• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI KABUPATEN TANAH DATAR”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DI KABUPATEN TANAH DATAR”"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESIAPAN PENGGUNAAN SISTEM

PENGADAAN BARANG JASA SECARA ELEKTRONIK

DI KABUPATEN TANAH DATAR”

ARTIKEL

RONNY ELISMAN

NPM : 1 0 1 0 0 1 8 3 1 2 0 4 7

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

EVALUASI KESIAPAN PENGGUNAAN SISTEM

PENGADAAN BARANG JASA SECARA ELEKTRONIK

DI KABUPATEN TANAH DATAR

Ronny Elisman¹. Zaidir². Wardi¹

¹Jurusan Magister Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta ²Jurusan Magister Teknik Sipil, Universitas Andalas

E-mail : ronny_ghirasza@yahoo.com

ABSTRACT

A study concerning the evaluation of the government readiness to the implementation of procurement of goods and services electronically in Tanah Datar regency, this study aims to determine the exact condition of the current electronic procurement of goods and services in the scope of Tanah Datar government from the aspects human source, technological aspects and aspects of the process. Several indicators of readiness for electronic procurement services should include indicators of readiness of local government consisting of stakeholder support and the ability of local governments to implement e-Procurement, and the indicator of readiness on the part of business and indicators of readiness of the community. There are three factors considered crucial for the successful implementation of e-procurement, first is human factor related to the level of education, training, top level management support, LPSE adoption by users, second is technological factors related to the development and deployment of e-Procurement technology it self, and the last is a factor which is affected by changes in process management, performance measurement and strategy implementation of e-Procurement. Through this qualitative research with descriptive methods, it can be seen the current state of the implementation of e-Procurement in Tanah Datar.

Keywords: e-Procurement, readiness, human resources, technology, process

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Selama ini proses pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan langsung mempertemukan pihak-pihak yang terkait seperti penyedia barang dan jasa dan pengguna barang dan jasa. Sistem pengadaan barang dan jasa konvensional yang dipakai selama ini masih belum dapat mencegah terjadinya korupsi. Di Indonesia dari 33 kasus korupsi yang ditangani KPK pada tahun 2006, 24 diantaranya merupakan kasus yang berkaitan

dengan pengadaan barang dan jasa. (Jasin Mochammad, dkk, 2007)

Dengan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat maka digunakan teknologi informasi dalam pengadaan barang dan jasa ini yang disebut e-Procurement (Electronic Procurement).

(3)

komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

Pada lingkup implementasi, e-Procurement bisa meningkatkan perhatian terhadap fasilitas teknologi informasi. Karena sifat e-Procurement yang lintas sektor menuntut penyediaan fasilitas teknologi informasi yang mencukupi kebutuhan setiap unit organisasi dalam menyelenggarakan proses pengadaan tersebut. Ketika sistem teknologi informasi yang ada tidak dapat digunakan oleh pihak yang terkait dengan proses pengadaan, maka akan menimbulkan keluhan. Dari sisi panitia pengadaan, ketidaktersediaan sistem akan mengganggu proses pencantuman pengadaan beserta dokumen penunjangnya. Dari sisi pelaku usaha, ketidaktersediaan sistem akan mengganggu proses pengunduhan dokumen pengadaan, dan pengunggahan dokumen penawaran. Oleh karena itu, penggunaan sistem e-Procurement menuntut setiap organisasi pelaku untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan dari segi sumber daya manusia dan dalam pengelolaan sistem teknologi infomasi. e-Procurement juga mengajak pihak yang terlibat untuk lebih mengenal dan mengerti teknologi informasi. Panitia pengadaan dituntut mampu menggunakan teknologi informasi dalam mengoperasikan sistem e-procurement. Pelaku usaha wajib menggunakan teknologi

yang ada jika ingin berpartisipasi dalam kegiatan pengadaan.

(4)

2. Pernyataan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan, mengarahkan kepada permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana faktor sumber daya manusia menentukan keberhasilan penggunaan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kabupaten Tanah Datar? 2. Bagaimana faktor teknologi dan

proses menentukan keberhasilan penggunaan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kabupaten Tanah Datar?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui secara pasti kondisi saat ini mengenai pengadaan barang jasa secara elektronik pada lingkup pemerintah Kabupaten Tanah Datar dilihat dari aspek sumber daya manusia.

2. Untuk mengetahui secara pasti kondisi saat ini mengenai pengadaan barang jasa secara elektronik pada lingkup pemerintah Kabupaten Tanah Datar dilihat dari aspek teknologi dan proses.

Tinjauan Pustaka 1. Landasan Teori

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Menurut Subarsono, AG. 2008, evaluasi dapat dilakukan ketika kebijakan sudah berjalan cukup waktu.

Menurut Suharsimi Arikunto, 2001, kesiapan adalah suatu kompetensi berarti sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu.

Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government dalam Indrajit (2004), untuk menerapkan e-Procurement, ada beberapa indikator kesiapan yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh, yaitu :

1. Indikator Kesiapan dari Pemerintah Daerah, yang meliputi support dari pemangku kepentingan, capacity adalah unsur kemampuan menyediakan peralatan.

2. Indikator Kesiapan Dari Pihak Bisnis, rekanan harus siap dari segi sumber daya manusia dan teknologi yaitu komputer/notebook, printer, jaringan internet dan peralatan lainnya.

(5)

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. (Eriyatni, 1999).

Didalam sebuah sistem terdapat beberapa bagian yang juga disebut dengan sub sistem atau elemen-elemen, elemen yang akan diteliti pada penelitian pengadaan barang jasa secara elektronik ini adalah sumber daya manusia, teknologi dan proses yang berlangsung.

2. Prinsip Dasar e-Procurement

Sistem e-Procurement memiliki prinip-prinsip dasar sebagai berikut :

1. Efisiensi, menekan berbagai komponen biaya.

2. Efektifitas, berjalan secara efektif. 3. Akuntabilitas, dituntut untuk

mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat.

4. Transparansi, bisa diakses oleh publik sesuai prinsip transparansi. 5. Adil dan Non Diskriminatif. 6. Terbuka dan Persaingan Sehat 7. Interoperabilitas, e Procurement,

bisa diakses dari berbagai macam jaringan.

8. Jaminan keamanan data.

Gambar 1 : Prinsip Pengadaan Barang / Jasa Menurut Perpres No. 54 Tahun 2010

3. Implementasi e-Procurement

Implementasi e-Procurement merupakan sesuatu yang tidak mudah. Terdapat kecenderungan pengadopsian e-Procurement di sektor publik mengalami keterlambatan.

Menurut Purwanto, dkk, 2008, implementasi e-Procurement merupakan tindak lanjut dari Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keppres 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah serta Inpres No 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

(6)

a. Faktor human atau manusia; terkait dengan perilaku dan kemampuan pegawai dalam menjalankan e-Procurement. Faktor manusia terdiri dari pelatihan terhadap pengelola dan pengguna, adopsi e-Procurement oleh supplier, pemenuhan syarat manajemen proyek pada bidang bisnis yang dianggap berhasil (best practices) serta dukungan manajemen tingkat atas.

b. Faktor teknologi; terkait dengan pembangunan dan penyebaran teknologi e-Procurement. Faktor ini terdiri dari integrasi sistem dan keamanan serta pembuktian keaslian dokumen digital.

c. Faktor proses; yang meliputi perubahan manajemen, penyusunan ulang proses pengadaan barang dan jasa, pengukuran kinerja dan strategi implementasi e-Procurement. Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perppres) Nomor 54 tahun 2010, bahwa Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi Lainnya wajib melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada tahun anggaran 2012.

Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2012 telah melakukan pelelangan 100% secara elektronik melalui LPSE Tanah Datar.

Pada tahun 2012 jumlah paket yang dilelangkan melalui LPSE Kabupaten Tanah Datar sebanyak 177 paket, dengan rincian sesuai tabel 1 berikut ini :

NO SKPD JUMLAH

PAKET

1 Dinas Pekerjaan Umum 66 2 Dinas Pendidikan 56 3 Dinas Kesehatan 13 4 Dinas Pertanian 13 5 Dinas Peternakan dan

Perikanan

6

6 Badan Taskin PMPKB 5 7 Sekretariat DPRD 4 8 Kantor Lingkungan Hidup 3 9 RSUD M. A. Hanafiah, SM 3 10 Sekretariat Daerah 1 11 Kantor Camat Lintau Buo 1 12 Kantor Perpustakaan dan

Arsip

1

13 DPPKA 1

14 Inspektorat 1 15 Dinas Dukcapil 1 16 Kantor Camat Batipuh 1 17 Dishubkominfo 1

Jumlah 177 Paket

Tabel 1: Data Paket yang Dilelangkan Melalui LPSE Kabupaten Tanah Datar

Sumber : Bagian Dalbang Setda Kabupaten Tanah Datar

4. Rangkuman Tinjauan Pustaka

Mengembangkan e-Procurement dilingkungan pemerintah tidaklah mudah, dibutuhkan komitmen dan pengawalan dari pimpinan puncak unit pemerintah terkait dan kehandalan dari jajaran menengah lainnya dengan persepsi yang sama dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta teknologi informasi yang memadai.

(7)

1. Faktor Sumber Daya Manusia; terkait dengan tingkat pendidikan, pelatihan LPSE, dukungan manajemen tingkat atas, adopsi LPSE oleh pengguna, pemenuhan syarat manajemen proyek.

2. Faktor teknologi; terkait dengan pembangunan dan penyebaran teknologi e-Procurement. Yang dipengaruhi oleh: pembuktian keaslian dokumen digital, integrasi sistem dan keamanan. 3. Faktor proses; yang dipengaruhi

oleh: Perubahan manajemen, penyusunan ulang proses pengadaan barang dan jasa, pengukuran kinerja dan strategi implementasi e-Procurement.

Tabel 2 : Faktor yang Mempengaruhi Sumber Daya Manusia, Teknologi, Proses

Metodologi 1. Responden

Menurut Moleong, 2002, responden penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Responden yang dimaksud adalah orang yang betul-betul memahami permasalahan, yang dibagi dalam beberapa kelompok yaitu panitia/pokja ULP, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Penyedia barang dan jasa (rekanan), pengelola sistem e-procurement (Admin LPSE).

Penentuan responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling random.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data berbentuk deskriptif. Hal ini untuk mempermudah dalam menyelesaikan penelitian tanpa melakukan perhitungan persentase atau statistik dari data hasil penelitian.

Menurut Sugiyono 2008, karakteristik penelitian kualitatif adalah:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung kepada sumber data.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.hasil.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau hasil.

(8)

5. Penelitian kualitatif lebih menekan makna (data dibalik yang teramati). Sehingga penelitian ini akan mendeskripsikan, mencatat, menjelaskan dan memaparkan bagaimana faktor sumber daya manusia, teknologi dan proses mempengaruhi penerapan sistem e-procurement.

3. Cara Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data dan instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Studi Literatur dilakukan untuk memperoleh teori, konsep serta variabel. Yang bersumber dari jurnal ilmiah, buku, website dan sumber-sumber informasi lain. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data non interaktif.

2. Observasi yaitu dengan pengamatan langsung pada Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Tanah Datar. 3. Wawancara yaitu pengumpulan data

dengan melakukan tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penelitian. Wawancara dilakukan kepada Panitia Pengadaan/Pokja ULP, Pengelola LPSE dan Penyedia barang jasa pemerintah di Kabupaten Tanah Datar.

4. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono 2008, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara atau catatan lapangan, dan dokumentasi.

Aktivitas analisis data menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono 2008, yaitu :

1. Reduksi Data (Data Reduction) Merupakan proses berfikir sensitif yang melakukan kecerdasan, keleluasan dan kedalam wawasan yang tinggi.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya atau penyajian data dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing Verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi, dilakukan dengan cara triangulasi data untuk memperoleh keabsahan.

Hasil dan Pembahasan

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penggunaan sistem e-Procurement di Kabupaten Tanah Datar, adalah sebagai berikut :

1. Faktor Sumber Daya Manusia

(9)

Panitia pengadaan atau yang sekarang disebut dengan Kelompok Kerja (pokja) mempunyai tugas untuk melaksanakan proses pengadaan barang jasa secara elektronik sesuai dengan surat tugas yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Pada Perpres No. 54 Tahun 2010 Bab III tentang para pihak dalam pengadaan barang jasa tidak lagi mengenal adanya panitia pengadaan tapi berobah menjadi unit layanan pengadaan (ULP).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan panitia pengadaan barang jasa, yaitu minimnya jumlah personil yang bersertifikat pengadaan barang jasa, langkah yang ditempuh adalah dengan mengirimkan personil untuk mengikuti ujian sertifikasi pengadaan barang jasa yang diselenggarakan oleh Bagian Pengendalian Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar yang bekerjasama dengan Bappenas, namun jumlah yang lulus sangatlah minim dikarenakan beberapa faktor seperti terbatasnya waktu pelaksanaan pembekalan materi yang biasanya dilaksanakan 2 s/d 4 hari bagi peserta diklat, ketidakseriusan peserta mengikuti diklat dengan harapan tidak lulus ujian sertifikasi, karena dengan lulusnya ujian berarti menambah beban tugas.

Dalam pelaksanaannya tidak semua personil yang bersertifikasi keahlian

pengadaan mampu ditugaskan menjadi panitia pengadaan hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman menjadi panitia serta kadang kala tidak memahami spesifikasi pekerjaan yang dilelangkan, apalagi dengan menggunakan sistem e-Procurement dimana belum seluruh panitia yang mahir menjalankan aplikasi e-Procurement dan masih perlu didampingi oleh staf LPSE.

Selain itu pegawai negeri sipil yang mempunyai sertifikat keahlian pengadaan barang jasa tidak semuanya mau untuk menjadi panitia pengadaan barang jasa, ini dikarenakan resiko yang ditanggung tidak sesuai dengan imbalan yang diterima, dan juga tidak adanya jaminan pembelaan secara hukum oleh pemerintah daerah.

Lemahnya perlindungan hukum oleh pemerintah daerah terhadap panitia pengadaan adalah penyebab utama pekerjaan ini tidak diminati oleh pegawai negeri sipil sehingga menyebabkan terganggunya sistem pengadaan barang jasa secara elektronik.

(10)

ditanggung oleh masing-masing pokja. Namun saat ini ULP mempunyai anggota 14 orang yang terdiri dari 1 orang kepala, 1 orang sekretaris, 2 orang administrasi, 9 orang pokja.

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Dalam aplikasi SPSE, PPK mempunyai kewajiban untuk menetapkan paket pekerjaan yang akan dilelang, berwenang untuk menolak hasil lelang yang dibuat panitia serta PPK juga berwenang untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penyedia sehubungan dengan lelang dan berkewajiban memberikan tanggapan terhadap sanggahan-sanggahan baik sanggahan-sanggahan hasil evaluasi maupun sanggahan hasil lelang.

Persyaratan seorang PNS untuk dapat ditunjuk sebagai PPK tidaklah mudah, ini sesuai dengan Pasal 12 (2) Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Seorang PNS untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Memiliki integritas b. Memiliki disiplin tinggi

c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas

d. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki

keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah KKN

e. Menandatangani pakta integritas f. Tidak menjabat sebagai pengelola

keuangan

g. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang jasa

PPK mempunyai tanggung jawab yang sangat berat, tidak hanya pertanggungjawaban secara fisik dan keuangan namun juga bisa berkonsekwensi ke ranah hukum. Pengaduan kepada pihak penyidik (polisi atau jaksa) bisa saja diajukan secara resmi oleh perorangan / organisasi / lembaga melalui surat resmi, surat kaleng atau SMS dari orang yang tidak bertanggung jawab saja dapat diproses oleh pihak penyidik atau dimintai keterangan.

Tanggung jawab yang diemban PPK tidak seimbang dengan insentif yang diterima maka banyak PNS yang menolak untuk menjadi PPK. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kesejahteraan bagi PPK.

c. Penyedia Barang Jasa

(11)

NO URAIAN JUMLAH KET

1 Perusahaan 470

Tabel 3 : Jumlah rekanan yang teregistrasi di ULP Kabupaten Tanah Datar

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, walaupun penyedia barang jasa yang sudah terdaftar pada ULP Kabupaten Tanah Datar sebanyak 470 perusahaan, namun belum banyak yang mampu melaksanakan proses lelang e-Procurement secara mandiri dan sebagian besar masih dipandu oleh staf di LPSE, hal ini disebabkan belum semua perusahaan yang sumber daya manusianya mempunyai kemampuan menjalankan aplikasi SPSE.

Umumnya penyedia masih meminta bantuan kepada staf LPSE, baik itu dari pendaftaran perusahaan, verifikasi, mendaftarkan paket pekerjaan, merubah dan menyusun dokumen lelang dari file word atau excel menjadi kedalam format PDF, download dokumen pengadaan, upload dokumen lelang.

Penyedia barang jasa belum mampu melaksanakan proses pengadaan barang jasa secara e-Procurement, ini disebakan juga penyedia sering terkendala dalam pemanfaatan aplikasi SPSE dan sering lupa terhadap tahapan-tahapan pelaksanaan lelang serta penyedia seringkali lupa terhadap email dan password perusahaan.

Tidak semua penyedia mengeluh terhadap sistem pengadaan secara e-Procurement, karena bagi beberapa penyedia

sistem pengadaaan secara e-Procurement sangat efektif dan efisien baik dari segi waktu maupun dari segi biaya yang dikeluarkan.

d. Pengelola Sistem e-Procurement (Sekretariat LPSE)

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jumlah staf Pengelola LPSE yang memiliki latar belakang pendidikan informatika pada Bagian Pengendalian Pembangunan untuk tenaga admin masih sangat kurang, karena sebuah unit LPSE idealnya memiliki staf yang berlatar belakang pendidikan informatika sebanyak 4 (empat) orang. Jumlah tersebut berdasarkan hasil studi perbandingan anatar LPSE Kabupaten Tanah Datar dengan LPSE Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Pada unit LPSE Kabupaten Tanah Datar, staf Pengelola untuk admin LPSE Tanah Datar saat ini hanya 2 (dua).

Yang terdiri dari Pokja ULP/Panitia pengadaan barang jasa, pengelola LPSE, penyedia barang dan jasa.

Kesiapan Sumber

Daya Manusia

Kebutuhan Tersedia M TM

Pokja ULP 19 Orang 11 Orang V Help Desk 2 Orang 1 Orang V Admin

Agency

4 Orang 2 Orang V

Tabel 4 : Indikator Kesiapan Sumber Daya Manusia

Ket : M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi

(12)

1. Panitia Pengadaan Barang Jasa Di ULP sudah tersedia layanan pendukung pelaksanaan e-Procurement seperti jaringan internet dan komputer. Di ULP jaringan internet yang digunakan masih menggunakan jaringan yang ada pada LPSE sehingga besarnya bandwitch yang dipakai tergantung dari pembagian pada LPSE, ini berakibat lamanya waktu yang digunakan untuk mendownload atau mengupload dokumen pengadaan dan dokumen penawaran, sebagaimana hasil wawancara dengan responden, bahwa kesiapan infrastruktur dan teknologi pendukung untuk e-Procurement sangat diperlukan mengingat pengadaan barang jasa pemerintah melalui e-Procurement sudah harus diwajibkan pada tahun 2014.

Kedepannya untuk lebih memperlancar proses pengadaan barang jasa diperlukan jaringan internet sendiri dengan mengambil akses dari kabel optik, dikatakan juga bahwa permasalahan bidang teknologi informasi (internet) di ULP adalah kecilnya bandwitch yang didapatkan sehingga akses yang diperlukan menjadi terlambat, apalagi sekarang server di LPSE sering mengalami gangguan akibat sambaran petir beberapa waktu lalu.

2. Pejabat Pembuatan Komitmen (PPK)

Penguasaan teknologi elektronik bagi seorang PPK tidak dominan pada tahun 2012,

tapi untuk tahun 2013 hal tersebut sudah harus dikuasai oleh PPK karena PPK juga sudah mempunyai akses sendiri untuk login ke LPSE. Oleh sebab itu PPK tetap harus menguasai teknologi informasi dan harus bisa menjalankan komputer untuk masuk kesistem pelelangan.

3. Penyedia Barang Jasa (Rekanan) Seperti halnya panitia pengadaan maka penyedia barang jasa juga harus mempunyai seperangkat alat teknologi informasi paling tidak 1 (satu) unit komputer atau laptop dan jaringan internet.

Sistem e-Procurement menyediakan aplikasi untuk penyedia terkait dengan seputar pemutakhiran data perusahaan, tanya jawab seputar pelelangan kepada panitia sewaktu aanwijzing dan fasilitas mengirimkan dokumen penawaran kepada panitia. Untuk itu penguasaan teknologi dalam menjalankan sistem e-Procurement oleh masing-masing individu penyedia sangat diperlukan, jikalaupun tidak memahami aplikasi SPSE maka penyedia harus menggunakan jasa tenaga terampil yang mahir menggunakan aplikasi SPSE tersebut.

(13)

yang dilakukan adalah dengan melakukannya dilokasi jaringan LPSE.

Adanya kecurigaan pihak rekanan terhadap pemblokiran jaringan oleh pihak ULP sangat tidak mungkin, karena sistem e-Procurement dijamin keamanannya oleh aplikasi APENDO.

4. Pengelola Sistem e-Procurement Keterbatasan ketersediaan infrastruktur dan teknologi dalam pelaksanaan e-Procurement sangat mempengaruhi kelancaran proses adopsi di berbagai instansi pemerintah sebagai pengguna dan rekanan sebagai penyedia.

Beberapa hal yang diperlukan untuk mendukung pelayanan e-Procurement :

a. Ruangan bidding yang masih terbatas.

b. Penyiapan Hadware dan Sofware: perangkat komputer baik untuk server, administrasi, untuk klien (rekanan dan masyarakat) maupun untuk training, instalasi software untuk program e-Procurement. c. Penyiapan jaringan.

Kesiapan Teknologi

Kebutuhan Tersedia M TM

Komputer 4 Unit 2 Unit V Printer 3 Unit 2 Unit V Scanner 2 Unit 2 Unit V Genset 1 Unit

-Tabel 5 : Indikator Kesiapan Teknologi

Ket : M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi

3. Implementasi e-Procurement di Kabupaten Tanah Datar

Pelaksanaan e-Procurement diawali dengan Komitmen Kepala Daerah yaitu Bupati Tanah Datar (Shadiq Pasadigoe) untuk melaksanakan pengadaan barang jasa secara transparan, terbuka, bersaing sehat dan akuntabel melalui pelelangan elektronik. Ini merupakan dukungan manajemen tingkat atas terhadap pelaksanaan e-Procurement di Kabupaten Tanah Datar yang harus disikapi oleh jajaran dibawahnya terutama kesiapan sumber daya manusia yang terkait dengan kegiatan pengadaan barang jasa pemerintah.

Kabupaten Tanah Datar telah menyelenggarakan pelelangan secara elekronik melalui LPSE 100 % pada tahun anggaran 2012. Dari pagu anggaran yang bersumber dari APBD berjumlah Rp. 70.905.880.860,- telah dilakukan pelelangan dengan nilai hasil sebesar Rp. 63.788.207.451,. Data ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tanah Datar dalam proses pengadaan secara elekronik melalui LPSE telah menunjukkan efisiensi anggaran sebesar Rp. 7.117.593.409,- atau sebesar 10.04 % dari APBD.

3.1. Faktor Sumber Daya Manusia

(14)

Komitmen (PPK), Panitia Pengadaan, vendor/penyedia barang jasa dan masyarakat yang berpartisipasi dalam melakukan pengawasan. Orang-orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan e-Procurement perlu memiliki kapasitas dan pengetahuan yang memadai, punya integeritas dan mendapat perlindungan hukum agar dapat berperan sesuai dengan fungsinya dalam pelaksanaan lelang/tender elektronik.

3.2. Faktor Teknologi

Terkait dengan teknologi yang digunakan, kendalanya adalah masih terbatasnya jumlah unit komputer yang ada untuk mengaplikasikan sistem e-Procurement.

Selanjutnya hambatan lain yang dihadapi dalam mengaplikasikan sistem e-Procurement di Kabupaten Tanah Datar adalah terkait dengan jaringan pada internet. Hal ini tentu menjadi penghambat dalam kelancaran proses pengaplikasian data pada sistem e-Procurement karena jaringan merupakan hal yang sangat krusial dalam penerapan sistem e-Procurement, tanpa adanya jaringan internet maka segala aktifitas yang berkaitan dengan pengadaan barang jasa tidak dapat dilakukan. Apabila ada gangguan pada jaringan, maka akan memperlambat pada proses pelelangan yang akan dilakukan, seperti kesulitan dalam meng-upload data apabila file dalam skala besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

ketersediaan sarana dan prasarana teknologi yang memadai seperti peningkatan kapasitas jaringan internet dengan menaikkan bandwitch atau menggunakan jaringan yang memakai FO (Fiber Optik).

Dalam implementasi sistem e-Procurement teknologi informasi mempunyai andil yang cukup besar karena hampir seluruh pelaksanaan e-Procurement menggunakan teknologi elektronik dan semua elemen dalam sistem ini harus memiliki kesiapan dan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi.

3.3. Faktor Proses

Dilihat dari segi proses pengadaan barang jasa yang dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar maka seluruh paket pengadaan pelelangan umum telah dilelang secara elektronik mulai dari tahun 2011 sebagian pengadaan barang jasa dan tahun 2012 keseluruhan pengadaan barang jasa.

(15)

(disandikan), keaslian dokumen disimpan dalam sistem sehingga kecil kemungkinan untuk dilakukan perubahan atau penyisipan dokumen.

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

1. Masih kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan didalam pelaksanaan e-Procurement. 2. Kurangnya ketersediaan SDM

sesuai kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan e-Procurement.

3. Ketersediaan teknologi yang dibutuhkan didalam pelaksanaan e-Procurement masih belum memenuhi kebutuhan, seperti ketersediaan komputer bidding, printer, scanner.

4. Pemahaman yang kurang terhadap regulasi LPSE dan adanya keraguan terhadap jaminan kerahasiaan dokumen penawaran yang beranggapan dapat dibuka dan dirubah oleh panitia karena tidak adanya saksi.

2. Saran

1. Memberikan dukungan penuh dari pemangku kepentingan kepada pelaksana sistem e-Procurement, terutama dari segi perlindungan hukum.

2. Mengundang tenaga ahli untuk memberikan pelatihan terhadap SDM yang terkait dengan pelaksanaan e-Procurement baik itu bagi pengelola LPSE, panitia pengadaan, PPK maupun penyedia barang jasa.

3. Peningkatan ruangan bidding room, penambahan unit komputer untuk pengguna dalam mengakses LPSE dan memperluas jaringan internet pada instansi di Pemerintah Kabupaten Tanah Datar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2001. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktek.Rineka Cipta, Jakarta. Dunn, Wiliam N, 1999. Analisis Kebijakan

Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Eriyatni, 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen

.Jilid Satu. IPB Press, Bogor. Indrajit, Richardus Eko, dkk, 2004.

e-Government Strategi

Pembangunan dan

Pengembangan SistemPelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta. Andi Offset. Jasin Mochammad dkk, 2007, Memahami Untuk Melayani Melaksanakan

(16)

Dalam Sistem Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah. Jakarta. Komisi Pemberantasan Korupsi.

Lexy J. Moleong, dkk, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Marbun, Rocky SH.MH, 2010.Tanya Jawab Seputar Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.Jakarta, Visi Media. Nurachmad, Much, ST, M.Hum, 2011. Buku

Pintar Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.Jakarta, Visi Media. Purwanto, Erwan Agus, dkk, 2008.

e-Procurement di Indonesia, Jakarta; Kemitraan Partnership & LPSE Nasional.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung, Alfabeta.

Vaidya, Kishor, et.al, 2006. Critical Factor That Influence e-Procurement

Implementations Success In The

Public Sector” Journal Of

Public Procurement, V 6.

---LPSE Pusat, 2009. Sistem e-Procurement Nasional.

---Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

---Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 7 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

---Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Barang Jasa Secara Elektronik.

---Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Secara ELektronik. ---Peraturan Presiden Republik

Gambar

Gambar 1 :Prinsip Pengadaan Barang /
Tabel 1:Data
Tabel 2 : Faktor
Tabel 3 : Jumlah rekanan yang teregistrasi di

Referensi

Dokumen terkait

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. •

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur

Merakit (pemasangan setiap komponen, handle, poros pemutar, dudukan handle alas atas bawah, dan saringan).. Mengelas (wadah dengan alas atas, saringan, handle, dan

Hal tersebut dapat terjadi karena, anemon sebagai inang mengalami stress akibat kondisi lingkungan yang tidak mendukung (pada penelitian ini berupa kenaikan suhu) sehingga

1) Keanekaragaman jenis burung diurnal di Hutan Sebadal Taman Nasional Gunung Palung ditemukan 40 jenis yang masuk ke dalam 17 family dan 4 ordo dengan total

Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam

Dalam bab ini Penulis menguraikan dua hal yaitu yang pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang di angkat

Dalam penetapan biaya pendidikan yang dibebankan ke mahasiswa, Politeknik Indonusa Surakarta belum dapat menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga mahasiswa