• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized controlled trial untuk melihat penurunan kadar interleukin-6 setelah pemberian cairan resusitasi ringer fundin (ringer asetat malat) dengan ringer laktat terhadap pada pasien sepsis.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan setelah melewati ethical clearance dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP HAM pada bulan maret 2017 sampai mei 2017

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Target

Semua pasien yang didiagnosis sepsis. 3.3.2 Populasi Terjangkau

Semua pasien sepsis yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Maret 2017 sampai mei 2017

(2)

3.3.3. Sampel Penelitian

Bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4 Besar Sampel

Besar sampel dihitung menggunakan formula uji hipotesis beda proporsi untuk dua populasi sebagai berikut:

n1 = jumlah sampel RAM n2 = jumlah sampel RL

Z = 1,96 (adalah deviat baku pada  0,05) Z = 0,842 (adalah deviat baku )

S1 = standar deviasi larutan RL untuk IL-6 S2 = standar deviasi larutan RAM untuk IL-6

S = simpangan baku yang diambil dari kepustakaan (Andersen, 2013; Ballina, 2009)

X1-X2 = selisih rerata IL-6 pada RL dan RAM yang dianggap signifikan

Dari perhitungan dengan rumus diatas, maka diperoleh besar sampel: n1= n2= Dengan mempertimbangkan kriteria putus uji 10 % maka n1= n2=18 ,sehingga keseluruhan sampel berjumlah 36 orang.

Berdasarkan jumlah sampel, maka penderita dikelompokkan ke dalam 2 kelompok penelitian, yaitu :

Kelompok A : Cairan Ringer Asetat Malat Kelompok B : Cairan Ringer Laktat

(3)

3.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan menggunakan metode consecutive sampling.

3.6. Identifikasi Variabel

3.6.1. Variabel bebas : Cairan Ringer laktat dan Cairan Ringer Asetat Malat

3.6.2. Variabel terikat :Interleukin-6 3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.1 Kriteria Inklusi

Pasien dewasa dengan sepsis, skor Q SOFA >2 3.7.2. Kriteria Ekslusi Sampel

1. Pasien / keluarga pasien tidak bersedia 2. Pasien dengan riwayat penyakit ginjal

3. Pasien dengan riwayat kelainan fungsi jantung 4. Gangguan sistem imun

5. Pasien dengan riwayat penyakit kanker 6. Terapi obat-obat imunosupresan 3.7.3.Kriteria Drop Out

Pasien tidak dapat dinilai

a. Pasien meninggal dunia selama intervensi dan observasi.

b. Pasien dalam masa intervensi dan observasi menyatakan mundur dari penelitian/penarikan informed consent

(4)

3.8. Cara Penelitian

3.8.1. Penjelasan Kepada Pasien

Penjelasan kepada pasien mengenai tujuan, cara, dan manfaat pemeriksaan ini serta mengenai dan selanjutnya pada pasien yang akan menjadi sampel terlebih dahulu menandatangani informed consent.

3.8.2. Pencatatan Data Dasar

1. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di IGD dan ICU RSUP H. Adam Malik Medan seperti nama, jenis kelamin, tempat/ tanggal lahir, alamat, nomor telepon, dan pekerjaan.

2. Diagnosis klinis sepsis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.8.3. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

a. Lembar observasi pasien

b. Termometer dengan nama dagang omron® c. Stethoscope dengan nama dagang littman® d. Pengukur panjang badan

e. Alat tulis f. Kertas coklat g. Kalkulator h. Set infus i. Kateter vena no 18 G j. Urine kateter

(5)

2. Bahan

a. Cairan Ringer Laktat

Dengan nama dagang Ringer Laktat yang diproduksi oleh PT. B Braun

b. Cairan Asetat Malat

Dengan nama dagang Ringer Fundin yang diproduksi oleh PT. B Braun

3.8.4. Cara Pemeriksaan

1. Setelah mendapat informed consent dan disetujui oleh komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok larutan ringer laktat dan larutan ringer asetat malat. Kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar IL-6 , kelompok 1 mendapatkan larutan Asetat Malat 30ml/kgbb dan kelompok lainnya mendapatkan larutan Ringer Laktat 30ml/kgbb setelah dilakukan resusitasi cairan 3 jam kemudian dilakukan pemeriksaan kadar IL-6.

3. Randomisasi dilakukan dengan cara blok, masing-masing sekuens terdiri dari 6 subjek, dengan jumlah kemungkinan kombinasi sekuens sebanyak 7. Kemudian dijatuhkan pena di atas angka random. Angka yang ditunjuk oleh pena tadi merupakan nomor awal untuk menentukan sekuens yang sesuai. Kemudian dipilih 7 pasangan angka di bawah dari pasangan angka pertama tadi sehingga diperoleh jumlah sekuens yang sesuai dengan besar

(6)

jumlah sampel. Kemudian sekuens yang diperoleh disusun secara berurutan sesuai dengan nomor amplop.

4. Cairan disiapkan oleh relawan yang melakukan randomisasi (peneliti tidak mengetahui komposisi obat yang diberikan).

5. Dilakukan pemeriksaan panjang badan oleh peneliti, untuk dapat menghitung Predicted Body Weight

6. Pemeriksaan kadar IL-6 terhadap kedua kelompok dilakukan sebelum dan setelah resusitasi cairan 30ml/kgbb dengan larutan Ringer Asetat Malat dan larutan Laktat.

7. Pemeriksaan meliputi vital sign, urine out put penderita dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar IL-6.

8. Selama pasien menerima perlakuan dinilai toleransi apakah pasien toleran atau intoleran.

9. Pemantauan efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian larutan Asetat Malat dan larutan Ringer Laktat.

10. Pemeriksaan IL-6 dilakukan setelah dan sesudah diberikan cairan ringer laktat dan ringer asetat malat kemudian darah vena diambil sebanyak 3 ml oleh peneliti dan dimasukkan ke dalam tabung SST. Tabung dibolak-balik perlahan hingga darah homogen. Kemudian sampel diberikan ke Laboratorium Klinik RSUP HAM untuk segera dilakukan sentrifuge 1000 g (sekitar 3000 rpm) selama 15 menit. Serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam 3 tabung sampel masing-masing 0,5 ml. Diberi identitas, nama, tanggal, dan jenis pemeriksaan. Kemudian tabung sampel dibekukan dan disimpan dalam suhu -20ºC.

(7)

11. Setelah sampel terkumpul dilakukan uji ELISA oleh Laboratorium Klinik RSUP HAM, hasil data pengamatan pada kedua kelompok dibandingkan secara statistik.

12. Penelitian dihentikan apabila subjek penelitian menolak untuk

berpartisipasi lebih lanjut, terjadi kegawatdaruratan jalan nafas, jantung, paru, otak yang mengancam jiwa.

3.9. Definisi Operasional 1. Ringer Asetat malat

Definisi : Cairan yang memiliki kadar elektrolit yang mendekati kadar elektrolit plasma untuk mencegah terjadinya gangguan elektrolit dan gangguan metabolisme

Alat ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Cara ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Hasil ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Skala ukur: Nominal

2. Ringer laktat

Definisi : adalah cairan yang isotonis dengan darah merupakan cairan kristaloid. Ringer laktat digunakan diantaranya untuk luka bakar, syok, dan cairan preload pada operasi.

Alat ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Cara ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Hasil ukur : Mili liter (berdasarkan label di kemasan) Skala ukur: Nominal

(8)

3. Interleukin (IL)-6

Definisi : sitokin proinflamasi yang peningkatan kadarnya pada reaksi inflamasi terjadi lebih awal dibandingkan sitokin lain dan memiliki waktu paruh lebih panjang sehingga sangat berguna sebagai marker aktivasi sitokin proinflamasi

Alat ukur : ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)

Cara ukur : melihat kadar dari hasil pemeriksaan laboratorium ELISA Hasil ukur : pg/ml

Skala ukur: Numerik 4. Sepsis

Definisi : Pasien dengan umur 18-60 tahun dengan diagnosa sepsis berdasarkan dengan kriteria qSOFA

Alat ukur : skor qsofa

Cara ukur : menghitung atau melihat tabel qsofa yang telah ditentukan Hasil ukur :

Skala ukur: Numerik

5. EGDT adalah merupakan penatalaksanaan resusitasi pada pasien sepsis dan syok septik berguna untuk menurunkan tingkat mortalitas pada pasien sepsis dalam 6 jam.

(9)

3 jam pertama : pemeriksaan laktat, pemeriksaan kultur, pemberian antibiotic, pemberian cairan kristaloid 30 ml/kgbb.

3 jam berikutnya : pemberian vasopressor jika terdapat hipotensi persisten ( resusitasi cairan tidak berhasil), pemasangan CVC trget CVP 8 -12 mmHg, pemeriksaan ScVO2, pemerikksaan laktat ulang.

3.10 Analisis Data

a. Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, data tersebut diperiksa randomized controlled trial data tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

b. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai p>0,05 setelah dianalisa dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

c. Membandingkan beda nilai rata-rata antara 2 kelompok dilakukan dengan uji statistik T-test jika data terdistribusi normal dan Mann-Whitney jika data tidak terdistribusi normal.

d. Untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan t-test berpasangan jika data terdistribusi normal dan menggunakan uji wilcoxon bila data tidak terdistribusi normal.

(10)

3.11 Kerangka Operasional

T0

3 Jam

Periksa Ulang (T1)

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

POPULASI

INKLUSI

EKSLUSI

SAMPEL

A

B

IL-6 IL-6 Resusitasi dengan larutan asetat malat 30 ml/kgbb Resusitasi dengan larutan ringer laktat 30 ml/kgbb IL-6 IL-6

ANALISA DATA

(11)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini diikuti oleh 40 orang pasien sepsis yang telah memenuhi kriteria inklusi, dibagi menjadi dua kelompok dengan jumah yang sama banyak, masing-masing berjumlah 20 orang. Subyek berjenis kelamin laki-laki pada kelompok yang menerima ringer asetat malat berjumlah 10 orang (50%) dan pada kelompok yang menerima ringer laktat berjumlah 9 orang (45%). Usia subyek di 2 kelompok masing-masing dengan rerata usia 42,85 tahun dan 42,5 tahun. Subyek dengan suku Batak dominan (50%) pada kelompok yang mendapat ringer asetat malat begitu pula pada kelompok yang mendapat ringer laktat berjumlah 8 orang (40%). Kebanyakan subyek di dua kelompok beragama Islam, sebanyak 12 orang (60%) pada kelompok ringer asetat malat dan 14 orang (70%) pada kelompok ringer laktat.

Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik Subyek Ringer Asetat Malat

(n=20) Ringer Laktat (n=20) p Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki 10 (50) 9 (45) 1,000a Perempuan 10 (50) 11 (55)

Usia, rerata (SD), tahun 42,85 (9,86) 42,5 (8,65) 0,906b Suku, n (%) Batak 10 (50) 8 (40) 0,539c Jawa 5 (25) 7 (35) Karo 3 (15) 5 (25) Melayu 1 (5) 4 (20) Minang 1 (5) 1 (5) Agama, n (%) Islam 12 (60) 14 (70) 0,507c Kristen 8 (40) 6 (30)

(12)

4.2 Perbedaan Parameter Hemodinamik

Tabel 4.2 menampilkan hasil pemeriksaan parameter hemodinamik sebelum dan sesudah pemberian terapi cairan. Tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan seluruh parameter hemodinamik antara dua kelompok studi (p>0,05).

Tabel 4.2. Perbedaan Parameter Hemodinamik Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi

Parameter Hemodinamik Ringer Asetat Malat (n=20)

Ringer Laktat

(n=20) p

Tek. Darah Sistolik, rerata (SD), mmHg

Pre Intervensi 94,95 (10,49) 97,50 (7,71) 0,339a Post Intervensi 106,55 (8,03) 106,65 (9,10) 0,387a Tek. Darah Diastolik,

rerata (SD), mmHg

Pre Intervensi 57,35 (5,46) 56,30 (5,33) 0,462b Post Intervensi 65,80 (5,14) 63,10 (5,44) 0,159b Frekuensi Nadi, rerata

(SD), x/m Pre Intervensi 108,20 (15,16) 104,50 (12,12) 0,524b Post Intervensi 92,75 (12,50) 93,55 (11,92) 0,674b Kesadaran, n (%) Pre Intervensi Apatis 2 (10) 2 (10) 1,000c CM 16 (80) 16 (80) Somnolen 2 (10) 2 (10) Post Intervensi Apatis 1 (5) 1 (5) 1,000c CM 19 (95) 19 (95)

Frekuensi Nafas, rerata (SD), x/m

Pre Intervensi 24.95 (2.04) 23.7 (1.59) 0.715b Post Intervensi 21.9 (2.25) 22.15 (5.28) 0.311b aT Independent, bMann Whitney, cChi Square

(13)

Tabel 4.3 Perbandingan Parameter Hemodinamik Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi

Parameter Hemodinamik Ringer Asetat Malat (n=20) p Ringer Laktat (n=20) p Tek. Darah Sistolik,

rerata (SD), mmHg Pre Intervensi 94,95 (10,49) <0,001a 97,50 (7,71) <0,001a Post Intervensi 106,55 (8,03) 106,65 (9,10) Delta TDS, rerata (SD), mmHg 11,60 (6,30) 9,15 (6,35) 0,106c

Tek. Darah Diastolik, rerata (SD), mmHg Pre Intervensi 57,35 (5,46) <0,001b 56,30 (5,33) <0,001b Post Intervensi 65,80 (5,14) 63,10 (5,44) Delta TDD, rerata (SD), mmHg 8,45 (3,68) 6,80 (5,12) 0,095c

Frekuensi Nadi, rerata (SD), x/m

Pre Intervensi 108,20 (15,16) <0,001b 104,50 (12,12) <0,001b Post Intervensi 92,75 (12,50) 93,55 (11,92)

Delta F. Nadi, rerata (SD), x/m

15,45(10,22) 10,95 (6,18) 0,173c

Frekuensi Nafas, rerata (SD), x/m

Pre Intervensi 24,95 (2,04) 0,001b 23,7 (1,59) 0,001b

Post Intervensi 21,9 (2,25) 22,15 (5,28)

Delta Frekuensi Nafas, rerata (SD), x/m

2,15 (2,46) 1,55 (5,15) 0,542c

aT Dependent, bWilcoxon, cMann Whitney

Rerata tekanan darah sistolik maupun diastolik meningkat secara signifikan di dua kelompok studi (p<0,05). Rerata tekanan darah sistolik pada kelompok ringer asetat malat sebelum terapi adalah 94,95 mmHg. Setelah terapi meningkat menjadi 106,55 mmHg. Sementara itu pada kelompok yang memperoleh ringer laktat, tekanan darah sistolik meningkat dari 97,50 mmHg sebelum terapi menjadi 106,65 mmHg setelah terapi. Meskipun, peningkatan tekanan darah sistolik pada kelompok ringer asetat malat lebih tinggi dengan rerata peningkatan sebesar 11,60 mmHg dan kelompok ringer laktat dengan peningkatan rerata sebesar 9,15 mmHg, namun setelah dianalisis dengan uji Mann

(14)

Gambar 4.1 Perbedaan Rerata Tek. Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan

Rerata tekanan darah diastolik pada kelompok ringer asetat malat sebelum terapi adalah 57,35 mmHg. Setelah terapi meningkat menjadi 65,80 mmHg. Sementara itu pada kelompok yang memperoleh ringer laktat, tekanan darah diastolik meningkat dari 56,30 mmHg sebelum terapi menjadi 63,10 mmHg setelah terapi. Meskipun, peningkatan tekanan darah diastolik pada kelompok ringer asetat malat lebih tinggi dibandingkan kelompok ringer laktat, namun setelah dianalisis dengan uji Mann Whitney tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p=0,095).

Gambar 4.2 Perbedaan Rerata Tek. Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan 94,95 106,55 97,5 106,65 88 90 92 94 96 98 100 102 104 106 108

Pre Intervensi Post Intervensi

T e k . D a ra h S is to li k , m m H g

Ringer Asetat Malat Ringer Laktat 57,35 65,8 56,3 63,1 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68

Pre Intervensi Post Intervensi

T e k . D a ra h D ia s to li k , m mH g

Ringer Asetat Malat Ringer Laktat

(15)

Tidak berbeda dengan yang terjadi dengan frekuensi nadi, terjadi penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nadi tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,173).

Gambar 4.3 Perbedaan Rerata Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan

Gambar 4.4 Perbedaan Rerata Ferkuensi Nafas Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan 108,2 92,75 104,5 93,55 85 90 95 100 105 110

Pre Intervensi Post Intervensi

F re k . N a d i, x /m e n it Ringer Asetat Malat Ringer Laktat 24,95 21,9 23,7 22,15 20 20,5 21 21,5 22 22,5 23 23,5 24 24,5 25 25,5

Pre Intervensi Post Intervensi

F re k . N a fa s , x /m e n it Ringer Asetat Malat Ringer Laktat

(16)

Hasil pemeriksaan frekuensi nafas juga menunjukkan terjadi penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nafas tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,311).

4.3 Perbedaan Kadar Interleukin 6

Tabel 4.4 Perbedaan Interleukin 6 Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi

Kadar Interleukin 6 Ringer Asetat Malat (n=20) Ringer Laktat (n=20) p* Pre Intervensi 47,94 (86,63) 47,84 (97,96) 0,499 Post Intervensi 25,29 (56,86) 42,82 (89,68) 0,005 *Mann Whitney

Rerata kadar interleukin 6 sebelum intervensi pada kelompok ringer asetat malat adalah 47,94 (SD=86,63) sedangkan pada kelompok ringer laktat dengan rerata 47,84 (SD=97,76). Dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh hasil tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar interleukin 6 antara kelompok ringer asetat malat dan ringer laktat sebelum pemberian terapi (p>0,499).

Gambar 4.5 Perbedaan Rerata Interlukin 6 Sebelum dan Sesudah Terapi Ringer Asetat Malat

47,94 25,29 0 10 20 30 40 50 60

Pre Intervensi Post Intervensi

In te rl e u k in 6 Ringer Asetat Malat

(17)

Gambar 4.6 Perbedaan Rerata Interlukin 6 Sebelum dan Sesudah Terapi Ringer Laktat

Tabel 4.5 Perbandingan Interleukin 6 Antara Kelompok Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi

Kadar Interleukin 6 Ringer Asetat Malat (n=20) p Ringer Laktat (n=20) p* Pre Intervensi 47,94 (86,63) <0,001a 47,84 (97,96) <0,001a Post Intervensi 25,29 (56,86) 42,82 (89,68) Delta Kadar Interleukin 6 22,65 (31,78) 5,02 (8,72) <0,001b aWilcoxon, bMann Whitney

Rerata kadar interluekin 6 sebelum pemberian ringer asetat malat adalah 47,94 (SD=86,63) dan setelah pemberian ringer asetat malat mengalami penurunan menjadi 25,29 (56,86). Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan perbedaan rerata yang signifikan kadar interleukin 6 antara sebelum dan sesudah pemberian ringer asetat malat (p<0,001). Sedangkan, pada kelompok yang menerima ringer laktat, juga didapatkan penurunan kadar interleukin, sebelum pemberian ringer laktat, rerata kadar interleukin 6 adalah 47,84 (SD=97,96). Setelah pemberian ringer laktat menjadi 42,82 (SD=89,68).

47,84 42,82 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Pre Intervensi Post Intervensi

In te rl e u k in 6 Ringer Laktat

(18)

Gambar 4.7 Perbandingan Rerata Interlukin 6 Sebelum dan Sesudah Terapi Cairan

Penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer asetat malat adalah 22,65 (SD=31,78) jauh lebih besar dibandingkan penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer laktat dengan penurunan hanya sebesar 5,02 (SD=8,72). Hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar interleukin 6 yang signifikan antara kelompok ringer asetat malat dan ringer laktat (p<0,001).

47,94 25,29 47,84 42,82 0 10 20 30 40 50 60

Pre Intervensi Post Intervensi

In te rl e u k in -6

Ringer Asetat Malat Ringer Laktat

(19)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada pasien dengan sepsis, terjadi hipoperfusi jaringan dan pelepasan mediator-mediator inflamasi. Hal ini yang nantinya akan diresusitasi dengan cairan 30 cc/kgBB sesuai Surviving Sepsis Campaign 2016. Penggunaan cairan yang direkomendasikan adalah menggunakan kristaloid. Sedangkan kristaloid yang menjadi ulasan pada penelitian ini adalah Ringer Laktat dan Ringer Asetat Malat.

Pada penelitian yang dilakukan pada rentang waktu Maret 2017 sampai mei 2017, sebanyak 40 pasien digolongkan menjadi dua kelompok sama besar. Kelompok A mendapat perlakuan resusitasi dengan Ringer Asetat Malat dan kelompok B mendapat perlakuan berupa resusitasi dengan Ringer Laktat. Usia rata-rata subjek di kelompok A dan B adalah masing-masing 42.85 dan 42.5. Karakteristik suku menunjukkan suku Batak merupakan yang paling dominan di kedua kelompok yakni 50% di kelompok A dan 40% di kelompok B. islam merupakan agama yang terbanyak di antara kelompok sampel yaitu 12 orang (60%) dan 14 orang (70%) di kelompok A dan B.

Pada penelitian ini dapat dinilai bahwa terjadi peningkatan rata-rata tekanan darah sistolik pada kedua kelompok penelitian, baik kelompok A dan B secara signifikan. Angka rerata tekanan darah sistolik pada kelompok ringer asetat malat meningkat dari 94,95 mmHg menjadi 106,55 mmHg. Pada kelompok yang memperoleh ringer laktat, tekanan darah sistolik meningkat dari 97,50 mmHg menjadi 106,65 mmHg. Perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik pada kedua kelompok ini tidak signifikan (p=0,106). Hal ini sejalan dengan penelitian Mira (2015) dan Rochwerg (2015) yang menyatakan bahwa pemberian kristaloid merupakan pilihan utama dalam penanganan sepsis yang menurunkan angka mortalitas

(20)

Hal serupa tampak pada peningkatan rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 57,35 mmHg menjadi 65,80 mmHg pada kelompok A. Pada kelompok B, tekanan darah diastolik meningkat dari 56,30 mmHg menjadi 63,10 mmHg setelah terapi. Peningkatan tekanan darah diastolik pada kelompok ringer asetat malat lebih tinggi dibandingkan kelompok ringer laktat, namun setelah dianalisis dengan uji Mann Whitney tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p=0,095). Hal ini juga sejalan dengan penelitian-penelitian pendahulu yaitu Mira (2015) dan Rochwerg (2015)

Didapati penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nadi tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,173).

Hal serupa juga dijumpai pada pemeriksaan frekuensi nafas, juga menunjukkan terjadi penurunan frekuensi nadi yang signifikan di dua kelompok (p<0,001) dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok ringer asetat malat. Namun, besar perubahan frekuensi nafas tidak berbeda pada dua kelompok (p=0,311).

Hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar interleukin 6 yang signifikan antara kelompok ringer asetat malat dan ringer laktat (p<0,001). Rerata kadar interlukin 6 sebelum pemberian ringer asetat malat adalah 47,94 (SD=86,63) dan setelah pemberian ringer asetat malat mengalami penurunan menjadi 25,29 (56,86). Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan perbedaan rerata yang signifikan kadar interleukin 6 antara sebelum dan sesudah pemberian ringer asetat malat (p<0,001). Sedangkan, pada kelompok yang menerima ringer laktat, juga didapatkan penurunan kadar interleukin, sebelum pemberian ringer laktat, rerata kadar interleukin 6 adalah 47,84 (97,96). Setelah pemberian ringer laktat menjadi 42,82 (89,68). Penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer asetat malat adalah

(21)

22,65 (31,78) jauh lebih besar dibandingkan penurunan kadar interleukin 6 pada kelompok ringer laktat dengan penurunan hanya sebesar 5,02 (8,72). Hal ini dapat dibandingkan dengan penelitian Wei Dong (2015) yang sejalan dengan menunjukkan penurunan kadar IL-6 secara signifikan dengan penggunaan Ringer Sodium Piruvat. Pada penelitian tersebut dinyatakan pula bahwa penggunaan cairan kristaloid tersebut akan menurunkan angka mortalitas, sesuai dengan perubahan hemodinamik yang dihasilkan setelah resusitasi. Dan juga sejalan dengan penelitian Zdenek zadak, dkk (2010) yang menyatakan Ringerfundin lebih stabil terhadap efek metabolic, yang tidak meningkatkan konsumsi oksigen atau total kebutuhan energi

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan ditemukan hubungan yang signifikan pada pemberian cairan Ringer Asetat Malat dan Ringer laktat dengan perubahan parameter hemodinamik dan IL-6 meskipun dengan variasi kemaknaan. Tampak dari hasil penelitian ini bahwa pemberian Ringer Asetat Malat secara nyata mempengaruhi penurunan kadar IL-6 lebih besar dibandingkan pemberian Ringer Laktat.

(22)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien sepsis dengan membandingkan pemberian cairan kristaloid Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat dapat disimpulkan:

1. Terdapat penurunan kadar IL-6 sebelum 47,94 (86,63) dan setelah pemberian cairan Ringer Asetat Malat 25,29 (56,86) pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM)

2. Terdapat penurunan kadar IL-6 sebelum 47,84 (97,96) setelah pemberian cairan Ringer Laktat 42,82 (89,68) pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM)

3. Penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan Ringer Asetat Malat 22,65 (31,78) lebih besar dibandingkan penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan ringer laktat 5,02 (8,72) pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam malik Medan (RSUP HAM)

(23)

6.2 SARAN

1. Pemberian cairan Ringer Asetat Malat dapat direkomendasikan sebagai pilihan cairan kristaloid pada pasien sepsis.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya dengan menilai efek cairan terhadap biomarker-biomarker sepsis lain.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Operasional POPULASI INKLUSI  EKSLUSI SAMPEL A	 B	IL-6 IL-6 Resusitasi	dengan	larutan	asetat	malat	30	ml/kgbb	 Resusitasi	dengan	larutan	ringer	laktat	30	ml/kgbb		IL-6	IL-6	ANALISA	DATA
Tabel 4.1  Karakteristik Subyek Penelitian  Karakteristik Subyek  Ringer Asetat Malat
Tabel  4.2  menampilkan  hasil  pemeriksaan  parameter  hemodinamik  sebelum dan sesudah pemberian terapi cairan
Tabel 4.3 Perbandingan Parameter Hemodinamik Antara Kelompok Ringer  Asetat Malat dan Ringer Laktat Pre dan Post Intervensi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Representasi Perilaku Politik Para Elite Dalam Pemilu 2014 di Rubrik Komik: Studi Semiotika Rubrik Komik Panji Koming di Harian Kompas” Oleh Bagus Prasetiyo

visual yang digunakan sebagai dasar berpijak dalam penciptaan Tugas Akhir Kekaryaan ini adalah busana wanita dengan bahan dasar batik dan busana wanita dengan bahan dasar

Kisi-kisi ” instrumen yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan koperasi syariah. dan juga

Sama hal nya dengan Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

agua Comedor Almacén de agroquímic os Almacén de combustibl e Oficina

Memperhatikan definisi dari gelanggang polinom miring dapat disimpulkan bahwa gelanggang polinom miring mengandung tiga unsur, yaitu gelanggang biasa, disimbol dengan R

Dari hasil perhitungan optimasi dengan program linier didapatkan bahwa Waduk Cimeta hanya mencapai optimum pada tahun 2010 karena release yang dihasilkan belum mampu

Dimana operasi join diperluas ini adalah suatu operasi yang dikembangkan dari operasi join yang dibangun dengan cara menggabungkan dua koteri-k mayoritas dan