunyai kekhususan. (2)
Trapesium siku: trapesium yang memiliki sudut
siku-siku. (3) Trapesium sama kaki: trapesium yang
kaki-kakinya sama panjang.
Gambar 4. Persegi
sisi (s)
sisi (s)
= =
=
Keliling trapesium dapat dicari dengan menjumlahkan
keempat sisinya.
1 2
1 2
f. Layang-layang
Layang-layang adalah segi empat yang sisinya
sepasang-sepasang (berdekatan) sama panjang dan sepasang
sudut yang berhadapan sama besar.
Gambar 6. Trapesium siku-siku
a b
t
a
Gambar 5. Trapesium sembarang
b
t
a b
t
Sifat layang-layang: panjang sisi yang berdekatan sama
panjang; terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama
besar; salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang
diagonal lainnya secara tegak lurus; dan mempunyai satu
sumbu simetri yang merupakan diagonal terpanjang.
Keliling layang-layang sama dengan jumlah semua
panjang sisinya atau dua kali jumlah sisi terpanjang dan
terpendek, sedangkan luas layang-layang adalah perkalian
diagonal-diagonalnya.
1 2 1 2
6.2. Segi Tiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga titik
yang tidak segaris dan tiga ruas garis yang menghubungkan
ketiga titik itu.
Gambar 8. Layang-layang
b
Tabel 1. Jenis-jenis Segitiga
Jenis-jenis Segi Tiga
Ditinjau dari besar sudutnya Ditinjau dari panjang sisinya
Segitiga lancip adalah segitiga yang besar ketiga sudutnya kurang dari 90º.
Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang.
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya 90º.
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90º.
Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama panjang.
Gambar 9. Segitiga lancip
alas (a) tinggi (t)
Gambar 10. Segitiga sama kaki
alas (a) tinggi (t)
Gambar 14. Segitiga sembarang
tinggi (t) alas(a) Gambar 11. Segitiga siku-siku
alas (a) tinggi (t)
Gambar 12. Segitiga sama sisi
alas (a) tinggi (t)
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari besar sudut dan panjang sisinya
Gambar 15. Segitiga lancip sama kaki
alas (a) tinggi (t)
Gambar 16. Segitiga lancip sama sisi
alas (a) tinggi (t)
Gambar 17. Segitiga lancip sembarang
alas(a) tinggi (t)
Gambar 18. Segitiga siku-siku sama kaki
alas (a) tinggi (t) =
=
Gambar 19. Segitiga siku-siku sembarang
Keliling segitiga sama dengan jumlah panjang ketiga
sisinya.
1 2 1 2
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori di atas, maka kerangka berpikir peneliti
adalah sebagai berikut:
Dalam pembelajaran matematika berpikir kreatif sangat penting
untuk memecahkan masalah matematika, namun setiap siswa mempunyai
karakteristik masing-masing. Siswa yang beragam memiliki kemampuan
berpikir dan kecepatan belajar yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Gambar 21. Segitiga tumpul sembarang
tinggi (t) alas (a)
Gambar 20. Segitiga tumpul sama kaki
tinggi (t) alas (a)
=
tingkat berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran matematika tidak sama.
Dalam berpikir kreatif matematika menekankan pemikiran
divergen dengan berdasarkan komponen berpikir kreatif (kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan). Penyajian soal matematika yang bersifat
terbuka (mempunyai banyak cara penyelesaian), memungkinkan siswa
untuk menggali dan mengembangkan proses berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Dengan mengoptimalkan keterampilan
berpikirnya, diharapkan siswa mampu mengkontruksi sendiri pengetahuan
dan konsep matematika yang pernah diperoleh dalam pembelajaran.
Menginvestigasi soal dari berbagai perspektif, menyelidiki dan menelaah
soal dengan berbagai cara dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatifnya dalam memecahkan setiap tipe soal matematika.
Untuk mengetahui tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah matematika dapat menggunakan perbaikan tingkat
berpikir kreatif. Urutan tertinggi atau komponen yang paling penting
dalam perbaikan tingkat berpikir kreatif tersebut adalah kebaruan, karena
kebaruan merupakan ciri utama dalam menilai suatu produk pemikiran
kreatif. Kebaruan dapat berdasarkan pada pembelajaran yang diberikan
oleh guru, yaitu berbeda dengan apa yang telah diajarkan sebelumnya atau
tidak biasa dibuat seseorang pada tingkat berpikir pada umumnya.
Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya, karena
suatu masalah, sehingga diperoleh banyak penyelesaian yang beragam atau
banyak alternatif jawaban. Kefasihan diletakkan pada urutan yang terakhir,
karena kefasihan lebih menunjukkan pada kelancaran siswa memproduksi
ide dalam memecahkan masalah.
Jika seorang guru telah mengetahui kemampuan berpikir
masing-masing siswa yang berbeda, maka ia dapat menggunakan metode
pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru
juga dituntut untuk meningkatkan keaktifan siswa baik secara fisik
maupun mental. Keaktifan siswa secara fisik dapat diamati secara
langsung saat kegiatan belajar mengajar. Keaktifan siswa yang bersifat
mental berupa motivasi belajar siswa. Guru yang mampu menunjukkan
antusiasme dalam mengajarkan materi pelajaran Matematika akan
membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan melibatkan siswa secara
aktif, siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, contohnya:
bertanya kepada teman atau guru tentang materi yang belum jelas,
menuliskan jawaban di papan tulis, berdiskusi dengan teman, dan
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.
Dengan menggunakan pendekatan tersebut, peneliti dapat mendeskripsikan
kejadian-kejadian yang menjadi pusat perhatian secara kualitatif berdasarkan
data kualitatif, yaitu: keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika,
tingkat-tingkat berpikir kreatif dan proses berpikir kreatif siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada materi Bangun Datar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II, Tahun Ajaran 2010/2011
di SMP N 1 Minggir untuk mata pelajaran Matematika pada materi Bangun
Datar kelas VII.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1 Minggir.
Di sekolah tersebut kelas VII ada 6 kelas, namun dalam penelitian ini
menggunakan kelas VII C. Peneliti mengambil subyek penelitian
sebanyak 4 siswa. Pemilihan subyek dalam penelitian ini berdasarkan
matematika, yaitu siswa yang mewakili siswa pandai, sedang dan kurang
pandai. Hasilnya dievaluasi secara obyektif, faktor obyektif bebas dari
pengaruh subyektivitas peneliti.
D. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi:
1. Observasi kelas.
2. Memberikan kuesioner.
3. Pengamatan terhadap subyek penelitian.
4. Memberikan soal tes kepada subyek penelitian.
5. Wawancara.
6. Menganalisa data penelitian.
7. Penarikan kesimpulan akhir.
E. Bentuk Data
Ada dua macam bentuk data yang akan diambil dan dianalisis secara
deskriptif dalam penelitian ini, yaitu:
1. Data Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Data keaktifan siswa diperoleh dari hasil kuesioner, pengamatan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, foto dan rekaman video.
2. Data Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif Siswa
Data tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa diperoleh dari hasil tes
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data untuk mengetahui
keaktifan siswa dalam pembelajaran dilakukan melalui:
a. Observasi dan Pemberian Kuesioner
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi
dengan mengamati proses pembelajaran matematika di kelas.
Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada subyek penelitian
untuk mengetahui motivasi belajar matematika.
b. Pengamatan
Pengamatan dilakukan sebagai salah satu alat pengumpul data.
Dalam penelitian ini peneliti meminta teman peneliti untuk
mengamati keaktifan 4 subyek penelian pada saat mengikuti proses
pembelajaran pada materi Bangun Datar. Keaktifan tersebut berupa
keterlibatan yang bersifat fisik yang dapat diamati secara langsung.
Hasil pengamatan yang dilakukan ditulis pada lembar pengamatan
yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Lembar pengamatan tersebut
diisi pada setiap pertemuan. Peneliti juga melakukan dokumentasi.
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh
dalam penelitian, sehingga dapat memberikan gambaran secara
konkret mengenai hasil pengamatan. Untuk membantu pengamatan
keaktifan siswa digunakan foto dan rekaman video. Dengan foto
melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada
materi Bangun Datar, sehingga memudahkan peneliti untuk
melakukan transkip data.
2. Tingkat-tingkat Berpikir Kreatif
Teknik pengumpulan data untuk mengetahui tingkat-tingkat
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran dilakukan melalui:
a. Tes
Peneliti memberikan soal matematika kepada 4 subyek penelitian,
siswa kelas VII SMP N I Minggir. Soal matematika tersebut berupa
uraian tertulis, yang berhubungan dengan materi Bangun Datar. Tes
diberikan kepada subyek penelitian di luar jam pelajaran, setelah
subyek penelitian selesai mempelajari materi Bangun Datar.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran, setelah subyek
penelitian mengerjakan tes. Pada teknik wawancara, peneliti
bertatap muka secara langsung dan melakukan tanya jawab dengan
subyek yang diteliti. Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan
secara terbuka dan tidak berstruktur karena peneliti memandang
model ini adalah yang paling luwes, di mana subyek diberi
kebebasan untuk menguraikan jawabannya dan
ungkapan-ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai hatinya.
misalnya tentang dasar-dasar pemikiran siswa dalam mengerjakan
soal matematika pada materi Bangun Datar.
G. Instrumen Penelitian
1. Data Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam
pengambilan data keaktifan siswa adalalah sebagai berikut:
a. Kuesioner
Kuesioner digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai
keaktifan siswa yang bersifat mental, yaitu motivasi siswa dalam
pembelajaran matematika. Kuesioner ini dibuat dalam 16 butir
pernyataan. Pernyataan dalam kuesioner tersebut terdiri dari
pernyataan positif dan negatif. Pernyataan tersebut dibatasi pada
pilihan jawaban sangat sering, sering, jarang, dan tidak pernah.
Subyek penelitian menjawab kuesioner ini dengan memberikan
tanda centang pada kolom yang telah disediakan. Berikut ini adalah
tabel kuesioner yang akan diisi oleh subyek penelitian:
Tabel 2. Kuesioner Keaktifan Siswa
No. Pernyataan
Keterlibatan
Sangat
Sering Sering Jarang Sangat Sering
2. Saya bersemangat saat mengikuti pelajaran matematika
3. Saya memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru
4. Saya menjawab pertanyaan yang diajukan guru
5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal penting yang disampaikan guru
6. Saya tidak bertanya pada teman atau guru mengenai materi yang belum jelas
7. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
8.
Saya tidak mengerjakan PR
9. Selain cara yang diberikan guru, saya juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan
10. Saya tidak berani menuliskan jawaban beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas
11. Saya menjelaskan jawaban saya secara
lisan kepada guru dan siswa lain
12. Saya memberikan tanggapan terhadap
pendapat siswa lain yang berbeda
13. Saya saling membantu saat
mengerjakan tugas dengan siswa lain
14. Saya tidak memperhatikan pendapat
yang disampaikan siswa lain
15. Saya bertukar pendapat dengan siswa
lain
16. Saya mendapatkan gagasan baru
setelah berdiskusi dengan siswa lain
b. Pengamatan
Dalam pengamatan keaktifan siswa, digunakan tabel keaktifan
saat melakukan pengamatan terhadap kejadian penting untuk
mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa
tersebut berupa keterlibatan secara fisik yang dapat diamati secara
langsung. Tabel keaktifan ini berupa kolom-kolom yang meliputi
daftar kejadian yang diamati. Pengisian instrumen tersebut dengan
memberikan tanda centang. Disediakan pula kolom keterangan
untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu, dan belum
terdapat dalam daftar. Dengan menggunakan alat ini maka
informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran yang diperoleh lebih
luas dan sistematis. Berikut ini adalah tabel pengamatan keaktifan
siswa yang akan diisi oleh peneliti dan pengamat:
Tabel 3. Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika
No Kejadian yang diamati
Nama Subyek
Penelitian Keterangan
R F I
N D
1.
Subyek memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru
... ... ...
2.
Subyek mencatat materi dan hal-hal penting yang disampaikan guru
... ... ...
3.
Subyek berani bertanya pada teman atau guru mengenai materi yang belum jelas
... ... ... ...
4. Subyek mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
... ...
5.
Subyek berani menuliskan jawaban beserta cara penyelesaian yang
diperolehnya di depan kelas ...
6.
Subyek berani menjelaskan jawabannya secara lisan kepada guru dan siswa lain
... ... ...
7.
Subyek berani memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lain yang berbeda
... ... ... ...
8. Subyek saling membantu saat mengerjakan tugas
dengan siswa lain
... ... ...
9. Subyek memperhatikan pendapat yang disampaikan
siswa lain
... ... ...
Selain tabel pengamatan keaktifan siswa, peneliti menggunakan
foto dan rekaman video untuk melengkapi hasil pengamatan
tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada
materi Bangun Datar.
2. Data Tingkat- tingkat Berpikir Kreatif Siswa
Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam
pengambilan data tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa adalalah sebagai
berikut:
a. Tes
Soal tes dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari soal yang
digunakan pada implementasi teori tentang tingkat berpikir kreatif
dalam Matematika Tatag Yuli Eko Siswono. Soal tes terdiri dari 5
butir berbentuk uraian dan bersifat terbuka (mempunyai banyak
cara penyelesaian). Materi dalam soal tes tentang Bangun Datar.
digunakan adalah kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Berikut ini
adalah soal yang harus dikerjakan subyek penelitian:
Gambar di bawah ini adalah jajargenjang yang mempunyai alas 12
cm dan tinggi 8 cm.
Gambar 22. Jajargenjang ABCD
1. Buatlah bangun datar lain yang luasnya sama dengan luas
jajargenjang di atas, dan tuliskanlah ukuran dari bangun datar
yang telah kamu buat!
2. Apakah ada bangun datar lain yang luasnya sama dengan luas
bangun datar yang telah kamu buat? Jika ada, gambarkan 2
bangun datar itu dan tuliskanlah ukuran-ukurannya.
3. Perhatikan salah satu bangun datar yang telah kamu buat.
Tunjukkanlah bagaimana cara kamu mendapatkan bangun
datar itu!
4. Buatlah 2 soal yang berbeda tentang jajargenjang, dan
tuliskanlah penyelesaian dari soal yang telah kamu buat!
5. Dari soal yang telah kamu buat, soal manakah yang
mempunyai penyelesaian lebih dari satu cara? Tuliskanlah cara
penyelesaian yang lain dari soal tersebut!
A B
C D
b. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti kepada subyek penelitian.
Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan secara terbuka dan
tidak berstruktur, oleh karena itu banyaknya pertanyaan yang
diajukan tergantung dari hasil pekerjaan subyek penelitian.
H. Validitas Instrumen
Validitas instrumen bersangkutan dengan kemampuan instrumen untuk
mengukur apa yang akan diukur. Untuk menjamin instrumen penelitian valid,
dilakukan validasi instrumen. Validasi instrumen dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara validasi pakar, yaitu dengan cara mengkonsultasikan
instrumen kepada dosen pembimbing dan guru matematika.
I. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen dipergunakan untuk mengetahui keandalan atau
keajegan dari sebuah instrumen. Instrumen yang baik akan menarik data yang
sama walaupun diberikan di waktu dan kondisi yang berbeda. Sebelum
digunakan, instrumen dalam penelitian ini sudah melalui proses uji coba dan
validasi pakar. Instrumen tersebut reliabel karena mampu menunjukkan hasil
J. Teknis Analisa Data
1. Analisis Data Keaktifan Siswa
Analisis data keaktifan siswa dilakukan dengan mengolah
kuesioner dan tabel pengamatan keaktifan siswa. Peneliti melakukan
pengelompokan dan pengurutan data, sehingga dapat membantu peneliti
dalam memahami dan mengidentifikasi pola-pola tertentu yang muncul
pada data. Pengelompokan keaktifan siswa tersebut meliputi: motivasi
belajar, penguasaan materi, kerjasama dengan siswa lain, interaksi
dengan guru dan siswa lain. Data tersebut dilengkapi dengan data dari
foto dan rekaman video, kemudian hasil analisis data disajikan secara
narasi.
2. Analisis Data Tes
Analisis data hasil tes dilakukan dengan memeriksa jawaban yang
dibuat subyek penelitian dengan melihat aspek kefasihan, fleksibilitas
dan kebaruan dari pemecahan masalah. Bila masih terdapat aspek-aspek
yang belum jelas maka dilakukan wawancara. Wawancara merupakan
komponen penting dalam mengungkap strategi pemecahan masalah dan
mengklarifikasi cara berpikir subyek penelitian.
3. Analisis Data Wawancara
Analisis data hasil wawancara meliputi reduksi data dan penarikan
kesimpulan. Peneliti melakukan reduksi data dengan mengolah hasil
disajikan dicari pola dan hubungannya, kemudian peneliti menarik
kesimpulan dari hasil wawancara.
Setelah diperoleh hasil analisis data tes dan wawancara, peneliti
menentukan dugaan tingkat-tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan
perbaikan tingkat berpikir kreatif. Peneliti memberikan indikator yang lebih
rinci dari perbaikan tingkat berpikir kreatif tersebut, yaitu sebagai berikut:
Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 4 (siswa sangat kreatif)
a. Siswa mampu membuat masalah “baru” dengan fasih dan
penyelesaiannya fleksibel.
b. Siswa mampu membuat masalah “baru” walaupun tidak fasih, namun
penyelesaiannya fleksibel.
c. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam dengan fasih dan
penyelesaiannya fleksibel.
d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”
dengan fasih dan fleksibel.
e. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”
dengan fleksibel, meskipun tidak fasih.
f. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah dengan fasih dan
fleksibel.
Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 3 (siswa kreatif)
a. Siswa mampu membuat masalah “baru” dengan fasih walaupun
b. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam dengan fasih dan
penyelesaiannya fleksibel.
c. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam walaupun tidak
fasih namun penyelasaiannya fleksibel.
d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”
dengan fasih walaupun tidak fleksibel.
e. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan fasih dan fleksibel.
f. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan fleksibel walaupun
tidak fasih.
Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 2 (siswa cukup kreatif)
a. Siswa mampu membuat masalah “baru” walaupun tidak fasih dan
penyelesaiannya tidak fleksibel.
b. Siswa mampu membuat masalah yang beragam walaupun tidak fasih
namun penyelesaiannya fleksibel.
c. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat “baru”
walaupun tidak fasih dan tidak fleksibel.
d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah dengan fleksibel
walaupun tidak fasih dan tidak bersifat “baru”.
Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 1 (siswa kurang kreatif)
a. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam dengan fasih
walaupun penyelesaiannya tidak fleksibel.
b. Siswa mampu membuat masalah lain yang beragam walaupun tidak
c. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah dengan fasih walaupun
tidak fleksibel dan tidak bersifat “baru”.
d. Siswa mampu membuat penyelesaian masalah walaupun tidak fasih,
tidak fleksibel, dan tidak bersifat “baru”.
e. Siswa tidak mampu membuat masalah “baru” dengan fasih dan
fleksibel.
f. Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat
“baru” dengan fasih dan fleksibel.
Indikator Tingkat Berpikir Kreatif 0 (siswa tidak kreatif)
a. Siswa tidak mampu membuat masalah “baru” dengan fasih dan
fleksibel.
b. Siswa tidak mampu membuat masalah lain dengan fasih dan fleksibel.
c. Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah yang bersifat
“baru” dengan fasih dan fleksibel.
d. Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah lain dengan fasih
47 BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP N 1 Minggir, kelas yang
digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VII C. Jumlah siswa pada kelas
tersebut ada 34 orang yang terdiri dari 16 siswa putra dan 18 siswa putri.
Peneliti mengambil 4 subyek penelitian, yaitu: 1 siswa yang pandai, 2 siswa
sedang, dan 1 siswa kurang pandai. Materi dalam penelitian ini tentang
Bangun Datar. Guru Matematika yang mengajarkan materi tersebut adalah
ibu Suwartilah, S.Pd.
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 3 Mei sampai 22 Juni 2011
pada Semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Pelaksanaan penelitian dilakukan
sebanyak 8 kali, dengan rincian: 1 pertemuan untuk observasi kelas, 4
pertemuan untuk pengamatan keaktifan 4 subyek penelitian, 1 pertemuan
untuk pemberian soal, 2 pertemuan untuk wawancara.
Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan observasi kelas untuk
berjumpa dan memperkenalkan diri dengan siswa kelas VII C. Peneliti
bersama dengan pengamat masuk ke dalam kelas dan mengamati seluruh
kegiatan belajar mengajar materi Bangun Datar. Para siswa memperhatikan
guru yang menerangkan materi pelajaran. Ada beberapa siswa yang tidak
mencatat melainkan bermain dengan teman lain, sehingga kelas menjadi
yang telah dipilih Ibu Suwartilah, S.Pd. berdasarkan tingkat kepandaian
dalam belajar matematika, yaitu R yang mewakili siswa pandai, F dan IN
yang mewakili siswa sedang dan D yang mewakili siswa kurang pandai.
Pada pertemuan kedua peneliti memberikan kuesioner kepada 4
subyek penelitian untuk mengetahui keaktifan menurut para subyek penelitian
itu sendiri. Keaktifan tersebut bersifat mental dan tidak dapat diamati secara
langsung. Setelah pelajaran Matematika dimulai, peneliti dan pengamat
melakukan pengamatan keaktifan kepada subyek penelitian sampai
pertemuan kelima.
Pertemuan keenam peneliti memberikan soal kepada subyek
penelitian setelah jam pulang sekolah. Pada pertemuan ketujuh dan delapan,
peneliti melakukan wawancara berdasarkan soal yang telah dikerjakan subyek
penelitian.
B. Hasil Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner diberikan kepada subyek penelitian pada hari Sabtu, 7
Mei 2011. Hasil penelitian berupa kuesioner keempat subyek penelitian
Tabel 4. Kuesioner Keaktifan R
No. Pernyataan
Keterlibatan
Sangat
Sering Sering Jarang
Sangat Sering
1. Saya mempersiapkan diri sebelum
mengikuti pelajaran Matematika
√
2. Saya bersemangat saat mengikuti
pelajaran Matematika
√
3. Saya memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru
√
4. Saya menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
√
5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal
penting yang disampaikan guru
√
6. Saya tidak bertanya pada teman atau
guru mengenai materi yang belum jelas
√
7. Saya mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
√
8.
Saya tidak mengerjakan PR √
9. Selain cara yang diberikan guru, saya
juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan
√
10. Saya tidak berani menuliskan jawaban
beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas
√
11. Saya menjelaskan jawaban saya secara
lisan kepada guru dan siswa lain
√
12. Saya memberikan tanggapan terhadap
pendapat siswa lain yang berbeda
√
13. Saya saling membantu saat
mengerjakan tugas dengan siswa lain
√
14. Saya tidak memperhatikan pendapat
yang disampaikan siswa lain
√
15. Saya bertukar pendapat dengan siswa
lain
√
16. Saya mendapatkan gagasan baru
setelah berdiskusi dengan siswa lain
Keterangan : (√) = Melakukan
Tabel 5. Kuesioner Keaktifan F
No. Pernyataan
Keterlibatan
Sangat
Sering Sering Jarang
Sangat Sering
1. Saya mempersiapkan diri sebelum
mengikuti pelajaran Matematika
√
2. Saya bersemangat saat mengikuti
pelajaran Matematika
√
3. Saya memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru
√
4. Saya menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
√
5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal
penting yang disampaikan guru
√
6. Saya tidak bertanya pada teman atau
guru mengenai materi yang belum jelas
√
7. Saya mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
√
8.
Saya tidak mengerjakan PR
√
9. Selain cara yang diberikan guru, saya
juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan
√
10. Saya tidak berani menuliskan jawaban
beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas
√
11. Saya menjelaskan jawaban saya secara
lisan kepada guru dan siswa lain
√
12. Saya memberikan tanggapan terhadap
pendapat siswa lain yang berbeda
√
13.
Saya saling membantu saat
mengerjakan tugas dengan siswa lain
√
14. Saya tidak memperhatikan pendapat
yang disampaikan siswa lain
15. Saya bertukar pendapat dengan siswa
lain
√
16. Saya mendapatkan gagasan baru
setelah berdiskusi dengan siswa lain
√
Keterangan : (√) = Melakukan
Tabel 6. Kuesioner Keaktifan IN
No. Pernyataan
Keterlibatan
Sangat
Sering Sering Jarang
Sangat Sering
1. Saya mempersiapkan diri sebelum
mengikuti pelajaran Matematika
√
2. Saya bersemangat saat mengikuti
pelajaran Matematika
√
3. Saya memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru
√
4. Saya menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
√
5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal
penting yang disampaikan guru
√
6. Saya tidak bertanya pada teman atau
guru mengenai materi yang belum jelas
√
7. Saya mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
√
8.
Saya tidak mengerjakan PR √
9. Selain cara yang diberikan guru, saya
juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan
√
10. Saya tidak berani menuliskan jawaban
beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas
√
11. Saya menjelaskan jawaban saya secara
lisan kepada guru dan siswa lain
12. Saya memberikan tanggapan terhadap
pendapat siswa lain yang berbeda
√
13. Saya saling membantu saat
mengerjakan tugas dengan siswa lain
√
14. Saya tidak memperhatikan pendapat
yang disampaikan siswa lain
√
15. Saya bertukar pendapat dengan siswa
lain
√
16. Saya mendapatkan gagasan baru
setelah berdiskusi dengan siswa lain
√
Keterangan : (√) = Melakukan
Tabel 7. Kuesioner Keaktifan D
No. Pernyataan
Keterlibatan
Sangat
Sering Sering Jarang
Sangat Sering
1. Saya mempersiapkan diri sebelum
mengikuti pelajaran Matematika
√
2. Saya bersemangat saat mengikuti
pelajaran Matematika
√
3. Saya memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru
√
4. Saya menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
√
5. Saya tidak mencatat materi dan hal-hal
penting yang disampaikan guru
√
6. Saya tidak bertanya pada teman atau
guru mengenai materi yang belum jelas
√
7. Saya mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
√
8.
9. Selain cara yang diberikan guru, saya juga mencoba cara lain untuk menyelesaikan soal-soal latihan
√
10. Saya tidak berani menuliskan jawaban
beserta cara penyelesaian yang saya peroleh di depan kelas
√
11. Saya menjelaskan jawaban saya secara
lisan kepada guru dan siswa lain
√
12. Saya memberikan tanggapan terhadap
pendapat siswa lain yang berbeda
√
13. Saya saling membantu saat
mengerjakan tugas dengan siswa lain
√
14.
Saya tidak memperhatikan pendapat yang disampaikan siswa lain
√
15. Saya bertukar pendapat dengan siswa
lain
√
16. Saya mendapatkan gagasan baru
setelah berdiskusi dengan siswa lain
√
Keterangan : (√) = Melakukan
2. Pengamatan
Pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran pertemuan I
dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Mei 2011, pertemuan II dilaksanakan
pada hari Senin, 9 Mei 2011, pertemuan III dilaksanakan pada hari
Selasa, 10 Mei 2011, dan pertemuan IV dilaksanakan pada hari Sabtu, 14