LAUT BANDA
MEISKE MANERY
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul
Pemetaan Daerah
Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (
u
w
u
) di Laut Seram dan
Laut Banda
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
(
u
w
u
) di Laut Seram dan Laut Banda. Dibimbing oleh JONSON
LUMBAN GAOL dan VINCENTIUS SIREGAR.
Permasalahan yang umumnya dihadapi nelayan yaitu peramalan daerah
penangkapan ikan masih berdasarkan cara tradisional yang menyebabkan hasil
tangkapan tidak pasti, karena armada penangkapan harus mencari-cari daerah yang
potensial sebagai daerah penangkapan sehinga tidak efisien dari segi waktu dan biaya
operasional. Keberadaan ikan dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan seperti
suhu, salinitas dan kelimpahan plankton sebagai sumber makanan. Teknologi
penginderaan jauh satelit dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi mengenai
kondisi oseanografi suatu perairan dan ditunjang dengan data penangkapan ikan,
maka dapat dihasilkan suatu peta daerah potensial penangkapan ikan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh nelayan pada
umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis sebaran suhu
permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda; (2)
Menganalisis hasil tangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda; (3)
Menganalisis hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap hasil tangkapan
cakalang; dan (4) Memetakan daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut
Seram dan Laut Banda.
Penelitian ini menggunakan data SPL dan klorofil-a dari sensor
Moderate
Resolution Imaging Spectroradiometer
(MODIS) Aqua yang diunduh pada situs
resmi
National
Aeronautics
and
Space
Administration
(NASA)
http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/
kemudian diolah menggunakan perangkat lunak
SeaWIFS Data Analysis System
(SeaDAS). Data harian (waktu, lokasi dan bobot)
armada penangkapan cakalang yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda
diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon selama tahun 2011-2012, data
tersebut diolah untuk mendapatkan
Catch Per Unit Effort
(CPUE) atau hasil
tangkapan per unit usaha. Hubungan antara CPUE dengan SPL maupun klorofil-a
dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Untuk mendapatkan peta daerah
potensial penangkapan cakalang, dilakukan overlay antara data tangkapan terhadap
citra SPL/klorofil-a.
(
u
w
u
) in Seram Sea and Banda Sea. Supervised by JONSON
LUMBAN GAOL and VINCENTIUS SIREGAR.
A common problem faced by most fishermen in Indonesia is related to a
forecast on fishing area that is still based on traditional ways so that the catch result is
very often uncertain. Fishing fleet have to find potential fishing areas, making
fishing activities inefficient in terms of time and operational costs. The presence of
fish is influenced by oceanographic conditions such as water temperature, salinity and
abundance of plankton as a food source. Satellite remote sensing technology can be
used to obtain information on oceanographic conditions of particular waters, and
supported by fish catch data, a map of potential fishing area can be determined. The
aims of this study were (1) to analyze the distribution of sea surface temperatures
(SSTs) and the concentration of chlorophyll-a in the Seram Sea and the Banda Sea;
(2) to analyze the catches of skipjack in the Seram Sea and the Banda Sea; (3) to
analyze the relationship between SST and chlorophyll-a on skipjack catch; and (4) to
map potential areas of skipjack fishing in the Seram Sea and the Banda Sea.
This study used data of SST and chlorophyll-a from the sensor of Moderate
Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Aqua which was downloaded from
the official website of National Aeronautics and Space Administration (NASA)
http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ Then the data were processed using a software of
SeaWiFS Data Analysis System (SeaDAS). Daily data (time, location and weight) of
skipjack fishing fleet operating in the Seram Sea and the Banda Sea were obtained
from Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon during the period of 2011-2012, and the
data were processed to obtain Catch Per Unit Effort (CPUE). The relationship
between CPUE, SST and chlorophyll-a were analyzed using simple linear regression.
To get a map of potential areas of skipjack fishing, an overlay between catch data and
the image of SST / chlorophyll-a was carried out.
number of locations in the Seram Sea (the northern part of Buru island and Seram
Island) and the eastern part of the Banda Sea around Key and Tanimbar islands with a
very potential fishing location around Key Islands
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.
MEISKE MANERY
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis :
Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda.
Nama
:
Meiske Manery
Nomor Pokok
:
C552100031
Program Studi
:
Teknologi Kelautan
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Jonson Lumban Gaol
Ketua
Dr. Vincentius P. Siregar, DEA
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Teknologi Kelautan
Dr. Jonson Lumban Gaol
Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir Dahrul Syah, MSc Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus untuk anugerah,
penyertaan dan bimbingan tangan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tulisan ini.
Penelitian yang berjudul Pemetaan Daerah Potensial Penangapan Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program study Teknologi
Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jonson Lumban Gaol sebagai
ketua komisi pembimbing dan Dr. Vincentius Siregar sebagai anggota pembimbing
yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis dari awal penelitian
sampai selesainya penulisan ini. Ungkapan terimakasih yang tulus juga penulis
ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama menempuh
study hingga selesai.
1. Ketua program study Teknologi Kelautan yang telah memberikan arahan,
motivasi dan membantu penulis dalam pengurusan-pengurusan akademik.
2. Dosen dan staf pegawai program study ilmu kelautan yang telah memberikan
segudang ilmu dan bantuan dalam proses akademik selama penulis menempuh
study di IPB
3. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon yang telah memberikan bantuan
data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
4. Papa Willem Manery, mama Margaretha Sahetapy dan adik Meichel Henry untuk
doa, semangat dan motivasi yang selalu diberikan tak hentinya kepada penulis.
5. Joseph Kaya untuk doa, semangat, motivasi serta bantuan yang diberikan kepada
penulis selama melakukan penelitian sampai selesainya penulisan ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa Maluku di Bogor kak Musa Thenu, Kak Leny
Tapotubun, Kak Ledy Tetelepta, Styla Johanes, Frets Riewpassa, Aprilia
Tomasoa dan kak Yunita Latupeirissa trimaksih untuk doa, motivasi dan
kebersamaan kita yang terjalin selama ini.
7. Rekan-rekan Pascasarjana program study TEK terimaksih untuk motivasi,
bantuan dan kebersamaan selama kita menuntut ilmu di IPB.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini.
Kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini sangat diharapkan.
Semoga penulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kepada
semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
...iii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
..
...1
Permasalahan
...2
Tujuan dan Manfaat Penelitian
...3
Hipotesis
..
3
Kerangka Pemikiran
..
..3
2
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi dan Tingkah Laku Ikan Cakalang
..
..
...5
Parameter Oseanografi dan Kehadiran Ikan
Suhu Permukaan Laut
.
...
..7
Klorofil-a Fitoplankton
.
...8
Penginderaan Jauh Satelit
...9
3
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
...13
Alat dan Bahan
.
.
...13
Sumber Data
...
...14
Analisis Data
Citra SPL dan Klorofil-a
...14
Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
...15
Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan
Ikan Cakalang
...15
Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
...15
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran SPL dan Klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda
..
...16
SPL dan Klorofil-a Pada Lokasi Penangkapan Cakalang
..27
Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
..
..28
Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap CPUE Ikan Cakalang
...30
Daerah Penangkapan Ikan Cakalang di Laut Seram da Laut Banda
...32
Pendugaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
...39
5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
....41
Saran
.
.41
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir penelitian
4
2. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
...5
3. Satelit Aqua yang membawa sensor MODIS
...
.11
4. Lokasi penelitian
...
...13
5. Rerata SPL bulanan tahun 2011-2012
...16
6. Rerata klorofil-a bulanan tahun 2011-2012
...17
7. Sebaran SPL (°C) Musim Barat tahun 2011 dan 2012
...
...18
8. Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3
) Musim Barat tahun 2011 dan 2012
...
..19
9. SPL (°C) Musim Peralihan Barat-Timur tahun 2011 dan 2012
.
..
.20
10. Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3
) Musim Peralihan Barat-Timur
tahun 2011 dan 2012
.
.21
11. Sebaran SPL (°C) Musim Timur tahun 2011 dan 2012
...22
12. Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3
) Musim Timur tahun 2011 dan tahun 2012
..24
13. Sebaran SPL (°C) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 dan 2012
..25
14. Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3
) musim peralihan timur-barat
tahun 2011 dan 2012
..26
15. Rerata SPL (°C) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang
..28
16. Rerata klorofil-a (mg/m
3
) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang
28
17. Rerata bobot (kg) hasil tangkapan ikan cakalang per trip (CPUE)
Tahun 2011-2012
...29
18. Grafik hubungan antara SPL dan klorofil-a terhadap CPUE
ikan cakalang tahun 2011-2012
....30
19. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Barat..
...
.33
20. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan
Barat-Timur
..
...
.35
21. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Timur..
..
.36
22. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan
Timur-Barat
..
.38
DAFTAR TABEL
1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang
...
..8
2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan
di Maluku
...9
3. Fungsi kanal pada sensor MODIS
...12
4. Koefisien band 31 dan band 32 sensor MODIS Aqua
...15
5. Pendugaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang berdasarkan
6 787 9: ;<7 =7 > ?
@ AB AC AD E F G HIJ KL MNKJ O PQ HR SJT U VWXYAB AD ZXU[ VW\A]A ^B AD ]AD E Y_` VD Z ^ AC \^B VU[ ADEBAD XD` XB UVDXD a AD E VB_D_U^ \A VWAb \AD YVD]XU[ AD E \ V c^ Z A DVEAW A B bXZXZ D]A bAZ ^ C VBZ Y_ W Z X[ ZVB` _W YVW^B AD ADd aX EA Z V[AEA^ ZXU [VW Y W_` V^D bVe AD^ \VDE ADB AD \XD E AD_UVE A fg]AD E\^Y V WC XB AD_C Vb` X[X bh
i_` VDZ ^ jXDA\ADkAB AC ADE\^Y VWA^WADlD \_D VZ ^A A\AC Abmnohop o` _D Fq AbX W^ d roop Th s XU[ VW\A]A `VWZV[X` UVD]V[ A W \^ Y VWA^WAD lD\_D VZ ^ A \ AW^ [ AWA` b^ DEEA BV `^ UX W \AD \_U ^D AD]A [ V WA\A \^ Y VWA^WAD CVYAZ YAD`A^h tB` _C ZVa A uv mn \AC AU w W^x^D rooyd U VD aVC AZ B AD [Ab eA kAB ACAD E \^ e^ C A ]Ab Y VWA^ W AD lD \_DVZ ^ A j^ U X W ` VWZV\^ A ZVY AD aAD E`AbXDd`VWX` AUA\^zAX`{ ACXBXd zAX`|AC U AbVW Ad zAX`}AD \ AdzAX`sVW AU \AD zAX` s XC Ae VZ ^ h ~^ C A ]A b Y V WA^ W AD `VWZV[X` `VWU AZ XB \ AVW Ab U ^E WAZ ^ B VC _UY_B ^B ADk AB ACAD E \AW^sAUX\WAi A Z ^ x^ B [AE^AD ZVC A` AD hi_YXC AZ ^ kAB AC AD E ]AD E\^ aXUY A ^ \^ i VWA^ WAD lD \_DVZ ^ A [ AE^ AD`^ UX WZ V[ AE^ AD [ VZA W[ VWAZ AC \AW^ sAU X\WAi AZ^ x^ B ]AD E U VUAZ XB^Y VWA^ W AD^D^UVDE^ BX` ^AWXZh
i W_ c^ DZ^{ACXBX ]AD EZV[ AE^AD e^C A]AbD]AUVWX Y AB AD e^ C A]A bY VW A^WAD CAX`d ZADE A` U VDE AD \ACB AD bAZ ^ C C AX` XD`XB U VDXD a ADE Y VW`XU [XbAD VB_D_U ^D]Ah VE^A`AD YVW^B ADAD ` AD EB AY \^ Y W_ c^ DZ^ {ACX BX U VWXY ABAD ZAC Ab ZA`X B VE^ A` AD VB_D_U ^ Y VW^ B AD AD \AD B VC AX` AD ]ADE [VWB_D`W^[XZ^ [ VZAW [ AE^ YVD \AYA`AD \AVWAbh zAX` sVWAU \AD zAX` } AD \A B bXZXZ D]A ]AD E `V W\AY A` \^ YW_ c^DZ ^ {ACXBXd ` VWBVDAC ZV[ AEA^ YVWA^WAD ]AD E B A ]A \ VD EAD Y_` VDZ^ Z X U[ VW\A]A Y VW^BAD ADD]Ah _U _ \^`^ Y VW^ B AD AD ` AD EBAY \^ {AC XBX ` VWX`AUA Y A\A z AX ` sVWAU \AD z AX` }AD \A ]A^ `X ^ BAD Y VC AE^Z B Vk^ C U AXYXD YVCAE^ Z [ VZAWh lB AD Y VCAE^Z [ VZAW ZVY VW` ^ ` XDA \AD kAB ACAD E U VWXY AB ADB_U _\^ `^AD \ACAD XD`XBY AZAWC_B AC dYAZAW\ AC AUD VEVW^Z AU YA^ Y AZAW CX AW D VEVW^h q^ D AZ i VW^B AD AD \AD VCAX`AD i W_Y^DZ ^ {ACXBX Frou oT U VDkA` A` Y W_ \XBZ ^ k ABAC AD E \^ YV WA^ WAD {ACXBX ZVkAW A BVZVCX WX b AD ZV[ VZAW ghv rdp `_D Y A\A `AbXD rou oh
¡ ¡ ¢ £¤¥¦ §¨ £ © ª«¬£¢¤¦£ £®« ¥ ¯¦§«° ± ¨¤² §°² ³´£µ¦¢« ¢¤¬ §«¦ £¢ £¢ ¶ ·¸¹
¹ º » ¼½½¾ £¦¤¥ ¼½½¿ º º À ¼½½¾ ¶ Á ¼½ ¼ Ã
ÄÅ ÆÇÈÉ ÈÊ ÈË ÈÌ
3
ÎÏÎÐÏÑÒÓ ÏÔÕ Ö×ÖÒ Ø ÏÖÙÒÚÑÖÛÜ Ð Ï ÑÖ ÜÑÖÙÕÜÝÞ ×ÞÔßÖ ÙàÖß×Þ áÖÙ Ú Ó ÖÎÖØÏÑ×Ö Ý ÜÖáÖ áÖÙÚ ØÖÙÚÖ × ÝÏØÖ Ñ ØÏÑ×Ö Õ ÜÙÖÎ ÜßÖ Ð ÏÑÖ ÜÑÖÙ áÖ Ù Ú ×ÏÑÞ Ø ÝÏÑÞÝÖÔ Î ÏÙâÖÕÜ ÔÖÎÝÖ ×ÖÙ â ÜßÖ Ð ÏÙÚÞÎÐÞÓÖÙÕÖ ×ÖÒ Ø ÏÖÙ ÒÚÑÖÛÜÕ ÜÓ ÖßÞß ÖÙØ ÏãÖ ÑÖÎÖÙÞÖÓ äÎÖßÖÕÏÙ ÚÖÙÎ ÏÎÖÙÛÖ Ö×ßÖÙ ÎÏ×ÒÕ ÏÐ ÏÙ ÚÜÙÕÏÑÖÖÙ âÖÑÖßâÖÞÔ ØÖ× ÏÓÜ×ÎÖßÖ ÕÖ ×Ö Ò ØÏÖÙÒ ÚÑÖ Û ÜÕÖÐÖ× Õ ÜÐ ÏÑÒÓÏÔØ ÏãÖÑÖ åæçè éê ëæä ÎÏÙ ãÖßÞÐ ÕÖÏÑÖÔ áÖÙÚ ÓÞÖ Ø Ø Ï Ñ×Ö ÎÏÙÚÔ ÏÎÖ × àÖß ×Þ Õ ÖÙ Ý ÜÖáÖ ì í Ï×ÏÓÖÔ Õ ÜÐ ÏÑÒÓÏÔ ÕÖ × Ö ÒØ ÏÖÙÒ ÚÑÖ Û Ü Ð ÏÑÖÜ ÑÖÙ Ð ÏÑÓ Þ Õ ÜßÏ×ÖÔ Þ Ü âÞÚÖ ÛÖß ×Ò Ñ ß ÏÝÜ Ö ØÖÖÙ ÜßÖÙ Ø Ï Ñ×Ö Õ ÜÕÞßÞÙÚ Õ ÏÙ ÚÖÙ ÖÕÖÙáÖ ÕÖ ×Ö Ð ÏÙ ÖÙ ÚßÖÐ ÖÙ ÎÖ ßÖ ÕÖÐÖ × Õ ÜÐ ÑÏÕ Üß ØÜ ÕÖÏÑÖÔ ÐÒ × ÏÙ Ø ÜÖÓ Ð ÏÙÖÙ ÚßÖÐ ÖÙÜßÖÙãÖßÖÓÖ ÙÚÕ ÜîÖÞ ×íÏÑÖÎÕÖÙîÖ Þ ×ïÖÙÕÖì
ð ñ òñóôõ óôöóô ÷óóøùúôúû üøüóô ý ÏÙ ÏÓÜ× ÜÖÙÜÙ ÜÝ ÏÑ×Þ âÞÖÙÞÙ ×Þß þ
ÿì ÏÙÚÖÙÖÓ ÜØ Ü Ø Ø ÏÝÖ ÑÖÙ íýî ÕÖÙ ßÒÙ ØÏÙ ×ÑÖ ØÜ ßÓÒ ÑÒÛÜÓÖ Õ Ü îÖ Þ × íÏÑÖ Î ÕÖ Ù îÖÞ × ïÖÙÕÖ
ì ÏÙ ÚÖÙÖÓ Ü ØÜ ØÔÖ Ø ÜÓ×ÖÙÚß ÖÐÖÙÜßÖÙãÖßÖÓÖÙ ÚÕ ÜîÖÞ×í ÏÑÖ ÎÕÖÙîÖÞ×ïÖÙÕÖ
ì ÏÙÚÖÙÖÓÜØ ÜØ Ô ÞÝÞÙÚÖÙ ÖÙ ×Ö ÑÖ í ýî ÎÖÞÐÞÙ ßÓ Ò ÑÒÛ ÜÓÖ ×ÏÑÔÖÕÖÐ ÔÖØ ÜÓ ×ÖÙÚßÖÐ ÖÙ ãÖßÖÓÖÙ Ú
ì ÏÎ Ï×ÖßÖÙÕÖÏÑÖÔÐÒ × ÏÙØ ÜÖÓ Ð ÏÙÖÙÚß ÖÐÖÙÜßÖÙã Ö ßÖÓÖÙ Ú Õ Ü îÖÞ × í ÏÑÖÎÕÖÙ îÖÞ × ïÖÙÕÖ
ÜÔÖÑÖÐßÖÙ Ô Ö Ø ÜÓ Ð ÏÙ ÏÓ Ü× ÜÖÙ ÜÙ Ü Î ÏÙÚÔÖ ØÜÓßÖÙ ØÞÖ ×Þ Ð Ï×Ö ÕÖ ÏÑÖÔ ÐÒ × ÏÙØ ÜÖÓ Ð ÏÙÖÙ ÚßÖÐ ÖÙ ÜßÖÙ ãÖßÖÓÖ ÙÚ áÖÙ ÚØ ÏØÞÖ Ü ÞÙ ×Þß îÖ Þ× í ÏÑÖÎ ÕÖÙ îÖÞ × ïÖÙÕ Ö Ø ÏÔ ÜÙÚÚÖ Ý ÏÑÎÖÙÛ ÖÖ× ÕÖÙ Õ ÖÐÖ × Õ ÜÚÞÙÖß ÖÙ ØÏÝÖ ÚÖÜ ÜÙÛÒÑÎÖØ Ü Ö àÖÓ ÞÙ ×Þß Î ÏÙÜÙÚßÖ×ßÖÙ Ð ÏÑÒÓÏÔÖÙÔ ÖØ ÜÓ×ÖÙÚß ÖÐÖ ÙãÖßÖÓÖÙ ÚÕ ÜîÖ Þ ×í ÏÑÖÎÕÖÙîÖÞ ×ïÖÙÕÖì
ü øú ü
ÏÔÖÕ ÜÑÖÙ ÜßÖÙ ãÖßÖÓÖÙ Ú Õ Ü ØÞÖ ×Þ Ð ÏÑÖ ÜÑÖÙ Õ ÜÐ ÏÙÚÖÑÞÔ Ü ÛÖß ×Ò Ñ Ò ØÏÖÙÒ ÚÑÖÛ Ü Ð ÏÑÖ ÜÑÖÙØÏÐ ÏÑ× ÜØÞÔÞÐ ÏÑ ÎÞßÖÖÙÓÖÞ ×ä ßÓ ÒÑÒÛ ÜÓ ÖäØ ÖÓÜÙ Ü ×Ö ØäÖ ÑÞ ØÕÖÙß Ïã ÏÑÖÔ ÖÙäÕ ÏÙ ÚÖÙ ÎÏÙÚ Ï×ÖÔÞÜ
ÛÖß ×Ò ÑÛÖß ×ÒÑÐ ÏÙÕÞßÞÙ Ú ×ÏÑØ ÏÝÞ ×ÎÖ ßÖÕÖÐ Ö ×Õ ÜÐ ÑÏÕ Üß ØÜÕ Ö Ï ÑÖ Ô ÐÒ ×ÏÙ ØÜÖÓ Ð ÏÙÖÙ ÚßÖÐ ÖÙÜßÖÙãÖßÖÓÖ ÙÚÕ ÜîÖÞ ×í ÏÑÖ ÎÕÖÙîÖ Þ ×ïÖÙÕÖ ì
úóôóùúüüóô
! ! " #
$ $ % % & ! ' ( !!"
) ! & % % % #$& ! *+,- ./0
!) & % $ $$ % 1 )
1 $ $ % & ! & ! 2 !
$ % $ 3 ' 2 % % !&
4% 1 5'
4%1 5'(% ! !
678 9 :; <;=>?9 @ A B CBDB EBFB:G A<HB=8I9@B>A B:HB=8J B:A B
69 >B:KB B8B:89 E:7F 7G < L9 :G<:A9 @ B B:MB=N
O B8B8B :GEBLB:D B EBFB:GA < HB= 8I9@B >A B:HB=8J B:AB
P F 7 EB; <QRB E8 = Q?7?78S T<8@ BUV= BWXOYIHZ
E7 >L7; <8 [
NB @ < Q@ 9;7F=;< \
E>
]7:;9 :8@B;< EF 7@7K<F^B _B@< B? <F<8B;;=N=
L9 @ >= EB B:FB=8PI6H`
TB8 DNL9 @=: <89K K7@ 8 PT6ab S
c= ?=:GB:B:8B@BI 6HA B: ]F 7@ 7K<F^B8 9 @NBABLT6 ab
69 >9 8B B:A B9 @BNL9 : B:GEBLB: < EB:D B EBFB:GA <HB=8I9 @ B>A B:
HB=8J B:A B
n opq rstpsu vweswxqvyz vq {| vqv} vwx
~
enurut
inberg
s (FAO, 1991) cakalang atau
(Gambar 2) termasuk
dalam family Scombridae, secara lengkap skema taksonomi ikan cakalang sebagai
berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Gnathostomata
Class : Teleostomi
Subclass : Actinopterygii
Order : Perciformes
Suborder : Scombroidei
Family : Scombridae
Subfamily : Scombrinae
Tribe : Thunnini
Genus :
Species :
Gambar 2. Ikan cakalang (
)
sirip punggung pertama sangat cekung; sirip dada pendek dan berbentuk segitiga
mencapai sirip punggung ke sembilan atau ke sepuluh.
Lebih lanjut Matsumoto
(1984) menjelaskan, warna tubuh ikan cakalang
hidup yaitu biru baja dengan warna ungu mengkilap sepanjang permukaan punggung
dan intensitasnya menurun di sisi tubuh sampai ketinggian pada pangkal sirip dada;
setengah dari tubuhnya, termasuk bagian
berwarna putih hingga kuning
muda, garis-garis vertikal terlihat di sisi tubuh pada saat ikan baru ditangkap, cahaya
keabuan terdapat pada bagian bawah tulang belakang yang bersatu dengan warna
putih pada bagian bawah tubuh. Terdapat empat sampai enam garis hitam mencolok
yang melintang pada setiap sisi tubuh. Collete (1983) menambahkan, Cakalang
memiliki tapis ingsang (
) sebanyak 53-63 pada helai pertama, dua sirip
punggung yang terpisah pada sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras,
jari-jari lemah pada sirip punggung ke dua diikuti oleh 7-9
¡ .
7
¤¥¦¥ § ¨©¨¦ª« ¨¥¬ ®¦¥ ¯°±¥¬²¨³ ¨¦¥ ±¥¥¬´ µ¥¬
Keberadaan ikan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Faktor oseanografi fisik, kimia dan biologi mempengaruhi kelimpahan dan distribusi
ikan. Ikan cakalang merupakan ikan pelagis besar dengan habitat pada lapisan
epipelagis atau lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 200 m, dengan demikian
kondisi oseanografi perairan pada lapisan permukaan banyak mempengaruhi
karakteristik ikan cakalang ini. Faktor oseanografi seperti SPL dan klorofil-a
fitoplankton dapat digunakan untuk meramalkan keberadaan ikan cakalang di suatu
perairan.
¶ · ¸·¤¨¦ §· µ ¥¥¬¹ ¥·©
(
¶ ¤¹)
Suhu didefinisikan sebagai besaran fisika yang menyatakan banyaknya energi
panas yang terdapat pada suatu benda. Suhu permukaan laut (SPL) merupakan suhu
air yang terdapat dekat dengan permukaan dan banyak menerima penyinaran
matahari secara langsung, seperti di daerah khatulistiwa yang mendapat penyinaran
matahari sepanjang tahun maka SPL akan lebih tinggi di banding suhu lapisan
dibawahnya.
Nontji (2005) menulis bahwa suhu air merupakan faktor yang banyak
mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika di dalam laut, tetapi
juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan. Hal ini didukung oleh
Hutabarat dan Evans (1986) yang menyatakan bahwa suhu di laut adalah salah satu
faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu
mempengaruhi baik aktifitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari
organisme-organisme tersebut.
Masih menurut Nontji (2005), suhu air permukaan di perairan Nusantara
berkisar antara 28-31
o
C. Di lokasi dimana penaikan air (
º»¼ ½¾ ¾¿ ÀÁ) terjadi, seperti di
Laut Banda suhu air permukaan bisa turun sampai sekitar 25
o
C. Secara alami suhu air
permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari
pada siang hari, karena kerja angin maka lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira
50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar
28
o
C) yang homogen. Oleh sebab itu lapisan teratas sering pula disebut lapisan
homogen. Suhu air di perrmukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah
hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas
radiasi matahari.
Beberapa acuan yang menujukan kisaran suhu optimum untuk distribusi dan
penangkapan ikan cakalang pada berbagai lokasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang
Suhu Optimum (
o
C)
Lokasi
Sumber
Distribusi
Penangkapan
17-28
19-23
Perairan Jepang
Uda (1952) dalam
Matsumoto (1984)
27-30
Samudra Hindia
Silas (1963) dalam
Matsumoto (1984)
27.5-29
Perairan Maluku
Kawakami (1970) dalam
Matsumoto (1984)
26-32
28-29
Perairan Tropis
Gunarso (1985)
26-27
Perairan Maluku Tengah
Nanere (1987)
28-30
PNG & Solomon Island
FAOa (1994)
28.5-31
29.29.50
Utara Papua, Pasifik Barat
Waas (2004)
25-32.5
Perairan Bagian Timur
Sulawesi Tenggara
Syahdan (2005)
26-32
Laut Maluku
Arifin (2006)
27-32
Perairan Maluku Utara
Kakiay (1965) dalam
Arifin (2006)
ÂÃÄÅÄ ÆÇ Ã
-a Fitoplankton
Hutabarat dan Evans (1986) mendefinisikan fitoplankton sebagai
tumbuhan-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah besar klas yang
berbeda. Nontji (2005) menambahkan, fitoplankton sebagai tumbuhan yang
mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air
dan karbon dioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat
menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat, karena kemampuan membentuk
zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer
(
ÈÉÊ ËÌ ÉÍÈÉÎÏÐÑÒÉ).
9
Dalam bidang penginderaan jarak jauh, untuk mengetahui keberadaan
fitoplankton dapat di deteksi dari pigmen warna yang terkandung di dalam
fitoplankton itu sendiri umumnya berupa klorofil-a. Klorofil-a berkaitan erat dengan
produktifitas primer perairan yang ditunjukan dengan besarnya biomassa fitoplankton
yang menjadi rantai pertama makanan ikan pelagis, dengan demikian kandungan
klorofil-a dalam perairan merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton atau tingkat kesuburan suatu perairan.
Nontji (2005) mengemukakan, konsentrasi klorofil-a perairan Indonesia
rata-rata 0.19 mg/m
3
selama musim barat sedangkan pada musim timur 0.21 mg/m
3
.
Konsentrasi produktivitas primer berada di perairan pantai melebihi 60% dari
produktifitas primer yang ada di laut. Hal ini disebabkan karena perairan pantai
mendapat lebih banyak masukan dari daratan yang mengandung zat-zat hara.
Penelitian-penelitian yang dilakukan pada beberapa Perairan di Maluku menunjukan
nilai rataan konsentrasi klorofil-a yang berbeda sesuai lokasi penelitiannya, nilai
rataan konsentrasi klorofil-a pada beberapa Perairan di Maluku disajikan pada Tabel
2.
Tabel 2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan di
Maluku
Lokasi
Waktu
Konsentrasi
(mg/m3)
Peneliti
Perairan Lease
Juli 1993
0.935
Wouthuyzen
ØÙ ÚÛ(1993)
Laut Banda
November-Desember 1993
0.016
Edward (1988)
Laut Banda
September 1974
0.260
Nontji (1974)
Laut Seram
September 1974
0.400
Nontji (1974)
Teluk Ambon
Juni 1985
1.180
Sutomo (1987)
Teluk Ambon
Juli 1985
0.510
Sutomo (1987)
Teluk Ambon
September 1985
0.580
Sutomo (1987)
Teluk Ambon
Oktober 1985
0.262
Sutomo (1987)
Sumber : Sediadi, A dan Edward (2000)
ÜÝÞ ßà Þá ÝâããÞäãå æç ãèÝé àè
perolehan datanya, terdiri dari empat komponen penting yaitu (1) sumber tenaga
elektromagnetik, (2) atmosfer, (3) interaksi antara tenaga dan obyek serta (4) sensor.
Teknik penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak diluncurkan satelit
penginderaan jauh
ïðñ òó ôõö ÷øñ ùõö ú õ ùóû÷ü ÷ýþ ÿð òõ üüòõ(ERTS) pada 1972, hal itu
memungkinkan pengumpulan data permukaan bumi dalam jumlah besar (Purwadhi,
2001). Aplikasi teknologi penginderaan jauh ini telah diterapkan pada berbagai
bidang diantaranya pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan
dan bidang lainnya dengan tujuan utama penginderaan jauh ini ialah mengumpulkan
data sumberdaya alam dan lingkungan (Lo, 1986). Sedangkan dalam bidang
perikanan dan kelautan, teknologi penginderaan jauh satelit ini dimanfaatkan untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi oseanografi suatu perairan seperti distribusi
suhu permukaan laut, salinitas dan konsentrasi klorofil-a fitoplankton yang dapat
digunakan untuk meramalkan keberadaan ikan di suatu perairan. Salah satu sensor
satelit yang dimanfaatkan untuk memperoleh data oseanografi perikanan tersebut
secara luas dan mendekati real time adalah sensor
÷õñ ð òõ ô õö÷üøò÷û ð ýûý ÿõùñòñ÷ñð ÷ õ òõñ.
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer
(
)
÷õñ ð òõô õö ÷ü øò÷ûð ýûýÿõù òñ÷ñ ð ÷õ òõñ(MODIS) merupakan sensor
yang terpasang pada satelit
ïðñ òóObserving System
(EOS) Terra yang diluncurkan
pada 18 Desember 1999 dan Aqua yang diluncurkan pada 4 Mei 2002 oleh
National
Aeronautics and Space Administration
(NASA). Ketinggian orbit MODIS yaitu 705
km dari permukaan bumi. Pola orbit MODIS adalah
sun-synchronous
(melewati
daerah kutub dan mengelilingi bumi dari kutub selatan ke kutub utara dan
sebaliknya). Satelit Terra mengorbit bumi dari utara ke selatan (
descending
) dan
melewati khatulistiwa pada pagi hari, sedangkan Aqua mengorbit bumi sebaliknya
dari selatan ke utara (
ascending
) dan melewati khatulistiwa pada sore hari. Lebar
daerah sapuan pada permukaan bumi setiap penyiamannya sebesar 2330 km. MODIS
berfungsi untuk mempelajari proses yang berkaitan antara atmosfir, laut dan daratan
dengan perubahan sistem cuaca dan pola iklim di bumi. MODIS memiliki resolusi
spektral tinggi (36 kanal) dan resolusi spasial yang bervariasi, yaitu 250 m (untuk
kanal 1 dan 2), 500 m (kanal 3-7), dan 1000 m (kanal 8-36). Dengan resolusi
radiometrik sebesar 12 bit, MODIS mampu mendeteksi dan membedakan suatu objek
sampai 4.096 (2
12
) pada skala keabuan. Sensor MODIS biasanya digunakan untuk
pemantauan bumi sebagai satu sistem terpadu di mana proses-proses yang terjadi di
daratan, lautan dan atmosfer berinteraksi secara erat. Sehingga dapat diprediksi
perubahan dimasa akan datang dan dapat dibedakan antara pengaruh manusia dengan
pengaruh alami pada lingkungan, cuaca dan iklim. Fungsi setiap kanal pada sensor
MODIS dapat dilihat pada Tabel 3.
11
MODIS digunakan untuk memantau suhu permukaan yang dimanfaatkan untuk
aplikasi prediksi tangkapan ikan. MODIS juga dimanfaatkan untuk memantau
atmosfer terutama liputan awan dan kadar aerosol (partikel padat/cair yang
mengambang di udara). Data atmosfer ini dapat dimanfaatkan dalam aplikasi
pemantauan polusi, peningkatan suhu global (
) dan kerusakan lapisan
ozon.
Tabel 3. Fungsi kanal pada sensor MODIS
Fungsi utama
Kanal
Lebar kanal
Pengamatan daratan, awan, batas
aerosol
1
620-670
2
841-876
Pengamatan daratan, awan, dan
sifat-sifat aerosol
3
459-479
4
545-565
5
1230-1250
6
1628-1652
7
2105-2155
Pengamatan warna air laut (
!" # $%), fitoplankton, biokimia
8
405-420
9
438-448
10
483-493
11
526-536
12
546-556
13
662-672
14
673-683
15
743-753
16
862-877
Uap air di atmosfer
17
890-920
18
931-941
19
915-965
Pengamatan suhu permukaan / suhu
awan
20
3.660-3.840
21
3.929-3.989
22
3.929-3.989
23
4.020-4.080
Pengamatan temperatur atmosfer
24
4.433-4.498
25
4.482-4.549
Pengamatan uap air pada awan
cirus
26
1.360-1.390
27
6.535-6.895
28
7.175-7.475
Pengamatan sifat-sifat awan
29
8.400-8.700
Pengamatan ozon
30
9.580-9.880
Pengamatan suhu permukaan /suhu
awan
31
10.780-11.280
32
11.770-12.270
Pengamatan ketinggian awan
33
13.185-13.485
34
13.485-13.785
35
13.785-14.085
36
14.085-14.385
&'( ) *+(,( -( . / )/ 0-. 1234 56 37
Waktu Penelitian
89:;< = > ?@? A=B =;@ =@=;C;A;D 8;EB F ?G; H C; @ 8; EB I;@C; J; @ K B ? GA?B ;: ;@B;G; : 99GC= @;B
125-134
L
IM C; @
2-8
L8F N O;HP; G
4
Q.
89:;< = > ? @?A =B=; @ <? P ? A; D P; G;B P?GP;B;<; @ C? @ K;@ 8; EB FEA;R?<=,
<?P? A; D B=H EG C? @K; @ SG 9> =@<= TG =; @ U ; J;,
<?P?A; D EB;G;C?@K; @V ?> EA; E; @FEA;C; @S EA; EWP=NSG 9>= @< =X;A E: EYB ;G;Q,
<?P ? A; D<? A;B ;@ C? @K; @ 8; EB ZG;[E G;.
S?@?A =B=; @ C= A;: E:;@ C; A; HTTB ;D;>\ B; D;> TN> ?@K;HP =A; @ C;B ; B; @K: ;>;@ ] ;:; A; @ KQ C=A ;: E:; @ >; C; P EA;@ Z KE< B E<2012-
^?PGE;G =2013,
B; D;> TT N>?@ KE@CED;@\ > ? @ K9A;D ;@ C; @ ;@; A=< =< ] =B G; <EDE >?GH E:;; @ A; EB C;@ : A9G 9[= A-
; Q P?GA;@ K<E@ K<? A;H;^?P GE;G=-
_ 9`? HP ?G2013.
O;HP;G
4.
S?B;A 9:;<=> ?@? A=B=; @Alat dan Bahan
Z A;BC; @P; D; @J;@ KC=KE@;:; @>; C;>?@? A=B =;@=@=H?A => EB =
:
1.
a;B ;L
bcde fg hdC
bi hg djh N 8ZkQ <?@<9G l bmhg dnhR
h o be pn q br stdj qrj uvh cn g bg dm qbthn hg NXWaTFQ ZwE;A? `? A3
: 9H>9< =B8
D;G = N91
C;B ;QC; @P EA;@; @ N24
C;B; Q H;<=@ K-
H;<=@ K E@B E: FS8 C; @ : A9G 9[ =A-
; >?G =9C? B ;DE@2011-2012
C=E@CEDC;G =DB B>x//
9]?; @] 9A9G.
K<[].
@;<;.
K9`y3.
{ |}~ ~ ~ | ~~ }~ | ~ |}6.0
4.
{ |}~ ~ |} | ~~¡~~ ~ ¡~ ~.
¢ £ ¤¥¦§¨©ª©
~~ «~ ¡ ~~ ¡ ~~ | | ~ ~¡ ~~ ¡~~ ¬ } ~ ® ¯° ± ~| |
3
¡| ~} | 4
x 4 km antara tahun 2011-2012 yang diunduh dari
situs resmi NASA (
http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/
). Informasi yang diekstak dari
citra LAC Aqua MODIS ini yaitu suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a 8 harian
dan bulanan. Hasil tangkapan harian ikan cakalang (waktu, bobot dan lokasi) selama
tahun 2011-2012 diperoleh dari arsip data Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon
yaitu yang berasal dari armada-armada penangkapan
²³´ cakalang yang
beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda.
µ¶ ©· ¸¹ ¸¹¨©ª© º ¸ª§©¢»¼½©¶¾· ¿§¿ À ¸·Á
a
Penelitian ini menggunakan citra SPL dan Klorofil-a dari sensor
 ÃÄ´ ÅóÃÆƲǴ ôÄô(MODIS) Aqua level 3 komposit 8 harian dan
bulanan dengan resolusi spasial 4km x 4km. Citra yang diperoleh telah terkoreksi
secara geometrik maupun radiometrik dan tersimpan dalam format
È ´ÇÉ D
F
ô(HDF). Citra SPL dan Klorofil-a diekstrak dan diolah pada perangkat lunak
F
D
y
(SeaDAS) 6.4 menggunakan menu standar
pengolahan citra (
ʳÇÃ) yang terdapat pada perangkat lunak tersebut. Tahapan
pengolahan citra yang dilakukan meliputi pemotongan citra sesuai lokasi penelitian
dan anotasi citra (
ó) yang meliputi pemberian warna daratan (
ÄË) dan
garis pantai (
ÇÃ ) dan pembuatan skala ulang (
´Ç ) nilai SPL dan Klorofil-a.
Setelah dilakukan anotasi citra, hasil pengolahan citra SPL dan klorofil-a ini disimpan
dalam format JPEG sehingga mudah diamati secara visual. Nilai SPL dan konsentrasi
klorofil-a yang diperoleh dapat dibuka pada
ÂÇ´ÃÃÊE
ÌÇuntuk diolah lebih lanjut.
Nilai SPL dari citra MODIS Aqua diperoleh berdasarkan algoritma Miami
Pathfinder
³´ÊÇͲ´³´(Brown and Minnet, 1999)
MODIS_SST = c1+c2*T
31
+c3*T
31-32
+c4*(Sec( )-1)*T
31-32
.(1)
Ï
5
ÐÑÒÓÔ
4.
ÕÖÓ ×ØÙ ØÓÚÒ ÑÚÛ31
Û ÑÚÒ ÑÚÛÜÝÙ ÓÚÙ ÖÞßà á âãÕÖÓ× ØÙØÓ Ú Ð
31
-
Ð32
0.7
T
31
-T
32
> 0.7
c1
1.11071
1.196099
c2
0.9586865
0.9888366
c3
0.1741229
0.1300626
c4
1.876752
1.627125
Konsentrasi Klorofil-a diperoleh berdasarkan algoritma OC3M (O Reilly
äå æç.,
2000):
C
a
= 10
0,283-2,753R+1,457R2+0,659R3-1,403R4
.
.(2)
R = log
10
...(3)
dimana: C
a
= Konsentrasi Klorofil-a (mg/m
3
), R = Rasio Reflektansi, Rrs =
èäéêåä ëäìí îìïèäðçäñå æìñäòóô õö÷ óø ùúóûóøüúóøý óúóöóø ù
Data penangkapan ikan cakalang diperoleh dari hasil tangkapan harian armada
penangkapan
þÿ íä íäîìäyang beroperasi di sekitar Laut Seram dan Laut Banda
selama tahun 2011-2012. Data tangkapan tersebut diperoleh dari Pelabuhan
Perikanan Nusantara Ambon. Hasil tangkapan per unit usaha (CPUE) dihitung
berdasarkan bobot hasil tangkapan (kg) yang diperoleh dari satu satuan alat tangkap
dalam kurun waktu tertentu. Perhitungan CPUE mengacu pada formula yang
dikembangkan oleh Gulland (1983):
=
...(4)
i = 1, 2, 3
,n
dimana: CPUE
i
= Hasil tangkapan per upaya penangkapan (kg/trip penangkapan),
Catch i = Hasil tangkapan (kg) dalam bulan ke i, effort i = Upaya penangkapan (trip
penangkapan) dalam bulan ke i.
ò ø ù óø øóó óø ö õö
a Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Cakalang
Hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap CPUE ikan cakalang
dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan formula (Mattjik, 2006):
Y = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
+
+ b
n
x
n
...(5)
dimana: Y=CPUE ikan cakalang (kg), a=Intersep, b1=koefisien regresi SPL
b
2
=koefisien regresi klorofil-a, x
1
=SPL, x
2
=klorofil-a.
Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
! "#$% "&'(!( )* '+
a di Laut Seram dan Laut Banda
, -. /-0
5
.1232435-2 010-6- 7 89 /3: -2 -2 ;< 9-36 71 0-. ;-2 9-36 = -2;-> -;- 6-? 322011-2012.
7 8 9 01 0 -6 - /3: -2-2 /1 0@-0< -A < -26-0 -26-30°C dengan suhu
minimum 26.40°C pada Agustus dan suhu maksimum 29.46°C pada Nopember 2011.
Sedangkan pada 2012, suhu minimum 26.26°C pada Agustus dan suhu maksimum
29.66°C pada Desember. Musim Barat sampai pertengahan Musim Peralihan
Barat-Timur (Januari-April) 2011, SPL rata-rata di Laut Seram dan Laut Banda berkisar
antara 28.5-29 °C. Memasuki akhir Musim Peralihan Barat-Timur (Mei) dan Musim
Timur SPL mengalami penurunan dari 28.9°C mencapai 26.4°C. SPL mulai
mengalami penaikan menjadi lebih hangat ketika memasuki Musim Peralihan
Timur-Barat dengan nilai 27°C pada September sampai 29.46°C pada Nopember 2011.
Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur (Desember 2011-Mei 2012)
rata-rata SPL berkisar antara 28.60-29.40°C. SPL kembali mengalami penurunan ketika
memasuki Musim Timur dari 28 °C pada Juni 2012 dan mencapai SPL terendah pada
Agustus 2012 dengan nilai 26.26°C. Pada Musim Peralihan Timur-Barat 2012, SPL
kembali meningkat dari suhu 27°C pada September sampai mencapai 29.66°C pada
Desember.
Gambar 5. Rerata SPL bulanan tahun 2011-2012
Konsentrasi klorofil-a rerata bulanan 2011-2012 di Laut Seram dan Laut
Banda ditunjukan pada Gambar 6. Klorofil-a berkisar antara 0.15-0.60 mg/m
3
dengan
konsentrasi terendah 0.18 mg/m
3
pada Desember dan tertinggi 0.57 mg/m
3
pada
Agustus 2011, sedangkan pada tahun 2012 konsentrasi klorofil-a terendah 0.16
mg/m
3
pada Maret dan tertinggi 0.56 mg/m
3
pada Agustus. Rata-rata konsentrasi
klorofil-a rendah pada Musim Barat dan tinggi pada Musim Timur. Musim Barat
sampai Musim Peralihan Barat-Timur (Januari-Mei) 2011 konsentrasi klorofil-a
berada pada kisaran 0.20-0.30 mg/m
3
. Konsentrasi klorofil-a meningkat pada musim
timur dari 0.40 mg/m
3
hingga 0.58 mg/m
3
. Pada awal Musim Peralihan Timur-Barat
(September) konsentrasi klorofil-a masih berada pada kisaran yang tinggi yaitu
rata-rata 0.50 mg/m
3
dan mulai menurun pada pertengahan Musim Peralihan Timur Barat
(Oktober) dengan konsentrasi rata-rata 0.30 mg/m
3
. Konsentrasi klorofil-a berada
pada kisaran yang sangat rendah yaitu kurang dari 0.20 mg/m
3
pada Musim Barat
17
BCDECF G HB FD I JKCL FMCN O C KCP QF DHK RS TEJDUJKVGJFW XYZX[ IC \C GHB F D QF DHK ]TNBJNP KC BF]LTKT^ FLVC] J DUC LFD JNF N_]CP `KCPCV KCPC]TNB JNP KCB F]LTKT^F LVCEC\CDHB FD FNF aC FPH LJU FM \CKF Y[b Y D _c D
d
\C N D JN eCE CF ] TNB JNPKC B F DC ]B FDHD Y[ fg D_cD d EC \C h_HBP HB[ i JP JL CM FPH ]TNBJNP KC BF ]L TKT^F LVC ]JDUCL F DJNHKHN D JDCB H]F GHB FD I JKC L FMC NQF DHK VOC KCP\J N_C NNFLCFC NP CKCY[ ZfVY[jYD _c D
d [
kC DUC Kg[l J KCPC]LTKT^ FL VCU HLC NC NPCMHNXYZZVX YZX mn o pqr stsu
i Iv \F vC HP i JKCD \CN vC HP O C N\C EC\C G HBF D OC KCP HDHDNaC PFN__F U JK]F BC K C NP CKC XwVjYx y B J\C N _]CN i Iv \TDF NCN C NP C KC XzVjYx y
(
kC DUCK7).
i Iv P F N__F \JN _CN]F BCKC N29-30
x y \TDF NC N PJK{C\F E C \C U HLC N|JB JDU JK \F vCHP O C N\C B J\C N _]C NvCHPi JKC DCNPC KC27.5-29
x y
NC D HN\ TDFNC NN aCi Iv
29
x y.
I C \C}CNHC KF \C N~JU KHC KF
2011
]FBCKCNi IvCNP CKC27-3
x y P JKBJUC KB JeC KCD JKCPC\F vC HPi JKCD \C N vC HP OC N\C
,
EC \C U HLCN PJKB JUHP i Iv aCN _ L JU F M KJN\C M C NPC KC27-28.5
x y P JK\CECP \F UC_FC N OC KC P BCDECF UC_FC N QJN _C M vC HP OC N\C.
i Iv PFN __F UJK]F BC K C NPC KC29.5-30
x y EC \C ~JU KHC KF2012
P JK]TNB JNP KC BF \F vC HP O CN\C UC_FC N QJN_CM(
i JLCPC N I HLCH hDU TN)
B J\C N_]CN \FB J]FP CKNaC i Iv U JK]F B CK CNP CKC28.5-30
x y.
QHP HEC NCCNBJeCKCDJ KCP C\FvC HPi JKC D\C NvC HPOC N\C{H _CPJK{C \F EC\C~JUKHC KF2011
\C N}CNHC KF2012.
TNB JNP KCB F ]LTKT^F L
-
C \ TDF NC N \F vC HP i JKC D \CN vC HP O C N\C E C \C DH B FD UC KCP(
k C DUCK8)
HDHDN aC]HKCN _ \C KF0.20
D_c D3
.
TNB JNP KCB F ]L TKT^ FL-
C\TDFNC N FNF PJKB JUC K D JKCPC \F BJLHKHM E JKC FKC N vCHP i J KCD \C N vCHP OC N \C.
Q F\C ] PJK{C\F ^ LH]P HC B F BEC B FC L DC HE HN PJDE TKC L \CKF ]TNB JNP KC B F ]L TKT^ FL-
C EC\C G HB FD O C KCP F NF,
]TNBJNP KC BF ]L TKT^ FL-
C e JN\JKHN _ BPCU FL EC\C ] FBC KC N0.02-0.20
D _/
D3
.
QJK\CE CP P HPHEC NCC N EC\C eFPKC UHLCNC N \FGHB FD OC KCP FNF\JN_C N P HP HEC N CC N PJKUCNaC] EC \C~JU KHCKF2011.
£ ¤ ¥¤ ¦§ ¤ ¨ £ ¤ ¥¤ ¦§ ¤ ¨
©ª«¬ ª¨
© ª «¬ª¨
®¤§¨¬ª¨ ®¤§¨¬ª¨
¯ ° ±²
26
±²28
±²30
±²32
±²³´µ¶´·
7.
¸ ¹¶ ´ ·´º¸»¼(
½¾)
¿ÀÁ  µÃ´ ·´ ÄÄ´ÅÀºÆÇÈÈ(
ÉÂ ·Â)
Ê´ ºÆÇÈÆ(
É´º´º)
ËÌ Í ÎÏÐÑÒÓÔ ÎÕ ÓÖ× Ó ÒÓ Ø-
Ù ÎÏÌÒ19
âãäå ãæçåèéêë ìíîïâåðê ïæñãðâïêò åóãêãæ ô ãêãõö÷õøùúû ü
.
çé ôéýãæãþãæÿãæä éòé ý ôåæääåôïêãñ åýãñ ã åôêããêïô2012
ñ åâã äåãæçå èéêíãé ôãæñ ãèãé ýéæíãéôëïêã è.
0.00
/
3
0.20
/
3
0.40
/
0.60
/
3
0.80
/
3
1.00
/
3
ã èâãê
8.
æ óïæ ôêãó åòîê å î-
ã(
èä/
è3
)
é óå è ãêã ôôãðéæõ(
ò åê å)
ñãæõ õ(
òãæ ãæ)
æ ó ïæ ôêãó å òî ê å î
-
ã ñå íãé ô ëïê ãè ñãæ íãé ô ãæñ ã(
ã èâã ê10)
ý ãñã é óå è ìïêãî åðãæ ãê ãô-
ç åèéê ô åñãò ãé ð âïêâïñã ñ åâãæñ åæ äòãæ éó å è ãêã ô.
æ ó ïæ ôêãó å òî êåî-
ã ñèåæãæ òéêãæä ñ ãê å0.25
èä/
è3
ñãæ ô ïêó ïâãê èïêãôã ýãñ ã ó ïîéêé ð ýïêãåêãæ íãé ô ëïêãèñãæ íãé ô ãæñã
.
ì ã ñãþåîãÿã ð ýïó åó åêì é îãé ëïêãèñ ãæ ì é îãé éêé èé îã å ô ïê îå ðãô ò æ ó ïæ ôêãó å ò î êåî-
ã ãæ ôãêã0.30-0.40
è ä/
è3
! " # $ %& $ $ % $ $ $ ' ! ( $ ) * + ,- $!++! . / 0 & $%& ! -0 %01!2 *+ ! 3 $! ++! $ %& $ $ !!!-& ! - & +! #&- # $ %! %! % $ # ! &+!2&+! * + %# % ! ' !*3 &! &!% & 3! ++ # ! +-$ - -0 & $ %& ! -0 %0 1!2 ! & !& ! % $! .
4 56 78
4 5678
9: 6 ; <
9: 6 ; <
47;
47;
= > ?@
26
?@28
?@30
?@32
?@21
J KL MN JK L MN
OPL Q R OPL Q R
JMQ JMQ
ST SSUVW U X
ST YSUVW U X
STZ SUVWU X
ST[ S UV W U X
ST\SUV W U X
]T SSUV W U X ^_` a_bcdef ghijh kb_i lmn gb gol np_q`rs`
t
uv wi l`x jb_ nl y_hz_b_kp{l`wb k_y wh|dccqmlblu}_h|dc |q m_h_h u
~
¡¢£ ¤
.
¤ ¥ ¦§¨ ©§ ª § § «§ ¬ §¥ ¨¦ ®¥ ¥ 27-29
£¤ ¦ § ¥¯ °¨ ¦® ®°¥§¥25-27
£ ¤.
±²³´ ±²³´
±²µ´ ±²µ´
¶§ ¥§ ¶§ ¥§
23
·¸26
·¸28
·¸30
·¸32
·¸¹¦
11.
¦ ¬(
£ ¤)
© § ª §¥ ®§ º»»(
)
º»(
)
¯¦ ¥¦ ¨ ¼ ¬ ½ © § ª § § ¥ § ¥ ¯ ,
¼ ¥ ¨¼¼¾¨-
«§ ¥§ ¨ ½ ¥ ¡ ¿¼ ¥ ¨¼¼¾¨-
¦ ¥ 0.20-1.00
/
3
(
¹ ¦ 12).
¿ ¼ ¥¨¼¼¾ ¨-
¥ ° ¨¦® 0.80
À3
23
ÁÂÃÄÅÆÇÆÈ Å ÂÈÉÆ ÃÄÊ ÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆÌ Î ÇÏ ËÃËÐÎÏÑÆ ÒÆ ÃÎ ÓÆÄÍ Ô ÃÆ ÐÄ ÃÆÕ Ö ÆÒÆ Æ×ÆÏ ØÄÌ ÎÁ ÙÎ ÁÄ Ã ÚÛÄÈÎÜ ÇÏËÃËÐÎ Ï ÑÆ ÁÆ ÌÎÊ ÒÎ ÒËÁ ÎÈÆ ÌÎÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆ Ì Î ÝÆÈÉ Ã ÂÈ ÒÆÊ ÝÆÎÍÄ ÆÈÍ Æ ÃÆ ÞÕßÞÑ ÞÕàá ÇÊÄ ÌÄ ÌÈ ÝÆ Å Æ ÒÆ ÓÆ ÄÍ âÆÈÒÆ ãÆÉÎÆÈâ ÆÃÆÍ äÌÂÒÆÈÉÇÆÈ ãÆÉÎÆÈ ÙÎÁÄ ÃÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆÌ Î ÇÏËÃËÐÎ ÏÑÆ Ï ÂãÎÊ Í ÎÈ ÉÉÎ Ò ÂÈ ÉÆÈ ÇÎÌÆ ÃÆÈ ÞÕà ÞÑ ßÕÞÞ ÁÉå Á æ ÈÆ ÁÄÈ ÒËÁÎÈÆÈÈÝÆ ÆÈÍ Æ ÃÆ ÞÕà ÞÑ ÞÕçÞ ÁÉåÁ æ Õ èÂÒÆÈ ÉÇÆÈ Å Æ ÒÆ Å Â ÃÍÂÈÉÆÊ ÆÈ Ø Ä ÌÎ Á Ù ÎÁÄ Ã ÚÛÄ Ï ÎÜ ÁÆÌÎÊ Í ÂÃÒÆÅÆÍ ÇËÈ ÌÂÈÍ ÃÆ ÌÎ ÇÏ ËÃËÐÎÏÑÆ ÒÂÈÉÆÈ ÇÎ ÌÆ ÃÆÈ ÆÈÍÆÃÆ ÞÕßÞÑÞÕéÞ ÁÉå Á æ ÇÊÄÌÄ ÌÈ ÝÆ ÒÎ Ì ÂãÆ ÉÎÆÈ ãÂÌÆ ÃÓÆÄÍè ÃÆ ÁÒÆÈÒÎÌ ÂÇÎÍÆ ÃÅÄ ÏÆÄêÂÍ Æà ÚèÂÏÆÍÆÈÓÆÄÍâÆÈ ÒÆ ÜÈÆ ÁÄÈÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆÌ Î ÒËÁÎÈÆÈ ÆÈÍ Æ ÃÆ ÞÕëÞÑ ßÕ ÞÞ ÁÉåÁ æ Õ ì ÎÍ ÃÆ ãÄ ÏÆÈ ÔÉÄ ÌÍÄ Ì ÚÆ ÇÊ ÎÃ Ø Ä Ì Î Á ÙÎÁÄ ÃÜ ÁÂÈÄÈíÄ ÇÆÈ ÌÂãÆ ÃÆÈ ÇËÈ ÌÂÈÍ ÃÆ ÌÎ ÇÏËÃËÐÎ ÏÑÆ ÍÎÈÉÉÎ ÅÆ ÒÆ ÌÂÏÄ ÃÄÊ ÅÂÃÆ ÎÃÆ È ÒÂÈ ÉÆÈ ÇËÈ ÌÂÈÍ ÃÆ ÌÎ ÒËÁ ÎÈÆÈ ãÂà ÇÎÌÆ Ã ÆÈÍÆ ÃÆ ÞÕéÞÑÞÕçÞ Á Éå Á æ Õ î ËÈ Ì ÂÈÍÃÆ Ì Î ÇÏËà ËÐÎ Ï ÑÆ ÏÂãÎÊ ÒÆ ÃÎ ÞÕçÞ Á Éå Á æ ÍÂÃÒÆÅÆÍ ÅÆ ÒÆ Å ÂÃÆ ÎÃÆÈ ÒÎ ÌÂÇÎÍ Æà ÅÄ ÏÆÄ ÝÆÎÍÄ ÒÎ ãÆ ÉÎÆÈè ÏÆÍÆÈ Ö ÄÏÆÄ èÂÃÆ Á äèÂÏÆÍ ÆÈâ ÄÃÄ äïÍ ÆÃÆî ÂÅÄ Ï ÆÄÆÈî ÝÒÆÈÙÎÁÄ Ãî ÂÅÄ ÏÆÄÆÈÙÆÈ ÎÁ ãÆÃÕÙÄÍ ÄÅÆÈ Æ ×ÆÈÅÆÒÆðÎÍ ÃÆ ÇÏËÃËÐÎÏÑÆãÄ ÏÆÈÆÈØÄ Ì ÎÁ ÙÎÁÄ ÃðÄ ÇÄÅÍÎÈ ÉÉÎÌ ÂÊ ÎÈÉÉÆÊÆÁÅ ÎÃ Í Î ÒÆÇ Æ ÒÆð ÎÍÃÆãÄ ÏÆÈÆÈÝÆÈÉã  ãÆ ÌÆ ×ÆÈ Õ ñò ó ôõö÷øùú ôû ùüý ôõòø-
þ ù øù ÿ èÂãÆÃÆÈ è ÖÓ ÅÆÒ Æ Ø Ä ÌÎÁ ÖÂÃÆÏ ÎÊÆÈ ÙÎÁÄà Ñâ Æ ÃÆÍ ÒÎ ÓÆÄÍ èÂÃÆ Á ÒÆÈ ÓÆÄÍ âÆÈ ÒÆÁÂÈÉÆÏÆ ÁÆ Î Æ ÃÎÆÌ ÎÁÄ ÏÆ ÎÒÆÃÎèÖÓÒÎÈ ÉÎÈÅÆ ÒÆÆ × ÆÏØ Ä Ì ÎÁÖÂÃÆ ÏÎÊÆÈ äÊÆÈÉÆÍ ÅÆ ÒÆ Å Â ÃÍÂÈÉÆÊ ÆÈ ÁÄ Ì ÎÁ ÌÆ ÁÅÆ Î ÅÆÈÆÌ ÅÆ ÒÆ ÆÇÊ ÎÃ Ø ÄÌ Î Á ÖÂÃÆ ÏÎÊÆÈ ÙÎ ÁÄ ÃÑâÆÃÆÍÕ Æ ÃÎÆ Ì Î Ì ÂãÆ ÃÆÈ è ÖÓ Í ÂÃÌÂãÄÍ ÒÆÅÆÍ ÒÎ ÏÎÊÆÍ ÅÆ ÒÆ ÆÁ ãÆà ßéÕ Ö Æ ÒÆ Æ × ÆÏ Ø Ä Ì ÎÁ ÖÂÃÆ Ï ÎÊÆÈÙÎÁÄ Ã Ñâ Æ ÃÆÍÚèÂÅÍÂÁ ãÂÃÜè ÖÓÃÂÏ ÆÍ Î ÐÃÂÈÒÆÊÒÂÈ ÉÆÈÇÎ ÌÆÃÆÈÆÈÍ ÆÃÆàáÑà ì Í ÂÃÌÂãÆ Ã ÒÎ ÓÆÄÍ â ÆÈÒÆ ÒÆÈ ÓÆÄÍ è ÃÆ Á ã ÂÃÇÎÌÆà ÆÈÍÆÃÆ27-29
ì.
Ö Æ ÒÆ èÂÅÍ ÂÁãÂÃ2011
Æ ÒÆÅÂÃãÂÒÆÆÈÌÂãÆ ÃÆÈè ÖÓÆÈÍ Æ ÃÆÓÆ ÄÍâ ÆÈÒÆãÆÉÎÆÈãÆ ÃÆÍÝÆÈÉÏ ÂãÎ ÊÊ ËÁËÉÂÈ ÒÂÈÉÆÈÇÎ ÌÆ ÃÆȱ 27°C dan Laut Banda bagian Timur dengan kisaran antara 24-27°C.
September 2012 terlihat perbedaan yang mencolok antara SPL di Laut Seram yang
lebih hangat dengan kisaran 27-29°C dibanding SPL di Laut Banda yang lebih
homogen dengan kisaran antara 27-28°C. Pada Nopember yang merupakan akhir
Musim Peralihan Timur dari SPL rendah ke Musim Barat dengan SPL tinggi, citra
menunjukan peningkatan SPL di Laut Seram dan Laut Banda dibandingkan bulan
sebelumnya. SPL Nopember berkisar antara 28-30°C dengan SPL dominan antara
29-30°C yang tersebar secara merata pada Laut Seram maupun Laut Banda. Citra SPL
Musim Peralihan Timur-Barat merupakan citra yang paling minim tutupan awan
dibandingkan pada musim lainnya. Tutupan awan pada citra hanya ditemukan pada
September 2011.
konsentrasi klorofil-a relatif homogen pada seluruh perairan dengan kisaran antara
0.05-0.25 mg/m
3
sedangkan pada Nopember yang merupakan akhir Musim Peralihan
Timur-Barat, konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran antara 0.03-0.20 mg/m
3
dengan nilai konsentrasi dominan antara 0.04-0.10 mg/m
3
di Laut Banda dan
0.10-0.20 mg/m
3
di Laut Seram pada Nopember 2011 dan konsentrasi antara 0.03-0.18
mg/m
3
yang tersebar merata di seluruh perairan pada Nopember 2012.
Juni
Juni
Juli
Juli
Agustus
Agustus
0.00 mg/m
3
0.20 mg/m
3
0.40 mg/m
0.60 mg/m
3
0.80 mg/m
3
1.00 mg/m
3
25
September
September
Oktober
Oktober
Nopember
Nopember
23°C
26°C
28°C
30°C
32°C
Gambar 13. Sebaran SPL (°C) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 (kiri)
dan 2012 (kanan)
rendah (benua Australia). Sehingga SPL di Laut Seram dan Laut Banda pada
Januari-Februari mengalami penurunan akibat tiupan angin dari Utara khatulistiwa yang
membawa masa udara dingin. Selama periode ini di perairan Indonesia angin bertiup
dari Barat ke Timur sehingga disebut Musim Timur.
September
September
Oktober
Oktober
Nopember
Nopember
0.00 mg/m
3
0.20 mg/m
3
0.40 mg/m
3
0.60 mg/m
3
0.80 mg/m
3
1.00 mg/m
3
Gambar 14. Konsentrasi klorofil-a (mg/m
3
) Musim Peralihan Timur-Barat
tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
27
matahari secara maksimal. Akibatnya suhu pada lapisan permukaan menjadi tinggi
hal ini dapat dilihat dari citra satelit bulanan pada musim tersebut umumnya tinggi.
Memasuki Musim Timur, terjadi penurunan SPL secara drastis hal ini
disebabkan karena pada Musim Timur di Laut Seram dan Laut Banda terjadi
peristiwa
yang membawa air dingin dari lapisan bawah naik ke atas. Selain
itu pada Musim Timur matahari berada di belahan bumi Utara sehingga Utara
khatulistiwa mengalami musim panas, sebaliknya bumi bagian Selatan seperti benua
Australia termasuk juga Laut Seram dan Laut Banda kurang mendapat penyinaran
matahari sehingga suhu pada wilayah tersebut mencapai kisaran minimum.
Musim Peralihan Timur-Barat pada citra SPL bulanan terlihat jelas SPL dari
dingin (pengaruh Musim Timur) pada bulan September mulai hangat pada Oktober
dan menjadi panas pada Nopember. Pada kondisi tersebut terlihat bahwa September
merupakan akhir dari peristiwa
yang terjadi di Laut Banda, pada Oktober
telah terjadi transisi dari musim dingin di belahan bumi Selatan menjadi musim panas
karena pada musim ini matahari dari belahan bumi Utara bergerak melintasi
khatulistiwa menuju belahan bumi Selatan akibatnya pada Oktober, SPL di Laut
Seram dan Laut Banda menjadi hangat. Selanjutnya Nopember yang merupakan akhir
Musim Peralihan Timur-Barat telah mendapat intensitas matahari yang cukup
sehingga SPL menjadi lebih tinggi seperti layaknya Musim Barat pada belahan bumi
Selatan.
Konsentrasi klorofil-a tinggi yang terjadi pada Musim Timur (Juni-Agustus)
yaitu >0.30 mg/m
3
, disebabkan karena terjadinya penaikan massa air (
).
Nontji (2005) menyatakan air naik terjadi hanya pada Musim Timur dimulai dari Mei
sampai kira-kira September, karena pada saat itu angin Musim Timur mendorong
keluar air permukaan Laut Banda dengan laju yang lebih besar daripada yang dapat
diimbangi oleh air permukaan sekitarnya maka air dari bawahpun naik untuk mengisi
kekosongan. Penaikan massa air dari lapisan bawah ke lapisan permukaan inilah yang
membawa serta unsur hara sehingga produksi fitoplankton meningkat pada daerah ini.
Sebaliknya pada Musim Barat konsentrasi klorofil-a rendah yaitu kurang dari 0.30
mg/m
3
karena pada saat itu arus Musim Barat yang membawa masuk air dari Laut
Flores ke Laut Banda volumenya terlalu besar untuk dapat diimbangi dengan yang
bisa keluar melalui selat-selat disekitarnya, akibatnya air menumpuk lalu tenggelam
dan keluar ke Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 1.000 m melalui Laut Timor.
Penenggelaman inilah yang menyebabkan pada Musim Barat produksi fitoplankton
mengalami penurunan.
-
umumnya tinggi saat Musim Barat sampai Peralihan Barat-Timur (Januari-Mei) yang
berkisar antara 28.29-29.47 °C. SPL mulai menurun saat memasuki Musim Timur
yaitu berkisar antara 26.39-28.25 °C. Pada Musim Peralihan Timur-Barat SPL
berkisar antara 26.58-29.35 °C.
Gambar 15. Rerata SPL (°C) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang
Rerata bulanan konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada lokasi penangkapan
cakalang dapat dilihat pada Gambar 16. Konsentrasi klorofil-a rendah pada saat
Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur yang berkisar antara 0.09-0.19
mg/m
3
. Konsentrasi klorofil-a mencapai puncaknya pada saat Musim Timur yaitu
antara 0.31-0.47 mg/m
3
. Konsentrasi klorofil-a kembali menurun saat memasuki
Musim Peralihan Timur-Barat yaitu berkisar antara 0.14-0.26 mg/m
3
kecuali pada
September 2011 konsentrasi klorofil-a masih tinggi dengan rata-rata 0.43 mg/m
3
.
Gambar 16. Rerata klorofil-a (mg/m
3
) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang
! " #$ % &' ( %) ' %* ' # % &
Data tangkapan ikan cakalang yang diperoleh dari armada-armada
penangkapan yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda menunjukan bahwa ikan
cakalang dapat ditangkap sepanjang tahun namun dengan hasil yang berbeda sesuai
dengan musimnya. Musim puncak penangkapan ditandai dengan tingginya hasil
tangkapan yang diperoleh pada setiap trip penangkapan, sedangkan musim paceklik
merupakan musim dengan hasil tangkapan yang rendah. Rata-rata bobot hasil
tangkapan cakalang per trip (CPUE) per bulan selama tahun 2011-2012 dapat dilihat
pada Gambar 17. Perhitungan CPUE ini diperoleh berdasarkan jumlah total hasil
26.00
27.00
28.00
29.00
30.00
Jan
Fe
b
M
ar
A
p
r
M
e
i
Ju
n
Ju
l
A
g
s
Se
p
O
kt
N
o
p
D
e
s
Jan
Fe
b
M
ar
A
p
r
M
e
i
Ju
n
Ju
l
A
g
s
Se
p
O
kt
N
o
p
D
e
s
SP
L (
°C)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
Jan
Fe
b
M
ar
A
p
r
M
e
i
Ju
n
Ju
l
A
g
s
Se
p
O
kt
N
o
p
D
e
s
Jan
Fe
b
M
ar
A
p
29
tangkapan cakalang (yang dinyatakan dalam kg) dalam kurun waktu tertentu (bulan)
dibagi usaha yang dinyatakan dalam trip penangkapan pada kurun waktu yang sama.
Pada Musim Timur (Juni-Agustus) 2011 hasil tangkapan cakalang rata-rata
3000-3500 kg/trip, sedangkan pada tahun 2012 hasil tangkapan tertinggi pada Agustus
mencapai 3700 kg/trip. Juni, Juli dan September hanya mencapai 2500 kg/trip.
Selama Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur maupun Timur-Barat hasil
tangkapan ikan cakalang umumnya berkisar antara 1500-2500 kg/trip. Hasil
tangkapan terendah terjadi pada Musim Barat yaitu pada Desember 2011 sebesar
1677 kg/trip dan Januari 2012 sebesar 1648 kg/trip.
Gambar 17. Rerata bobot (kg) hasil tangkapan ikan cakalang per trip (CPUE)
tahun 2011-2012
Berdasarkan hasil analisis CPUE ikan cakalang ini sesuai dengan wawancara
yang dilakukan dengan beberapa nelayan lokal di Pulau Seram yang menyatakan
bahwa musim penangkapan cakalang di Laut Seram berlangsung antara
Agustus-September (Musim Timur) dan musim paceklik antara Desember-Maret (Musim
Barat). Hasil penelitian Tadjuddah (2005) mendapati produksi cakalang di Kabupaten
Wakatobi Sulawesi Tenggara tinggi pada Musim Timur (Juni-Agustus) yaitu lebih
dari 2500 kg dan mencapai puncaknya pada September dan terendah pada Maret.
Suprianto
+, -.(2012) melakukan penelitian di Laut Maluku, musim penangkapan
ikan cakalang terjadi pada April untuk fase pertama kemudian pada Juli-September
untuk fase kedua tetapi fase kedua lebih besar dan lama, bukan musim ikan terjadi
pada Nopember-Maret.
Musim puncak penangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda yang
terjadi pada Musim Timur ini dapat dikaitkan dengan tingginya produktivitas perairan
pada musim tersebut. Pada Musim Timur di Laut Banda terjadi peristiwa
/01 +. .2 34yang merupakan proses pengkayaan perairan karena zat hara dari dasar perairan
terangkat naik ke permukaan sehingga lapisan permukaan menjadi subur. Peristiwa
ini dimanfaatkan oleh fitoplankton yang menggunakan zat hara untuk
pertumbuhannya, sehingga pada lokasi
/01 +..2 34didapati konsentrasi klorofil-a yang
merupakan pigmen fotosintesis pada fitoplankton ini tinggi. Edward dan Tarigan
(2003) berpendapat daerah
/01 +. .2 34merupakan daerah yang sangat baik untuk
untuk usaha penangkapan ikan karena daerah dimana terjadi proses
/01 +..2 34sangat
kaya akan nutrient sehingga plankton melimpah dan ikan-ikan akan berkumpul di
daerah itu. Lebih lanjut penelitian keduanya mendapati bahwa puncak
@ AB CDD E FGdi
Laut Banda terjadi pada Agustus (Musim Timur). Pendapat lain mengungkapkan
bahwa peristiwa
@AB CD DE FGdi Laut Banda mulai bulan Mei dan mencapai puncaknya
pada Nopember (Nontji 1987 dalam Edward dan Tarigan 2003). Sedangkan menurut
Wyrtky 1961 dalam Edward dan Tarigan 2003,
@AB CDD E FGdi Laut Banda di mulai
pada Musim Timur yakni dari Juni sampai Agustus. Peristiwa
@ABCD DEFGinilah yang
meyebabkan hasil tangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda pada Musim
Timur lebih tinggi daripada musim lainnya.