• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Tanggung Jawab Pengurus Koperasi terhadap Kepailitan Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Tanggung Jawab Pengurus Koperasi terhadap Kepailitan Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan

meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional. Pada awal

kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1965 tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa peraturan mengenai

koperasi tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya

undang-undang tersebut dan digantikan oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang

Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian dan yang paling terbaru adalah Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian(selanjutnya disebut dengan UU

Koperasi). Pergantian undang-undang perkoperasian Indonesia yang dilakukan

dari masa ke masa tersebut semata-mata dilakukan dalam rangka meningkatkan

dan mengembangkan peranan koperasi sebagai soko guru perekonomian

Indonesia.1

Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian digantikan

oleh Undang – Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian

dengan tujuan untuk membangkitkan peran koperasi sebagai wadah perjuangan

(2)

ekonomi rakyat dan mengembalikan koperasi pada landasan-landasan asas-asas

dan sendi-sendi koperasi yang murni. Perbaikan dan pengembangan pada

undang-undang perkoperasian terus dilakukan dalam rangka peningkatan perekonomian

rakyat melalui peran koperasi. Hal tersebut juga dilakukan dengan memegang

teguh prinsip-prinsip koperasi yang murni dan menjaganya agar tetap ada dan

menjiwai seluruh koperasi yang didirikan di Indonesia. Akhirnya pada tahun

2012, diterbitkanlah undang-undang perkoperasian terbaru yang dianggap akan

membawa perubahan terhadap koperasi itu sendiri. Undang-Undang No. 17

Tahun 2012 mengenai Perkoperasian ini membawa banyak konsep-konsep baru

yang ditujukan dalam rangka mengembangkan koperasi dan menyesuaikannya

dengan keadaan perekonomian global. Undang-Undang ini diamanatkan untuk

membawa koperasi ke arah yang lebih baik lagi.2

Koperasi merupakan suatu bentuk kerja sama dalam lapangan

perekonomian. Kerja sama ini diadakan orang karena adanya kesamaan jenis

kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan

kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang bertalian dengan perusahaan ataupun

rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama Undang-Undang koperasi dan perubahan perubahan dari undang-undang

ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak baik kepada pihak organ

koperasi maupun kepada masyarakat luas . Undang-Undang ini juga diharapkan

dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan hukum seputar koperasi.

2

(3)

yang akan berlangsung terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan

sebagai bentuk kerja sama itu. 3

Pada umumnya tujuan koperasi merupakan untuk mensejahterakan

anggotanya. Selain itu, koperasi juga merupakan sebuah badan usaha dimana

sebuah badan usaha mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan

sebesar-besarnya. Oleh sebab itu, untuk dapat mensejahterakan para anggotanya, koperasi

sebagai badan usaha harus bisa mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya

melalui usaha yang dilakukan bersama.

4

Hal ini didukung oleh kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan dalam sebuah koperasi seperti halnya kegiatan dalam

memproduksi barang-barang, simpan pinjam, jual beli produk yang mana pada

umumnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan koperasi ini bertujuan untuk

kesejahteraan dan kepentingan bersama para anggota koperasi tersebut agar tidak

ada satu pihak pun yang dirugikan.5

Koperasi sebagai badan usaha memiliki peranan yang sangat penting

dalam pembangunan ekonomi nasional. Koperasi diberikan peranan dan ruang

gerak yang luas untuk melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Terkait

dengan hubungan itu koperasi juga digunakan sebagai salah satu wadah utama

untuk membina kemampuan golongan ekonomi lemah.6

3

Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Rineka Cipta, 2007, hlm 1

Seperti menurut Pasal 4

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dijelaskan, bahwa fungsi dan peran

koperasi sebagai berikut :

14 februari 2014 pada pukul 20.00

55

Syamsul Arifin dkk , Diktat Kuliah Universitas Medan Area , Hukum dan Koperasi , Fakultas Hukum Universitas Medan Area , 1985, hlm 1

6

(4)

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi sosialnya;

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuasaan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya;

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi.

Seperti halnya bentuk badan usaha lainnya, koperasi sebagai badan hukum

untuk menjalankan kegiatan usaha dan untuk mencapai segala tujuan dari badan

usahanya koperasi memerlukan modal, yang terbagi seluruhnya atas setoran

pokok, sertifikat modal koperasi, hibah, modal penyertaan, modal pinjaman ( yang

berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan lainnya,

penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, pemerintah) dan sumber lain yang

sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan/atau ketentuan peraturan

perundang-undangan.7

Sebuah koperasi mendapatkan status sebagai badan hukum setelah akta

pendiriannya disahkan oleh Menteri yaitu Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah. Pengesahan koperasi sebagai badan hukum ini diberikan dalam jangka

waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima, dan

7

(5)

apabila Menteri tidak tidak melakukan pengesahan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan maka akta pendirian koperasi dianggap sah.8 Perjalanan pengelolaan

koperasi dalam prakteknya tidak selalu membawa koperasi ke arah yang lebih

baik. Bahkan terkadang ada koperasi yang harus menanggung kerugian secara

terus menerus sehingga berujung pada pembubaran koperasi.9

Pengaruh gejolak moneter yang terjadi di beberapa negara, termasuk

Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, telah menimbulkan kesulitan yang

sangat besar terhadap perekonomian nasional, terutama kemampuan dunia usaha

dalam mengembangkan usahanya dan bahkan untuk mempertahankan

kelangsungan kegiatan usahanya. Lebih jauh lagi, gejolak tersebut juga telah

memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan dunia usaha, untuk

memenuhi kewajiban pembayaran mereka kepada kreditor. Keadaan ini pada

gilirannya telah melahirkan akibat yang berantai dan apabila tidak segera

diselesaikan, akan menimbulkan dampak yang lebih luas lagi. Tidak hanya dalam

kelangsungan usaha dan segi segi ekonomi pada umumnya, tetapi juga terhadap

masalah ketenagakerjaan dan aspek-aspek sosial lainnya, yang lebih jauh perlu

diselesaikan secara adil, dalam arti memperhatikan kepentingan koperasi sebagai

debitor ataupun kepentingan kreditor secara seimbang, yang penyelesaiannya

harus dilakukan secara cepat dan efektif.10

Apabila koperasi berada dalam keadaan merugi dan tidak dapat membayar

utang-utangnya, ada 2 jalan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah

8Ibid

9Ibid 10

(6)

tersebut, yaitu dengan keputusan rapat anggota atau keputusan pemerintah yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran

Koperasi Oleh Pemerintah, dapat juga dibubarkan melalui Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang (selanjutnya disebut dengan UUK dan PKPU). 11

Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk

melakukan pembayaran terhadap utang-utang dari pada kreditornya. Keadaan

tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan

(financial distress) dari usaha debitor yang telah mengalami kemunduran.

Kepailitan merupakan putusan pengadilan yang mengakibatkan sita umum atas

seluruh kekayaan debitor pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada

dikemudian hari. Pengurusan dan pemberesan kepailitan dilakukan oleh kurator

dibawah pengawasan hakim pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil

penjualan harta kekayaan tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit

tersebut secara proporsional (prorate parte) dan sesuai dengan struktur kreditor.12

Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU, dijelaskan bahwa debitor yang

mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu

utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan

pengadilan, baik atas permohonan sendiri maupun atas permohonan satu atau

lebih kreditornya. Kepailitan koperasi sebagai badan hukum dalam menjalankan

kegiatannya tidak tertutup kemungkinan untuk terkait dengan utang piutang dalam

11

Kristiani, Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Koperasi Di Indonesia (Studi Kasus Putusan Nomor: 01/Pailit/2008/ Pengadilan Niaga Semarang), Tesis, Ilmu Kenotariatan, Pascasarjana, UNDIP, 2008, hlm 16

12

(7)

menjalankannya. Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum dapat

melakukan kegiatan ini, hal ini terkait dengan sumber modal dari koperasi itu

sendiri yaitu yang berasal dari modal pinjaman sehingga tidak tertutup

kemungkinan untuk terjadinya kepailitan terhadap suatu koperasi.13

Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para

kreditor atas kekayaan debitor oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditor dan

menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitor

dapat dibagikan kepada semua kreditor sesuai dengan hak masing-masing.14

Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang

memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitor dalam keadaan

berhenti membayar atau tidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada

dasarnya memiliki 2 fungsi sekaligus, yaitu :15

1. Kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditor bahwa debitor

tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap semua

hutang-hutangnya kepada semua kreditor.

2. Kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan kepada debitor

terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditor-kreditornya. Oleh

karena itu, keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu

lembaga atau sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian

2014 pada pukul 14.00 wib

14

Ibid

15

(8)

konsep yang taat asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata.

Kepailitan merupakan suatu jalan keluar yang bersifat komersial untuk

keluar dari persoalan utang piutang yang menghimpit seorang debitor tersebut

sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar utang-utang tersebut

kepada para kreditornya. Oleh sebab itu, bila keadaan ketidakmampuan untuk

membayar kewajiban yang telah jatuh tempo tersebut disadari oleh debitor, maka

langkah untuk mengajukan permohonan penetapan status pailit terhadap dirinya

(voluntary petition for self bankruptcy) menjadi suatu langkah yang

memungkinkan, atau penetapan status pailit oleh pengadilan terhadap debitor

tersebut bila kemudian ditemukan bukti bahwa debitor tersebut memang telah

tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Lembaga kepailitan ini diharapkan berfungsi sebagai lembaga alternatif untuk

penyelesaian kewajiban-kewajiban debitor terhadap kreditor secara lebih efektif,

efisien dan proporsional. 16

Dalam kedudukan koperasi ini sebagai badan hukum mempunyai suatu

ciri-ciri tersendiri, jika dibandingkan dengan badan usaha lain yang juga

mempunyai status sebagai badan hukum. Hal yang demikian itu dapat dilihat

antara lain pada pertanggung jawaban para anggota, Seperti misalnya koperasi

mengalami kerugian, maka setelah dibayarkan seluruh harta kekayaan dari

koperasi tersebut ternyata tagihan dari pihak ketiga belum terlunasi seluruhnya.

Oleh sebab itu masing-masing anggota koperasi secara secara tanggung renteng

16

(9)

melunasi hutang terhadap pihak ketiga tersebut. Bahkan anggota koperasi yang

telah keluar tetapi belum lewat bulan turut menanggung kerugian tersebut.17

Merujuk pada pertanggung jawaban yang diemban kepada organ koperasi

sebagaimana telah disebutkan di atas, maka jelas bahwa selaku salah satu bagian

dari organ dalam lembaga koperasi, pengurus memiliki tanggung jawab sangat

besar dalam operasionalisasi koperasi, terlebih-lebih apabila terjadi pembubaran

terhadap koperasi yang disebabkan karena terjadinya kepailitan terhadap koperasi.

Tanggung jawab pengurus ini akan menjadi bahasan utama penulisan skripsi ini

yang berjudul “Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Terhadap Kepailitan

Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang

Perkoperasian”.18

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka

permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tentang pengelolaan koperasi menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Jo. Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992?

2. Bagaimanakah kepailitan dalam koperasi ?

3. Bagaimanakah pertanggung jawaban pengurus koperasi atas pailitnya koperas

17

Syamsul Arifin dkk, Op.Cit, hlm 8

18

(10)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkankan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan hukum tentang pengelolaan

koperasi menurut Undang Nomor 17 Tahun 2012 Jo.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;

2. Untuk mengetahui kepailitan dalam perkoperasian;

3. Untuk mengetahui pertanggung jawaban pengurus koperasi atas pailitnya

koperasi.

Adapun manfaat penulisan dari skripsi ini baik secara teoristis maupun

praktis adalah:

1. Secara teorietis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan terhadap perkembangan hukum

perusahaan pada khususnya, Juga diharapkan dapat menambah khasanah

kepustakaan yang berkaitan dengan substansi hukum perusahaan.

2. Secara praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada setiap

orang yang merupakan pengurus koperasi agar lebih profesional dan

berhati-hati dalam melakukan pengelolaan koperasi, dapat menjadi masukan bagi

pertimbangan hakim untuk memutuskan perkara pertanggungjawaban

pengurus koperasi, dan dapat juga menjadi masukan bagi aparat penegak

hukum dan bagi pencari keadilan dalam rangka menemukan kepastian

(11)

D. Keaslian Penulisan

Judul tulisan ini adalah Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Terhadap

Kepailitan Koperasi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat

untuk memperoleh gelar sarjana hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan ini berdasarkan referensi

buku-buku, media cetak, dan elektronik. Oleh karena itu penulisan ini merupakan

sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Koperasi pada dasarnya adalah pembentukan badan usaha yang bertujuan

untuk menggalang kerja sama di antara orang-orang yang mempunyai

keterbatasan ekonomi guna mencapai tujuan bersama. Pembentukan badan

koperasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi

para anggota, baik yang bersifat individual maupun kelompok.19

Koperasi

merupakan institusi atau lembaga atau organisasi yang tumbuh atas dasar

solidaritas tradisional dan kerjasama serta kepentingan yang sama antar individu.

Koperasi sangat berperan dalam pembangunan nasional diberbagai bidang

terutama bidang ekonomi dan bidang lainnya serta memiliki peran yang

digunakan sebagai salah satu wadah untuk membina kemampuan golongan

ekonomi lemah.

(12)

Koperasi di Indonesia menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17

tahun 2012 tentang Perkoperasian, didefinisikan sebagai badan hukum yang

didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan

kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang

memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya

sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Dalam menjalankan kegiatannya

koperasi memiliki seperangkat pengurus untuk menjalankan kegiatan organisasi

maupun usaha dari koperasi tersebut dimana pengurus dipilih dari dan oleh

anggota koperasi dalam rapat anggota.

Pengurus adalah pemegang kuasa rapat anggota yang dipilih dari dan oleh

anggota dalam rapat anggota. Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi

yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan koperasi untuk kepentingan dan

tujuan koperasi serta mewakili koperasi baik didalam maupun diluar pengadilan

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Berdasarkan Pasal 60 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mengatur tentang tanggung

jawab pengurus yang ditetapkan, sebagai berikut Pengurus bertanggung jawab

atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan pencapaian tujuan koperasi

kepada rapat anggota.

Untuk memahami lebih lanjut tanggung jawab pengurus koperasi, dalam

Pasal 60 ayat (3) Undang-Udang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

Perkoperasian menentukan bahwa setiap pengurus bertanggung jawab penuh

secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah menjalankan tugasnya sesuai

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Maka pengurus, baik

(13)

kerugian yang diderita koperasi apabila hal-hal yang dapat menyebabkan sebuah

koperasi bubar tersebut disebabkan karena tindakan yang dilakukan dengan

kesengajaan atau kelalaiannya. Bahkan disamping kerugian tersebut, apabila

tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan tidak menutup kemungkinan bagi

penuntut umum untuk melakukan penuntutan terhadapnya.

Salah satu cara menyelesaikan apabila koperasi dalam keadaan merugi

adalah dengan keputusan pemerintah yaitu koperasi dapat dinyatakan pailit

berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti. Berdasarkan Pasal 1 angka 1

UUK dan PKPU, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan

hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU menyebutkan bahwa syarat

untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor adalah “Debitor

yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya

satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan

putusan pengadilan baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan

satu atau lebih kreditornya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Koperasi sendiri selaku badan hukum dapat dimohonkan kepailitannya apabila

memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU tersebut.

F. Metode Penelitian

Sebagaimana untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat

(14)

adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam mengerjakan

skripsi ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Metode penelitian yang

digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum

normative. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga

penelitian hukum kepustakaan.

2. Sumber Data

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data

sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data

sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.20

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Junto Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan dibidang hukum koperasi dan pailitnya koperasi yang

mengikat, antara lain :

b. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.

20

(15)

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa

buku-buku, pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum

sekunder yakni kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.

3. Tekhnik Pengumpulan data

Penulisan skripsi ini digunakan metode library search (penelitian

kepustakaan), yakni mempelajari literatur atau dari sumber bacaan buku-buku,

peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, artikel-artikel baik dari

surat kabar, majalah, media elektronik, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan

penulisan skripsi ini yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh

bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.

4. Analisis Data

Jenis analisi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

normatif kualitatif yang menjelaskan pembahasan yang dilakukan berdasarkan

ketentuan hukum yang berlaku seperti perundang-undangan. Data yang diperoleh

dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskiriptif kualitatif. Metode

deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi

pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan

dan mnyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian

dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga

(16)

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa

sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang

dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar

belakang penulisan skripsi dengan judul “Tanggung jawab

pengurus koperasi terhadap kepailitan koperasi ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian”,

permasalahan tanggung jawab pengurus terhadap kepailitan

koperasi , tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PENGELOLAAN

KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17

TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN.

Bab ini memberikan uraian mengenai pengertian koperasi sebagai

badan hukum, organ dalam koperasi, pengelolaan koperasi,

tanggung jawab pengelola koperasi dalam pengelolaan koperasi

BAB III KEPAILITAN DALAM KOPERASI

Bab ini akan membahas mengenai syarat pailit dalam koperasi,

prosedur permohonan pernyataan pailit, akibat hukum pernyataan

(17)

BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS KOPERASI ATAS

PAILITNYA KOPERASI

Bab ini berisi bentuk pertanggungjawaban pengurus koperasi atas

pailitnya koperasi, akibat tidak dilaksanakannya

pertanggungjawaban pengurus koperasi dalam penyelesaian pailit.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab

seluruhnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada modifikasi tata rias wajah yaitu mendapatkan nilai rata-rata 4,05 dengan predikat baik, penataan kerudung mendapatkan nilai rata-rata 4,01

Sasaran pelatihan gender adalah memungkinkan para peserta memahami peranan dan kebutuhan wanita dan pria yang berbeda dalam masyarakat, menentang perilaku dan struktur yang

para mujtahid, karena para mujtahid hanya terbatas pada memperjelas atau memunculkan hukum Allah serta menemukannya melalui jalan Istimbath (penetapan hukum yang berdasarkan

Pada rencana pengujian Rentang Nilai data akan valid jika diisi dengan memasukkan angka “123” yang terdiri dari 3 digit dan tidak boleh kosong.. Sebaliknya, data

Bertanggung jawab terhadap permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.. Membantu proses permintaan Obat dan Bahan Medis

Berikut ini adalah ringkasan informasi produk Q Life Legacy agar dapat dibaca dengan seksama oleh Anda (Calon Pemegang Polis/ Tertanggung). Penting : Anda diharapkan

Data antrian yang diperoleh adalah merupakan data antrian yang terjadi pada sistem pelayanan Bank Mandiri Cabang Ambon, dengan model sistem antrian yang diterapkan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham pada perusahaan makanan & minuman yang terdaftar pada BEI 2015-2017. Adanya variabel