• Tidak ada hasil yang ditemukan

SILSILAH DALAM KITAB SEJARAH DAN MASYARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SILSILAH DALAM KITAB SEJARAH DAN MASYARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR KETURUNAN:

ANALISIS KITAB SEJARAH DAN RELEVANSINYA BAGI MASYARAKAT MAUMUTIN

A. Pengantar

Tema inti dari Kitab Sejarah mulai dari Yosua sampai Nehemia ialah Tanah Terjanji. Bahasan mengenai tema ini dimulai dengan kisah Yosua yakni Bangsa Israel mulai memasuki Tanah yang dijanjikan YHWH kepada Abraham. Janji yang sudah diberikan itu menjadi pegangan bagi Bangsa Israel untuk percaya pada YHWH. Tanah terjanji ini akhirnya diduduki menjadi ‘warisan’ bagi Bangsa Israel turun-temurun. Sebagai warisan maka ada pihak-pihak yang berperan di sana yakni pemberi dan penerima harta. Subyek pemberi Tanah terjanjia ialah YHWH sedangkan subyek penerima ialah Bangsa Israel yang menyatakan diri sebagai bangsa terpilih. Israel dalam arti tertentu menjadi anak sulung penerima warisan keluarga. Beberapa kisah dalam Kitab-Kitab Sejarah menggambarkan betapa pentingnya hak kesulungan. Adanya warisan tidak terlepas dari daftar keturunan. Mengapa seringkali dalam kisah kitab-kitab Sejarah disajikan daftar keturunan atau Silsilah Bangsa Israel?

Daftar keturunan tidak hanya dimiliki Bangsa Israel. Hampir semua bangsa memiliki silsilah yang menunjukkan asal-usul suatu bangsa. Salah satunya ialah silsilah masyarakat Maumutin. Kisah terbentuknya kelompok masyarakat di perbatasan Indonesia-Timor Leste ini berkaitan erat dengan bagaimana para leluhur merebut tanah. Kini perselisihan terjadi antar suku karena beberapa generasi terakhir mulai melupakan silsilah sukunya. Paper ini bertujuan mengkomparasikan makna dari silsilah Bangsa Israel dan silsilah Masyrakat Maumutin. Silsilah Bangsa Israel menggunakan dasar Kitab-Kitab Sejarah sedangkan silsilah masyarakat Maumutin dianalis lewat nilai budaya lokal yang dialami dalam penulis sebagai bagian dari masyrakat Maumutin.

B. Analisa Sastra Silsilah Bangsa Israel

Sejarah suatu suku bangsa dimulai dari hadirnya tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian peristiwa yang khas. Sejarah Bangsa Israel jelas terbentuk dalam proses yang panjang mulai dari keterpanggilan Abraham (Kej 12) hingga pendudukan Kanaan dengan segala dinamikanya. Abram datang dari suatu Bangsa yang diam di Ur-Kasdim daerah Mesopotamia yang di zaman modern disebut dengan nama arabnya Tell el-Muqayyar.1 Abraham keluar

meninggalkan bangsanya karena panggilan dan perintah Yahweh “ke negeri yang akan ditunjukan” (bdk. Kej 12.1). Negeri yang ditunjukkan tidak serta merta disebutkan pada saat

(2)

yang sama. Abraham justru tanpa pertanyaan keluar meninggalkan keluarga besarnya tanpa satu pertanyaan arah perjalanannya. Negeri yang ditunjukkan rupanya amat penting karena bersamaan dengan itu kepadanya diberikan berkat dari bebagai aspek (bdk. Kej 12:2-3). Namun, tetap saja ulasan negeri yang dutunjukkan tidak ditunjukkan dalam kisah itu. Sedikit disinggung negeri yang ditunjukka pada peristiwa dekat Sikhem di More tempat berdiam orang-orang Kanaan, Allh menunjukkan Tanah untuk keturunan Abraham. “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu” (Kej 12:7). Janji pembentukan suatu ‘bangsa baru’ sedikit diperjelas dengan memberikan jaminan tanah pada keturunan Abraham. Meski demikian proses panjang pembentukan bangsa itu terus berlanjut.

Keturunan menjadi realitas terpenting bagi Bangsa Israel sejak zaman Abraham. Kisah menjadi sebuah Bangsa tidak terlepas dari sederet garis keturunan atau silsilah. Identitas Bangsa Israel kokoh karena janji yang diwariskan berdasarkan silsilah. Janji bahwa bahsebagai pusat dari segala bangsa yang dianugerahkan Allah kepada Abraham. “….Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 13:3). Dua aspek kehidupan yang amat penting yakni keturunan dan hak atas tanah. Bagi Bangsa Israel berdasarkan silsilah, hanya merekalah yang memiliki hak atas warisan Tanah Terjanji. Klaim ini menghadirkan persoalan pada masa pendudukan Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Bangsa yang berdarah Ur-Kasdim ini harus berperang melawan penduduk asli Kanaan (bdk. Yos 6, 8 dan 10). Di satu pihak Israel mengklaim Kanaan sebagi tanah terjanji yang diwariskan dari Abraham bapa mereka sedangkan di lain pihak penduduk asli tidak semudah menyerahkan tanah yang telah mereka diami sebelum Abraham dipanggil. Konflik keturunan antar dua bangsa pun terjadi.

Silsilah Bangsa Israel amat menentukan dinamika hidup bangsa ini. Pentingnya silsilah sudah ditekankan sejak awal bahwa menjadi penentu dari pemilik warisan Janji Yahweh kepada Abraham. Yosua dengan tema utama Tanah Terjanji menyuguhkan kisah perebutan dan pembagian tanah tersebut kepada suku-suku bangsa Israel. Silsilah menjadi salah satu cara Bangsa Israel mengingat para leluhur yang menjadi tokoh penting dalam sejarah. Dengan demikian pembagian tanah pun dilakukan berdasarkan garis keturunan. Sebelas suku Israel mendapatkan warisan sesuai ketentuan garis keturunan. Suku Siemon dan Lewi sebagai golongan imam dalam pembagian tanah tidak mendapat bagiannya.”…Maka Ini terjadi berdasarkan silsilah seperti yang dipesankan Yakub kepada anak-anaknya bahwa “...Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Israel” (Kej 49:7). Hubungan silsilah dan Tanah Terjanji merupakan bukti bahwa bangsa Israel sungguh menekankan pentingnya keturunan atau garis darah.

(3)

dengan tanah karena mereka butuh tempat untuk berdiam. Sebaliknya Tanah Terjanji bisa dijaga ketika ada keturunan terus-menerus. Tanah dan keturunan menghadirkan berkat bagi Israel karena dengannya mereka dapat menyembah Allah yang telah mengangkat mereka menjadi bangsa pilihan. Silsilah atau daftar keturunan bangsa Israel memuat beberapa makna penting yakni mengingat tokoh-tokoh penting dalam sejarah, menjaga agar narasi perjalanan sebagai satu bangsa tetap hidup untuk menampilkan bahwa hak atas Tanah Terjanji itu berdasarkan keturunan.

Pada makna yang pertama dapat ditemukan pada penutup Kitab Rut. Di sana silsilah raja Daud dituliskan. Ia berasal dari keturunan Boas yang memperistri Rut seorang wanita ‘asing’ dari Moab (bdk. Rut 4:17-22). Daud ialah tokoh amat penting yang dimiliki bangsa Israel maka betapa pentingnya menampilkan tokoh ini dengan identitas yang cukup lengkap dan karena ia menjadi tokoh penting maka meskipun datang dari keturunan ‘orang asing’ ia tetap diterima. Silsilah Daut selain sebagai protes terhadap zenofobia bangsa Israel setelah pembuangan, juga menjadi gerbang pembuka identitas yang melampaui kenyataan saat itu karena tokoh raja Daud baru muncul pada periode Israel terbentuk sebagai Kerajaan. Beberapa ahli seperti Bertman, Campbell, Eissfeldt dan Murphy mengatakan bahwa silsilah ini merupakan bagian tambahan dari tradisi para imam tanpa menambahkan informasi baru apa pun pada garis kisah.2

Makna kedua dari silsilah sebagai sikap menjaga sejarah yakni kisah panjang penjelasan penyusun Kitab Tawarik. Silsilah kaluarga setiap suku Israel dijelaskan sepanjang sembilan bab pertama (1 Tawarikh 1-9). Penulis Kitab Tawarikh mengutip kembali daftar keturunan yang telah ada dalam kitab Kejadian. Bukankah ini penulisan kembali daftar yang sama dengan penambahan pada bagian tertentu? Tawarikh sebagai salah buku sejarah3

mengisahkan perjalanan bangsa Israel hingga menjadi suatu bangsa dengan bentuk Kerajaan yang paten. Tetap saja keturuna dan tanah menjadi tema sentral yang mewarnai kisah sejarah bangsa Israel. Makna daftar keturunan sebagai usaha menjaga sejarah ini berkaitan erat dengan klaim bangsa Israel sebagai bangsa terpilih yang muncul setelah berkuasanya rezim kerajaan yang memperluas wialayah atau tanah yang didiami. Sejarah menjadi unsur penting yang menentukan bahwa Bangsa Israel dengan garis keturunan demikian sejak awal mula sudah ditentukan menguasai tanah terjanji. Tawarikh dengan amat jelas mengaitkan sejarah kepemilikan tanah dengan silsilag bangsa. Setiap silsilah ditambahi keterangan geografis4 di

mana mereka berdiam. Misalnya yang terjadi pada suku Lewi pengarang Kitab Tawarikh

2Raimond E Brown, dkk (Ed.)The New Jerome Biblical Commentary, Great Britain, 1989, 557

3Raimond E Brown, dkk (Ed.)The New Jerome Biblical Commentary, Great Britain, 1989, 362

(4)

menempatkan kota-kota yang didiami setiap suku suku Lewi (bdk. Tawarikh 6:54-81). Penempatan tanah ini berkaitan dengan kisah Yosua yakni penyebaran anggota suku Lewi yang diberikan kepada mereka oleh kesebelas suku yang lain karena mereka sejak awal tidak diberi satu tempat kediaman khusus (bdk. Yosua 21:1-45). Sejarah keturunan dan hak warisan nampak amat sangat penting untuk dijaga karena keduanya menunjukkan identitas mereka sebagai suatu kerajaan yang mempunya wilayah kekuasaaan.

Silsilah keturunan Bangsa Israel tidak bisa dipisahkan dari warisan tanah. Entah dengan alasan bahwa tanah itu sudah dijanjikan atau pun tanah menjadi bukti nyata eksisnya suatau kerajaan. Hubungan antara Silsilah dan tanah warisan dalam kisah bangsa Israel akhirnya berujung pada satu paham mengenai hak kesulungan. Israel merasa sebagai bangsa terpilih punya hak kesulungan atas segala warisan leluhur yang telah dipilih. Jelas ini merupakan ide pembenaran atas kuasa kerajaan. Kembali pada kisah Yosua yakni pemusnahan bangsa Kanaan ialah persoalan keterpilihan dan klaim atas Kanaan sebagai tanah Terjanji. Kanaan sebagai yang dijanjikan untuk keturunan Abraham maka selain keturunan Abraham tidak ada yang berkuasa atas tanah termasuk penduduk aslinya. Klaim ini akhirnya membenarkan segala cara yang dipakai untuk menunjukkan bahwa Bangsa Israel adalah yang terpilih dari antara bangsa lain.

C. Deretan Silsisilah Suku Uma Metan

Silsilah memang dimiliki setiap suku bangsa. Pengetahuan akan silsilah menjadi amat penting karena bersinggungan dengan identitas baik personal maupun komunal. Secara pribadi berdasarkan kebiasaan, silsilah digambarkan dengan sebuah daftar nama. Silsilah yang bisa dikisahkan secara tertulis seperti kisah dalam Kitab Suci maupun secara lisan. Suku

Uma Metan juga mempunya silsilah atau daftar keturunan yang sudah berbad-abad lamanya. Hanya penting dikatakan di sini bahwa belum ada satu literalur pun yang mengisahkan secara tertulis silsilah suku yang amat berperan di sebuah kampung bernama Maumutin. Oleh karena itu silsilah ini hanya merupakan hasil dari kisah-kisah lisan yang beredar di desa Maumutin termasuk yang dikisahkan oleh orang tua penulis.

Secara etomologis Uma Metan (Uma: rumah dan Metan: hitam, keramat) berarti rumah keramat. Suku ini adalah salah satu dari bermacam-macam suku yang ada di desa Maumutin, kecamatan Raihat, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Oleh masyarakat Maumutin suku ini memegang peranan penting dalam tatanan sosila kemasyarakatan karena menurut sejarah tampuk kerajaan Maumutin (sebelum ada NKRI) dipegang oleh anggota suku Uma Metan. Identitas suku ini diperjelas dengan nama Uma Metan Ksadan Hun (Ksadan: sebuah tempat pertemuan kerajaan yang disusun dengan batu berbentuk lingkaran di tenga perkampungan;

(5)

menunjukkan bahwa suku kerajaan Maumutin diperintah oleh raja dari suku Uma Metan dan keluarga keraajan itu tingal persis di tengan kota dengan ornamen penting yakni tempat pertemuan kerajaan. Setiap persoalan diselesaikan dengan keputusan yang diambil oleh raja di Ksadan.5 Dengan kata lain suku Uma Metan Ksadan Hun merupakan keluarga kerajaan

Maumutin yang amat berperan dan dalam arti tertentu mempunyai cukup banyak harta warisan kerajaan berupa tanah. Kerajaan maumutin bertahan kuat dengan tokoh penting raja Ati Bauk. Silsilah ini hanya akan dibahas sampai tokoh ini karena warisan tanah kerajaan diperoleh pada pemerintahan raja Ati Bauk.

Silsilah6 suku Uma Metan berawal dari kedatangan dua orang pertama yakni Sina Dain

bersama isterinya Lawa Dain. Sina Dain melahirkan tiga orang anak yakni Luan, Bui dan Bere Sinak. Bere Sinak melahirkan Rusan Berek dan Tae Berek. Rusan Berek melahirkan Tae Rusan dan Bau Rusan dan pada masa ini keturunan suku ini hilang tanpa alasan. Dinasti kerjaan Maumutin pun lowong tanpa raja selama tiga generasi. Kekosongan tahta kerajaan diatasi dengan peminangan kembali keturunan suku Kewar (Kerajaan Kewar di bagian Timur kerajaan Maumutin) oleh Bei Bele yang mengambil ratu Musu Loek sebagai isterinya. Dari perkawinan ini lahirlah raja Lua Musuk. Lua Musuk melahirkan raja Musu Luan dan Musu Luan melahirkan raja Ati Bauk. Di masa raja Ati Bauk kerajaan Maumutin mulai melahirkan satu sistem sosial pertalian anta suku yang disebu feto sawa uma mane (suku pemberi perempuan dan suku laki-laki penerima perempuan). Ia membangun relasi ini dengan mengawini Dato Sose dari suku Leokemak. Dari perkawinan ini lahirnya delapan orang anak yakni usi Buik, Usi Rika, Usi Rahu, Usi Abu Mali, Sili Bele, Loe Loko, Bere Mali dan Mau Mali. Garis keturunan ini akhirnya menjadi sedikit matrilineal karena laki-laki tidak lagi menyumbangkan keturunan pada suku asal. Sedangkan wanita tetap tinggal di salam suku untuk menambah garis keturunan. Usi Buik yang seharusnya dibwa ke kerajaan Manewain

gagal karena perang kerajaan Tahakae. Sebagai ganti gagalnya perpindahan Usi Buik ke kerajaan Wanewain maka raja Ati Bauk menyerahakan warisan berupa tanah yang amat luas meliputi pegunungan hingga lembah di pinggil kali. Luasnya tanah ini digambarkan dengan kiasan ulun luni fatuk mutin ain tatei kabene.

Warisan tanah ini masih ada hingga saat ini dan banyak suku yang mengklaim sebagai milik mereka sedangkan suku Uma Metan dengan Manenen masih terus mempertahankan sejarah ini sebagai bukti bahwa keturunan raja Ati Bauk menjadikan tanah ini sebagai harta

5 Ksadan yang dimaksud masih berdiri kokoh hingga saat ini dengan bentuk yang tidak berubah hanya saja beberapa batu plat mulai rusak karena usia.

(6)

warisan kepada Usi Buik dan karena itu yang berhak atas tanah ialah suku Manenen yang tidak bisa dipisahkan dari suku UmaMetan.

Suku Uma Metan tidak bisa dilepaskan dari hidup masyarakat Maumutin. Di saat ini keberadan suku UmaMetan sudah hampir lima belas keturunan. Artinya bahwa warisan yang diberikan kepada suku ini tidak bisa dimabil alih karena tanah itu menjadi bukti sejarah. Seperti halnya Bangsa Israel yang mempunya warisan tanah berdasarkan keturunan, suku

Uma Metan pun mempunyai tanah warisan yang tidak bisa dirampas oleh suku lain. Hubungan tanah dan keturunan menjadi amat penting untuk mempertahankan tanah warisan.

D. Benang Merah Sastra Silsilah

Silisilah ialah satu sejarah keturunan dari seseorang atau kelompok baik keluarga maupun bangsa dari nenek moyang yang muncul baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.7 Sejarah keturunan semacam ini tidak hanya dimilik Bangsa Israel. Oleh

karena itu menjadi penting juga dianalisa silsilah bagi kehidupan suatu bangsa. Ada bebarapa makna yang memang dapat dilihat dari silsilah. Dalam Kitab Suci silsilah tidak hanya berupa daftar keterunan melainkan juga salah satu sastra yang terus berkambang. Ada dua macam silsilah yakni bentuk yang menampilkan dua orang dari satu garis keturunan. Model ini lebih menekankan hubungan horisontal dan vertikal dari dua pribadi atau dua suku tertentu. Di sini yang mau diangkat ialah aspek komunal dari silsilah yakni hubungan kekerabatan. Model yang lain ialah silsilah linear yang hanya berupa daftar nama-nama dari suatu suku. Silsilah ditampilkan hanya dengan daftar nama untuk menghubungkan satu ptibadi dengan pribadi yang lain dan ini berarti hanya memuat dimensi vertikalnya saja.8

Sastra silsilah menjadi sarana penyampaian pesan terutama penekanan identitas yang selalu aktual. Bangsa Israel mempunyai silsilah agar mereka tahu tentang identitas dan menjaga sejarah serta harta warisan. Demikianpun masyarakat Maumutin mempunyai sejarah silsilah Uma Metan tahu bagaimana harus bersikap terhadap tanah warisan Usi Buik yang diperoleh karena dari raja Ati Bauk ayahnya. Letak kesamaan Kisah Sejarah Silsilah Bangsa Israel dengan suku Uma Metan Ksadan Hun Maumutin ialah bahwa keturuan selalu berkaitan erat dengan tanah warisan. Tidak ada keturunan tanpa tanah dan sebaliknya tidak ada tanah tanpa keturuna. Klaim semacam ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial sekaligus kehidupan religius. Bahwa relevansi pemahaman akan kisah sejarah Bangsa Israel tidak hanya tinggal sebagai pengetahuan biblis tetapi juga berguna bagi analasi kebudayaan masyarakat Maumutin.

7 Paul J. Achtemeier, dkk (Ed), Harper’s Bible Dictionary, Theological Publications: India, 1999, 335

(7)

Daftar Pustaka

Brown, Raimond E., dkk (Ed.). 1989, The New Jerome Biblical Commentary: Great Britain

Achtemeier, Paul J., dkk (Ed). 1999. Harper’s Bible Dictionary. Theological Publications: India.

Freedman, David Noel (ed). 1992. The Anchor Bible Dictionary vol. 2 D-G. Double Day: New York.

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya, hukum positif Indonesia menetapkan bahwa tanah yang telah tiada pemilik atau ahli waris dikembalikan kepada umat (dalam hal ini dimiliki oleh negara), karena bumi

Mahasiswa menerima tanda pembayaran berupa formulir setoran rekening yang telah disyahkan oleh petugas Bank BNI, kemudian dilampirkan bersama-sama dengan foto

Melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan serta sikap dalam

NPS22S : Tandanya diubah ka. NPS23P : Iya, terus kenapa NP tidak ubah tandanya? NPS24S : Saya sudah lupa lagi ka. Berdasarkan hasil wawancara siklus II peneliti menyimpulkan

12 Padi yang 11 Pasar Simunjan dibina pada tahun 1979 adalah bertujuan untuk memudahkan penduduk melakukan aktiviti perniagaan dan merupakan pusat pentadbiran utama Daerah

Dan yang dijadikan sampel sebanyak 59 orang dan semuanya adalah masyarakat Desa Bangko Makmur yang mendapatkan program bantuan Raskin, Tanggapan Responden Tentang

Litium adalah unsur ke-33 paling melimpah di bumi, namun oleh karena reaktifitasnya yang sangat tinggi membuat unsur ini hanya bisa ditemukan di alam dalam

Pemanfaatan surfaktan MES sebagai bahan aktif deterjen telah banyak dikembangkan karena prosedur produksinya mudah, memperlihatkan karakteristik disperse yang baik, sifat