• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1. Definisi Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep efikasi diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Efikasi diri mengacu pada keyakinan seseorang atas kemampuannya dalam mengorganisasikan dan melaksanakan performa yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan sebelumnya (Bandura, 1997). Sejalan dengan pendapat Baron dan Byrne (2006) bahwa efikasi diri adalah kepercayaan bahwa individu dapat mencapai tujuan sebagai hasil dari tindakannya sendiri. Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Schultz (2005) yang mendefinisikan efikasi diri sebagai perasaan individu terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan dalam mengatasi masalah kehidupan. Lebih tegas lagi yang diungkapkan oleh Pintrich & Schunck (1996) yang menyatakan bahwa efikasi diri merupakan pertimbangan manusia terhadap kemampuan mereka dalam mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang sudah direncanakan.

(2)

a) Proses kognitif

Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut dipengaruhi oleh penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Individu akan meramalkan kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses kognitif yang efektif dari berbagai macam informasi.

b) Proses motivasi

(3)

juga akan meningkat. Efikasi diri mempengaruhi atribusi penyebab. Hal ini dimaksudkan individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan efikasi diri yang rendah menilai kegagalannya disebabkan oleh kurangnya kemampuan.

c) Proses afeksi

Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak mampu mengelola ancaman tersebut.

d) Proses seleksi

(4)

individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu menangani. Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, efikasi diri adalah keyakinan bahwa individu dapat mencapai tujuan dan mengatasi masalah kehidupan dengan mengorganisasikan tindakannya untuk mendapat performa yang sudah direncanakan.

2. Dimensi Efikasi Diri

Bandura (1997) mengemukakan bahwa efikasi diri individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu :

a) Tingkat (level)

Efikasi individu dalam mengerjakan suatu tugas dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Kemampuan seorang individu dilihat berdasarkan perwakilan tingkat tugas yang dianggap sebagai tantangan atau hambatan. Individu memiliki efikasi diri yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.

b) Keluasan (generality)

(5)

sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.

c) Kekuatan (strength)

Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Efikasi diri menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Efikasi diri menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.

3. Sumber-sumber Efikasi Diri

Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) menjelaskan bahwa efikasi diri pada individu dapat ditingkatkan atau berkurang. Peningkatan atau penurunan efikasi dipengaruhi oleh salah satu atau kombinasi dari empat sumber efikasi diri, yaitu: a) Pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences)

(6)

b) Modeling sosial (vicarious experiences)

Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber efikasi dirinya. Efikasi diri juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan efikasi diri individu tersebutpada bidang yang sama. Individu melakukan persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan jika individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan banyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendir dan mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang memungkinkan efikasi diri individu mudah dipengaruhi oleh pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman individu tentang kemampuan orang lain dan kurangnya pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.

c) Persuasi sosial

Persuasi sosial dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa individu memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang diinginkan.

d) Kondisi fisik dan emosional

(7)

Informasi dari keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi yang dihadapinya berada di atas kemampuannya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses efikasi diri meliputi proses kognitif yang memprediksi kejadian-kejadian yang berpengaruh dimasa depan, proses motivasi yang berguna untuk menetapkan keyakinan pada tindakan yang dilakukan, proses afeksi yang menentukan intensitas pengalaman emosional yang berguna untuk mengontrol kecemasan, dan proses seleksi yang bertujuan menyeleksi perilaku dan lingkungan yang tepat.

B. Mahasiswa yang Bekerja

1. Pengertian Mahasiswa

Menurut Papalia dan Olds (2007), umur 17 atau 18 sampai dengan umur 21 tahun termasuk dalam kategori masa dewasa muda. Tugas perkembangan dewasa muda menurut Hurlock (1993), yaitu mendapatkan suatu pekerjaan, mencari pasangan hidup, belajar hidup bersama pasangan membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengatur rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang sesuai dengannya. Akan tetapi di Indonesia kategori umur tersebut masih belum mandiri. Pada masa ini diharapkan individu sebagai mahasiswa dapat belajar dengan baik kemudian bekerja, akan tetapi ada juga individu yang kuliah sambil bekerja, pendidikan dan pekerjaan dijalankan pada waktu yang sama.

(8)

meningkatkan intelektual dan pertumbuhan diri, khususnya keterampilan verbal, berpikir kritis, dan penalaran moral. Pengalaman kuliah dapat mengarahkan perubahan fundamental pada cara berpikir individu sebagai mahasiswa sekaligus sebagai pencari nafkah untuk dirinya sendiri. Individu telah memasuki ranah sudut pandangan dan ide yang luas, mereka diserang oleh ketidakpastian dalam hidup. Individu akan mengganggap hal ini hanya sementara saja dan berharap akan mendapat jawaban yang benar dari ketidakpastiannya. Seiring berjalannnya waktu mereka akan menyadari bahwa opini mereka maupun orang lain memiliki kebenaran (valid), bahkan orang tua dan guru tidak dapat mengajari cara menemukan makna atau nilai dalam sistem dan kepercayaan yang rumit tersebut, semua itu akan dipelajarinya sendiri pada masa ini. Selanjutnya mereka akan melihat bahwa semua pengetahuan dan nilai saling berkaitan. Akhirnya mereka dapat membuat keputusan sendiri dan memilih kepercayaan dan nilai meskipun terdapat ketidakpastian di dalamnya, dan mengenal kemungkinan lain yang valid.

Menurut Sarwono (2003), mahasiswa adalah kelompok pelajar yang sudah menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah umum/kejuruan kemudian mendaftar dan diterima di universitas.

2. Bekerja

(9)

meliputi: 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu (Marbun, 2013).

Berdasarkan ketentuan kerja di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa bekerja sambilan atau bekerja sampingan adalah pekerja yang melakukan kerja dalam waktu kurang dari 40 jam selama 1 minggu. Mahasiswa yang bekerja dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang melakukan suatu kerja dan menerima upah atau imbalan berupa uang dengan ketentuan waktu kerja kurang dari 40 jam seminggu.

C. Prestasi Akademik

1. Pengertian Prestasi Akademik

(10)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Suryabrata (2002) menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seorang peserta didik, yaitu:

a. Faktor yang berasal dari luar diri peserta yang disebut faktor eksternal. Faktor eksternal ini meliputi:

(a) Faktor non-sosial

Contohnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, peralatan yang dipakai dalam proses belajar akan mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.

(b) Faktor sosial

Misalnya ketika sedang ujian, suara kendaraan yang lalu lalang membuat peserta didik tidak dapat berkonsentrasi menjawab pertanyaan ujian, hal ini tentu mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.

b. Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang disebut faktor internal. Faktor internal ini meliputi:

(a) Faktor fisiologis

(11)

(b) Faktor psikologis

Ada beberapa hal yang mendorong peserta didik untuk belajar dan berprestasi, yaitu:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia 2) Adanya sifat kreatif dan keinginan untuk maju

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman

4) Adanya rasa aman bila menguasai pelajaran

5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar, dll.

3. Indikator Prestasi Akademik

(12)

Tabel 1. Kategorisasi IPK

IPK Predikat

0,00-1,99 Tidak Memuaskan 2,00-2,75 Memuaskan 2,76-3,50 Sangat Memuaskan

3,51-4,00 Cumlaude(tidak melebihi batas waktu studi dan tidak ada nilai D)

(Sumber: Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi USU tahun 2008)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi akademik dapat diukur melalui IPK. IPK adalah hasil penilaian yang diperoleh dari hasil tes, tugas-tugas kuliah, dan keaktifan mahasiswa di dalam kelas.

D. Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa yang

Bekerja

(13)

yakin pada dirinya bahwa dia bisa mengikuti kegiatan perkuliahan sambil melakukan pekerjaan sampingan dengan baik. Hal ini sangat penting karena ketika mahasiswa tersebut yakin, maka dia akan bisa belajar membagi waktu untuk belajar dan bekerja sampingan sehingga kegiatan ekstra yang dilakukan tidak membuat prestasi yang dimiliki mahasiswa tersebut menurun. Ada beberapa pekerjaan sampingan yang umumnya dilakukan oleh mahasiswa, yaitu menjual pulsa, makanan, pakaian, menjaga toko, menjadi guru les, tutor, asisten laboratorium, dll. Semua pekerjaan sampingan itu dapat dilakukan karena waktunya yang fleksibel sehingga ketika ada tugas yang mengharuskan mahasiswa untuk terjun ke lapangan, mahasiswa tersebut bisa melakukannya tanpa mengganggu pekerjaan sampingannya tersebut.

(14)

tugas yang diberikan oleh dosen dan juga jenis pekerjaan sampingan yang dikerjakan oleh mahasiswa tersebut. Jika mahasiswa ini memiliki keyakinan diri yang kuat, maka ia akan sanggup mengerjakan dan menyelesaikan beberapa tugas perkuliahan sekaligus sebelum tenggat waktu tugas tersebut berakhir serta bisa mengerjakan pekerjaan sampingan lainya tanpa memiliki kendala yang berarti. Misalnya ketika dia sedang mengerjakan laporan kegiatan perkuliahan, tiba-tiba ada temannya yang ingin membeli pulsa atau menanyakan tentang harga produk yang dijualnya, mahasiswa tersebut bisa dengan tenang memberikan respon tanpa harus mengganggu penyelesaian laporan yang sedang dibuatanya.

(15)

akan berusaha menguasai dan mengerjakan tugasnya sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahan di dalam tugas-tugas yang dikerjakannya walaupun sambil melakukan pekerjaan sampingan.

(16)

menjalani perkuliahannya. Hasil yang dapat dilihat secara jelas dalam menjalani perkuliahannya adalah IPK mahasiswa tersebut.

Prestasi akademik merupakan sebuah indikator keberhasilan seorang mahasiswa dalam menjalankan perkuliahannya. Suryabrata (1994) mendefenisikan prestasi akademik adalah hasil penilaian belajar untuk mengetahui sejauh mana peserta didik berusaha belajar dan berlatih. Hal ini dapat dilihat melalui Indeks Prestasi yang dicapai oleh mahasiswa tersebut. Ketika seorang mahasiswa tidak mampu dalam memenuhi setiap tuntutan dalam proses perkuliahan, maka seorang mahasiswa mulai merasa cemas atau mengalami tekanan yang akan berdampak pada menurunnya prestasi akdemik. Tuntutan untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan juga disebabkan oleh lapangan pekerjaan yang menjadikan prestasi akademik sebagai salah satu indikator utamanya. Oleh sebab itu, mahasiswa yang menjalani perkuliahan sambil bekerja harus mempunyai keyakinan diri yang tinggi untuk dapat menjalani perkuliahan dan pekerjaan secara bersamaan tanpa mengesampingkan yang lainnya.

(17)

lama semakin banyak. Dari komunikasi personal di atas, diperoleh bahwa keyakinan individu terhadap keputusan yang diambil berbeda-beda. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh efikasi diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa USU yang bekerja.

E. Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 1. Kategorisasi IPK

Referensi

Dokumen terkait

MOF memiliki luas permukaan dan volume pori yang besar, ukuran pori seragam dan kandungan logam yang berpotensi sebagai situs aktif untuk adsorpsi gas tetapi

File yang harus diunggah yaitu ijasah SD tidak perlu legalisir, halaman depan dan belakang, dijadikan 1 format .pdf, dengan ukuran file tidak lebih dari

Salah satu hasil penelitian tersebut, yaitu bahwa keturunan menjadi faktor penting dalam menentukan nasib manusia; Irmawati (2017) meneliti keberadaan mitos masyarakat Papua

Substitusi alginat dapat meningkatkan kestabilan emulsi kamaboko ikan Kuniran pada subtitusi alginat 2,5% dan tepung tapioka 7,5%,Nilai stabilitas emulsi kamaboko dengan

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya, ditemukan 35 kasus filariasis kronis di Kecamatan Kodi Balaghar, namun sejauh ini belum pernah

Program pendidikan integrasi fungsional ini merupakan bentuk pengintegrasian yang paling mendekati kewajaran, dimana ABK dan anak normal dengan usia yang sebaya secara bersama-

To assess the teacher’s sexual quality, we used the Female Sexual Function Index (FSFI), a brief questionnaire designed to measure sexual functioning in women with focus on

Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dan media informasi dengan perilaku seksual pada ibu pascanifas di Puskesmas Mergangsang Yogyakarta.