28
PENGUJIAN EKSTRAK AIR DAN FRAKSI-FRAKSI DAUN TEH HIJAU (Camelliasinensis (L.) Kuntze) TERHADAP AKTIVITAS BAKTERI PENYEBAB JERAWAT (Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus)
Seno Aulia Ardiansyah1, Putranti Adirestuti2, Yesi Desmiaty2
1
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, 2Universitas Jenderal Achmad Yani
Abstrak
Telah dilakukan pengujian ekstrak air, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) terhadap aktivitas bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode difusi agar perforasi. Ekstraksi daun teh hijau dilakukan dengan cara perebusan menggunakan pelarut air, dilanjutkan dengan fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan-air (1:1) dan etil asetat-air (1:1). Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat paling potensial dalam menghambat kedua bakteri uji. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi etil asetat terhadap aktivitas Propionibacterium acnes adalah 2%, dengan diameter hambat 14,15 mm, sedangkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi etil asetat terhadap aktivitas Staphylococcus aureus adalah 2%, dengan diameter hambat 14,84 mm. Hasil pemeriksaan kandungan kimia fraksi etil asetat daun teh hijau menunjukkan terdapatnya flavonoid, polifenol, tanin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid, serta steroid dan triterpenoid. Senyawa tersebut diduga menjadi zat aktif yang berperan dalam menghambat aktivitas bakteri.
Kata Kunci : daun teh hijau (Camellia sinensis), Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus
Abstract
The experiment of water extract, n-hexane fraction, aethyl acetate fraction and water fraction of green tea leaves (Camellia sinensis (L.) Kuntze) had been studied to activity of bacteria which cause acne were Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus use perforation diffusion method. The extraction was done by poached with water solvent and then fractionated use n-hexane-water solvent (1:1) and aethyl acetate-water solvent (1:1). The result showed that aethyl acetate fraction was the most potential in inhibited activity of bacteria. The minimum inhibiting concentrations (MIC) from aethyl acetate fraction to the activity of Propionibacterium acnes were 2%, with inhibiting area 14.15 mm, while the MIC from aethyl acetate fraction to the activity of Staphylococcus aureus were 2%, with inhibiting area 14.84 mm. The phytochemical screening of aethyl acetate fraction green tea leaves showed the presence of flavonoid, polyphenol, tannin, monoterpenoid-sesquiterpenoid and steroid-triterpenoid. All substances supposed as the active compounds in inhibited the bacteria activity.
Keywords: green tea leaves (Camellia sinensis)
,Mi
minimum Inhibiting Concentrations (MIC), Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus29
PENDAHULUANTeh hijau (green tea) telah lama bermanfaat dalam pengobatan tradisional antara lain untuk pengobatan jerawat. Salah satu komponen kimia yang terkandung di dalam daun teh hijau adalah katekin (polifenol), senyawa tersebut mempunyai kemampuan sebagai antibakteri (Alam Syah, 2006).
Akne atau yang sering kita kenal sebagai jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Daerah yang mudah terkena jerawat ialah di muka, dada, belakang dan atas lengan (Djuanda, 2005).
Jenis akne yang umumnya sering diderita oleh setiap orang adalah akne vulgaris, sehingga sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Seorang peneliti yang bernama Kligman dalam bukunya Acne: Morphogenesis and Treatment (1975) mengatakan tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami jerawat pada usia 12-25 tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25 tahun. Jika tidak teratasi dengan baik, gangguan jerawat dapat menetap hingga usia 40 tahun (Djuanda, 2005). Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri, terutama Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Kedua bakteri ini menghasilkan lipase, yang dapat
memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan akne
(Jawetz,
et al,
1995)
.Penelitian yang bersifat pengujian ekstrak beserta fraksi dari daun teh hijau terhadap aktivitas bakteri telah banyak dilakukan, misalnya terhadap Streptococcus mutan dan Streptococcus sobrinus. Namun, secara tradisional air seduhan teh juga umum digunakan sebagai pencuci muka, maka diduga ekstrak teh berkhasiat sebagai obat jerawat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan yang diberikan oleh ekstrak serta fraksi-fraksi dari daun teh hijau terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus, mengacu pada sifat komponen senyawa antibakteri yang dikandung oleh ekstrak dan fraksi daun teh hijau tersebut
.
METODOLOGI
Alat
30
(Memmert), batang pengaduk, pembakarbunsen, spektofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1601), Laminar Air Flow, Autoklaf (Passed Hiramaya), dan Vortex mixer (VM-1000).
Bahan
Simplisia daun teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) (Gambar 1), air suling, etanol, kloroform, n-heksan, etil asetat, serbuk magnesium, amil alkohol, asam asetat, larutan besi (III) klorida, asam asetat anhidrida, asam sulfat P, larutan bismuth nitrat P, asam nitrat, Kalium Iodida P, raksa (II) klorida, eter, toluen, kalium hidroksida, larutan gelatin 1%, pelarut dimetilsulfoksida (DMSO), asam klorida, bakteri uji (Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus), natrium klorida, Mannitol Salt Agar (MSA), Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Triptone Soya Agar (TSA), dan Triptone Soya Broth (TSB).
Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Daun teh hijau (Camellia sinensis (L). Kuntze) diperoleh dari perkebunan Pusat Penelitian Teh dan Kina di Gambung, Ciwidey (Jawa Barat). Daun teh yang
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara merebus 300 gram serbuk simplisia
kering dalam 2,1 L air suling kemudian disaring. Proses perebusan diulang sampai didapat filtrat yang cukup bening atau jernih. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dan dipekatkan diatas tangas air. Sejumlah ekstrak kental (50 gram) dilarutkan dalam pelarut air 100 mL, kemudian diekstraksi cair-cair (ECC) dengan n-heksan (1:1), sehingga didapatkan dua fraksi yaitu fraksi air dan fraksi n-heksan. Pada fraksi air diekstraksi cair-cair (ECC) dengan etil asetat (1:1), dikocok dan dibiarkan memisah sehingga didapatkan fraksi air dan fraksi etil asetat. Ketiga fraksi tersebut yaitu fraksi air, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental dan diuji aktivitasnya terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus.
Penyiapan Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan adalah Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Bakteri uji disuspensikan dengan cara mencampurkan kultur bakteri berumur 24 jam pada 37oC ke dalam larutan natrium klorida fisiologis. Kepekatan suspensi diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm dan transmitan 25 %.
Pengujian Aktivitas Antibakteri
31
lubang dengan menggunakan perforator.Setiap cawan dibuat 6 lubang untuk diisi dengan 6 konsentrasi zat uji yang berbeda-beda yaitu : 20, 40, 60, 80 dan 100 % masing-masing 50 L. Pembuatan beberapa konsentrasi zat uji tersebut dilakukan dengan menggunakan pelarut DMSO yang juga diuji sebagai blanko. Semua cawan yang telah diisi zat uji diinkubasikan pada suhu 30-35oC (untuk bakteri) selama 24 jam. Diameter hambat yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Konsentrasi zat uji yang telah memberikan diameter hambat 14-16 mm., kemudian diuji kembali daya hambatnya terhadap bakteri uji dengan variasi konsentrasi yang lebih sempit dengan rentang konsentrasi 1-20 %. Konsentrasi zat uji terkecil yang masih menghambat pertumbuhan mikroorganisme uji dengan diameter 14-16 mm merupakan KHM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap awal penelitian dilakukan penyiapan simplisia daun teh hijau meliputi pengumpulan simplisia,
pembersihan simplisia dari pengotornya seperti debu, serangga atau pengotor lainnya yang bertujuan untuk menjaga kualitas daun, pengeringan, dan pembuatan serbuk simplisia. Proses pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari secara tidak langsung yang bertujuan untuk menjaga kemungkinan terjadinya perubahan kimia. Bahan yang telah kering disimpan dalam tempat dan wadah tertutup
.
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia simplisia, ekstrak, dan fraksi-fraksi daun teh hijau bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung dalam daun teh hijau sehingga dapat dihubungkan dengan aktivitas mikrobiologinya. Selain itu, penapisan fitokimia juga dapat digunakan sebagai alat pengendalian mutu sediaan obat alam
. Berdasarkan tabel 1,
hasil skrining fitokimia menunjukkan beberapa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia, ekstrak maupun fraksi, antara lain: flavonoid, polifenol, tanin, steroid dan monotepenoid, monoterpenoid dan triterpenoid.32
Pemeriksaan Karakterisasi SimplisiaPemeriksaan karakteristik simplisia juga perlu untuk dilakukan. Selain sebagai standarisasi bahan, juga bertujuan untuk mengetahui spesifikasi kualitas dari bahan yang digunakan. Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar sari dan susut pengeringan. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 2.
Ekstraksi dan Fraksinasi
Proses ekstraksi terhadap simplisia daun teh hijau dilakukan dengan cara
merebusnya dengan air dan membiarkannya mendidih selama 5 menit. Pemilihan proses ini didasarkan pada orientasi waktu ekstraksi yang telah dilakukan pada penelitian Amilia (2003). Proses pendidihan tidak dilakukan lebih dari 5 menit karena akan menyebabkan senyawa polifenol teroksidasi sehingga kandungan senyawa polifenol berkurang. Dari hasil rendemen fraksinasi menunjukkan bahwa metabolit sekunder yang ada dalam ekstrak lebih banyak tertarik pada fraksi etil asetat.
Golongan Metabolit Sekunder
Simplisia Ekstrak Air
Fraksi n-Heksan
Fraksi Etil Asetat
Fraksi Air
Alkaloid + - - - -
Flavonoid + + + + +
Kuinon + - - - -
Polifenol + + - + +
Saponin + - - - +
Tanin + + - + +
Steroid dan Triterpenoid + - - + -
Monoterpenoid dan
Seskuiterpenoid
+ + + + +
Pemeriksaan Hasil
Kadar Air 4,00 %
Kadar Abu Total 6,05 %
Kadar Abu Larut Air 3,09 %
Kadar Abu Tidak Larut Asam 0,33 %
Kadar Sari Larut Air 21,39 %
Kadar Sari Larut Etanol 27,32 %
Susut Pengeringan 4,41 %
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak air daun teh hijau, dan fraksi-fraksi
Keterangan :
+ : Menunjukkan senyawa terdeteksi - : Menunjukkan senyawa tidak terdeteksi
33
Pengujian Aktivitas AntibakteriPerbedaan kemampuan ekstrak dan fraksi-fraksi dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri uji menunjukkan kemampuan metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak air dan tiap fraksinya. Dari hasil penetapan KHM ekstrak air (Tabel 3), fraksi etil asetat (Tabel 4), fraksi n-heksan (Tabel 5), dan fraksi air (Tabel 6), fraksi etil asetat paling efektif dan potensial dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri uji. Keberadaan metabolit sekunder flavonoid, polifenol, tanin, steroid dan triterpenoid serta monoterpenoid dan seskuiterpenoid yang banyak tersari didalam fraksi etil asetat dibandingkan dengan ekstrak air dan fraksi-fraksi lainnya, berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji
Pengujian aktivitas fraksi n-heksan
menunjukkan adanya hambatan terhadap bakteri Proponibacterium acnes tetapi tidak menunjukkan hambatan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, hal ini diduga karena kandungan metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas antibakteri lebih banyak terfraksi pada etil asetat dan air, sehingga fraksi n-heksan hanya dapat menghambat satu jenis bakteri uji. Golongan senyawa atau metabolit sekunder dari ekstrak serta fraksi-fraksi daun teh hijau yang diduga dapat menghambat aktivitas bakteri uji yaitu flavonoid, polifenol, tanin, monoterpenoid-seskuiterpenoid dan steroid-triterpenoid. Salah satu komponen daun teh hijau adalah katekin (polifenol), senyawa tersebut mempunyai kemampuan sebagai antibakteri.
Konsentrasi (%)(v/b)
Diameter Hambat (mm) dari bakteri
Propionibacterium acnes Staphylococcus aureus
0 - -
1 - 12,63±0,24
1,5 11,19±0,19 13,22±0,24
2 12,05±0,12 13,45±0,08
2,5 14,94±0,42 13,55±0,29
3 17,20±0,18 14,28±0,20
3,5 17,38±0,21 15,46±0,32
4 17,50±0,16 16,03±0,06
4,5 17,82±0,57 16,32±0,13
5 19,22±0,14 17,33±0,19
5,5 20,05±0,11 18,20±0,20
34
Konsentrasi (%)(v/b)Diameter Hambat (mm) dari bakteri Propionibacterium acnes Staphylococcus aureus
0 - -
1 9,50±0,51 10,90±0,81
1,5 12,21±0,14 11,27±0,25
2 14,15±0,11 14,85±0,68
2,5 14,73±0,34 16,46±0,50
3 15,23±0,28 17,35±0,40
3,5 15,74±0,32 17,87±0,31
4 16,07±0,08 18,33±0,20
4,5 18,49±0,27 18,43±0,06
5 20,28±0,18 19,97±0,03
5,5 22,77±0,06 20,68±0,08
Konsentrasi (%)(v/b)
Diameter Hambat (mm) dari bakteri Propionibacterium acnes Staphylococcus aureus
0 - -
2,5 - -
5 - 14,47±0,63
7,5 - 16,13±0,13
10 12,93±0,75 17,43±0,39
12,5 13,67±0,10 18,28±0,25
15 14,43±0,31 19,28±0,19
17,5 15,42±0,16 20,05±0,09
20 17,00±0,55 20,32±0,08
Konsentrasi (%)(v/b)
Diameter Hambat (mm) dari bakteri Propionibacterium acnes Staphylococcus aureus
0 - -
2,5 - -
3 10,47±0,31 -
3,5 11,13±0,15 -
4 11,57±0,40 -
4,5 12,25±0,23 -
Tabel 6. Hasil Penetapan KHM Air Heksan terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus
Tabel 4. Hasil Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus
35
SIMPULANPengujian mikrobiologi dari ekstrak dan fraksi-fraksi daun teh hijau terhadap aktivitas bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan hambatan paling besar dibandingkan dengan ekstrak air dan fraksi air. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi etil asetat terhadap aktivitas bakteri Propionibacterium acnes adalah 2%, dengan diameter hambat 14,15 mm, sedangkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi etil asetat terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus adalah 2%, dengan diameter hambat 14,84 mm. Golongan senyawa atau metabolit sekunder dari ekstrak serta fraksi-fraksi daun teh hijau yang diduga dapat menghambat aktivitas bakteri uji yaitu flavonoid, polifenol, tanin, monoterpenoid-seskuiterpenoid dan steroid- triterpenoid.
DAFTAR PUSTAKA
Alam Syah, Nur.
Taklukkan Penyakit Dengan Teh Hijau, AgroMediaPustaka,
Jakarta,
2006.
1-4
Reinhold, New York, 453-492.
Djuanda, Adhi.,Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. 253-255.
Jawetz, Melnick & Adelberg., Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XX,
Terjemahan Nugroho Edi & Maulany RF, EGC, Jakarta, 1995. 208. 291.
Amilia. Formulasi Teh Cepat Saji dari Ekstrak Teh Hijau dan Penentuan Kadar Polifenol Sediaan Secara Spektrofotometri Sinar Tampak dengan Pereaksi Folin Ciocalteu, Skripsi Sarjana Departemen Farmasi FMIPA, 2003, ITB.