• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAUT BANDA

MEISKE MANERY

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul

Pemetaan Daerah

Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (

u

w

u

) di Laut Seram dan

Laut Banda

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)
(5)

(

u

w

u

) di Laut Seram dan Laut Banda. Dibimbing oleh JONSON

LUMBAN GAOL dan VINCENTIUS SIREGAR.

Permasalahan yang umumnya dihadapi nelayan yaitu peramalan daerah

penangkapan ikan masih berdasarkan cara tradisional yang menyebabkan hasil

tangkapan tidak pasti, karena armada penangkapan harus mencari-cari daerah yang

potensial sebagai daerah penangkapan sehinga tidak efisien dari segi waktu dan biaya

operasional. Keberadaan ikan dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan seperti

suhu, salinitas dan kelimpahan plankton sebagai sumber makanan. Teknologi

penginderaan jauh satelit dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi mengenai

kondisi oseanografi suatu perairan dan ditunjang dengan data penangkapan ikan,

maka dapat dihasilkan suatu peta daerah potensial penangkapan ikan yang dapat

dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh nelayan pada

umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis sebaran suhu

permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda; (2)

Menganalisis hasil tangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda; (3)

Menganalisis hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap hasil tangkapan

cakalang; dan (4) Memetakan daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut

Seram dan Laut Banda.

Penelitian ini menggunakan data SPL dan klorofil-a dari sensor

Moderate

Resolution Imaging Spectroradiometer

(MODIS) Aqua yang diunduh pada situs

resmi

National

Aeronautics

and

Space

Administration

(NASA)

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/

kemudian diolah menggunakan perangkat lunak

SeaWIFS Data Analysis System

(SeaDAS). Data harian (waktu, lokasi dan bobot)

armada penangkapan cakalang yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda

diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon selama tahun 2011-2012, data

tersebut diolah untuk mendapatkan

Catch Per Unit Effort

(CPUE) atau hasil

tangkapan per unit usaha. Hubungan antara CPUE dengan SPL maupun klorofil-a

dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Untuk mendapatkan peta daerah

potensial penangkapan cakalang, dilakukan overlay antara data tangkapan terhadap

citra SPL/klorofil-a.

(6)
(7)

(

u

w

u

) in Seram Sea and Banda Sea. Supervised by JONSON

LUMBAN GAOL and VINCENTIUS SIREGAR.

A common problem faced by most fishermen in Indonesia is related to a

forecast on fishing area that is still based on traditional ways so that the catch result is

very often uncertain. Fishing fleet have to find potential fishing areas, making

fishing activities inefficient in terms of time and operational costs. The presence of

fish is influenced by oceanographic conditions such as water temperature, salinity and

abundance of plankton as a food source. Satellite remote sensing technology can be

used to obtain information on oceanographic conditions of particular waters, and

supported by fish catch data, a map of potential fishing area can be determined. The

aims of this study were (1) to analyze the distribution of sea surface temperatures

(SSTs) and the concentration of chlorophyll-a in the Seram Sea and the Banda Sea;

(2) to analyze the catches of skipjack in the Seram Sea and the Banda Sea; (3) to

analyze the relationship between SST and chlorophyll-a on skipjack catch; and (4) to

map potential areas of skipjack fishing in the Seram Sea and the Banda Sea.

This study used data of SST and chlorophyll-a from the sensor of Moderate

Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Aqua which was downloaded from

the official website of National Aeronautics and Space Administration (NASA)

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ Then the data were processed using a software of

SeaWiFS Data Analysis System (SeaDAS). Daily data (time, location and weight) of

skipjack fishing fleet operating in the Seram Sea and the Banda Sea were obtained

from Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon during the period of 2011-2012, and the

data were processed to obtain Catch Per Unit Effort (CPUE). The relationship

between CPUE, SST and chlorophyll-a were analyzed using simple linear regression.

To get a map of potential areas of skipjack fishing, an overlay between catch data and

the image of SST / chlorophyll-a was carried out.

(8)

number of locations in the Seram Sea (the northern part of Buru island and Seram

Island) and the eastern part of the Banda Sea around Key and Tanimbar islands with a

very potential fishing location around Key Islands

(9)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak

merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

MEISKE MANERY

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul Tesis :

Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda.

Nama

:

Meiske Manery

Nomor Pokok

:

C552100031

Program Studi

:

Teknologi Kelautan

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Jonson Lumban Gaol

Ketua

Dr. Vincentius P. Siregar, DEA

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Kelautan

Dr. Jonson Lumban Gaol

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus untuk anugerah,

penyertaan dan bimbingan tangan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tulisan ini.

Penelitian yang berjudul Pemetaan Daerah Potensial Penangapan Ikan

Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program study Teknologi

Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jonson Lumban Gaol sebagai

ketua komisi pembimbing dan Dr. Vincentius Siregar sebagai anggota pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis dari awal penelitian

sampai selesainya penulisan ini. Ungkapan terimakasih yang tulus juga penulis

ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama menempuh

study hingga selesai.

1. Ketua program study Teknologi Kelautan yang telah memberikan arahan,

motivasi dan membantu penulis dalam pengurusan-pengurusan akademik.

2. Dosen dan staf pegawai program study ilmu kelautan yang telah memberikan

segudang ilmu dan bantuan dalam proses akademik selama penulis menempuh

study di IPB

3. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon yang telah memberikan bantuan

data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.

4. Papa Willem Manery, mama Margaretha Sahetapy dan adik Meichel Henry untuk

doa, semangat dan motivasi yang selalu diberikan tak hentinya kepada penulis.

5. Joseph Kaya untuk doa, semangat, motivasi serta bantuan yang diberikan kepada

penulis selama melakukan penelitian sampai selesainya penulisan ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa Maluku di Bogor kak Musa Thenu, Kak Leny

Tapotubun, Kak Ledy Tetelepta, Styla Johanes, Frets Riewpassa, Aprilia

Tomasoa dan kak Yunita Latupeirissa trimaksih untuk doa, motivasi dan

kebersamaan kita yang terjalin selama ini.

7. Rekan-rekan Pascasarjana program study TEK terimaksih untuk motivasi,

bantuan dan kebersamaan selama kita menuntut ilmu di IPB.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini.

Kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini sangat diharapkan.

Semoga penulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kepada

semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2014

(15)

DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

...iii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

..

...1

Permasalahan

...2

Tujuan dan Manfaat Penelitian

...3

Hipotesis

..

3

Kerangka Pemikiran

..

..3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Tingkah Laku Ikan Cakalang

..

..

...5

Parameter Oseanografi dan Kehadiran Ikan

Suhu Permukaan Laut

.

...

..7

Klorofil-a Fitoplankton

.

...8

Penginderaan Jauh Satelit

...9

3

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

...13

Alat dan Bahan

.

.

...13

Sumber Data

...

...14

Analisis Data

Citra SPL dan Klorofil-a

...14

Hasil Tangkapan Ikan Cakalang

...15

Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan

Ikan Cakalang

...15

Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang

...15

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran SPL dan Klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda

..

...16

SPL dan Klorofil-a Pada Lokasi Penangkapan Cakalang

..27

Hasil Tangkapan Ikan Cakalang

..

..28

Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap CPUE Ikan Cakalang

...30

Daerah Penangkapan Ikan Cakalang di Laut Seram da Laut Banda

...32

Pendugaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang

...39

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

....41

Saran

.

.41

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir penelitian

4

2. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

...5

3. Satelit Aqua yang membawa sensor MODIS

...

.11

4. Lokasi penelitian

...

...13

5. Rerata SPL bulanan tahun 2011-2012

...16

6. Rerata klorofil-a bulanan tahun 2011-2012

...17

7. Sebaran SPL (°C) Musim Barat tahun 2011 dan 2012

...

...18

8. Konsentrasi klorofil-a (mg/m

3

) Musim Barat tahun 2011 dan 2012

...

..19

9. SPL (°C) Musim Peralihan Barat-Timur tahun 2011 dan 2012

.

..

.20

10. Konsentrasi klorofil-a (mg/m

3

) Musim Peralihan Barat-Timur

tahun 2011 dan 2012

.

.21

11. Sebaran SPL (°C) Musim Timur tahun 2011 dan 2012

...22

12. Konsentrasi klorofil-a (mg/m

3

) Musim Timur tahun 2011 dan tahun 2012

..24

13. Sebaran SPL (°C) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 dan 2012

..25

14. Konsentrasi klorofil-a (mg/m

3

) musim peralihan timur-barat

tahun 2011 dan 2012

..26

15. Rerata SPL (°C) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang

..28

16. Rerata klorofil-a (mg/m

3

) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang

28

17. Rerata bobot (kg) hasil tangkapan ikan cakalang per trip (CPUE)

Tahun 2011-2012

...29

18. Grafik hubungan antara SPL dan klorofil-a terhadap CPUE

ikan cakalang tahun 2011-2012

....30

19. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Barat..

...

.33

20. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan

Barat-Timur

..

...

.35

21. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Timur..

..

.36

22. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan

Timur-Barat

..

.38

DAFTAR TABEL

1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang

...

..8

2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan

di Maluku

...9

3. Fungsi kanal pada sensor MODIS

...12

4. Koefisien band 31 dan band 32 sensor MODIS Aqua

...15

5. Pendugaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang berdasarkan

(17)
(18)

6 787 9: ;<7 =7 > ?

@ AB AC AD E F G HIJ KL MNKJ O PQ HR SJT U VWXYAB AD ZXU[ VW\A]A ^B AD ]AD E Y_` VD Z ^ AC \^B VU[ ADEBAD XD` XB UVDXD a AD E VB_D_U^ \A VWAb \AD YVD]XU[ AD E \ V c^ Z A DVEAW A B bXZXZ D]A bAZ ^ C VBZ Y_ W Z X[ ZVB` _W YVW^B AD ADd aX EA Z V[AEA^ ZXU [VW Y W_` V^D bVe AD^ \VDE ADB AD \XD E AD_UVE A fg]AD E\^Y V WC XB AD_C Vb` X[X bh

i_` VDZ ^ jXDA\ADkAB AC ADE\^Y VWA^WADlD \_D VZ ^A A\AC Abmnohop o` _D Fq AbX W^ d roop Th s XU[ VW\A]A `VWZV[X` UVD]V[ A W \^ Y VWA^WAD lD\_D VZ ^ A \ AW^ [ AWA` b^ DEEA BV `^ UX W \AD \_U ^D AD]A [ V WA\A \^ Y VWA^WAD CVYAZ YAD`A^h tB` _C ZVa A uv mn \AC AU w W^x^D rooyd U VD aVC AZ B AD [Ab eA kAB ACAD E \^ e^ C A ]Ab Y VWA^ W AD lD \_DVZ ^ A j^ U X W ` VWZV\^ A ZVY AD aAD E`AbXDd`VWX` AUA\^zAX`{ ACXBXd zAX`|AC U AbVW Ad zAX`}AD \ AdzAX`sVW AU \AD zAX` s XC Ae VZ ^ h ~^ C A ]A b Y V WA^ W AD `VWZV[X` `VWU AZ XB \ AVW Ab U ^E WAZ ^ B VC _UY_B ^B ADk AB ACAD E \AW^sAUX\WAi A Z ^ x^ B [AE^AD ZVC A` AD hi_YXC AZ ^ kAB AC AD E ]AD E\^ aXUY A ^ \^ i VWA^ WAD lD \_DVZ ^ A [ AE^ AD`^ UX WZ V[ AE^ AD [ VZA W[ VWAZ AC \AW^ sAU X\WAi AZ^ x^ B ]AD E U VUAZ XB^Y VWA^ W AD^D^UVDE^ BX` ^AWXZh

i W_ c^ DZ^{ACXBX ]AD EZV[ AE^AD e^C A]AbD]AUVWX Y AB AD e^ C A]A bY VW A^WAD CAX`d ZADE A` U VDE AD \ACB AD bAZ ^ C C AX` XD`XB U VDXD a ADE Y VW`XU [XbAD VB_D_U ^D]Ah VE^A`AD YVW^B ADAD ` AD EB AY \^ Y W_ c^ DZ^ {ACX BX U VWXY ABAD ZAC Ab ZA`X B VE^ A` AD VB_D_U ^ Y VW^ B AD AD \AD B VC AX` AD ]ADE [VWB_D`W^[XZ^ [ VZAW [ AE^ YVD \AYA`AD \AVWAbh zAX` sVWAU \AD zAX` } AD \A B bXZXZ D]A ]AD E `V W\AY A` \^ YW_ c^DZ ^ {ACXBXd ` VWBVDAC ZV[ AEA^ YVWA^WAD ]AD E B A ]A \ VD EAD Y_` VDZ^ Z X U[ VW\A]A Y VW^BAD ADD]Ah _U _ \^`^ Y VW^ B AD AD ` AD EBAY \^ {AC XBX ` VWX`AUA Y A\A z AX ` sVWAU \AD z AX` }AD \A ]A^ `X ^ BAD Y VC AE^Z B Vk^ C U AXYXD YVCAE^ Z [ VZAWh lB AD Y VCAE^Z [ VZAW ZVY VW` ^ ` XDA \AD kAB ACAD E U VWXY AB ADB_U _\^ `^AD \ACAD XD`XBY AZAWC_B AC dYAZAW\ AC AUD VEVW^Z AU YA^ Y AZAW CX AW D VEVW^h q^ D AZ i VW^B AD AD \AD VCAX`AD i W_Y^DZ ^ {ACXBX Frou oT U VDkA` A` Y W_ \XBZ ^ k ABAC AD E \^ YV WA^ WAD {ACXBX ZVkAW A BVZVCX WX b AD ZV[ VZAW g€hv €rdp `_D Y A\A `AbXD rou oh

(19)

‚ƒ„‚…‚ † ‡ˆ‚ˆ‰Š‚†‚ˆ ‹‚ƒ Œ „‡ˆ Ž‚ƒŽ‚ƒ  …‚ ‹Œ‘Œ …‚‡ƒ‚ ‹ †‡ˆ‚ˆ‰Š‚†‚ˆ ’‚ ˆ‰ †“”‡ˆ‚‘  ‡‹ˆ‰‰‚” …‚ Š‡•‡ˆ…‚ ƒ  ‡ ‰– ‚ Š”Œ…‚ˆ— ‚’‚“†‡ƒ‚  “ˆ‚‘ ˜

™‡—‡ƒ‚ …‚‚ˆ Š‚ˆ … Œ‚” Œ †‡ƒ‚ƒ‚ˆ …†‡ˆ‰‚ ƒŒ‹ “‘ ‡ ‹ Š“ˆ… “ ‡‚ˆ “ ‰ƒ‚•  †‡ƒ‚ ƒ ‚ˆ  ‡†‡ƒ ” Œ ‹Œš ‚‘ˆ ”‚ š ‚ƒŒ ’‚ˆ‰ ŠŒ” „‡ „†‡ˆ‰‚ ƒŒ ‹ ”ˆ ‰Š‚‹ ‘ ‚ ŠŒ ‚ ”‚Œ Š‡— ‚ ‚‚ˆ Š‚ˆ ’‚ ”Œ Š‡ „‚ „†Œ‚ˆ  Š‚ˆ Œ ˆ ”Œ Š —‡ƒ‚…‚† ”‚ …‡ˆ‰‚ˆ ” “‘‡ƒ‚ˆ „ˆ „Œ „ˆ’‚˜ › ‚ƒ‚ „‡ ”‡ƒ “‡‚ˆ “ ‰ƒ ‚• ’‚ˆ‰ Œ „Œ„ˆ’‚ …‰Œˆ ‚ Š‚ˆ Œˆ ”Œ Š „‡ˆ ‰‡ ”‚ ‹Œ  …”ƒ —Œ  ‡ƒ ”‚ …‚‡ƒ‚‹ † “”‡ˆ ‚‘ †‡ˆ‚ˆ ‰Š‚†‚ˆ Š‚ˆ ’‚ ”Œ  Œ ‹Œ †‡ƒ „Œ Š‚‚ ˆ ‘‚Œ ” œ › žŸ …‚ˆ Š‘ “ƒ “• ‘ ‚  ‡—‚‰‚   ˆ… Š‚” “ƒ Š‡ Œ—Œƒ‚ˆ †‡ ƒ‚ƒ‚ˆ ’‚ˆ‰ „ ‡ˆŒˆ  ‚ˆ‰ Š‡”‡ƒ ‡…‚ ‚ˆ „‚ Š‚ˆ‚ˆ šˆ‚ „Œˆ’‚ˆ‰„ ‡ˆ  ‚…Š‡ˆ …‚‘ ‚Œˆ ”Œ Š „‡ ˆ …‚†‚ ” Š‚ˆ…‚ ”‚“‡ ‚ˆ “ ‰ƒ‚•  ”‡ƒ‡—Œ ” ‚ …‚‘‚ ‹ ”‡ƒ—‚ ”‚ ˆ’‚  Œ „—‡ƒ …‚”‚˜ › ‚…‚ Œ „Œ „ˆ’‚ …‚”‚ ›ž …‚ˆ Š‘“ƒ“• ‘‚ …†‡ƒ “‘‡ ‹ „‡‘‚‘Œ  Œƒ¡‡ …‚ˆ†‡ˆ‰Œ ŠŒƒ‚ˆ‘‚ˆ‰Œˆ‰ …‘‚†‚ ˆ‰‚ˆ …‡ˆ‰‚ˆ Š“ˆ ‡ŠŒ‡ˆ…‚ƒŒƒ¡‡ ”‡ƒ‡—Œ ” ‚ …‚‘ ‚‹ —  ‚’‚ “† ‡ƒ‚“ˆ‚‘ ’‚ˆ‰ ” ˆ‰‰š ‚ƒ ‡‚ Ž‚ŠŒ† ‚ˆ  ”Œ … ’‚ ˆ‰  ‡ „†  ” …‚ˆ †‡ƒŒ—‚‹‚ˆ Š“ˆ …“ ‡ ‚ˆ“‰ƒ ‚•  ‡Ž‚ƒ‚” ‡ „† “ƒ‚‘ „‡ˆ’‡ —‚— Š‚ˆ Š“ˆ ”ˆ’Œ ”‚…‚ ”‚ ” …‚Š  ‡ Œ‚  …‡ˆ‰‚ˆ ’‚ˆ‰ … ‹‚ ƒ‚† Š‚ˆš …‡ˆ‰‚ˆ „‡ „‚ˆ• ‚‚ ”Š‚ˆ ”‡ Šˆ “‘ “‰ †‡ˆ‰ˆ…‡ƒ‚‚ˆ  ‚Œ ‹  ‚”‡‘” ’‚ˆ‰ ‚†‘ Š‚ˆ’‚ ”‡‘ ‚‹ —‚ˆ’‚ Š …„‚ˆ •‚ ‚ ”Š‚ˆ †‚ …‚ ‡Š” “ƒ †‡ ƒ Š‚ˆ‚ˆ …‚ˆ Š‡‘ ‚Œ ”‚ˆ Œˆ ”Œ Š „‡ „†‡ƒ “‘ ‡‹ …‚”‚ “‡‚ˆ “ ‰ƒ‚•  ”‚ ˆ†‚ Š“ˆ ”‚Š ‘‚ˆ‰ Œˆ‰ …‡ ˆ‰‚ˆ “—  ‡Š ’‚ ˆ‰…Š‚  ˆ‚ „Œˆ…‚ ”‚’‚ˆ ‰…†‡ƒ “‘ ‡ ‹ —‡ƒ•‚” Š“ˆ ”ˆ’Œ…‚ˆ¢ £¤¥¦ §¨ £ ‡ƒ”‚„‡‘ †Œ ” Ž‚ŠŒ†‚ˆ ‚ƒ‡‚ ”Œ … ’‚ˆ‰ ‘Œ‚ „‚Š‚ Š‡ˆ …‚‘‚ ’‚ˆ‰ …‹‚ …‚† ”‚… …‚†‚” ”‡ƒ‚ ”‚˜ © ”ƒ‚ ’‚ ˆ‰ … ‹‚‘Š‚ˆ …‚ƒ  ‡ˆ“ƒ ª«¬£¢¤¦£ ­£®« ¥ ¯¦§«° ± ¨¤² §°² ³´£µ¦¢« ¢¤¬ §«¦ £¢ £¢ œ¶ ·¸¹ Ÿ…‚†‚ ”… ‰Œˆ ‚ Š‚ ˆŒˆ ”Œ Š„‡ „†‡ƒ “‘‡ ‹ˆ• “ƒ„‚„‡ˆ ‰‡ˆ ‚   › ž…‚ˆŠ‘“ƒ “• ‘‚ • ”“†‘‚ˆ Š”“ˆš …”Œˆ  ‚ˆ ‰ …‡ˆ ‰‚ˆ …‚ ”‚ †‡ˆ ‚ˆ‰Š‚† ‚ˆ Ž‚ Š‚‘ ‚ˆ‰ …‚ƒ ‚ƒ „‚…‚‚ƒ„ ‚ …‚ †‡ˆ‚ˆ‰Š‚†‚ˆ ’‚ˆ‰ —‡ ƒ“† ‡ƒ‚ … † ‡ƒ ‚ƒ‚ˆ ” ‡ƒ ‡—Œ ” „‚ Š‚ …‚†‚ ” …‹‚ ‘ Š‚ˆ  Œ‚”Œ †‡”‚ …‚‡ƒ‚ ‹†“” ‡ˆ ‚‘†‡ˆ‚ˆ‰Š‚†‚ˆŠ‚ˆŽ‚ Š‚‘ ‚ˆ‰˜

› ‡ „‚ˆ•‚‚ ”‚ˆ ”‡ Šˆ “‘“ ‰ †‡ˆ ‰ˆ …‡ƒ‚ ‚ˆ  ‚Œ ‹  ‚ ”‡‘  ” Œˆ ”Œ Š „‡ˆ…‚†‚ ”Š‚ˆ …‚ ”‚ “‡‚ˆ “ ‰ƒ‚ •  †‡ƒ‚ ƒ ‚ˆ ’‚ˆ ‰ …„‚ˆ•‚ ‚ ”Š‚ˆ Œˆ ”ŒŠ „‡ˆ …Œ ‰‚ Š‡—‡ƒ‚ …‚ ‚ˆ  Š‚ˆ …  Œ‚ ”Œ †‡ƒ‚ ƒ ‚ˆ ”‡‘‚ ‹—‚ˆ’‚Š …‘‚ ŠŒ Š‚ˆ Š‹Œ Œ ˆ’‚ … †‡ƒ ‚ ƒ‚ˆ ¹ˆ …“ˆ‡‚º„Œƒ…‚ˆ ”‚ƒ‚ˆ’‚š » ‚‚ …‚ˆ ƒ‡‰‚ƒ œ¼½½¾ Ÿ „‡ˆ‡‘ ”  …‚‡ƒ‚ ‹ † “” ‡ˆ‚‘ †‡ˆ‚ˆ‰Š‚† ‚ˆ Š‚ˆ Ž‚Š‚‘ ‚ˆ‰ …‚ˆ ”Œˆ‚…Œ ”‚ƒ‚› ‚†Œ ‚˜’‚‹ …‚ˆ£¦¤¥ ˜šœ¼½½¿ Ÿ„‡‘ ‹‚ ”‹Œ—Œˆ ‰‚ˆ‚ˆ ”‚ ƒ‚›ž…‚ ˆŠ‘“ƒ“• ‘ ‚ ”‡ƒ ‹‚ …‚† ‹‚‘ ”‚ˆ ‰Š‚ †‚ˆ Ž‚ Š‚‘ ‚ˆ‰ … †‡ƒ‚ƒ‚ ˆ º „Œƒ Œ‘ ‚–‡  º‡ˆ ‰‰‚ ƒ‚˜ À ƒ • ˆ œ¼½½¾Ÿ „‡ˆ ‰‰Œˆ ‚ Š‚ˆ „Œ‘ ”   ‡ˆ“ƒ ‚ ”‡‘  ” Œˆ ”Œ Š „‡ „‡”‚Š‚ˆ …‚‡ƒ‚‹ † “”‡ˆ‚‘ †‡ˆ‚ˆ‰Š‚†‚ˆ Ž‚Š‚‘‚ˆ‰ …  ž‚Œ ” ¶‚‘Œ ŠŒ˜ Á‚ „Š‚ œ¼½ ¼Ÿ „‡„‚ˆ•‚ ‚ ”Š‚ˆ „Œ‘ ”   ‡ˆ“ƒ  ‚”‡‘”Œˆ ”Œ Š„‡ „‡ ”‚ Š‚ˆ…‚‡ƒ‚ ‹† “”‡ˆ ‚‘†‡ˆ‚ˆ‰Š‚†‚ˆŠ‚ˆ‘‚’‚ ˆ‰…ž‚Œ”ˆ …‚˜

ÄÅ ÆÇÈÉ ÈÊ ÈË ÈÌ

› ‡ƒ„‚ ‚‘‚ ‹‚ˆ ’‚ˆ‰ Œ„Œ „ˆ’‚ …‹‚ …‚†  “‘ ‡ ‹ ˆ‡‘‚’‚ˆ ”ƒ‚ …“ˆ‚‘ ‚…‚‘ ‚‹ Š‡”‡ƒ—‚ ”‚‚ˆ ‚ƒ „‚ …‚ †‡ˆ‚ˆ‰Š‚† ‚ˆ …‚ˆ  Œ ‰‚ Š‡ ”‡ƒ—‚”‚‚ˆ †‡ˆ‰‡ ”‚ ‹Œ ‚ˆ ”‡ˆ ”‚ˆ‰ Š‡—‡ƒ‚ …‚‚ˆ  Š‚ˆ … Œ‚ ”Œ †‡ƒ‚ ƒ‚ˆ ’‚ ˆ‰ —‡ƒ† “” ‡ˆ  ‡—‚ ‰‚  …‚‡ƒ‚‹ †‡ˆ‚ˆ ‰Š‚†‚ˆ˜ › ‡ˆ‡ˆ ”Œ‚ˆ …‚‡ƒ ‚ ‹ †‡ˆ‚ˆ‰Š‚† ‚ˆ Š‚ˆ  ‡‘ ‚„‚ ˆ  „‚‹ —‡ƒ…‚ ‚ƒ Š‚ˆ Š‡—‚‚‚ˆ …‚ˆ †‡ˆ ‰‚‘‚ „‚ˆ  ‡†‡ ƒ ” „‡ˆ‰‰Œˆ‚ Š‚ˆ Ž‚ƒ ‚ Ž‚ƒ‚ ”ƒ‚ …   “ˆ‚‘ …‡ˆ‰‚ˆ „‡ˆ‰‚„‚ ”  ‹‚ˆ’Œ ”‚ˆ Š‚’Œ ‚ ” ‚Œ‰‡ ƒ “„— “‘‚ˆ —ŒƒŒˆ ‰ …‘ ‚Œ ”˜ ‡‘‚ „‚ ˆ „‡ ”“…‡ ”ƒ‚ …“ˆ‚‘ ‡†‡ƒ” ˆ ŽŒ ŠŒ† —‡ƒ ‹‚ ‘…”‡ƒ‚† Š‚ˆ‹‚ˆ’‚‚  ‚” …‚ Š„‡ˆ  ‚„ ˆ‹‚ ‘”‚ˆ‰Š‚†‚ˆ‡‘‚‘Œ„‚Š„‚‘˜

(20)

3

ÎÏÎÐÏÑÒÓ ÏÔÕ Ö×ÖÒ Ø ÏÖÙÒÚÑÖÛÜ Ð Ï ÑÖ ÜÑÖÙÕÜÝÞ ×ÞÔßÖ ÙàÖß×Þ áÖÙ Ú Ó ÖÎÖØÏÑ×Ö Ý ÜÖáÖ áÖÙÚ ØÖÙÚÖ × ÝÏØÖ Ñ ØÏÑ×Ö Õ ÜÙÖÎ ÜßÖ Ð ÏÑÖ ÜÑÖÙ áÖ Ù Ú ×ÏÑÞ Ø ÝÏÑÞÝÖÔ Î ÏÙâÖÕÜ ÔÖÎÝÖ ×ÖÙ â ÜßÖ Ð ÏÙÚÞÎÐÞÓÖÙÕÖ ×ÖÒ Ø ÏÖÙ ÒÚÑÖÛÜÕ ÜÓ ÖßÞß ÖÙØ ÏãÖ ÑÖÎÖÙÞÖÓ äÎÖßÖÕÏÙ ÚÖÙÎ ÏÎÖÙÛÖ Ö×ßÖÙ ÎÏ×ÒÕ ÏÐ ÏÙ ÚÜÙÕÏÑÖÖÙ âÖÑÖßâÖÞÔ ØÖ× ÏÓÜ×ÎÖßÖ ÕÖ ×Ö Ò ØÏÖÙÒ ÚÑÖ Û ÜÕÖÐÖ× Õ ÜÐ ÏÑÒÓÏÔØ ÏãÖÑÖ åæçè éê ëæä ÎÏÙ ãÖßÞÐ ÕÖÏÑÖÔ áÖÙÚ ÓÞÖ Ø Ø Ï Ñ×Ö ÎÏÙÚÔ ÏÎÖ × àÖß ×Þ Õ ÖÙ Ý ÜÖáÖ ì í Ï×ÏÓÖÔ Õ ÜÐ ÏÑÒÓÏÔ ÕÖ × Ö ÒØ ÏÖÙÒ ÚÑÖ Û Ü Ð ÏÑÖÜ ÑÖÙ Ð ÏÑÓ Þ Õ ÜßÏ×ÖÔ Þ Ü âÞÚÖ ÛÖß ×Ò Ñ ß ÏÝÜ Ö ØÖÖÙ ÜßÖÙ Ø Ï Ñ×Ö Õ ÜÕÞßÞÙÚ Õ ÏÙ ÚÖÙ ÖÕÖÙáÖ ÕÖ ×Ö Ð ÏÙ ÖÙ ÚßÖÐ ÖÙ ÎÖ ßÖ ÕÖÐÖ × Õ ÜÐ ÑÏÕ Üß ØÜ ÕÖÏÑÖÔ ÐÒ × ÏÙ Ø ÜÖÓ Ð ÏÙÖÙ ÚßÖÐ ÖÙÜßÖÙãÖßÖÓÖ ÙÚÕ ÜîÖÞ ×íÏÑÖÎÕÖÙîÖ Þ ×ïÖÙÕÖì

ð ñ òñóôõ óôöóô ÷óóøùúôúû üøüóô ý ÏÙ ÏÓÜ× ÜÖÙÜÙ ÜÝ ÏÑ×Þ âÞÖÙÞÙ ×Þß þ

ÿì ÏÙÚÖÙÖÓ ÜØ Ü Ø Ø ÏÝÖ ÑÖÙ íýî ÕÖÙ ßÒÙ ØÏÙ ×ÑÖ ØÜ ßÓÒ ÑÒÛÜÓÖ Õ Ü îÖ Þ × íÏÑÖ Î ÕÖ Ù îÖÞ × ïÖÙÕÖ

ì ÏÙ ÚÖÙÖÓ Ü ØÜ ØÔÖ Ø ÜÓ×ÖÙÚß ÖÐÖÙÜßÖÙãÖßÖÓÖÙ ÚÕ ÜîÖÞ×í ÏÑÖ ÎÕÖÙîÖÞ×ïÖÙÕÖ

ì ÏÙÚÖÙÖÓÜØ ÜØ Ô ÞÝÞÙÚÖÙ ÖÙ ×Ö ÑÖ í ýî ÎÖÞÐÞÙ ßÓ Ò ÑÒÛ ÜÓÖ ×ÏÑÔÖÕÖÐ ÔÖØ ÜÓ ×ÖÙÚßÖÐ ÖÙ ãÖßÖÓÖÙ Ú

ì ÏÎ Ï×ÖßÖÙÕÖÏÑÖÔÐÒ × ÏÙØ ÜÖÓ Ð ÏÙÖÙÚß ÖÐÖÙÜßÖÙã Ö ßÖÓÖÙ Ú Õ Ü îÖÞ × í ÏÑÖÎÕÖÙ îÖÞ × ïÖÙÕÖ

ÜÔÖÑÖÐßÖÙ Ô Ö Ø ÜÓ Ð ÏÙ ÏÓ Ü× ÜÖÙ ÜÙ Ü Î ÏÙÚÔÖ ØÜÓßÖÙ ØÞÖ ×Þ Ð Ï×Ö ÕÖ ÏÑÖÔ ÐÒ × ÏÙØ ÜÖÓ Ð ÏÙÖÙ ÚßÖÐ ÖÙ ÜßÖÙ ãÖßÖÓÖ ÙÚ áÖÙ ÚØ ÏØÞÖ Ü ÞÙ ×Þß îÖ Þ× í ÏÑÖÎ ÕÖÙ îÖÞ × ïÖÙÕ Ö Ø ÏÔ ÜÙÚÚÖ Ý ÏÑÎÖÙÛ ÖÖ× ÕÖÙ Õ ÖÐÖ × Õ ÜÚÞÙÖß ÖÙ ØÏÝÖ ÚÖÜ ÜÙÛÒÑÎÖØ Ü Ö àÖÓ ÞÙ ×Þß Î ÏÙÜÙÚßÖ×ßÖÙ Ð ÏÑÒÓÏÔÖÙÔ ÖØ ÜÓ×ÖÙÚß ÖÐÖ ÙãÖßÖÓÖÙ ÚÕ ÜîÖ Þ ×í ÏÑÖÎÕÖÙîÖÞ ×ïÖÙÕÖì

ü øú ü

ÏÔÖÕ ÜÑÖÙ ÜßÖÙ ãÖßÖÓÖÙ Ú Õ Ü ØÞÖ ×Þ Ð ÏÑÖ ÜÑÖÙ Õ ÜÐ ÏÙÚÖÑÞÔ Ü ÛÖß ×Ò Ñ Ò ØÏÖÙÒ ÚÑÖÛ Ü Ð ÏÑÖ ÜÑÖÙØÏÐ ÏÑ× ÜØÞÔÞÐ ÏÑ ÎÞßÖÖÙÓÖÞ ×ä ßÓ ÒÑÒÛ ÜÓ ÖäØ ÖÓÜÙ Ü ×Ö ØäÖ ÑÞ ØÕÖÙß Ïã ÏÑÖÔ ÖÙäÕ ÏÙ ÚÖÙ ÎÏÙÚ Ï×ÖÔÞÜ

ÛÖß ×Ò ÑÛÖß ×ÒÑÐ ÏÙÕÞßÞÙ Ú ×ÏÑØ ÏÝÞ ×ÎÖ ßÖÕÖÐ Ö ×Õ ÜÐ ÑÏÕ Üß ØÜÕ Ö Ï ÑÖ Ô ÐÒ ×ÏÙ ØÜÖÓ Ð ÏÙÖÙ ÚßÖÐ ÖÙÜßÖÙãÖßÖÓÖ ÙÚÕ ÜîÖÞ ×í ÏÑÖ ÎÕÖÙîÖ Þ ×ïÖÙÕÖ ì

úóôóùúüüóô

(21)

! ! " #

$ $ % % & ! ' ( !!"

) ! & % % % #$& ! *+,- ./0

!) & % $ $$ % 1 )

1 $ $ % & ! & ! 2 !

$ % $ 3 ' 2 % % !&

4% 1 5'

4%1 5'(% ! !

678 9 :; <;=>?9 @ A B CBDB EBFB:G A<HB=8I9@B>A B:HB=8J B:A B

69 >B:KB B8B:89 E:7F 7G < L9 :G<:A9 @ B B:MB=N

O B8B8B :GEBLB:D B EBFB:GA < HB= 8I9@B >A B:HB=8J B:AB

P F 7 EB; <QRB E8 = Q?7?78S T<8@ BUV= BWXOYIHZ

E7 >L7; <8 [

NB @ < Q@ 9;7F=;< \

E>

]7:;9 :8@B;< EF 7@7K<F^B _B@< B? <F<8B;;=N=

L9 @ >= EB B:FB=8PI6H`

TB8 DNL9 @=: <89K K7@ 8 PT6ab S

c= ?=:GB:B:8B@BI 6HA B: ]F 7@ 7K<F^B8 9 @NBABLT6 ab

69 >9 8B B:A B9 @BNL9 : B:GEBLB: < EB:D B EBFB:GA <HB=8I9 @ B>A B:

HB=8J B:A B

(22)

n opq rstpsu vweswxqvyz vq {| vqv} vwx

~

enurut



inberg

s (FAO, 1991) cakalang atau

€‚ƒ„ …†

(Gambar 2) termasuk

dalam family Scombridae, secara lengkap skema taksonomi ikan cakalang sebagai

berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Teleostomi

Subclass : Actinopterygii

Order : Perciformes

Suborder : Scombroidei

Family : Scombridae

Subfamily : Scombrinae

Tribe : Thunnini

Genus :

‡ …ˆ€ ‰Š ‹Œ‰€

Species :

ƒŽ …‚€

Gambar 2. Ikan cakalang (

‡ …ˆ €‰Š ‹Œ‰€ƒŽ …‚ €

)

(23)

sirip punggung pertama sangat cekung; sirip dada pendek dan berbentuk segitiga

mencapai sirip punggung ke sembilan atau ke sepuluh.

Lebih lanjut Matsumoto

’“”•

(1984) menjelaskan, warna tubuh ikan cakalang

hidup yaitu biru baja dengan warna ungu mengkilap sepanjang permukaan punggung

dan intensitasnya menurun di sisi tubuh sampai ketinggian pada pangkal sirip dada;

setengah dari tubuhnya, termasuk bagian

”–—˜ ™’š

berwarna putih hingga kuning

muda, garis-garis vertikal terlihat di sisi tubuh pada saat ikan baru ditangkap, cahaya

keabuan terdapat pada bagian bawah tulang belakang yang bersatu dengan warna

putih pada bagian bawah tubuh. Terdapat empat sampai enam garis hitam mencolok

yang melintang pada setiap sisi tubuh. Collete (1983) menambahkan, Cakalang

memiliki tapis ingsang (

›œ• •  ”žŸ’  

) sebanyak 53-63 pada helai pertama, dua sirip

punggung yang terpisah pada sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras,

jari-jari lemah pada sirip punggung ke dua diikuti oleh 7-9

¡œ š•’“

.

(24)

7

¤¥¦¥ § ¨©¨¦ª« ¨¥¬ ­®¦¥ ¯°±¥¬²¨³ ¨¦¥ ±¥¥¬´ µ¥¬

Keberadaan ikan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Faktor oseanografi fisik, kimia dan biologi mempengaruhi kelimpahan dan distribusi

ikan. Ikan cakalang merupakan ikan pelagis besar dengan habitat pada lapisan

epipelagis atau lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 200 m, dengan demikian

kondisi oseanografi perairan pada lapisan permukaan banyak mempengaruhi

karakteristik ikan cakalang ini. Faktor oseanografi seperti SPL dan klorofil-a

fitoplankton dapat digunakan untuk meramalkan keberadaan ikan cakalang di suatu

perairan.

¶ · ¸·¤¨¦ §· µ ¥¥¬¹ ¥·©

(

¶ ¤¹

)

Suhu didefinisikan sebagai besaran fisika yang menyatakan banyaknya energi

panas yang terdapat pada suatu benda. Suhu permukaan laut (SPL) merupakan suhu

air yang terdapat dekat dengan permukaan dan banyak menerima penyinaran

matahari secara langsung, seperti di daerah khatulistiwa yang mendapat penyinaran

matahari sepanjang tahun maka SPL akan lebih tinggi di banding suhu lapisan

dibawahnya.

Nontji (2005) menulis bahwa suhu air merupakan faktor yang banyak

mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data suhu air dapat

dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika di dalam laut, tetapi

juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan. Hal ini didukung oleh

Hutabarat dan Evans (1986) yang menyatakan bahwa suhu di laut adalah salah satu

faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu

mempengaruhi baik aktifitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari

organisme-organisme tersebut.

Masih menurut Nontji (2005), suhu air permukaan di perairan Nusantara

berkisar antara 28-31

o

C. Di lokasi dimana penaikan air (

º»¼ ½¾ ¾¿ ÀÁ

) terjadi, seperti di

Laut Banda suhu air permukaan bisa turun sampai sekitar 25

o

C. Secara alami suhu air

permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari

pada siang hari, karena kerja angin maka lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira

50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar

28

o

C) yang homogen. Oleh sebab itu lapisan teratas sering pula disebut lapisan

homogen. Suhu air di perrmukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

radiasi matahari.

(25)

Beberapa acuan yang menujukan kisaran suhu optimum untuk distribusi dan

penangkapan ikan cakalang pada berbagai lokasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang

Suhu Optimum (

o

C)

Lokasi

Sumber

Distribusi

Penangkapan

17-28

19-23

Perairan Jepang

Uda (1952) dalam

Matsumoto (1984)

27-30

Samudra Hindia

Silas (1963) dalam

Matsumoto (1984)

27.5-29

Perairan Maluku

Kawakami (1970) dalam

Matsumoto (1984)

26-32

28-29

Perairan Tropis

Gunarso (1985)

26-27

Perairan Maluku Tengah

Nanere (1987)

28-30

PNG & Solomon Island

FAOa (1994)

28.5-31

29.29.50

Utara Papua, Pasifik Barat

Waas (2004)

25-32.5

Perairan Bagian Timur

Sulawesi Tenggara

Syahdan (2005)

26-32

Laut Maluku

Arifin (2006)

27-32

Perairan Maluku Utara

Kakiay (1965) dalam

Arifin (2006)

ÂÃÄÅÄ ÆÇ Ã

-a Fitoplankton

Hutabarat dan Evans (1986) mendefinisikan fitoplankton sebagai

tumbuhan-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah besar klas yang

berbeda. Nontji (2005) menambahkan, fitoplankton sebagai tumbuhan yang

mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air

dan karbon dioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat

menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat, karena kemampuan membentuk

zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer

(

ÈÉÊ ËÌ ÉÍÈÉÎÏÐÑÒÉ

).

(26)

9

Dalam bidang penginderaan jarak jauh, untuk mengetahui keberadaan

fitoplankton dapat di deteksi dari pigmen warna yang terkandung di dalam

fitoplankton itu sendiri umumnya berupa klorofil-a. Klorofil-a berkaitan erat dengan

produktifitas primer perairan yang ditunjukan dengan besarnya biomassa fitoplankton

yang menjadi rantai pertama makanan ikan pelagis, dengan demikian kandungan

klorofil-a dalam perairan merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya

kelimpahan fitoplankton atau tingkat kesuburan suatu perairan.

Nontji (2005) mengemukakan, konsentrasi klorofil-a perairan Indonesia

rata-rata 0.19 mg/m

3

selama musim barat sedangkan pada musim timur 0.21 mg/m

3

.

Konsentrasi produktivitas primer berada di perairan pantai melebihi 60% dari

produktifitas primer yang ada di laut. Hal ini disebabkan karena perairan pantai

mendapat lebih banyak masukan dari daratan yang mengandung zat-zat hara.

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada beberapa Perairan di Maluku menunjukan

nilai rataan konsentrasi klorofil-a yang berbeda sesuai lokasi penelitiannya, nilai

rataan konsentrasi klorofil-a pada beberapa Perairan di Maluku disajikan pada Tabel

2.

Tabel 2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan di

Maluku

Lokasi

Waktu

Konsentrasi

(mg/m3)

Peneliti

Perairan Lease

Juli 1993

0.935

Wouthuyzen

ØÙ ÚÛ

(1993)

Laut Banda

November-Desember 1993

0.016

Edward (1988)

Laut Banda

September 1974

0.260

Nontji (1974)

Laut Seram

September 1974

0.400

Nontji (1974)

Teluk Ambon

Juni 1985

1.180

Sutomo (1987)

Teluk Ambon

Juli 1985

0.510

Sutomo (1987)

Teluk Ambon

September 1985

0.580

Sutomo (1987)

Teluk Ambon

Oktober 1985

0.262

Sutomo (1987)

Sumber : Sediadi, A dan Edward (2000)

ÜÝÞ ßà Þá ÝâããÞäãå æç ãèÝé àè

(27)

perolehan datanya, terdiri dari empat komponen penting yaitu (1) sumber tenaga

elektromagnetik, (2) atmosfer, (3) interaksi antara tenaga dan obyek serta (4) sensor.

Teknik penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak diluncurkan satelit

penginderaan jauh

ïðñ òó ôõö ÷øñ ùõö ú õ ùóû÷ü ÷ýþ ÿð òõ üüòõ

(ERTS) pada 1972, hal itu

memungkinkan pengumpulan data permukaan bumi dalam jumlah besar (Purwadhi,

2001). Aplikasi teknologi penginderaan jauh ini telah diterapkan pada berbagai

bidang diantaranya pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan

dan bidang lainnya dengan tujuan utama penginderaan jauh ini ialah mengumpulkan

data sumberdaya alam dan lingkungan (Lo, 1986). Sedangkan dalam bidang

perikanan dan kelautan, teknologi penginderaan jauh satelit ini dimanfaatkan untuk

memperoleh informasi mengenai kondisi oseanografi suatu perairan seperti distribusi

suhu permukaan laut, salinitas dan konsentrasi klorofil-a fitoplankton yang dapat

digunakan untuk meramalkan keberadaan ikan di suatu perairan. Salah satu sensor

satelit yang dimanfaatkan untuk memperoleh data oseanografi perikanan tersebut

secara luas dan mendekati real time adalah sensor

÷õñ ð òõ ô õö÷üøò÷û ð ýûý ÿõùñòñ÷ñð ÷ õ òõñ

.

Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer

(

)

÷õñ ð òõô õö ÷ü øò÷ûð ýûýÿõù òñ÷ñ ð ÷õ òõñ

(MODIS) merupakan sensor

yang terpasang pada satelit

ïðñ òó

Observing System

(EOS) Terra yang diluncurkan

pada 18 Desember 1999 dan Aqua yang diluncurkan pada 4 Mei 2002 oleh

National

Aeronautics and Space Administration

(NASA). Ketinggian orbit MODIS yaitu 705

km dari permukaan bumi. Pola orbit MODIS adalah

sun-synchronous

(melewati

daerah kutub dan mengelilingi bumi dari kutub selatan ke kutub utara dan

sebaliknya). Satelit Terra mengorbit bumi dari utara ke selatan (

descending

) dan

melewati khatulistiwa pada pagi hari, sedangkan Aqua mengorbit bumi sebaliknya

dari selatan ke utara (

ascending

) dan melewati khatulistiwa pada sore hari. Lebar

daerah sapuan pada permukaan bumi setiap penyiamannya sebesar 2330 km. MODIS

berfungsi untuk mempelajari proses yang berkaitan antara atmosfir, laut dan daratan

dengan perubahan sistem cuaca dan pola iklim di bumi. MODIS memiliki resolusi

spektral tinggi (36 kanal) dan resolusi spasial yang bervariasi, yaitu 250 m (untuk

kanal 1 dan 2), 500 m (kanal 3-7), dan 1000 m (kanal 8-36). Dengan resolusi

radiometrik sebesar 12 bit, MODIS mampu mendeteksi dan membedakan suatu objek

sampai 4.096 (2

12

) pada skala keabuan. Sensor MODIS biasanya digunakan untuk

pemantauan bumi sebagai satu sistem terpadu di mana proses-proses yang terjadi di

daratan, lautan dan atmosfer berinteraksi secara erat. Sehingga dapat diprediksi

perubahan dimasa akan datang dan dapat dibedakan antara pengaruh manusia dengan

pengaruh alami pada lingkungan, cuaca dan iklim. Fungsi setiap kanal pada sensor

MODIS dapat dilihat pada Tabel 3.

(28)

11

MODIS digunakan untuk memantau suhu permukaan yang dimanfaatkan untuk

aplikasi prediksi tangkapan ikan. MODIS juga dimanfaatkan untuk memantau

atmosfer terutama liputan awan dan kadar aerosol (partikel padat/cair yang

mengambang di udara). Data atmosfer ini dapat dimanfaatkan dalam aplikasi

pemantauan polusi, peningkatan suhu global (

) dan kerusakan lapisan

ozon.

(29)

Tabel 3. Fungsi kanal pada sensor MODIS

Fungsi utama

Kanal

Lebar kanal

Pengamatan daratan, awan, batas

aerosol

1

620-670

2

841-876

Pengamatan daratan, awan, dan

sifat-sifat aerosol

3

459-479

4

545-565

5

1230-1250

6

1628-1652

7

2105-2155

Pengamatan warna air laut (

!" # $%

), fitoplankton, biokimia

8

405-420

9

438-448

10

483-493

11

526-536

12

546-556

13

662-672

14

673-683

15

743-753

16

862-877

Uap air di atmosfer

17

890-920

18

931-941

19

915-965

Pengamatan suhu permukaan / suhu

awan

20

3.660-3.840

21

3.929-3.989

22

3.929-3.989

23

4.020-4.080

Pengamatan temperatur atmosfer

24

4.433-4.498

25

4.482-4.549

Pengamatan uap air pada awan

cirus

26

1.360-1.390

27

6.535-6.895

28

7.175-7.475

Pengamatan sifat-sifat awan

29

8.400-8.700

Pengamatan ozon

30

9.580-9.880

Pengamatan suhu permukaan /suhu

awan

31

10.780-11.280

32

11.770-12.270

Pengamatan ketinggian awan

33

13.185-13.485

34

13.485-13.785

35

13.785-14.085

36

14.085-14.385

(30)

&'( ) *+(,( -( . / )/ 0-. 1234 56 37

Waktu Penelitian

89:;< = > ?@? A=B =;@ =@=;C;A;D 8;EB F ?G; H C; @ 8; EB I;@C; J; @ K B ? GA?B ;: ;@B;G; : 99GC= @;B

125-134

L

IM C; @

2-8

L

8F N O;HP; G

4

Q

.

89:;< = > ? @?A =B=; @ <? P ? A; D P; G;B P?GP;B;<; @ C? @ K;@ 8; EB FEA;R?<=

,

<?P? A; D B=H EG C? @K; @ SG 9> =@<= TG =; @ U ; J;

,

<?P?A; D EB;G;C?@K; @V ?> EA; E; @FEA;C; @S EA; EWP=NSG 9>= @< =X;A E: EYB ;G;Q

,

<?P ? A; D<? A;B ;@ C? @K; @ 8; EB ZG;[E G;

.

S?@?A =B=; @ C= A;: E:;@ C; A; HTTB ;D;>\ B; D;> TN> ?@K;HP =A; @ C;B ; B; @K: ;>;@ ] ;:; A; @ KQ C=A ;: E:; @ >; C; P EA;@ Z KE< B E<

2012-

^?PGE;G =

2013,

B; D;> TT N>?@ KE@CED;@\ > ? @ K9A;D ;@ C; @ ;@; A=< =< ] =B G; <EDE >?GH E:;; @ A; EB C;@ : A9G 9[= A

-

; Q P?GA;@ K<E@ K<? A;H;^?P GE;G=

-

_ 9`? HP ?G

2013.

O;HP;G

4.

S?B;A 9:;<=> ?@? A=B=; @

Alat dan Bahan

Z A;BC; @P; D; @J;@ KC=KE@;:; @>; C;>?@? A=B =;@=@=H?A => EB =

:

1.

a;B ;

L

bcde fg hd

C

bi hg djh N 8ZkQ <?@<9G l bmhg dnh

R

h o be pn q br stdj qrj uvh cn g bg dm qbthn hg NXWaTFQ ZwE;A? `? A

3

: 9H>9< =B

8

D;G = N

91

C;B ;QC; @P EA;@; @ N

24

C;B; Q H;<=@ K

-

H;<=@ K E@B E: FS8 C; @ : A9G 9[ =A

-

; >?G =9C? B ;DE@

2011-2012

C=E@CEDC;G =DB B>x

//

9]?; @] 9A9G

.

K<[]

.

@;<;

.

K9`y
(31)

3.

{ |}~ € ~‚ƒ„ ~…| €†ƒ ~‡~ˆ‰ ‚}~Š‹Œ Ž ŠŒ‘Œ’“Œ ”•– — –Š•–‘ ‹˜™š| ~› œš ž|}Ÿ‰

6.0

4.

{ |}~ € ~‚ † …„ ‚|}„ ‚„ …|€†ƒ ~‡~¡~~ ~ƒ‰ Ÿ‰ Ÿ¡~‚ ~

.

¢ £ ¤¥¦§¨©ª©

› ~‚~ «~ € ¡‰€„ ~~ ¡ ~ƒ~  …| | ƒ‰‚‰~ ‰‰ ~¡ ~ƒ~‡ ¡~‚~ ¬œ­ ˆ‰ ‚} ~ ® ¯›°š œ±„ ~ƒ| ž| ƒ

3

¡| €~} | Ÿ†ƒ„ Ÿ‰

4

  

x 4 km antara tahun 2011-2012 yang diunduh dari

situs resmi NASA (

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/

). Informasi yang diekstak dari

citra LAC Aqua MODIS ini yaitu suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a 8 harian

dan bulanan. Hasil tangkapan harian ikan cakalang (waktu, bobot dan lokasi) selama

tahun 2011-2012 diperoleh dari arsip data Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon

yaitu yang berasal dari armada-armada penangkapan

²³´– ‹ –‹—“

cakalang yang

beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda.

µ¶ ©· ¸¹ ¸¹¨©ª© º ¸ª§©¢»¼½©¶¾· ¿§¿ À ¸·Á

a

Penelitian ini menggunakan citra SPL dan Klorofil-a dari sensor

 Ãċ´Œ‘‹ ŋ–Ô³‘—ÓŽ˜ŒÆ—“ÆŠ²‹Ç‘´ ôŒÄ—Ø‹‘‹´

(MODIS) Aqua level 3 komposit 8 harian dan

bulanan dengan resolusi spasial 4km x 4km. Citra yang diperoleh telah terkoreksi

secara geometrik maupun radiometrik dan tersimpan dalam format

ȗ ‹´ŒÇɗŒ ”

D

Œ‘ Œ

F

ô˜Œ‘

(HDF). Citra SPL dan Klorofil-a diekstrak dan diolah pada perangkat lunak

Š‹Œ  Ž

F

Š

D

Œ‘ Œ ’“Œ”

y

– — – Š•–‘ ‹˜

(SeaDAS) 6.4 menggunakan menu standar

pengolahan citra (

ʳ“Ç‘—Ó

) yang terdapat pada perangkat lunak tersebut. Tahapan

pengolahan citra yang dilakukan meliputi pemotongan citra sesuai lokasi penelitian

dan anotasi citra (

”Œ•Ã³‘

) yang meliputi pemberian warna daratan (

”Œ“ĘŒ–Ë

) dan

garis pantai (

ÇÌ –‘ ” —“ ‹

) dan pembuatan skala ulang (

´‹–ÇŒ ” ‹

) nilai SPL dan Klorofil-a.

Setelah dilakukan anotasi citra, hasil pengolahan citra SPL dan klorofil-a ini disimpan

dalam format JPEG sehingga mudah diamati secara visual. Nilai SPL dan konsentrasi

klorofil-a yang diperoleh dapat dibuka pada

—ǴÖÃʑ

E

ÌNj”

untuk diolah lebih lanjut.

Nilai SPL dari citra MODIS Aqua diperoleh berdasarkan algoritma Miami

Pathfinder

Š‹ŒŠ³´ÊŒÇ‹Í‹˜²‹´Œ‘³´‹

(Brown and Minnet, 1999)

MODIS_SST = c1+c2*T

31

+c3*T

31-32

+c4*(Sec( )-1)*T

31-32

.(1)

(32)

Ï

5

ÐÑÒÓÔ

4.

ÕÖÓ ×ØÙ ØÓÚÒ ÑÚÛ

31

Û ÑÚÒ ÑÚÛÜÝÙ ÓÚÙ ÖÞßà á âã

ÕÖÓ× ØÙØÓ Ú Ð

31

-

Ð

32

0.7

T

31

-T

32

> 0.7

c1

1.11071

1.196099

c2

0.9586865

0.9888366

c3

0.1741229

0.1300626

c4

1.876752

1.627125

Konsentrasi Klorofil-a diperoleh berdasarkan algoritma OC3M (O Reilly

äå æç

.,

2000):

C

a

= 10

0,283-2,753R+1,457R2+0,659R3-1,403R4

.

.(2)

R = log

10

...(3)

dimana: C

a

= Konsentrasi Klorofil-a (mg/m

3

), R = Rasio Reflektansi, Rrs =

èäéêåä ëäìí îìïèäðçäñå æìñä

òóô õö÷ óø ùúóûóøüúóøý óúóöóø ù

Data penangkapan ikan cakalang diperoleh dari hasil tangkapan harian armada

penangkapan

þÿ íä íäîìä

yang beroperasi di sekitar Laut Seram dan Laut Banda

selama tahun 2011-2012. Data tangkapan tersebut diperoleh dari Pelabuhan

Perikanan Nusantara Ambon. Hasil tangkapan per unit usaha (CPUE) dihitung

berdasarkan bobot hasil tangkapan (kg) yang diperoleh dari satu satuan alat tangkap

dalam kurun waktu tertentu. Perhitungan CPUE mengacu pada formula yang

dikembangkan oleh Gulland (1983):

=

...(4)

i = 1, 2, 3

,n

dimana: CPUE

i

= Hasil tangkapan per upaya penangkapan (kg/trip penangkapan),

Catch i = Hasil tangkapan (kg) dalam bulan ke i, effort i = Upaya penangkapan (trip

penangkapan) dalam bulan ke i.

ò ø ù óø øóó óø ö õö

a Terhadap Hasil Tangkapan Ikan

Cakalang

Hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap CPUE ikan cakalang

dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan formula (Mattjik, 2006):

Y = a + b

1

x

1

+ b

2

x

2

+

+ b

n

x

n

...(5)

dimana: Y=CPUE ikan cakalang (kg), a=Intersep, b1=koefisien regresi SPL

b

2

=koefisien regresi klorofil-a, x

1

=SPL, x

2

=klorofil-a.

Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang

(33)

! "#$% "&'(!( )* '+

a di Laut Seram dan Laut Banda

, -. /-0

5

.1232435-2 010-6- 7 89 /3: -2 -2 ;< 9-36 71 0-. ;-2 9-36 = -2;-> -;- 6-? 32

2011-2012.

7 8 9 01 0 -6 - /3: -2-2 /1 0@-0< -A < -26-0 -

26-30°C dengan suhu

minimum 26.40°C pada Agustus dan suhu maksimum 29.46°C pada Nopember 2011.

Sedangkan pada 2012, suhu minimum 26.26°C pada Agustus dan suhu maksimum

29.66°C pada Desember. Musim Barat sampai pertengahan Musim Peralihan

Barat-Timur (Januari-April) 2011, SPL rata-rata di Laut Seram dan Laut Banda berkisar

antara 28.5-29 °C. Memasuki akhir Musim Peralihan Barat-Timur (Mei) dan Musim

Timur SPL mengalami penurunan dari 28.9°C mencapai 26.4°C. SPL mulai

mengalami penaikan menjadi lebih hangat ketika memasuki Musim Peralihan

Timur-Barat dengan nilai 27°C pada September sampai 29.46°C pada Nopember 2011.

Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur (Desember 2011-Mei 2012)

rata-rata SPL berkisar antara 28.60-29.40°C. SPL kembali mengalami penurunan ketika

memasuki Musim Timur dari 28 °C pada Juni 2012 dan mencapai SPL terendah pada

Agustus 2012 dengan nilai 26.26°C. Pada Musim Peralihan Timur-Barat 2012, SPL

kembali meningkat dari suhu 27°C pada September sampai mencapai 29.66°C pada

Desember.

Gambar 5. Rerata SPL bulanan tahun 2011-2012

Konsentrasi klorofil-a rerata bulanan 2011-2012 di Laut Seram dan Laut

Banda ditunjukan pada Gambar 6. Klorofil-a berkisar antara 0.15-0.60 mg/m

3

dengan

konsentrasi terendah 0.18 mg/m

3

pada Desember dan tertinggi 0.57 mg/m

3

pada

Agustus 2011, sedangkan pada tahun 2012 konsentrasi klorofil-a terendah 0.16

mg/m

3

pada Maret dan tertinggi 0.56 mg/m

3

pada Agustus. Rata-rata konsentrasi

klorofil-a rendah pada Musim Barat dan tinggi pada Musim Timur. Musim Barat

sampai Musim Peralihan Barat-Timur (Januari-Mei) 2011 konsentrasi klorofil-a

berada pada kisaran 0.20-0.30 mg/m

3

. Konsentrasi klorofil-a meningkat pada musim

timur dari 0.40 mg/m

3

hingga 0.58 mg/m

3

. Pada awal Musim Peralihan Timur-Barat

(September) konsentrasi klorofil-a masih berada pada kisaran yang tinggi yaitu

rata-rata 0.50 mg/m

3

dan mulai menurun pada pertengahan Musim Peralihan Timur Barat

(Oktober) dengan konsentrasi rata-rata 0.30 mg/m

3

. Konsentrasi klorofil-a berada

pada kisaran yang sangat rendah yaitu kurang dari 0.20 mg/m

3

pada Musim Barat

(34)

17

BCDECF G HB FD I JKCL FMCN O C KCP QF DHK RS TEJDUJKVGJFW XYZX[ IC \C GHB F D QF DHK ]TNBJNP KC BF]LTKT^ FLVC] J DUC LFD JNF N_]CP `KCPCV KCPC]TNB JNP KCB F]LTKT^F LVCEC\CDHB FD FNF aC FPH LJU FM \CKF Y[b Y D _c D

d

\C N D JN eCE CF ] TNB JNPKC B F DC ]B FDHD Y[ fg D_cD d EC \C h_HBP HB[ i JP JL CM FPH ]TNBJNP KC BF ]L TKT^F LVC ]JDUCL F DJNHKHN D JDCB H]F GHB FD I JKC L FMC NQF DHK VOC KCP\J N_C NNFLCFC NP CKCY[ ZfVY[jYD _c D

d [

kC DUC Kg[l J KCPC]LTKT^ FL VCU HLC NC NPCMHNXYZZVX YZX mn o pqr stsu

i Iv \F vC HP i JKCD \CN vC HP O C N\C EC\C G HBF D OC KCP HDHDNaC PFN__F U JK]F BC K C NP CKC XwVjYx y B J\C N _]CN i Iv \TDF NCN C NP C KC XzVjYx y

(

kC DUCK

7).

i Iv P F N__F \JN _CN]F BCKC N

29-30

x y \TDF NC N PJK{C\F E C \C U HLC N|JB JDU JK \F vCHP O C N\C B J\C N _]C NvCHPi JKC DCNPC KC

27.5-29

x y

NC D HN\ TDFNC NN aCi Iv

29

x y

.

I C \C}CNHC KF \C N~JU KHC KF

2011

]FBCKCNi IvCNP CKC

27-3

x y P JKBJUC KB JeC KCD JKCPC\F vC HP

i JKCD \C N vC HP OC N\C

,

EC \C U HLCN PJKB JUHP i Iv aCN _ L JU F M KJN\C M C NPC KC

27-28.5

x y P JK\CECP \F UC_FC N OC KC P BCDECF UC_FC N QJN _C M vC HP OC N\C

.

i Iv PFN __F UJK]F BC K C NPC KC

29.5-30

x y EC \C ~JU KHC KF

2012

P JK]TNB JNP KC BF \F vC HP O CN\C UC_FC N QJN_CM

(

i JLCPC N I HLCH hDU TN

)

B J\C N_]CN \FB J]FP CKNaC i Iv U JK]F B CK CNP CKC

28.5-30

x y

.

QHP HEC NCCNBJeCKCDJ KCP C\FvC HPi JKC D\C NvC HPOC N\C{H _CPJK{C \F EC\C~JUKHC KF

2011

\C N}CNHC KF

2012.

€TNB JNP KCB F ]LTKT^F L

-

C \ TDF NC N \F vC HP i JKC D \CN vC HP O C N\C E C \C DH B FD UC KCP

(

k C DUCK

8)

HDHDN aC]HKCN _ \C KF

0.20

D_c D

3

.

€TNB JNP KCB F ]L TKT^ FL

-

C\TDFNC N FNF PJKB JUC K D JKCPC \F BJLHKHM E JKC FKC N vCHP i J KCD \C N vCHP OC N \C

.

Q F\C ] PJK{C\F ^ LH]P HC B F BEC B FC L DC HE HN PJDE TKC L \CKF ]TNB JNP KC B F ]L TKT^ FL

-

C EC\C G HB FD O C KCP F NF

,

]TNBJNP KC BF ]L TKT^ FL

-

C e JN\JKHN _ BPCU FL EC\C ] FBC KC N

0.02-0.20

D _

/

D

3

.

QJK\CE CP P HPHEC NCC N EC\C eFPKC UHLCNC N \FGHB FD OC KCP FNF\JN_C N P HP HEC N CC N PJKUCNaC] EC \C~JU KHCKF

2011.

(35)

£ ¤ ¥¤ ¦§ ¤ ¨ £ ¤ ¥¤ ¦§ ¤ ¨

©ª«¬ ª¨­

© ª «¬ª¨­

®¤§¨¬ª¨­ ®¤§¨¬ª¨­

¯ ° ±²

26

±²

28

±²

30

±²

32

±²

³´µ¶´·

7.

¸ ¹¶ ´ ·´º¸»¼

(

½¾

)

¿ÀÁ  µÃ´ ·´ ÄÄ´ÅÀºÆÇÈÈ

(

ÉÂ ·Â

)

Ê´ ºÆÇÈÆ

(

É´º´º

)

ËÌ Í ÎÏÐÑÒÓÔ ÎÕ ÓÖ× Ó ÒÓ Ø

-

Ù ÎÏÌÒ
(36)

19

âãäå ãæçåèéêë ìíîïâåðê ïæñãðâïêò åóãêãæ ô ãêãõö÷õøùúû ü

.

çé ôéýãæãþãæÿãæä éòé ý ôåæääåôïêãñ åýãñ ã åôêããêïô

2012

ñ åâã äåãæçå èéêíãé ôãæñ ãèãé ýéæíãéôëïêã è

.

0.00

/

3

0.20

/

3

0.40

/

0.60

/

3

0.80

/

3

1.00

/

3

ã èâãê

8.

æ óïæ ôêãó åòîê å î

-

ã

(

èä

/

è

3

)

é óå è ãêã ôôãðéæõ

(

ò åê å

)

ñãæõ õ

(

òãæ ãæ

)

æ ó ïæ ôêãó å òî ê å î

-

ã ñå íãé ô ëïê ãè ñãæ íãé ô ãæñ ã

(

ã èâã ê

10)

ý ãñã é óå è ìïêãî åðãæ ãê ãô

-

ç åèéê ô åñãò ãé ð âïêâïñã ñ åâãæñ åæ äòãæ éó å è ãêã ô

.

æ ó ïæ ôêãó å òî êåî

-

ã ñèåæãæ òéêãæä ñ ãê å

0.25

èä

/

è

3

ñãæ ô ïêó ïâãê èïêãôã ýãñ ã ó ïîéêé ð ýïêãåêãæ íãé ô ëïêãèñãæ íãé ô ãæñã

.

ì ã ñãþåîãÿã ð ýïó åó åêì é îãé ëïêãèñ ãæ ì é îãé éêé èé îã å ô ïê îå ðãô ò æ ó ïæ ôêãó å ò î êåî

-

ã ãæ ôãêã

0.30-0.40

è ä

/

è

3

(37)

! " # $ %& $ $ % $ $ $ ' ! ( $ ) * + ,- $!++! . / 0 & $%& ! -0 %01!2 *+ ! 3 $! ++! $ %& $ $ !!!-& ! - & +! #&- # $ %! %! % $ # ! &+!2&+! * + %# % ! ' !*3 &! &!% & 3! ++ # ! +-$ - -0 & $ %& ! -0 %0 1!2 ! & !& ! % $! .

4 56 78

4 5678

9: 6 ; <

9: 6 ; <

47;

47;

= > ?@

26

?@

28

?@

30

?@

32

?@
(38)

21

J KL MN JK L MN

OPL Q R OPL Q R

JMQ JMQ

ST SSUVW U X

ST YSUVW U X

STZ SUVWU X

ST[ S UV W U X

ST\SUV W U X

]T SSUV W U X ^_` a_bcdef ghijh kb_i lmn gb gol np_q`rs`

t

uv wi l`x jb_ nl y_hz_b_kp{l`wb k_y wh|dccqmlblu}_h|dc |q m_h_h u

~ € ‚ƒ ‚„

(39)

’ “”•– —“ ˜ ™•˜ š› œ •” •˜  žŸ ¡¢£ ¤

.

¤ › ¥”• ¦§¨ •˜•˜ ©§ œ›– ª›– §” –“ ˜§ ˜«§ š•˜ ’ ¬­ —› ­•§¥’ “” •–¨“¦› ®¥› ˜™™›—“˜™•˜š› œ •” •˜•˜¥•” •

27-29

£¤—› ¦•˜—› ˜™­•§ ¥¯ • ˜—•—“ ˜ ™•˜ š› œ •”•˜°•˜™¨ “¦›®”“ ˜—• ®°•›¥§•˜¥•”•

25-27

£ ¤

.

±²³´ ±²³´

±²µ´ ±²µ´

¶™§ œ ¥§ œ ¶™§ œ ¥§ œ

23

·¸

26

·¸

28

·¸

30

·¸

32

·¸

¹•–¦ •”

11.

’ “¦•”•˜’ ¬­

(

£ ¤

)

© § œ› –ª›– §”¥ •®§ ˜º»»

(

š›”›

)

—•˜º»

(

š •˜•˜

)

¯“”¦•˜—› ˜ ™ ¥“”¦ •¨›š —“ ˜ ™•˜ š¼˜—›œ› ’¬­ ½•—• © § œ› – ª› –§” —› ­•§ ¥ ’ “”•– —•˜ ­•§ ¥ ¯ •˜— •

,

š¼˜œ“ ˜ ¥” •œ› š¨¼”¼¾›¨

-

• «§ œ ¥”§ –“ ˜™•¨ •–› ½“ ˜›˜™š •¥ •˜¡ ¿¼˜œ“ ˜¥” •œ› š¨¼”¼¾›¨

-

•¦“” š› œ •” •˜¥•” •

0.20-1.00

–™

/

–

3

(

¹•– ¦ •”

12).

¿ ¼˜œ“ ˜¥”•œ›š¨¼”¼¾› ¨

-

•¥› ˜™™› °• š˜› ¨“¦›® —•”›

0.80

–™À–

3

(40)

23

ÁÂÃÄÅÆÇÆÈ Å ÂÈÉÆ ÃÄÊ ÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆÌ Î ÇÏ ËÃËÐÎÏÑÆ ÒÆ ÃÎ ÓÆÄÍ Ô ÃÆ ÐÄ ÃÆÕ Ö ÆÒÆ Æ×ÆÏ ØÄÌ ÎÁ ÙÎ ÁÄ Ã ÚÛÄÈÎÜ ÇÏËÃËÐÎ Ï ÑÆ ÁÆ ÌÎÊ ÒÎ ÒËÁ ÎÈÆ ÌÎÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆ Ì Î ÝÆÈÉ Ã ÂÈ ÒÆÊ ÝÆÎÍÄ ÆÈÍ Æ ÃÆ ÞÕßÞÑ ÞÕàá ÇÊÄ ÌÄ ÌÈ ÝÆ Å Æ ÒÆ ÓÆ ÄÍ âÆÈÒÆ ãÆÉÎÆÈâ ÆÃÆÍ äÌÂÒÆÈÉÇÆÈ ãÆÉÎÆÈ ÙÎÁÄ ÃÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆÌ Î ÇÏËÃËÐÎ ÏÑÆ Ï ÂãÎÊ Í ÎÈ ÉÉÎ Ò ÂÈ ÉÆÈ ÇÎÌÆ ÃÆÈ ÞÕà ÞÑ ßÕÞÞ ÁÉå Á æ ÈÆ ÁÄÈ ÒËÁÎÈÆÈÈÝÆ ÆÈÍ Æ ÃÆ ÞÕà ÞÑ ÞÕçÞ ÁÉåÁ æ Õ èÂÒÆÈ ÉÇÆÈ Å Æ ÒÆ Å Â ÃÍÂÈÉÆÊ ÆÈ Ø Ä ÌÎ Á Ù ÎÁÄ Ã ÚÛÄ Ï ÎÜ ÁÆÌÎÊ Í ÂÃÒÆÅÆÍ ÇËÈ ÌÂÈÍ ÃÆ ÌÎ ÇÏ ËÃËÐÎÏÑÆ ÒÂÈÉÆÈ ÇÎ ÌÆ ÃÆÈ ÆÈÍÆÃÆ ÞÕßÞÑÞÕéÞ ÁÉå Á æ ÇÊÄÌÄ ÌÈ ÝÆ ÒÎ Ì ÂãÆ ÉÎÆÈ ãÂÌÆ ÃÓÆÄÍè ÃÆ ÁÒÆÈÒÎÌ ÂÇÎÍÆ ÃÅÄ ÏÆÄêÂÍ Æà ÚèÂÏÆÍÆÈÓÆÄÍâÆÈ ÒÆ ÜÈÆ ÁÄÈÇËÈ Ì ÂÈÍ ÃÆÌ Î ÒËÁÎÈÆÈ ÆÈÍ Æ ÃÆ ÞÕëÞÑ ßÕ ÞÞ ÁÉåÁ æ Õ ì ÎÍ ÃÆ ãÄ ÏÆÈ ÔÉÄ ÌÍÄ Ì ÚÆ ÇÊ ÎÃ Ø Ä Ì Î Á ÙÎÁÄ ÃÜ ÁÂÈÄÈíÄ ÇÆÈ ÌÂãÆ ÃÆÈ ÇËÈ ÌÂÈÍ ÃÆ ÌÎ ÇÏËÃËÐÎ ÏÑÆ ÍÎÈÉÉÎ ÅÆ ÒÆ ÌÂÏÄ ÃÄÊ ÅÂÃÆ ÎÃÆ È ÒÂÈ ÉÆÈ ÇËÈ ÌÂÈÍ ÃÆ ÌÎ ÒËÁ ÎÈÆÈ ãÂà ÇÎÌÆ Ã ÆÈÍÆ ÃÆ ÞÕéÞÑÞÕçÞ Á Éå Á æ Õ î ËÈ Ì ÂÈÍÃÆ Ì Î ÇÏËà ËÐÎ Ï ÑÆ ÏÂãÎÊ ÒÆ ÃÎ ÞÕçÞ Á Éå Á æ ÍÂÃÒÆÅÆÍ ÅÆ ÒÆ Å ÂÃÆ ÎÃÆÈ ÒÎ ÌÂÇÎÍ Æà ÅÄ ÏÆÄ ÝÆÎÍÄ ÒÎ ãÆ ÉÎÆÈè ÏÆÍÆÈ Ö ÄÏÆÄ èÂÃÆ Á äèÂÏÆÍ ÆÈâ ÄÃÄ äïÍ ÆÃÆî ÂÅÄ Ï ÆÄÆÈî ÝÒÆÈÙÎÁÄ Ãî ÂÅÄ ÏÆÄÆÈÙÆÈ ÎÁ ãÆÃÕÙÄÍ ÄÅÆÈ Æ ×ÆÈÅÆÒÆðÎÍ ÃÆ ÇÏËÃËÐÎÏÑÆãÄ ÏÆÈÆÈØÄ Ì ÎÁ ÙÎÁÄ ÃðÄ ÇÄÅÍÎÈ ÉÉÎÌ ÂÊ ÎÈÉÉÆÊÆÁÅ ÎÃ Í Î ÒÆÇ Æ ÒÆð ÎÍÃÆãÄ ÏÆÈÆÈÝÆÈÉã  ãÆ ÌÆ ×ÆÈ Õ ñò ó ôõö÷øùú ôû ùüý ôõòø

-

þ ù øù ÿ èÂãÆÃÆÈ è ÖÓ ÅÆÒ Æ Ø Ä ÌÎÁ ÖÂÃÆÏ ÎÊÆÈ ÙÎÁÄà Ñâ Æ ÃÆÍ ÒÎ ÓÆÄÍ èÂÃÆ Á ÒÆÈ ÓÆÄÍ âÆÈ ÒÆÁÂÈÉÆÏÆ ÁÆ Î Æ ÃÎÆÌ ÎÁÄ ÏÆ ÎÒÆÃÎèÖÓÒÎÈ ÉÎÈÅÆ ÒÆÆ × ÆÏØ Ä Ì ÎÁÖÂÃÆ ÏÎÊÆÈ äÊÆÈÉÆÍ ÅÆ ÒÆ Å Â ÃÍÂÈÉÆÊ ÆÈ ÁÄ Ì ÎÁ ÌÆ ÁÅÆ Î ÅÆÈÆÌ ÅÆ ÒÆ ÆÇÊ ÎÃ Ø ÄÌ Î Á ÖÂÃÆ ÏÎÊÆÈ ÙÎ ÁÄ ÃÑâÆÃÆÍÕ Æ ÃÎÆ Ì Î Ì ÂãÆ ÃÆÈ è ÖÓ Í ÂÃÌÂãÄÍ ÒÆÅÆÍ ÒÎ ÏÎÊÆÍ ÅÆ ÒÆ ÆÁ ãÆà ßéÕ Ö Æ ÒÆ Æ × ÆÏ Ø Ä Ì ÎÁ ÖÂÃÆ Ï ÎÊÆÈÙÎÁÄ Ã Ñâ Æ ÃÆÍÚèÂÅÍÂÁ ãÂÃÜè ÖÓÃÂÏ ÆÍ Î ÐÃÂÈÒÆÊÒÂÈ ÉÆÈÇÎ ÌÆÃÆÈÆÈÍ ÆÃÆàáÑà ì Í ÂÃÌÂãÆ Ã ÒÎ ÓÆÄÍ â ÆÈÒÆ ÒÆÈ ÓÆÄÍ è ÃÆ Á ã ÂÃÇÎÌÆà ÆÈÍÆÃÆ

27-29

ì

.

Ö Æ ÒÆ èÂÅÍ ÂÁãÂÃ

2011

Æ ÒÆÅÂÃãÂÒÆÆÈÌÂãÆ ÃÆÈè ÖÓÆÈÍ Æ ÃÆÓÆ ÄÍâ ÆÈÒÆãÆÉÎÆÈãÆ ÃÆÍÝÆÈÉÏ ÂãÎ ÊÊ ËÁËÉÂÈ ÒÂÈÉÆÈÇÎ ÌÆ ÃÆÈ

± 27°C dan Laut Banda bagian Timur dengan kisaran antara 24-27°C.

September 2012 terlihat perbedaan yang mencolok antara SPL di Laut Seram yang

lebih hangat dengan kisaran 27-29°C dibanding SPL di Laut Banda yang lebih

homogen dengan kisaran antara 27-28°C. Pada Nopember yang merupakan akhir

Musim Peralihan Timur dari SPL rendah ke Musim Barat dengan SPL tinggi, citra

menunjukan peningkatan SPL di Laut Seram dan Laut Banda dibandingkan bulan

sebelumnya. SPL Nopember berkisar antara 28-30°C dengan SPL dominan antara

29-30°C yang tersebar secara merata pada Laut Seram maupun Laut Banda. Citra SPL

Musim Peralihan Timur-Barat merupakan citra yang paling minim tutupan awan

dibandingkan pada musim lainnya. Tutupan awan pada citra hanya ditemukan pada

September 2011.

(41)

konsentrasi klorofil-a relatif homogen pada seluruh perairan dengan kisaran antara

0.05-0.25 mg/m

3

sedangkan pada Nopember yang merupakan akhir Musim Peralihan

Timur-Barat, konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran antara 0.03-0.20 mg/m

3

dengan nilai konsentrasi dominan antara 0.04-0.10 mg/m

3

di Laut Banda dan

0.10-0.20 mg/m

3

di Laut Seram pada Nopember 2011 dan konsentrasi antara 0.03-0.18

mg/m

3

yang tersebar merata di seluruh perairan pada Nopember 2012.

Juni

Juni

Juli

Juli

Agustus

Agustus

0.00 mg/m

3

0.20 mg/m

3

0.40 mg/m

0.60 mg/m

3

0.80 mg/m

3

1.00 mg/m

3

(42)

25

September

September

Oktober

Oktober

Nopember

Nopember

23°C

26°C

28°C

30°C

32°C

Gambar 13. Sebaran SPL (°C) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 (kiri)

dan 2012 (kanan)

(43)

rendah (benua Australia). Sehingga SPL di Laut Seram dan Laut Banda pada

Januari-Februari mengalami penurunan akibat tiupan angin dari Utara khatulistiwa yang

membawa masa udara dingin. Selama periode ini di perairan Indonesia angin bertiup

dari Barat ke Timur sehingga disebut Musim Timur.

September

September

Oktober

Oktober

Nopember

Nopember

0.00 mg/m

3

0.20 mg/m

3

0.40 mg/m

3

0.60 mg/m

3

0.80 mg/m

3

1.00 mg/m

3

Gambar 14. Konsentrasi klorofil-a (mg/m

3

) Musim Peralihan Timur-Barat

tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)

(44)

27

matahari secara maksimal. Akibatnya suhu pada lapisan permukaan menjadi tinggi

hal ini dapat dilihat dari citra satelit bulanan pada musim tersebut umumnya tinggi.

Memasuki Musim Timur, terjadi penurunan SPL secara drastis hal ini

disebabkan karena pada Musim Timur di Laut Seram dan Laut Banda terjadi

peristiwa

yang membawa air dingin dari lapisan bawah naik ke atas. Selain

itu pada Musim Timur matahari berada di belahan bumi Utara sehingga Utara

khatulistiwa mengalami musim panas, sebaliknya bumi bagian Selatan seperti benua

Australia termasuk juga Laut Seram dan Laut Banda kurang mendapat penyinaran

matahari sehingga suhu pada wilayah tersebut mencapai kisaran minimum.

Musim Peralihan Timur-Barat pada citra SPL bulanan terlihat jelas SPL dari

dingin (pengaruh Musim Timur) pada bulan September mulai hangat pada Oktober

dan menjadi panas pada Nopember. Pada kondisi tersebut terlihat bahwa September

merupakan akhir dari peristiwa

yang terjadi di Laut Banda, pada Oktober

telah terjadi transisi dari musim dingin di belahan bumi Selatan menjadi musim panas

karena pada musim ini matahari dari belahan bumi Utara bergerak melintasi

khatulistiwa menuju belahan bumi Selatan akibatnya pada Oktober, SPL di Laut

Seram dan Laut Banda menjadi hangat. Selanjutnya Nopember yang merupakan akhir

Musim Peralihan Timur-Barat telah mendapat intensitas matahari yang cukup

sehingga SPL menjadi lebih tinggi seperti layaknya Musim Barat pada belahan bumi

Selatan.

Konsentrasi klorofil-a tinggi yang terjadi pada Musim Timur (Juni-Agustus)

yaitu >0.30 mg/m

3

, disebabkan karena terjadinya penaikan massa air (

).

Nontji (2005) menyatakan air naik terjadi hanya pada Musim Timur dimulai dari Mei

sampai kira-kira September, karena pada saat itu angin Musim Timur mendorong

keluar air permukaan Laut Banda dengan laju yang lebih besar daripada yang dapat

diimbangi oleh air permukaan sekitarnya maka air dari bawahpun naik untuk mengisi

kekosongan. Penaikan massa air dari lapisan bawah ke lapisan permukaan inilah yang

membawa serta unsur hara sehingga produksi fitoplankton meningkat pada daerah ini.

Sebaliknya pada Musim Barat konsentrasi klorofil-a rendah yaitu kurang dari 0.30

mg/m

3

karena pada saat itu arus Musim Barat yang membawa masuk air dari Laut

Flores ke Laut Banda volumenya terlalu besar untuk dapat diimbangi dengan yang

bisa keluar melalui selat-selat disekitarnya, akibatnya air menumpuk lalu tenggelam

dan keluar ke Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 1.000 m melalui Laut Timor.

Penenggelaman inilah yang menyebabkan pada Musim Barat produksi fitoplankton

mengalami penurunan.

-

(45)

umumnya tinggi saat Musim Barat sampai Peralihan Barat-Timur (Januari-Mei) yang

berkisar antara 28.29-29.47 °C. SPL mulai menurun saat memasuki Musim Timur

yaitu berkisar antara 26.39-28.25 °C. Pada Musim Peralihan Timur-Barat SPL

berkisar antara 26.58-29.35 °C.

Gambar 15. Rerata SPL (°C) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang

Rerata bulanan konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada lokasi penangkapan

cakalang dapat dilihat pada Gambar 16. Konsentrasi klorofil-a rendah pada saat

Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur yang berkisar antara 0.09-0.19

mg/m

3

. Konsentrasi klorofil-a mencapai puncaknya pada saat Musim Timur yaitu

antara 0.31-0.47 mg/m

3

. Konsentrasi klorofil-a kembali menurun saat memasuki

Musim Peralihan Timur-Barat yaitu berkisar antara 0.14-0.26 mg/m

3

kecuali pada

September 2011 konsentrasi klorofil-a masih tinggi dengan rata-rata 0.43 mg/m

3

.

Gambar 16. Rerata klorofil-a (mg/m

3

) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang

! " #$ % &' ( %) ' %* ' # % &

Data tangkapan ikan cakalang yang diperoleh dari armada-armada

penangkapan yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda menunjukan bahwa ikan

cakalang dapat ditangkap sepanjang tahun namun dengan hasil yang berbeda sesuai

dengan musimnya. Musim puncak penangkapan ditandai dengan tingginya hasil

tangkapan yang diperoleh pada setiap trip penangkapan, sedangkan musim paceklik

merupakan musim dengan hasil tangkapan yang rendah. Rata-rata bobot hasil

tangkapan cakalang per trip (CPUE) per bulan selama tahun 2011-2012 dapat dilihat

pada Gambar 17. Perhitungan CPUE ini diperoleh berdasarkan jumlah total hasil

26.00

27.00

28.00

29.00

30.00

Jan

Fe

b

M

ar

A

p

r

M

e

i

Ju

n

Ju

l

A

g

s

Se

p

O

kt

N

o

p

D

e

s

Jan

Fe

b

M

ar

A

p

r

M

e

i

Ju

n

Ju

l

A

g

s

Se

p

O

kt

N

o

p

D

e

s

SP

L (

°C)

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

Jan

Fe

b

M

ar

A

p

r

M

e

i

Ju

n

Ju

l

A

g

s

Se

p

O

kt

N

o

p

D

e

s

Jan

Fe

b

M

ar

A

p

(46)

29

tangkapan cakalang (yang dinyatakan dalam kg) dalam kurun waktu tertentu (bulan)

dibagi usaha yang dinyatakan dalam trip penangkapan pada kurun waktu yang sama.

Pada Musim Timur (Juni-Agustus) 2011 hasil tangkapan cakalang rata-rata

3000-3500 kg/trip, sedangkan pada tahun 2012 hasil tangkapan tertinggi pada Agustus

mencapai 3700 kg/trip. Juni, Juli dan September hanya mencapai 2500 kg/trip.

Selama Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur maupun Timur-Barat hasil

tangkapan ikan cakalang umumnya berkisar antara 1500-2500 kg/trip. Hasil

tangkapan terendah terjadi pada Musim Barat yaitu pada Desember 2011 sebesar

1677 kg/trip dan Januari 2012 sebesar 1648 kg/trip.

Gambar 17. Rerata bobot (kg) hasil tangkapan ikan cakalang per trip (CPUE)

tahun 2011-2012

Berdasarkan hasil analisis CPUE ikan cakalang ini sesuai dengan wawancara

yang dilakukan dengan beberapa nelayan lokal di Pulau Seram yang menyatakan

bahwa musim penangkapan cakalang di Laut Seram berlangsung antara

Agustus-September (Musim Timur) dan musim paceklik antara Desember-Maret (Musim

Barat). Hasil penelitian Tadjuddah (2005) mendapati produksi cakalang di Kabupaten

Wakatobi Sulawesi Tenggara tinggi pada Musim Timur (Juni-Agustus) yaitu lebih

dari 2500 kg dan mencapai puncaknya pada September dan terendah pada Maret.

Suprianto

+, -.

(2012) melakukan penelitian di Laut Maluku, musim penangkapan

ikan cakalang terjadi pada April untuk fase pertama kemudian pada Juli-September

untuk fase kedua tetapi fase kedua lebih besar dan lama, bukan musim ikan terjadi

pada Nopember-Maret.

Musim puncak penangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda yang

terjadi pada Musim Timur ini dapat dikaitkan dengan tingginya produktivitas perairan

pada musim tersebut. Pada Musim Timur di Laut Banda terjadi peristiwa

/01 +. .2 34

yang merupakan proses pengkayaan perairan karena zat hara dari dasar perairan

terangkat naik ke permukaan sehingga lapisan permukaan menjadi subur. Peristiwa

ini dimanfaatkan oleh fitoplankton yang menggunakan zat hara untuk

pertumbuhannya, sehingga pada lokasi

/01 +..2 34

didapati konsentrasi klorofil-a yang

merupakan pigmen fotosintesis pada fitoplankton ini tinggi. Edward dan Tarigan

(2003) berpendapat daerah

/01 +. .2 34

merupakan daerah yang sangat baik untuk

untuk usaha penangkapan ikan karena daerah dimana terjadi proses

/01 +..2 34

sangat

kaya akan nutrient sehingga plankton melimpah dan ikan-ikan akan berkumpul di

(47)

daerah itu. Lebih lanjut penelitian keduanya mendapati bahwa puncak

@ AB CDD E FG

di

Laut Banda terjadi pada Agustus (Musim Timur). Pendapat lain mengungkapkan

bahwa peristiwa

@AB CD DE FG

di Laut Banda mulai bulan Mei dan mencapai puncaknya

pada Nopember (Nontji 1987 dalam Edward dan Tarigan 2003). Sedangkan menurut

Wyrtky 1961 dalam Edward dan Tarigan 2003,

@AB CDD E FG

di Laut Banda di mulai

pada Musim Timur yakni dari Juni sampai Agustus. Peristiwa

@ABCD DEFG

inilah yang

meyebabkan hasil tangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda pada Musim

Timur lebih tinggi daripada musim lainnya.

HI J IK LMKM

Gambar

Gambar 2. Ikan cakalang ( ‡ …ˆ €‰Š ‹Œ‰€ ƒŽ …‚ € )
Tabel 1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang Suhu Optimum ( o C)
Tabel 2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan di Maluku
Gambar 3. Satelit Aqua yang membawa sensor MODIS sumber http://earthobservatory.nasa.gov
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh hasil tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar interleukin 6 antara kelompok ringer asetat malat dan ringer

banyak terdapat di dalam kopi adalah asam klorogenat ( chlorogenic acid ) 2,3 Hasil penelitian menyatakan bahwa asam klorogenat merupakan salah satu antioksidan poten 3,4

Pendekar Plastik melakukan social buzzer dan menggunakan publik figure yang mereka juga menjadi aktivis lingkungan, duta lingkungan dan influencer-influencer lainnya berbentuk

Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita.

Kajian tinjauan ini telah dilaksanakan dengan matlamat untuk mengenal pasti kemahiran pengajaran pensyarah pendidikan khas (masalah pendengaran)

Dengan penuh kesadaran yang berlandaskan pada pemahaman kepentingan yang sama diantara debitor dan kreditor, kepailitan bukanlah suatu pilihan yang tepat, sebaliknya

Saya bukanlah saya bila salah satu sistim tersebut tidaklah seperti apa yang bekerja pada diri saya saat ini; Anda bukanlah Anda, bila otak Anda tidak ada sewaktu Anda lahir

Selain menyediakan modal (kredit) koperasi ini juga menyediakan peralatan untuk anggota nelayan yang memerlukannya (Tabel 1). Peralatan yang dimaksud disini adalah mesin perahu