• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Pengurus Koperasi terhadap Kepailitan Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggung Jawab Pengurus Koperasi terhadap Kepailitan Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB PENGURUS KOPERASI TERHADAP

KEPAILITAN KOPERASI DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERKOPERASIAN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

NIM: 100200047

UMAR ISMAIL S

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TANGGUNG JAWAB PENGURUS KOPERASI TERHADAP KEPAILITAN KOPERASI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

U M A R I S M A I L . S 100200047

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP : 197501122005012002 Windha, S.H., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sunarmi,S.H., M.Hum

NIP : 196302151989032002 NIP : 195303121983031002

Ramli Siregar, S.H., M.Hum

PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “ TANGGUNG JAWAB PENGURUS

KOPERASI TERHADAP KEPAILITAN KOPERASI DIINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERKOPERASIAN”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan

rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. ( CTM ), Sp.A(K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, MH selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, MH, DFM selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak H. OK. Saidin,S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

7. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin S.H., MS selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

8. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembing I yang telah

menyediakan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk serta

bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi dan Dosen Pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu

untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini.

10.Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, MH selaku Guru Besar dan Dosen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11.Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12.Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S,H, C.N., M.Hum selaku Dosen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

13.Ibu Joiverdia Arifiyanto, S,H, MH selaku Dosen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

14.Bapak dan Ibu dosen serta para pegawai Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan

administrasi selama mengikuti perkuliahan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih

(5)

1. Orang Tua Penulis yang tercinta : Ayahanda H. Chairuddin Sipahutar,

SH dan Ibunda Hj. Nurastina Nasution, yang telah memberikan

segenap kasih sayang, perhatian dan bimbingan yang tulus.

2. Kakanda Chairina Nopi Yanti Sipahutar dan Abanganda Sahbana

Pilihanta Surbakti serta Keponakanku tersayang Ananda Pertama

Pilihanta Surbakti yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang

serta masukan-masukan selama penulisan skripsi ini.

3. Adik-adikku tercinta Astri Rahmadani Sipahutar, Adhyka Rizkia

Pebriana Sipahutar yang telah memberikan kasih sayang yang tulus

dan dukungan moril.

4. Sahabat – sahabat seperjuangan yang tercinta dan tersayang dalam

melewati suka dan duka dari semester satu sampai akhir Windy

Febrina, Nova Iasha Kalo, Kelkeisha Putri Haloho, Winda Agustina

Sembiring dan Gantara Eka Nanda yang telah banyak membantu

selama perkuliahan.

5. Teman-teman yang tercinta Desi Pranata Simamora, Hanny luvika

silalahi, Anggi Yosephine Sinaga, Mentari Hagayna Pelawi, Pueti

Julia, Cintami Maranatha Sihombing dan Henjoko.

6. Teman – teman SMAN 1 Sibolga yang tersayang Lita Rizkiana, Elsa

Anzora, Goksuan Rimnitahi Simanungkalit, Teophilus Pandia

Sembiring dan Ferdian Lim.

7. Rekan-Rekan Stambuk 2010 dan rekan – rekan IMAHMI yang telah

(6)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh

karena itu diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari

pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak.

Akhir kata disadari bahwa skripsi ini bukanlah sesuatu yang dapat

dibanggakan sebagai sebuah tulisan yang sempurna dikarenakan waktu yang

singkat dan kesibukan-kesibukan lainnya. Akan tetapi tetap diharapkan kelak

skripsi dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Terima kasih,

Medan, April 2014

Penulis,

UMAR ISMAIL SIPAHUTAR

(7)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

ABSTRAK... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...10

D. Keaslian Penulisan... 11

E. Tinjauan Pustaka... 11

F. Metode Penelitian... 14

G. Sistematika Penulisan... 16

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PENGELOLAAN KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN A. Pengertian Koperasi Sebagai Badan Hukum... 18

B. Organ Dalam Koperasi... 24

C. Pengelolaan Koperasi...34

D. Tanggung Jawab Pengelola Koperasi Dalam Pengelolaan Koperasi... 40

(8)

A. Syarat Pailit Dalam Koperasi... 47

B. Prosedur Permohonan Pernyataan Pailit... 52

C. Akibat Hukum Pernyataan Pailit Koperasi... 64

BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS KOPERASI

ATAS PAILITNYA KOPERASI

A. Bentuk Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi Atas

Pailitnya Koperasi... 70

B. Akibat Tidak Dilaksanakannya Pertanggungjawaban

Pengurus Koperasi Dalam Penyelesaian Pailit... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 87

B. Saran... 88

(9)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PENGURUS KOPERASI TERHADAP KEPAILITAN KOPERASI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN

Umar Ismail. S * Sunarmi ** Ramli Siregar ***

Koperasi merupakan badan hukum yang pada umumnya memiliki tujuan untuk menyejahterakan anggotanya dan membina kaum golongan ekonomi lemah. Koperasi menjalankan segala kegiatannya melalui organ koperasi yaitu rapat anggota, pengurus dan pengawas. Pengurus koperasi dalam menjalankan pengelolaan koperasi dapat mengakibatkan koperasi mengalami kepailitan. Namun kepailitan dalam koperasi tidak selalu disebabkan oleh kelalaian pengurus koperasi dalam mengurus koperasi.Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan hukum tentang pengelolaan koperasi menurut undang-undang nomor 17 tahun 2012 jo. Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, bagaimana kepailitan dalam koperasi, bagaimana pertanggungjawaban pengurus koperasi atas pailitnya koperasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Pengaturan undang-undang mengenai koperasi diantaranya mengatur mengenai pendirian koperasi sampai kepada pembubaran koperasi. Juga diatur mengenai organ-organ koperasi. Suatu koperasi dapat dimohonkan kepailitannya apabila terdapat dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan sesuai dengan syarat yang diatur dalam Undang-Undang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang. Tanggung jawab pengurus koperasi terhadap kepailitan koperasi sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang koperasi jika kepailitan terjadi karena disebabkan kelalaian dari pengurus koperasi. Oleh karena itu, peraturan-peraturan mengenai perkoperasian ini diharapkan dapat lebih tegas dalam mengatur mengenai bagaimana tanggung jawab dari organ koperasi khususnya pengurus koperasi agar lebih dapat memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang melakukan kerjasama dengan koperasi.

Kata kunci : tanggung jawab,pengurus koperasi,kepailitan _________________________________________________ *) Mahasiswa Fakultas Hukum USU

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan

meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional. Pada awal

kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1965 tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa peraturan mengenai

koperasi tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya

undang-undang tersebut dan digantikan oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang

Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian dan yang paling terbaru adalah Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian(selanjutnya disebut dengan UU

Koperasi). Pergantian undang-undang perkoperasian Indonesia yang dilakukan

dari masa ke masa tersebut semata-mata dilakukan dalam rangka meningkatkan

dan mengembangkan peranan koperasi sebagai soko guru perekonomian

Indonesia.1

Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian digantikan

oleh Undang – Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian

dengan tujuan untuk membangkitkan peran koperasi sebagai wadah perjuangan

(11)

ekonomi rakyat dan mengembalikan koperasi pada landasan-landasan asas-asas

dan sendi-sendi koperasi yang murni. Perbaikan dan pengembangan pada

undang-undang perkoperasian terus dilakukan dalam rangka peningkatan perekonomian

rakyat melalui peran koperasi. Hal tersebut juga dilakukan dengan memegang

teguh prinsip-prinsip koperasi yang murni dan menjaganya agar tetap ada dan

menjiwai seluruh koperasi yang didirikan di Indonesia. Akhirnya pada tahun

2012, diterbitkanlah undang-undang perkoperasian terbaru yang dianggap akan

membawa perubahan terhadap koperasi itu sendiri. Undang-Undang No. 17

Tahun 2012 mengenai Perkoperasian ini membawa banyak konsep-konsep baru

yang ditujukan dalam rangka mengembangkan koperasi dan menyesuaikannya

dengan keadaan perekonomian global. Undang-Undang ini diamanatkan untuk

membawa koperasi ke arah yang lebih baik lagi.2

Koperasi merupakan suatu bentuk kerja sama dalam lapangan

perekonomian. Kerja sama ini diadakan orang karena adanya kesamaan jenis

kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan

kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang bertalian dengan perusahaan ataupun

rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama Undang-Undang koperasi dan perubahan perubahan dari undang-undang

ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak baik kepada pihak organ

koperasi maupun kepada masyarakat luas . Undang-Undang ini juga diharapkan

dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan hukum seputar koperasi.

2

(12)

yang akan berlangsung terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan

sebagai bentuk kerja sama itu. 3

Pada umumnya tujuan koperasi merupakan untuk mensejahterakan

anggotanya. Selain itu, koperasi juga merupakan sebuah badan usaha dimana

sebuah badan usaha mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan

sebesar-besarnya. Oleh sebab itu, untuk dapat mensejahterakan para anggotanya, koperasi

sebagai badan usaha harus bisa mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya

melalui usaha yang dilakukan bersama.

4

Hal ini didukung oleh kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan dalam sebuah koperasi seperti halnya kegiatan dalam

memproduksi barang-barang, simpan pinjam, jual beli produk yang mana pada

umumnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan koperasi ini bertujuan untuk

kesejahteraan dan kepentingan bersama para anggota koperasi tersebut agar tidak

ada satu pihak pun yang dirugikan.5

Koperasi sebagai badan usaha memiliki peranan yang sangat penting

dalam pembangunan ekonomi nasional. Koperasi diberikan peranan dan ruang

gerak yang luas untuk melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Terkait

dengan hubungan itu koperasi juga digunakan sebagai salah satu wadah utama

untuk membina kemampuan golongan ekonomi lemah.6

3

Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Rineka Cipta, 2007, hlm 1

Seperti menurut Pasal 4

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dijelaskan, bahwa fungsi dan peran

koperasi sebagai berikut :

14 februari 2014 pada pukul 20.00

55

Syamsul Arifin dkk , Diktat Kuliah Universitas Medan Area , Hukum dan Koperasi , Fakultas Hukum Universitas Medan Area , 1985, hlm 1

6

(13)

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi sosialnya;

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuasaan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya;

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi.

Seperti halnya bentuk badan usaha lainnya, koperasi sebagai badan hukum

untuk menjalankan kegiatan usaha dan untuk mencapai segala tujuan dari badan

usahanya koperasi memerlukan modal, yang terbagi seluruhnya atas setoran

pokok, sertifikat modal koperasi, hibah, modal penyertaan, modal pinjaman ( yang

berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan lainnya,

penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, pemerintah) dan sumber lain yang

sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan/atau ketentuan peraturan

perundang-undangan.7

Sebuah koperasi mendapatkan status sebagai badan hukum setelah akta

pendiriannya disahkan oleh Menteri yaitu Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah. Pengesahan koperasi sebagai badan hukum ini diberikan dalam jangka

waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima, dan

7

(14)

apabila Menteri tidak tidak melakukan pengesahan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan maka akta pendirian koperasi dianggap sah.8 Perjalanan pengelolaan

koperasi dalam prakteknya tidak selalu membawa koperasi ke arah yang lebih

baik. Bahkan terkadang ada koperasi yang harus menanggung kerugian secara

terus menerus sehingga berujung pada pembubaran koperasi.9

Pengaruh gejolak moneter yang terjadi di beberapa negara, termasuk

Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, telah menimbulkan kesulitan yang

sangat besar terhadap perekonomian nasional, terutama kemampuan dunia usaha

dalam mengembangkan usahanya dan bahkan untuk mempertahankan

kelangsungan kegiatan usahanya. Lebih jauh lagi, gejolak tersebut juga telah

memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan dunia usaha, untuk

memenuhi kewajiban pembayaran mereka kepada kreditor. Keadaan ini pada

gilirannya telah melahirkan akibat yang berantai dan apabila tidak segera

diselesaikan, akan menimbulkan dampak yang lebih luas lagi. Tidak hanya dalam

kelangsungan usaha dan segi segi ekonomi pada umumnya, tetapi juga terhadap

masalah ketenagakerjaan dan aspek-aspek sosial lainnya, yang lebih jauh perlu

diselesaikan secara adil, dalam arti memperhatikan kepentingan koperasi sebagai

debitor ataupun kepentingan kreditor secara seimbang, yang penyelesaiannya

harus dilakukan secara cepat dan efektif.10

Apabila koperasi berada dalam keadaan merugi dan tidak dapat membayar

utang-utangnya, ada 2 jalan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah

8Ibid

9Ibid 10

(15)

tersebut, yaitu dengan keputusan rapat anggota atau keputusan pemerintah yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran

Koperasi Oleh Pemerintah, dapat juga dibubarkan melalui Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang (selanjutnya disebut dengan UUK dan PKPU). 11

Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk

melakukan pembayaran terhadap utang-utang dari pada kreditornya. Keadaan

tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan

(financial distress) dari usaha debitor yang telah mengalami kemunduran.

Kepailitan merupakan putusan pengadilan yang mengakibatkan sita umum atas

seluruh kekayaan debitor pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada

dikemudian hari. Pengurusan dan pemberesan kepailitan dilakukan oleh kurator

dibawah pengawasan hakim pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil

penjualan harta kekayaan tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit

tersebut secara proporsional (prorate parte) dan sesuai dengan struktur kreditor.12 Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU, dijelaskan bahwa debitor yang

mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu

utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan

pengadilan, baik atas permohonan sendiri maupun atas permohonan satu atau

lebih kreditornya. Kepailitan koperasi sebagai badan hukum dalam menjalankan

kegiatannya tidak tertutup kemungkinan untuk terkait dengan utang piutang dalam

11

Kristiani, Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Koperasi Di Indonesia (Studi Kasus Putusan Nomor: 01/Pailit/2008/ Pengadilan Niaga Semarang), Tesis, Ilmu Kenotariatan, Pascasarjana, UNDIP, 2008, hlm 16

12

(16)

menjalankannya. Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum dapat

melakukan kegiatan ini, hal ini terkait dengan sumber modal dari koperasi itu

sendiri yaitu yang berasal dari modal pinjaman sehingga tidak tertutup

kemungkinan untuk terjadinya kepailitan terhadap suatu koperasi.13

Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para

kreditor atas kekayaan debitor oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditor dan

menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitor

dapat dibagikan kepada semua kreditor sesuai dengan hak masing-masing.14

Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang

memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitor dalam keadaan

berhenti membayar atau tidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada

dasarnya memiliki 2 fungsi sekaligus, yaitu :15

1. Kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditor bahwa debitor

tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap semua

hutang-hutangnya kepada semua kreditor.

2. Kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan kepada debitor

terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditor-kreditornya. Oleh

karena itu, keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu

lembaga atau sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian

(17)

konsep yang taat asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata.

Kepailitan merupakan suatu jalan keluar yang bersifat komersial untuk

keluar dari persoalan utang piutang yang menghimpit seorang debitor tersebut

sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar utang-utang tersebut

kepada para kreditornya. Oleh sebab itu, bila keadaan ketidakmampuan untuk

membayar kewajiban yang telah jatuh tempo tersebut disadari oleh debitor, maka

langkah untuk mengajukan permohonan penetapan status pailit terhadap dirinya

(voluntary petition for self bankruptcy) menjadi suatu langkah yang

memungkinkan, atau penetapan status pailit oleh pengadilan terhadap debitor

tersebut bila kemudian ditemukan bukti bahwa debitor tersebut memang telah

tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Lembaga kepailitan ini diharapkan berfungsi sebagai lembaga alternatif untuk

penyelesaian kewajiban-kewajiban debitor terhadap kreditor secara lebih efektif,

efisien dan proporsional. 16

Dalam kedudukan koperasi ini sebagai badan hukum mempunyai suatu

ciri-ciri tersendiri, jika dibandingkan dengan badan usaha lain yang juga

mempunyai status sebagai badan hukum. Hal yang demikian itu dapat dilihat

antara lain pada pertanggung jawaban para anggota, Seperti misalnya koperasi

mengalami kerugian, maka setelah dibayarkan seluruh harta kekayaan dari

koperasi tersebut ternyata tagihan dari pihak ketiga belum terlunasi seluruhnya.

Oleh sebab itu masing-masing anggota koperasi secara secara tanggung renteng

16

(18)

melunasi hutang terhadap pihak ketiga tersebut. Bahkan anggota koperasi yang

telah keluar tetapi belum lewat bulan turut menanggung kerugian tersebut.17

Merujuk pada pertanggung jawaban yang diemban kepada organ koperasi

sebagaimana telah disebutkan di atas, maka jelas bahwa selaku salah satu bagian

dari organ dalam lembaga koperasi, pengurus memiliki tanggung jawab sangat

besar dalam operasionalisasi koperasi, terlebih-lebih apabila terjadi pembubaran

terhadap koperasi yang disebabkan karena terjadinya kepailitan terhadap koperasi.

Tanggung jawab pengurus ini akan menjadi bahasan utama penulisan skripsi ini

yang berjudul “Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Terhadap Kepailitan

Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang

Perkoperasian”.18

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka

permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tentang pengelolaan koperasi menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Jo. Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992?

2. Bagaimanakah kepailitan dalam koperasi ?

3. Bagaimanakah pertanggung jawaban pengurus koperasi atas pailitnya koperas

17

Syamsul Arifin dkk, Op.Cit, hlm 8

18

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkankan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan hukum tentang pengelolaan

koperasi menurut Undang Nomor 17 Tahun 2012 Jo.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;

2. Untuk mengetahui kepailitan dalam perkoperasian;

3. Untuk mengetahui pertanggung jawaban pengurus koperasi atas pailitnya

koperasi.

Adapun manfaat penulisan dari skripsi ini baik secara teoristis maupun

praktis adalah:

1. Secara teorietis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan terhadap perkembangan hukum

perusahaan pada khususnya, Juga diharapkan dapat menambah khasanah

kepustakaan yang berkaitan dengan substansi hukum perusahaan.

2. Secara praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada setiap

orang yang merupakan pengurus koperasi agar lebih profesional dan

berhati-hati dalam melakukan pengelolaan koperasi, dapat menjadi masukan bagi

pertimbangan hakim untuk memutuskan perkara pertanggungjawaban

pengurus koperasi, dan dapat juga menjadi masukan bagi aparat penegak

hukum dan bagi pencari keadilan dalam rangka menemukan kepastian

(20)

D. Keaslian Penulisan

Judul tulisan ini adalah Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Terhadap

Kepailitan Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat

untuk memperoleh gelar sarjana hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan ini berdasarkan referensi

buku-buku, media cetak, dan elektronik. Oleh karena itu penulisan ini merupakan

sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Koperasi pada dasarnya adalah pembentukan badan usaha yang bertujuan

untuk menggalang kerja sama di antara orang-orang yang mempunyai

keterbatasan ekonomi guna mencapai tujuan bersama. Pembentukan badan

koperasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi

para anggota, baik yang bersifat individual maupun kelompok.19

Koperasi

merupakan institusi atau lembaga atau organisasi yang tumbuh atas dasar

solidaritas tradisional dan kerjasama serta kepentingan yang sama antar individu.

Koperasi sangat berperan dalam pembangunan nasional diberbagai bidang

terutama bidang ekonomi dan bidang lainnya serta memiliki peran yang

digunakan sebagai salah satu wadah untuk membina kemampuan golongan

ekonomi lemah.

(21)

Koperasi di Indonesia menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17

tahun 2012 tentang Perkoperasian, didefinisikan sebagai badan hukum yang

didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan

kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang

memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya

sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Dalam menjalankan kegiatannya

koperasi memiliki seperangkat pengurus untuk menjalankan kegiatan organisasi

maupun usaha dari koperasi tersebut dimana pengurus dipilih dari dan oleh

anggota koperasi dalam rapat anggota.

Pengurus adalah pemegang kuasa rapat anggota yang dipilih dari dan oleh

anggota dalam rapat anggota. Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi

yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan koperasi untuk kepentingan dan

tujuan koperasi serta mewakili koperasi baik didalam maupun diluar pengadilan

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Berdasarkan Pasal 60 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mengatur tentang tanggung

jawab pengurus yang ditetapkan, sebagai berikut Pengurus bertanggung jawab

atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan pencapaian tujuan koperasi

kepada rapat anggota.

Untuk memahami lebih lanjut tanggung jawab pengurus koperasi, dalam

Pasal 60 ayat (3) Undang-Udang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

Perkoperasian menentukan bahwa setiap pengurus bertanggung jawab penuh

secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah menjalankan tugasnya sesuai

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Maka pengurus, baik

(22)

kerugian yang diderita koperasi apabila hal-hal yang dapat menyebabkan sebuah

koperasi bubar tersebut disebabkan karena tindakan yang dilakukan dengan

kesengajaan atau kelalaiannya. Bahkan disamping kerugian tersebut, apabila

tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan tidak menutup kemungkinan bagi

penuntut umum untuk melakukan penuntutan terhadapnya.

Salah satu cara menyelesaikan apabila koperasi dalam keadaan merugi

adalah dengan keputusan pemerintah yaitu koperasi dapat dinyatakan pailit

berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti. Berdasarkan Pasal 1 angka 1

UUK dan PKPU, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan

hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU menyebutkan bahwa syarat

untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor adalah “Debitor

yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya

satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan

putusan pengadilan baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan

satu atau lebih kreditornya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Koperasi sendiri selaku badan hukum dapat dimohonkan kepailitannya apabila

memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU tersebut.

F. Metode Penelitian

Sebagaimana untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat

(23)

adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam mengerjakan

skripsi ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Metode penelitian yang

digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum

normative. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga

penelitian hukum kepustakaan.

2. Sumber Data

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data

sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data

sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.20

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Junto Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan dibidang hukum koperasi dan pailitnya koperasi yang

mengikat, antara lain :

b. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.

20

(24)

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa

buku-buku, pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum

sekunder yakni kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.

3. Tekhnik Pengumpulan data

Penulisan skripsi ini digunakan metode library search (penelitian

kepustakaan), yakni mempelajari literatur atau dari sumber bacaan buku-buku,

peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, artikel-artikel baik dari

surat kabar, majalah, media elektronik, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan

penulisan skripsi ini yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh

bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.

4. Analisis Data

Jenis analisi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

normatif kualitatif yang menjelaskan pembahasan yang dilakukan berdasarkan

ketentuan hukum yang berlaku seperti perundang-undangan. Data yang diperoleh

dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskiriptif kualitatif. Metode

deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi

pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan

dan mnyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian

dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga

(25)

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa

sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang

dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar

belakang penulisan skripsi dengan judul “Tanggung jawab

pengurus koperasi terhadap kepailitan koperasi ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian”,

permasalahan tanggung jawab pengurus terhadap kepailitan

koperasi , tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PENGELOLAAN

KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17

TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN.

Bab ini memberikan uraian mengenai pengertian koperasi sebagai

badan hukum, organ dalam koperasi, pengelolaan koperasi,

tanggung jawab pengelola koperasi dalam pengelolaan koperasi

BAB III KEPAILITAN DALAM KOPERASI

Bab ini akan membahas mengenai syarat pailit dalam koperasi,

prosedur permohonan pernyataan pailit, akibat hukum pernyataan

(26)

BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS KOPERASI ATAS

PAILITNYA KOPERASI

Bab ini berisi bentuk pertanggungjawaban pengurus koperasi atas

pailitnya koperasi, akibat tidak dilaksanakannya

pertanggungjawaban pengurus koperasi dalam penyelesaian pailit.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab

seluruhnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan

(27)

BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG PENGELOLAAN KOPERASI MENURUT UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 Jo.

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

A. Pengertian Koperasi Sebagai Badan Hukum

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya

sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

Koperasi. Defenisi tersebut menjelaskan bahwa koperasi merupakan badan hukum

yang didirikan oleh orang perseorang dimana koperasi juga bagian dari badan

usaha yang bersifat lebih mengikat dan mempunyai sanksi yang tegas apabila

terjadi pelanggaran sehingga koperasi juga dapat dipersamakan dengan badan

usaha lainnya. Di Indonesia koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2012 Jo. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.21

Membicarakan mengenai badan hukum sebenarnya perlu terlebih dahulu

untuk mengerti apa yang dimaksud dengan badan hukum tersebut, dalam

pergaulan hukum, manusia bukanlah satu-satunya pendukung hak dan kewajiban.

Selain manusia adalagi suatu subyek hukum lain yang pergaulan hukum dapat

melakukan tindakan hukum serta mempunyai hak dan kewajiban dan mempunyai

harta kekayaan sendiri. Dapat kita lihat dalam bidang hukum sebagai suatu realita,

walaupun tidak berwujud manusia yaitu apa yang dinamakan badan hukum. 22

2121

Syamsul Arifin dkk Op.Cit hlm 59

22

(28)

Sebagaimana halnya subjek hukum manusia, badan hukum inipun dapat

mempunyai hak-hak dan kewajiban, serta dapat pula mengadakan

hubungan-hubungan hukum baik antara badan hukum yang satu dengan badan hukum yang

lain maupun antara badan hukum dengan manusia. Oleh sebab itu, badan hukum

dapat mengadakan jual-beli, tukar-menukar, sewa menyewa dan segala macam

perbuatan di lapangan harta kekayaan. Dengan demikian, badan hukum ini adalah

pendukung hak dan kewajiban yang tidak berjiwa sebagai lawan pendukung hak

dan kewajiban yang berjiwa yakni manusia.23

Sri Soedewi Maschun Sofwan mengatakan manusia adalah badan pribadi

itu adalah manusia tunggal. Selain dari manusia tunggal, dapat juga oleh hukum

diberikan kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain disebut badan

hukum yaitu kumpulan dari orang-orang bersama-sama mendirikan suatu badan

(perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yang ditersendirikan untuk tujuan

tertentu (yayasan).24 Kedua-duanya merupakan badan hukum. Menurut Utrecht

badan hukum (rechtpersoon) yaitu badan yang menurut hukum berkuasa

(berwenang) menjadi pendukung hak yang tidak berjiwa atau lebih tepat yang

bukan manusia. Badan hukum sebagai gejala kemasyarakatan adalah suatu gejala

riil, merupakan fakta yang benar-benar dalam pergaulan hukum biarpun tidak

berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi, kayu dan sebagainya.25

Menurut Wirjono Prodjodikoro mengemukakan pengertian suatu badan

hukum yaitu badan yang disamping manusia perseorangan juga dianggap dapat

23

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni Bandung, Bandung, 1989 hlm 55

Februari 2014 pada pukul 18.00 wib

25

(29)

bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan

perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.26 Dari

pendapat-pendapat diatas dapatlah disimpulkan tentang pengertian badan hukum sebagai

subjek hukum itu mencakup hal berikut, yaitu :27

1. Perkumpulan orang atau organisasi;

2. Dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan

hukum;

3. Mempunyai harta kekayaan sendiri;

4. Mempunyai pengurus;

5. Mempunyai hak dan kewajiban

6. Dapat digugat atau menggugat didepan pengadilan.

Koperasi adalah suatu perkumpulan yang mempunyai anggota-anggota,

semuanya itu dapat kita lihat dalam pergaulan masyarakat dewasa ini, dinamakan

subyek hukum dapat melakukan perbuatan hukum misalnya membeli rumah,

mengadakan perjanjian-perjanjian dan lain-lainnya. Tidak perlu semua

anggota-anggota ikut serta melakukan hal itu. Jika subyek hukum ini atau yang disebut

badan hukum ditunjuk dan ditugaskan sebagai badan penyalur untuk melakukan

distribusi barang sandang pangan misalnya tekstil, beras, maka rakyat yang

membeli dengan harga murah itu merasakan betul-betul akibat hukumnya dari

perhubungan hukum antara mereka dengan badan hukum yang bertugas

melakukan distribusi itu. Perbuatan badan hukum dirasakan oleh mereka

manfaatnya, dimana mereka betul-betul menerima dan menjadi pemilik baru dari

tekstil dan beras akibat penyerahan tersebut. Oleh sebab itu, mereka menerima

26

Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni Bandung, Bandung, 1999 hlm 86

27

(30)

barang-barang tadi bukan dari anggota-anggota badan itu, bukan dari manusia

(naturlijk persoon) tetapi dari badan hukum itu sendiri. 28

Sama halnya dengan Perseroan Terbatas, koperasi yang berstatus sebagai

badan hukum adalah merupakan subjek hukum, sehingga merupakan sebuah

organisasi yang berdiri sendiri yang dapat mempunyai hak dan kewajiban dimata

hukum. Pembentukan sebuah koperasi yang berstatus badan hukum adalah

merupakan subjek hukum dan mempunyai kedudukan yang disamakan dengan

persoonrecht. Perolehan status badan hukum tersebut tergantung dari ketentuan hukum yang dibuat untuk mengatur prosedurnya, kapan dan apa syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhinya.29

Pada Pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa akta pendirian koperasi memuat

anggaran dasar dan keterangan yang berkaitan dengan pendirian koperasi. Lebih

jelas dalam ayat (4) menyebutkan permohonan akta pendirian koperasi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis oleh para pendiri

secara bersama-sama atau kuasanya kepada menteri untuk mendapatkan

pengesahan sebagai badan hukum. Pada ayat (5) ditegaskan ketentuan mengenai Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) UU Koperasi menyebutkan koperasi

memperoleh sebagai badan hukum setelah akta pendirian koperasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) disahkan oleh menteri. Pada ayat (2)

disebutkan bahwa pengesahan koperasi sebagai badan hukum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam waktu paling lambat 30 hari terhitung

sejak tanggal permohonan diterima.

28

Syamsul Arifin, Op.Cit hlm 61

29

(31)

tata cara dan persyaratan permohonan pengesahan koperasi sebagai badan hukum

sebagimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam peraturan menteri.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan tersebut telah dibuat Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan

Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. Pada bab IV Pasal 10

Peraturan Menteri ini menegaskan bahwa (1) Koperasi memperoleh status badan

hukum setelah mendapat pengesahan oleh Menteri atau Pejabat yang berwenang;

(2) Nomor dan tanggal surat keputusan pengesahan akta pendirian koperasi

merupakan nomor dan tanggal perolehan status badan hukum koperasi; (3) Nomor

status badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kuranya

mencantumkan kode dengan huruf “BH” dan kode daerah yang bersangkutan.30

Koperasi diakui sebagi badan hukum adalah suatu badan yang ada karena

hukum dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal entity. Oleh karena itu maka disebut antificial person/ rechts person. Sebagaimana halnya dengan pendirian suatu badan hukum, maka pendirian suatu koperasi tidak dapat

digolongkan pada suatu perjanjian obligatoir yang dimana pihak-pihak sepakat

mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain,

tetapi merupakan tindakan hukum berganda berdasarkan pada aturan hukumnya

sendiri serta formil sifatnya. Suatu koperasi mempunyai kedudukan sebagai badan

hukum, maka akta pendirian termasuk didalamnya anggaran dasarnya perlu

disahkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pengesahan

30

(32)

tersebut para pendirinya mengajukan permintaan tertulis disertai dengan akta

pendirian koperasi.31

Menurut doktrin pengakuan sebagai badan hukum pada umumnya berlaku

extunct yang berarti segala tindakan hukum yang dilakukan atas nama badan

hukum tersebut sebelum pengakuan sebagai badan hukum beralih kepada badan

hukum tersebut kecuali undang-undang menentukan lain.32 Suatu koperasi setelah

disahkan oleh pemerintah adalah badan hukum, maka segala hak dan kewajiban

serta perikatan atas nama koperasi yang diperoleh atau dibuat sebelum tanggal

resmi diakui sebagi badan hukum seketika itu beralih kepada koperasi.33

Suatu koperasi yang sudah merupakan suatu badan hukum, maka dia juga

berpredikat sebagai subjek hukum, karena hukum telah mengatakan demikian;

karena itu ia dapat bertindak dan berwenang untuk melakukan perikatan atau

tindakan hukum lainnya sebagaimana layaknya orang pribadi atau badan hukum

pribadi dan dapat pula dituntut atau dikenakan sanksi dan hukuman. Oleh sebab

itu, bagi orang perorangan atau badan hukum lainnya yang hendak membuat

hubungan hukum dengan badan usaha koperasi tersebut menjadi jelas untuk

mendudukkan posisinya atau kepentingan dalam berhubungan dengan badan

usaha koperasi tersebut. Namun, demikian sangat baik dan menjadi lebih tegas

jika dalam ketentuan perundang-undangan tentang koperasi berisi ketentuan yang

mengatur mengenai prinsip-prinsip umum hukum perusahaan dalam koperasi

sebagaimana yang terdapat didalam ketentuan perundang-undangan Perseroan

Terbatas; seperti mengenai tingkat dan bentuk tanggung jawab dari para pendiri,

(33)

para anggota, para pengurus dan para manajer dari suatu koperasi dalam kaitan

dengan status badan usaha koperasi sebagai suatu badan hukum.34

B. Organ Dalam Koperasi

Badan hukum (rechts persoon) merupakan badan-badan perkumpulan

yakni orang-orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum. Badan hukum sebagai subyek hukum dapat bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum) seperti

manusia. Oleh sebab itu, suatu badan hukum selaku subjek hukum dapat

melakukan perbuatan hukum selayaknya manusia. Koperasi merupakan subyek

hukum abstrak yang keberadaannya berdasar atas bentukan/rekayasa dari

manusia/orang (persoon), untuk memenuhi kebutuhan dari manusia itu sendiri di bidang ekonomi. Oleh karena koperasi adalah merupakan subyek hukum abstrak,

maka untuk melaksanakan/menjalankan kegiatan usahanya atau untuk mengelola

jalannya koperasi, perlu kehadiran subyek hukum manusia atau orang (persoon). Mereka ini disebut sebagai perangkat organisasi koperasi.35

Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum walaupun

kedudukannya sebagai subjek hukum, tetapi bukanlah makhluk hidup seperti

manusia melainkan tetap merupakan sebagai badan hukum. Koperasi kehilangan

daya berfikir dan kehendaknya serta tidak mempunyai central bewustzijn karena

koperasi tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri.36

34

Andjar Pachta W, Op,Cit hlm 94

35

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH., M.H, Hukum Koperasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2005 hlm 81

36

Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan. Perkumpulan Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung, Alumni, 1986, hlm 17.

(34)

dengan manusia yang dapat bertindak sendiri, koperasi sekalipun sebagai badan

hukum merupakan subjek hukum mandiri.

Struktur organisasi koperasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :37

1. Segi intern Organisasi Koperasi

2. Segi ekstern Organisasi Koperasi

Intern organisasi koperasi ialah organisasi yang ada di dalam setiap tubuh

koperasi, baik di dalam Koperasi Primer, Koperasi Pusat, Koperasi Gabungan

maupun Koperasi Induk. Adapun ekstern Organisasi ialah organisasi yang

berhubungan dengan tingkat-tingkat koperasi itu, yaitu hubungan antara koperasi

primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi induk.38

Organisasi Koperasi menurut Ropke, dimana Ropke mengidentifikasikan

ciri-ciri dari organisasi koperasi sebagai berikut :39

1. Terdapat sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok, atas dasar

sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama, yang disebut

sebagai kelompok koperasi;

2. Terdapat anggota-anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha

untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, yang disebut

sebagai swadaya dari kelompok koperasi;

3. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara

bersama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi;

37

Pengetahuan Koperasi, Buku pelajaran Koperasi Tingkat Lanjutan, Departemen Koperasi Direktorat penyuluhan Koperasi, Jakarta, 1984 hlm 180

38Ibid 39

(35)

4. Koperasi sebagai perusahaan mempunyai tugas untuk menunjang

kepentingan para anggota kelompok koperasi, dengan cara menyediakan

barang dan jasa yang dibutuhkan oleh anggota dalam kegiatan ekonominya.

Pada UU Koperasi secara limitatif disebutkan bahwa koperasi mempunyai

organ intern yang terdiri atas : rapat anggota, pengurus dan pengawas. Ketiga

organ itu masing-masing mempunyai fungsi, wewenang dan tugas yang terpisah.

Ketentuan yang mengatur tentang organ dapat diketahui dengan melihat dari

beberapa pasal dalam undang-undang koperasi, adapun ketiga organ koperasi

tersebut adalah :40

1. Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi yang

diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk membicarakan kepentigan

organisasi maupun usaha koperasi, dalam rangka mengambil suatu keputusan

dengan suara terbanyak dari para anggota yang hadir. Pelaksanaan rapat anggota

ini biasanya diatur dalam anggaran dasar koperasi, baik mengenai waktu

pelaksanaannya maupun menyangkut jumlah anggota minimal yang hadir.41

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

Pada rapat anggota, para anggota koperasi bebas untuk berbicara, memberikan

usul, pandangan dan tanggapan serta saran demi kemajuan usaha koperasi

keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai

mufakat. Sebaliknya, Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara

musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara

40Ibid, hlm 35

41

(36)

terbanyak. Dalam hal, dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai

hak satu suara. Ketidak hadiran anggota koperasi di dalam rapat anggota yang

diadakan tidak dapat diwakilkan atau dikuasakan kepada orang lain, jadi

pemungutan suara hanya dilakukan oleh anggota yang hadir.42

Rapat anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi

mempunyai hak dan wewenang :43

1. Menetapkan kebijakan umum koperasi;

2. Mengubah anggaran dasar;

3. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengawas dan pengurus;

4. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja

koperasi;

5. Menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan oleh pengurus

untuk dan atas nama koperasi;

6. Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan

pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing;

7. Menetapkan pembagian sisa hasil usaha;

8. Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan dan pembubaran koperasi;

dan

9. Menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh

Undang-Undang ini.

Rapat anggota diadakan paling sedikit sekali dalam 1 tahun, sehingga

sering disebut rapat anggota tahunan (RAT). Ketika keadaan mengharuskan

42

Muhammad Firdaus, Perkoperasian Sejarah Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002 hlm 85-86

43

(37)

adanya keputusan segera demi kepentingan bersama dalam koperasi, maka dapat

dilakukan rapat anggota luar biasa (RALB). Alasan utama dilakukannya

permintaan RALB adalah apabila anggota menilai bahwa pengurus telah

melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan koperasi dan

menimbulkan kerugian terhadap koperasi. Jika permintaan tersebut telah

dilakukan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, maka pengurus harus

memenuhinya. RALB atas keputusan pengurus dilaksanakan untuk kepentingan

pengembangan koperasi.44

2. Pengurus

Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota. Pengurus dipilih dari

dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota untuk masa jabatan paling lama 5

(lima) tahun. Pertama kalinya, susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan

dalam akta pendirian. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi

anggota pengurus ditetapkan dalam anggaran dasar.45

Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat

anggota, yang memperoleh kepercayaan dari rapat anggota untuk memimpin

organisasi dan usaha koperasi untuk satu periode tertentu. Penguruslah yang akan

menentukan apakah program-program kerja yang telah disepakati oleh rapat

anggota benar-benar dapat dijalankan. Dan pengurus pula yang akan menentukan

apakah koperasi dapat diterima sebagai rekan usaha yang terpercaya dalam

lingkungan dunia usaha. Pengurus memiliki fungsi dan wewenang sebagai

44

Muhammad Firdaus, Op.Cit hlm 86

45

(38)

pelaksana keputusan rapat anggota sangat strategis dan menentukan maju

mundurnya koperasi 46

1. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;

Menurut ketentuan Pasal 55 UU Koperasi pengurus dipilih dari orang

perseorangan, baik anggota maupun non anggota. Orang perseorangan

sebagaimana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan :

2. Memiliki kemampuan mengelola usaha koperasi

3. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau komisaris

atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan

koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit;dan

4. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

korporasi, keuangan negara, dan /atau yang berkaitan dengan sektor

keuangan, dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan.

Ada persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi pengurus. Persyaratan

untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi pengurus koperasi Indonesia ditetapkan

dalam anggaran dasar koperasi. Biasanya syarat-syarat tersebut sesuai dengan

jenis koperasi dimana pengurus itu akan memimpinnya, yaitu seperti berikut :47

1. Harus turut ambil bagian dalam usaha koperasi, serta telah memenuhi

kewajiban dalam koperasi, seperti membayar simpanan pokok dan telah

mempunyai pengalaman dalam usaha koperasi;

46

Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, BPFE, Yogyakarta, 1997 hlm137

47

(39)

2. Harus menyediakan waktu untuk menghadiri rapat pengurus, serta turut

mengeluarkan pendapat dan buah pikiran yang berguna demi kemajuan para

anggota;

3. Harus mengerti dan mempunyai pengalaman tentang organisasi koperasi,

serta aktif memperhatikan kerapian organisasi koperasi;

4. Harus bersedia mendengar usul-usul atau keberatan dari pihak anggota guna

kebaikan bersama, serta membicarakan hal itu dalam rapat pengurus;

5. Harus menghargai pendapat sesama anggota walupun tidak selalu sama,

sebelum mengambil keputusan;

6. Harus mematuhi keputusan rapat pengurus dan tidak dibenarkan menjalankan

kemauannya sendiri-sendiri;

7. Harus mempunyai sikap terbuka dan mau menerima kemajuan-kemajuan

teknologi baru dan penemuan-penemuan kearah pembaruan;

8. Pengurus adalah pemegang kepercayaan dan pemegang kuasa dari rapat

anggota, karenanya merupakan suatu jabatan kehormatan, sehingga jangan

sampai mengecewakan para anggota yang telah memberi kepercayaan dan

kuasa kepadanya.

Setelah badan pengurus terbentuk, lalu ditetapkan kewajiban dan tanggung

jawab pengurus, umumnya dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

maupun keputusan rapat sudah ditentukan. Pengurus harus benar-benar

memahami isi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dan

(40)

ketentuan undang-undang dan anggaran dasar tersebut. Tugas-tugas dari pengurus

diatur dalam UU Koperasi, mencakup antara lain :48

1. Mengelola koperasi berdasarkan anggaran dasar;

2. Mendorong dan memajukan usaha anggota;

3. Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan

belanja koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota;

4. Menyusun laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas

untuk diajukan kepada rapat anggota;

5. Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi koperasi untuk

diajukan kepada rapat anggota;

6. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dari inventaris secara tertib;

7. Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien;

8. Memelihara buku daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar

pengurus, buku daftar pemegang sertifikat modal koperasi, dan risalah rapat

anggota; dan

9. Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan

koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.

Berdasarkan ketentuan tersebut pengurus mengemban amanat dan

keputusan rapat anggota untuk mengelola organisasi dan usaha koperasi. Tugas

dan wewenang yang dilakukan pengurus merupakan pelaksanaan kegiatan sebagai

lembaga eksekutif dan memliki identitas sendiri. Dalam mengelola koperasi ini,

sebagai kuasa rapat anggota, pengurus harus melaksanakan kegiatannya

48

(41)

mata untuk kepentingan dan kemanfaatan koperasi beserta anggotanya, sesuai

keputusan rapat anggota.49

Susunan perangkat organisasi pengurus pada umumnya terdiri dari ketua,

sekretaris dan bendahara. Namun, dalam pelaksanaannya susunan perangkat

organisasi pengurus tersebut dapat bervariasi antara satu koperasi dengan koperasi

yang lain, tergantung besar kecilnya koperasi dan keinginan anggota.

Kecenderungan yang biasa terjadi pada banyak koperasi di Indonesia adalah

pengembangan struktur perangkat secara horizontal. Pemekaran tersebut lebih

banyak ditujukan untuk menampung yang lebih banyak orang dan bukan

didasarkan atas efektifitas pelaksanaan tugas. Ada juga koperasi yang menyusun

perangkat pengurus berdasarkan kepentingan usaha, yaitu besar kecil usaha

koperasi tersebut.50

3. Pengawas

Pengawas adalah perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi

mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan

usaha koperasi. Pengawas organisasi koperasi merupakan suatu lembaga atau

badan struktural organisasi koperasi. Pengawas mengemban amanat anggota

untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi, sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga koperasi, keputusan pengurus, serta peraturan lainnya

yang berlaku didalam koperasi.51

49

R.T. Sutantya rahardja hadhikusuma, Op.Cit, hlm 87.

50

Muhammad Firdaus, Op.Cit hlm 89

51

(42)

Pengawas koperasi ini juga merupakan organisasi koperasi Indonesia yang

dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota, serta bertanggung

jawab kepada rapat anggota. Dengan demikian, pengawas ini tidak dibenarkan

diangkat dari orang diluar koperasi. Tugas pengawas ini secara umum adalah

mengawasi jalannya kegiatan koperasi yang dilaksanakan oleh pengurus, dan hasil

pengawasannya tersebut kemudian dilaporkan kepada rapat anggota secara

tertulis. Sebagai anggota pengawas, tidak dapat merangkap jabatan sebagai

pengurus, sebab kedudukan dan tugas pengawas ini adalah mengawasi

pelaksanaan tugas kepengurusan yang dilakukan oleh pengurus. Sehingga jika

terjadi perangkapan jabatan, sebagai anggota pengawas sekaligus juga sebagai

pengurus, maka laporan hasil pengawasan yang telah dilakukan diragukan

keobyektifannya.52

Tugas dan wewenang pengawas diatur dalam UU Koperasi, yaitu :53

1. Mengusulkan calon pengurus;

2. Memberi nasihat dan pengawasan kepada pengurus;

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan

koperasi yang dilakukan oleh pengurus;dan

4. Melaporkan hasil pengawasan kepada rapat anggota.

Kewenangan yang dimiliki oleh pengawas dalam suatu koperasi yaitu :54

1. Menetapkan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian

anggota sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;

52

Ibid, hlm 90

53

Periksa Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

54

(43)

2. Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus

dan pihak lain yang terkait;

3. Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja

koperasi dari pengurus;

4. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada pengurus dalam melakukan

perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam anggaran dasar; dan

5. Dapat memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan

menyebutkan alasannya.

Ketika didalam meneliti segala catatan tentang seluruh harta kekayaan

koperasi dan kebenaran dari pembukuannya yang tercermin dalam neraca dan

perhitungan laba rugi menemui kesulitan serta dalam rangka peningkatan efisiensi

pengelolaan yang bersifat terbuka, dan melindungi pihak yang berkepentingan,

koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik dan tidak menutup

kemungkinan permintaan tersebut dilakukan oleh pengawas. Dimaksud dengan

jasa audit adalah audit terhadap laporan keuangan dan audit lainnya sesuai

keperluan koperasi.55

C. Pengelolaan Koperasi

Koperasi mempunyai ciri ganda, dalam arti bahwa koperasi itu

mengandung unsur ekonomi dan unsur sosial. Bagi suatu koperasi, ini berarti

bahwa dia harus bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada

unsur sosial yang tersurat dan tersirat dalam azas-azas koperasi. Sebagaimana kita

55

(44)

ketahui pada Pasal 58 ayat (1) UU Koperasi, telah mengatur tugas dari pengurus

yaitu mengelola koperasi berdasarkan anggaran dasar.56

Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan

kuasa untuk mengelola usaha koperasi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk

mewujudkan profesionalisme dalam pengelolaan usaha koperasi. Oleh sebab itu,

pengurus dapat mengangkat tenaga pengelola yang ahli untuk mengelola usaha

koperasi yang bersangkutan. Penggunaan istilah pengelola dimaksudkan untuk

dapat mencakup pengertian yang lebih luas dan memberi alternatif bagi koperasi.

Dengan demikian, sesuai dengan kepentingannya, koperasi dapat mengangkat

pengelola sebagai manajer atau direksi. Sedangkan maksud dari kata diberi

wewenang dan kuasa adalah pelimpahan wewenang dan kuasa yang dimiliki oleh

pengurus. Dengan demikian, pengurus tidak lagi melaksanakan sendiri wewenang

dan kuasa yang telah dilimpahkan kepada pengelola dan tugas pengurus beralih

menjadi mengawasi pelaksanaan wewenang dan kuasa yang dilakukan oleh

pengelola. Besarnya wewenang dan kuasa yang dilimpahkan ditentukan sesuai

dengan kepentingan koperasi. Dalam hal, pengurus koperasi bermaksud untuk

mengangkat pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan dalam rapat

anggota untuk mendapat persetujuan. Pengelola dalam menjalankan tugasnya

mengelola usaha koperasi bertanggung jawab kepada pengurus dan pengelolaan

usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus koperasi.57

56Ibid

57

(45)

Mengenai tugas dan kewajiban dari manajer pengelola koperasi dapat

dikemukakan sebagai berikut :58

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan usaha yang telah digariskan oleh pengurus;

2. Mengangkat dan/atau memberhentikan karyawan koperasi atas kuasa

dan/atau persetujuan pengurus;

3. Membantu pengurus dalam menyusun anggaran belanja dan pendapatan

koperasi;

4. Melaporkan secara teratur kepada pengurus tentang pelaksanaan tugas yang

diberikan kepadanya, dan jika perlu dapat memberikan saran perbaikan dan

saran peningkatan usaha koperasi yang dilakukannya;

5. Memberikan pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan tugas kepada

pengurus koperasi.

Pada koperasi yang yang kegiatannya telah meluas tentunya tidak hanya

memiliki seorang manajer saja tergantung dari luas lingkup kegiatannya serta

struktur organisasinya. Di samping itu, tentunya diperlukan seorang manajer yang

mengkoordinasi serta memberikan pengarahan-pengarahan kepada manajer

tingkat bawah. Manajer dapat diklasifikasikan menurut tingkatnya dalam

organisasi atau menurut ruang lingkup kegiatan yang dikelola manajer dan

tanggung jawabnya, dalam hal ini maka terdapatlah 3 buah tingkatan manajemen,

yaitu :59

58

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit hlm 89

59

(46)

1. Manajemen puncak60

Pada koperasi manajer puncak ini bertanggung jawab langsung kepada

pengurus. Kelompok ini bertanggung jawab atas manajemen bidang usaha yang

menyeluruh dari koperasi yang bersangkutan. Pada perusahaan swasta yang

besar-besar mereka ini disebut juga sebagai CEO ( chief executive officer).

2. Manajer Menengah61

Manajer menengah ini memberi pengarahan kegiatan-kegiatan manajer

bawahan atau dalam hal-hal tertentu bisa juga kepada karyawan-karyawan

operasional, pada manajer puncak mereka menetapkan

kebijaksanaan-kebijaksanaan operasional dan pemecahan masalah lingkungan organisasi maka

middle management ini bertanggung jawab terhadap implement ini bertanggung

jawab terhadap implementasi kebijaksanaan organisasi.

3. Manajer Lini Pertama62

Manajer lini pertama ini bertanggung jawab atas pekerjaan orang-orang

lain (bawahannya) dan memberikan pengarahan kepada mereka.

Berkaitan dengan hal klasifikasi dilakukan menurut ruang lingkup

kegiatan, maka terdapat 2 macam manajer, yaitu manajer fungsional dan manajer

umum. Manajer fungsional hanya bertanggung jawab atas suatu jenis kegiatan

dalam organisasi sehingga akan terdapat manajer pemasaran, manajer produksi,

manajer keuangan dan sebagainya, sedangkan manajer umum mengelola sebuah

unit yang kompleks, seperti sebuah perusahaan, anak perusahaan atau cabang

(47)

perusahaan yang mandiri. Oleh sebab itu, manajer umum bertanggung jawab atas

semua kegiatan-kegiatan dalam unit tersebut.63

Peran dari manajer adalah membuat rencana kedepan sesuai dengan ruang

lingkup dan wewenangnya, mengelola sumber daya secara efisien, memberikan

perintah-perintah, bertindak sebagai pemimpin dan mampu melaksanakan kerja

sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi (to get things done by

working with and through people). Manajer harus bisa mengkoordinir dan

memajukan segala sumber daya untuk bekerja sama sebagai suatu kesatuan.

Akhirnya dia harus bisa mengawasi menghargai dan menilai prestasi kerja dan

mengambil langkah-langkah pencegahan tepat pada waktunya bilamana ada

gejala-gejala terjadi penyimpangan-penyimpangan.64

Seorang manajer yang cakap harus mampu mengapresiasikan segala

sumber daya yang dimiliki koperasi secara efisien, sesuai dengan azas-azas

koperasi dan sejalan dengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pengurus.

Selain itu adanya kerja sama yang baik antara pengurus dan manajer merupakan

hal yang sangat penting, serta harus ada pembagian tugas dan wilayah kerja yang

jelas antara manajer dan pengurus dan diusahakan tidak adanya tugas yang

tumpang tindih antara pengurus dan manajer.

65

Membicarakan masalah pembagian kerja antara pengurus dan manajer,

maka masalahnya tidak bisa dilepaskan dari permasalahan wewenang yang

dimiliki oleh mereka masing-masing. Wewenang yang dimiliki oleh pengurus

bersumber pada undang-undang, anggaran dasar, keputusan rapat anggota atau

(48)

pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) kalau koperasi tersebut

adalah stock cooperatives seperti di Amerika Serikat dan keahliannya

(expertness), sedangkan wewenang dari para manajer bersumber pada pengurus

dan keahliannya dibidang yang disyaratkan. Wewenang pengurus yang bersumber

pada keahlian atau expertness disebut juga sebagai wewenang informal atau

informal authority.66

Kembali kepada ciri ganda dari organisasi koperasi, yang berarti bahwa

koperasi itu mengandung unsur ekonomi dan unsur sosial, dalam kenyataannya

sebagaimana yang dilihat sekarang ini, pengelolaan unsur sosial yang terkandung

dalam organisasi koperasi ini memang lebih banyak merupakan wewenang dari

pengurus dari pada sebagai wewenang dari manajer, seperti dalam masalah yang

menyangkut pembinaan anggota. Hal ini memberikan kesan bahwa seolah-olah

dalam tubuh koperasi terdapat 2 bidang yang bisa dikelola secara terpisah, yaitu

bidang yang mencakup pengelolaan organisasi dan bidang yang mencakup

pengelolaan usaha koperasi. Namun, dewasa ini masih banyak ditemukan

koperasi-koperasi di Indonesia, dimana pengelolaan organisasi dan usahanya

cukup ditangani oleh pengurus saja, terutama pada koperasi skala operasinya

kecil. Namun, secara lambat laun kini sudah mulai terlihat adanya

koperasi-koperasi dimana pengurus sudah melimpahkan sebagian wewenangnya kepada

manajer, terutama pada tingkat sekundernya. Meskipun demikian, pengelola

bertanggung jawab kepada pengurus dan bahwa dengan pemberian wewenang

66

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan hukum yang ada adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap anggota koperasi yang dirugikan akibat kehilangan benda gadai dan apakah koperasi sebagai badan

PENDAFTARAN BADAN HUKUM KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012

Pada bagian akhir ini dikemukakan implikasi dan rekomendasi antara lain (1) pendirian dan pembentukan koperasi tidak lagi didirikan atau dibentuk secara main-main namun secara

dimana dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih adalah kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu dan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan serta bentuk evaluasi kepada pihak koperasi khususnya koperasi Kosika Ponuwa Universitas Negeri Gorontalo untuk memperbaiki

Berdasarkan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, harta pailit yang tidak cukup untuk

37 Tahun 2004, pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah seorang debitur yang mempunyai dua atau lebih krediturnya dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang

Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mem- berikan definisi koperasi sebagai badan hukum yang didirikan orang perseorangan atau badan hukum koperasi