KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DANA BANTUAN HUKUM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
PROVINSI LAMPUNG
Raisya Andayu Putri, Nurmayani, Marlia Eka Putri
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Lampung
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail: andayuraisya@yahoo.com
ABSTRAK
Pemerintah Provinsi Lampung memberikan alokasi anggaran belanja hibah dana bantuan
hukum dalam APBD tahun 2012 yang ditujukan untuk warga yang tidak mampu. Akan tetapi
dalam pelaksanaan di lapangan penyerapan dana tersebut belum optimal dikarenakan
berbagai hambatan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengaturan
pemerintah tentang kebijakan pengalokasian dana bantuan hukum dalam APBD Provinsi
Lampung dan (2) Bagaimana penerapan kebijakan pengalokasian dana bantuan hukum
dalam APBD Provinsi Lampung.
Penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan empiris. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang
dilakukan dengan studi pustaka dan lapangan.
Berdasarkan penelitian ini maka: (1) Bantuan hukum merupakan urusan pemerintah yang
bersifat pilihan. Pemerintah daerah dalam menjalankan amanat UU No.16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum untuk membantu mengakses dana bantuan hukum menggunakan
Peraturan Gubernur No.49 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan dan
Hibah Yang Bersumber Dari APBD. (2) Pemerintah daerah menganggarkan belanja hibah
bantuan hukum sebagai wujud pemerataan keadilan, dana bantuan hukum tersebut
dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2012, namun dana tersebut tidak terserap sama
sekali, kemudian dana tersebut masuk dalam kas daerah untuk dianggarkan tahun
berikutnya.
Dari hasil penelitian ini disarankan LBH dan masyarakat tidak mampu untuk mengakses
dana bantuan hukum bersumber dari APBD harus sesuai dengan prosedur ketentuan dan
peraturan yang berlaku di daerah. Pemerintah diharapkan lebih optimal dalam penerapan
kebijakan yang dibuat, sehingga manfaat dari kebijakan tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat.
I. PENDAHULUAN
Dalam konsep negara hukum, negara
mengakui dan melindungi hak asasi tiap
manusia dan individu. Pengakuan negara
terhadap hak individu ini tersirat dalam
persamaan kedudukan di hadapan hukum.1
Dalam proses hukum di pengadilan,
masyarakat sangat memerlukan bantuan
hukum untuk mendapatkan pembelaan di
hadapan hukum yaitu dengan menggunakan
jasa advokat. Menggunakan jasa advokat
tentu memerlukan biaya yang cukup besar.
Tidak semua lapisan masyarakat dapat
membayar jasa advokat terutama bagi
masyarakat yang kurang mampu.
Banyak perkara yang melibatkan
masyarakat tidak mampu maupun buta
hukum namun hanya bisa menerima
keputusan hakim tanpa adanya pembelaan
secara hukum, hal itu disebabkan karena
ketidakmampuan untuk membayar jasa
advokat dan kurang memiliki pengetahuan
yang luas tentang hukum. Masyarakat tidak
mampu merupakan permasalahan yang
sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Oleh karena itu, peran pemerintah sangat
diperlukan dalam membuat suatu
kebijakan tentang alokasi dana bantuan
hukum.
1 Pipin Syarifin, 1999, Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka
Setia, Bandung, Hlm. 21
Pemberian bantuan hukum sering disebut
dengan istilah legal aid yaitu bantuan
hukum merupakan jasa hukum yang khusus
diberikan kepada fakir miskin yang
memerlukan pembelaan secara cuma-cuma,
baik di luar maupun di dalam pengadilan
secara pidana, perdata, dan tata usaha
negara dari seseorang yang mengerti
pembelaan hukum, kaidah hukum, serta
hak asasi manusia.2
Bantuan hukum untuk masyarakat tidak
mampu, selain bertujuan untuk
memberdayakan keberadaan dan kesamaan
hukum bagi seluruh lapisan masyarakat,
juga bertujuan untuk menggugah kesadaran
dan kepatuhan hukum masyarakat, yaitu
melalui penggunaan hak yang disediakan
oleh negara dalam hal membela
kepentingan hukumnya di depan
pengadilan.
Ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum (UU No. 16 Tahun 2011) disebutkan bahwa: “Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan
Bantuan Hukum dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.” Kemudian, pasal 19 ayat (2) menyebutkan bahwa: “Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan Bantuan Hukum
2 Supriadi, Tujuan Memberi Jasa Bantuan Hukum, Arsita,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah.”
Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UU No.
16 Tahun 2011 tersebut, maka daerah dapat
mengalokasikan dana bantuan hukum
dalam APBD yang disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing. Untuk
membantu LBH dan masyarakat yang tidak
mampu dalam mengakses bantuan hukum,
maka pemerintah daerah diharapkan segera
membuat Peraturan Daerah tentang
Bantuan Hukum.. Pemerintah Daerah dan
LBH diwajibkan bekerja sama untuk
memberikan informasi kepada masyarakat
tentang adanya bantuan hukum diberikan
secara cuma-cuma yang ditujukan untuk
masyarakat tidak mampu.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 49
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan
Belanja Bantuan dan Hibah yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Lampung (Pergub
No. 49 Tahun 2011) menjelaskan bahwa
adanya pemberian belanja bantuan sosial
dan belanja hibah dana bantuan hukum
dalam bentuk pembelaan dan konsultasi
hukum oleh advokat dalam proses hukum
di pengadilan. Advokat membantu
memberikan solusi maupun pendampingan
secara hukum masyarakat tidak mampu
secara cuma-cuma dan honorium atas
perkara tersebut dibiayai oleh APBD
Provinsi Lampung.
Program bantuan hukum oleh pemerintah
Provinsi Lampung untuk masyarakat tidak
mampu pada tahun 2012 belum optimal
dimanfaatkan untuk masyarakat dan masih
banyak LBH yang belum mengetahui
tentang adanya belanja hibah berupa dana
bantuan hukum yang bersumber pada
APBD Provinsi Lampung. Pemerintah telah
menetapkan besarnya anggaran dana
bantuan hukum tahun anggaran 2012 yaitu
sebesar Rp. 150.000.000,00 namun realisasi
anggaran tersebut tidak terserap sama
sekali, artinya pemanfaatan belanja hibah
dana bantuan hukum tersebut kurang
efektif dijalankan sehingga anggaran
tersebut tidak dipergunakan.
Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaturan pemerintah
tentang kebijakan pengalokasian dana
bantuan hukum dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Lampung?
b. Bagaimana penerapan kebijakan
pengalokasian dana bantuan hukum
dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaturan
pemerintah tentang kebijakan
pengalokasian dana bantuan hukum
dalam APBD Provinsi Lampung.
b. Untuk mengetahui penerapan kebijakan
pengalokasian dana bantuan hukum
dalam APBD Provinsi Lampung.
II. METODE PENELITIAN
Pendekatan masalah yang digunakan adalah
yuridis normatif dan yuridis empiris. Data
yang dikumpulkan guna menunjang hasil
penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Prosedur Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik studi pustaka dan
teknik studi lapangan. Data dianalisis
dengan menggunakan cara deskriptif
kualitatif.
III. PEMBAHASAN
A.Pengaturan Pemerintah Tentang
Kebijakan Pengalokasian Dana
Bantuan Hukum Dalam Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Lampung
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun
2004) urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, yang
diselenggarakan berdasarkan kriteria,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang
bersangkutan.
Dana bantuan hukum merupakan urusan
pemerintah provinsi yang bersifat pilihan.
Jadi, dalam pencairan dana tersebut
pemerintah lebih mementingkan urusan
wajib terlebih dahulu, karena di dalam UU
No. 16 Tahun 2011 daerah dapat atau tidak
dapat mengalokasikan dana bantuan hukum
karena pemerintah tetap memperhatikan
keuangan daerah. Namun, hal tersebut
menjadi urusan wajib pemerintah apabila
daerah telah membuat Peraturan Daerah
tentang Bantuan Hukum. Pemberian hibah
tersebut ditujukan untuk menunjang
pencapaian sasaran program dan kegiatan
pemerintahan daerah dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatuhan,
rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.
Menurut Pasal 4 ayat (4) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(Permendagri No.32 Tahun 2011)
Pemberian hibah memenuhi kriteria paling
sedikit:
1) Peruntukannya secara spesifik telah
ditetapkan;
2) Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak
terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundangan-undangan; dan
3) Memenuhi persyaratan penerima hibah .
Penerima belanja hibah dana bantuan
hukum atau LBH harus telah lulus
verifikasi. Untuk mengefektifkan
pelaksanaan verifikasi daerah membentuk
Tim Verifikasi yang terdiri dari ketua,
sekretaris dan anggota. Verifikasi dimaksud
meliputi aspek validasi atas benar atau
tidaknya keberadaan subtansi kegiatan yang
akan dilaksakan. Tugas dan fungsi Tim
Verifikasi diatur dalam pasal 58 ayat 3
Pergub No. 49 Tahun 2011 antara lain:
1) Memilah usulan permohonan bantuan
sosial apakah melalui anggaran belanja
langsung atau tidak langsung;
2) Melakukan pengkajian terhadap usulan
proposal bantuan sosial dan hibah;
3) Mempersiapkan bahan rekomendasi
hasil verifikasi dan menyampaikan
kepada Gubernur, sebagaimana hasil
keputusan;
4) Menginformasikan kepada pemohon
hasil keputusan/persetujuan Gubernur
terhadap usulan proposal;
5) Melaksanakan tugas khusus lainnya
yang diberikan oleh Gubernur.
Pemerintah telah membuat pengaturan
tentang pemberian belanja hibah yang
diharapkan dapat mempermudah
masyarakat yang tidak mampu maupun
LBH dalam mengakses dana bantuan
hukum tersebut yaitu Pergub No. 49 Tahun
2011 dikarenakan dana bantuan hukum
untuk masyarakat yang tidak mampu di
Provinsi Lampung dalam APBD Tahun
Anggaran 2012 merupakan belanja hibah
daerah. Dalam membuat Pergub No. 49
Tahun 2011 tersebut, pemerintah tetap
menggunakan peraturan lebih tinggi yang
berkaitan dengan pemberian belanja hibah
dan bantuan sosial sebagai dasar
pembuatan peraturan tersebut yaitu
Permendagri No. 39 Tahun 2012. Banyak
pihak yang ingin mendapatkan belanja
hibah dana bantuan hukum namun tidak
mengetahui mekanisme yang ada dalam
Pergub tersebut, sehingga antara
pemerintah dengan LBH maupun
masyarakat terjadi perbedaan pendapat.3
3Hasil wawancara dengan Kasubbag Anggaran Biro Keu.
B. Penerapan Kebijakan Pengalokasian
Dana Bantuan Hukum Dalam
Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah (APBD) Provinsi Lampung
Kementerian Hukum dan HAM telah
mengakreditasi 7 (tujuh) LBH di Provinsi
Lampung, namun dari ketujuh LBH
tersebut terdapat beberapa LBH yang
belum mengetahui tentang pemerintah
daerah yang telah menganggarkan dana
bantuan hukum tersebut dalam APBD
tahun anggaran 2012, salah satunya yaitu
LBH B. Lampung yang hanya mengetahui
dan mendapatkan dana bantuan hukum
yang bersumber dari APBN.4 Berbeda
dengan BKBH FH Unila yang telah
mengetahui adanya dana bantuan hukum
bersumber dari APBD dan telah
berulang-kali memberikan proposal suatu usulan
pencairan dana bantuan hukum bersumber
dari APBD namun sampai saat ini belum
mendapatkan dana tersebut, akan tetapi
BKBH untuk tahun anggaran 2013 telah
mendapatkan dana bantuan hukum
bersumber dari APBN.5
Pemerintah daerah mengakui bahwa belum
pernah mendapatkan proposal berupa
usulan pencairan dana dari LBH kepada
Gubernur. Perbedaan pendapat ini
4 Hasil wawancara dengan Kepala Operasional LBH
B.Lampung tanggal 4 September 2013.
5 Hasil wawancara dengan anggota BKBH FH Unila
tanggal 9 September 2013.
dikarenakan pihak LBH masih belum
mengetahui tentang mekanisme yang ada
dalam Pergub No. 49 Tahun 2011 tetapi
tetap memaksakan pemerintah untuk
memberikan dana bantuan hukum.
Belanja hibah dana bantuan hukum tidak
hanya disalurkan melalui ketujuh LBH
yang telah terakreditasi oleh Kementerian
Hukum dan HAM saja. Seluruh LBH di
Provinsi Lampung dapat mengakses dana
bantuan hukum tersebut dengan beberapa
syarat yang harus dipenuhi. LBH tersebut
harus memiliki persyaratan paling sedikit:
1) Telah terdaftar pada pemerintah daerah
setempat sekurang-kurangnya 3 tahun,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
2) Berkedudukan dalam wilayah
administrasi pemerintah daerah yang
bersangkutan; dan
3) Memiliki sekretariat tetap.
Sesuai dengan amanat UU No. 16 Tahun
2011, LBH dan pemerintah daerah
mengupayakan agar terlaksananya amanat
Undang-Undang tersebut. LBH
mengajukan suatu usulan tertulis berupa
proposal kepada Gubernur agar dituangkan
anggaran dana bantuan hukum dalam
APBD. Gubernur menunjuk SKPD untuk
melakukan evaluasi terhadap usulan
TAPD memberikan pertimbangan atas
rekomendasi besarnya bantuan hibah sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah.
Usulan dimaksud akan dituangkan dalam
RAPBD tahun berikutnya, kemudian
ditetapkan Surat Keterangan (SK)
Gubernur tentang pemberian hibah dan
bantuan sosial. Setiap Pemberian hibah
dituangkan dalam Naskah Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD).
LBH yang ingin menerima dana bantuan
hukum bersumber dari APBD harus
mengajukan permohonan pencairan belanja
hibah kepada Gubernur melalui Pejabat
Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD).
PPKD mencairkan belanja hibah sesuai
dengan tahapan yang tertuang dalam
naskah perjanjian hibah yang
ditandatangani oleh Gubernur dan penerima
hibah. Berdasarkan naskah perjanjian hibah
PPKD melakukan pencairan belanja hibah
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. LBH diharuskan
melakukan penatausahaan belanja hibah
sesuai dengan ketentuan perundangan dan
naskah perjanjian hibah yang telah dibuat
dan disetujui.
Gubernur menetapkan daftar LBH
penerima dana bantuan hukum beserta
jumlah dana yang akan dihibahkan
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Lampung Tahun Anggaran 2012 (Perda
No.16 Tahun 2011) dan Pergub No. 49
Tahun 2011. Penyaluran/penyerahan dana
bantuan hukum dari pemerintah daerah
kepada LBH dilakukan setelah
penandatanganan NPHD dan pencairan
dana dimaksud dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung.
Laporan penggunaan dana bantuan hukum
dan surat pernyataan tanggung jawab
disampaikan kepada kepala daerah paling
lambat tanggal 10 Januari pada tahun
anggaran berikutnya. Sedangkan
bukti-bukti pengeluaran dana bantuan hukum
dapat disimpan dan dipergunakan oleh
LBH selaku obyek jika terjadi pemeriksaan
oleh pemerintah. Realisasi dana bantuan
hukum dicantumkan pada laporan
keuangan pemerintah daerah dalam tahun
anggaran berkenaan.
Dalam upaya pemerataan keadilan
masyarakat luas tanpa ada perbedaan
sedikitpun, pemerintah setiap tahun terus
mengalokasikan belanja hibah berupa
bantuan hukum dalam APBD hingga tahun
2013. Namun, pemerintah mengaku bahwa
sampai anggaran tahun 2012 berakhir
belum ada LBH yang mengajukan proposal
suatu usulan pencairan dana tersebut.6
6 Hasil wawancara dengan Kasubbag Anggaran Biro
Maka dana tersebut dikembalikan ke kas
daerah untuk dialokasikan kembali pada
tahun anggaran berikutnya.
APBD Provinsi Lampung Tahun Anggaran
2012 telah mengalokasikan anggaran
sebesar Rp. 3.950.000.000 untuk belanja
hibah dan khusus untuk dana bantuan
hukum alokasi anggaran sebesar Rp.
150.000.000. Hingga akhir tahun anggaran
2012, realisasi anggaran dana bantuan
hukum tersebut tidak terserap sama sekali,
itu artinya dana tersebut tidak sama sekali
digunakan dan dikembalikan lagi ke kas
daerah untuk di alokasikan kembali tahun
berikutnya.
Setiap kebijakan yang diberikan pemerintah
untuk daerah selalu dipertimbangkan
dampak dari kebijakan tersebut. Untuk saat
ini, dikarenakan pemerintah belum
membentuk suatu Perda tentang bantuan
hukum, maka pemerintah daerah
merupakan pihak yang paling bertanggung
jawab dalam penerapan kebijakan tersebut.
Pemerintah daerah belum optimal dalam
memberikan sosialisasi tentang kebijakan
pemerintah adanya dana bantuan hukum
bersumber dari APBD kepada LBH
maupun masyarakat luas. Sosialisasi
dimaksud dapat membantu para advokat
lebih memahami fungsi dan lebih adil
dalam melaksanakan tugas sebagai advokat
untuk pemerataan keadilan semua warga
negara khususnya perkara yang melibatkan
masyarakat yang tidak mampu dan LBH
mengetahui mekanisme tata cara dan
prosedur pemberian belanja hibah dana
bantuan hukum. Sehingga alokasi anggaran
belanja hibah dana bantuan hukum dapat
terealisasikan sesuai dengan tujuan dan
manfaat kebijakan tersebut dapat
benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1) Belanja hibah dana bantuan hukum
merupakan urusan pemerintah yang
bersifat pilihan menurut UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yaitu dana dapat dianggarkan
atau tidak dianggarkan karena lebih
mementingkan urusan pemerintah yang
bersifat wajib. Provinsi Lampung dalam
menjalankan amanat UU No. 16 tentang
Bantuan Hukum untuk mempermudah
masyarakat dan LBH mengakses dana
bantuan hukum menggunakan peraturan
yang ada di daerah yaitu Peraturan
Gubernur Nomor 49 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Lampung. Masih
banyak LBH yang ingin mengakses
belanja hibah dana bantuan hukum tidak
lulus verifikasi oleh pemerintah
dikarenakan tidak memperhatikan
terlebih dahulu mekanisme pemberian
belanja hibah di peraturan yang berlaku
di daerah
2) Pemerintah Provinsi Lampung terus
menganggarkan belanja hibah dana
bantuan hukum dalam APBD bertujuan
untuk pemerataan keadilan dan manfaat
untuk masyarakat. Pemerintah masih
kurang optimal dalam penerapan
kebijakan pengalokasian dana bantuan
hukum karena pemerintah telah
menganggarkan dana bantuan hukum
dalam APBD Tahun Anggaran 2012,
namun dana bantuan hukum tersebut
tidak terserap sama sekali, artinya adalah
dana tersebut tidak digunakan sama
sekali kemudian dana tersebut masuk
dalam kas daerah untuk dianggarkan
tahun berikutnya. Pemerintah juga
kurang memberikan informasi adanya
alokasi dana bantuan hukum bersumber
dari APBD, sehingga masih banyak
LBH dan masyarakat luas yang belum
mengetahui tentang adanya alokasi dana
bantuan hukum tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dalam penulisan skripsi ini,
penulis memberikan saran atau pemikiran
sebagai berikut:
1) Diharapkan LBH dan masyarakat yang
tidak mampu dalam mengakses dana
bantuan hukum bersumber dari APBD
harus memperhatikan prosedur
ketentuan yang ada pada peraturan yang
berlaku di daerah. Sehingga tidak terjadi
perbedaan pendapat antara beberapa
pihak yang merasa dirugikan oleh
pemerintah.
2) Pemerintah diharapkan lebih optimal
dan bertanggung jawab dalam penerapan
kebijakan pengalokasian dana bantuan
hukum untuk masyarakat yang tidak
mampu. Hal ini bertujuan untuk
terciptanya pengelolaan keuangan
daerah yang baik dan manfaat penerapan
kebijakan tersebut dapat dirasakan
masyarakat khususnya masyarakat yang
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku/Literatur
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta. Jakarta.
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Perihal
Undang-Undang. Rajawali Pers. Jakarta.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor
Publik Akuntasi Keuangan Daerah.
Salemba Empat. Jakarta.
Harahap, Yahya. 1988. Pelayanan Hukum
Bagi Orang Miskin. Anugrah.
Bandung.
Hendra, Frans. 2009. Hak Konstitusional
Fakir Miskin Untuk Memperoleh
Bantuan Hukum. Gramedia Pustaka.
Jakarta.
H.R, Ridwan. 2003. Hukum Administrasi
Negara. UII Pres. Yogyakarta.
Indroharto. 1993. Usaha memahami
Undang-Undang tentang Peradilan
Tata Usaha Negara. Pustaka
Harapan. Jakarta.
Marbun, SF. 1997. Peradilan Administrasi
Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia. Liberty. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan
Manajemen Keuangan Daerah. PT.
Andi. Yogyakarta.
Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian
Hukum. Kencana Prenada Group.
Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan
Penelitian Hukum. Citra Aditya
Bakti. Bandung.
Nasution, Adnan Buyung. 1988. Bantuan
Hukum di Indonesia. LP3ES. Jakarta.
Nurcholis, Hanif. 2005. Teori Praktik
Pemerintah dan Otonomi Daerah.
Grasindo. Jakarta.
Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi
Daerah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Prajudi, Atmosudirdjo. 1981. Hukum
Administrasi Negara. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Rahardjo, Satjipto. 1986. Hukum dan
Saragih, Juli Panglima. 2003.
Desentralisasi Fiskal Dan Keuangan
Daerah Dalam Otonom. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Sardiman. 2004. Dana Bantuan Hukum.
Graha Utama. Bandung.
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar
Penelitian Hukum. Universitas
indonesia Press. Jakarta.
____. 2009. Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
S.T. Kansil, Christine. 2008. Pemerintahan
Desa di Indonesia. Sinar Grafika.
Jakarta.
Supriadi. 2001. Tujuan Memberi Jasa
Bantuan Hukum. Arsita. Yogyakarta.
Syarifin, Pipin. 1999. Pengantar Ilmu
Hukum. Pustaka Setia. Bandung
Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. 1989.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
Yuswanto. 2012. Hukum Desentralisasi
Keuangan. Rajagrafindo Persada.
Jakarta.
B.Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor
03 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Verifikasi dan Akreditasi Lembaga
Bantuan Hukum atau Organisasi
Kemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 83 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2013 tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum
Peraturan Gubernur Lampung nomor 49
Pengelolaan Belanja Bantuan dan
Hibah Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Lampung.
Peraturan Daerah Provinsi Lampung
Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2012
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.
Undang-Undang nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004