• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Daud Markus, Siti Halidjah, Hery Kresnadi

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email: Daud_Markus04@gmail.com

Abstrak

The purpose of this study is to describe the use of contextual component approach that can improve the ability to write essay writing essay students in the fourth grade of elementary school 04 Suak Bay Regency Bengkayang Regency. This study used a qualitative approach, the method used descriptive with the form of classroom action research (PTK) and collaborative. The place of research was conducted at State Elementary School 04 Teluk Suak Bengkayang Regency, class IV which amounted to 19 students with the subject of research teachers and students of grade IV. Data collecting technique used is observation technique, and document scrutiny technique with data collecting tool that is instrument assessment instrument of teacher ability to plan lesson, instrument sheet of teacher ability assessment to implement learning and document of student learning result.This research was conducted for 2 cycles with 2 meetings in each cycle. Assessment of learning implementation planning outcomes (RPP) from cycle I 3.05 and 3.09 increased by 0.02 and cycle II ie 3.50 and 3.71 increased by 0.21. Assessment of learning outcomes from cycles I 3.01 and 3.19 increased by 0.18 and cycle II ie 3.45 and 3.72 increased by 0.27. Assessment of writing result of narrative from cycle I 61,84 there are only 12 people complete while in cycle 100 all student complete. So students who complete from cycle I to cycle II is 100% Based on the data obtained can be concluded there is an increase in each cycle. Thus, the research using a contextual approach to learning to write essay writing class IV State Elementary School 04 Teluk Suak Bengkayang Regency can improve the skills of students writing narrative essay.

Keywords: Improvement, Writing Narrative Writing, Contextual Approach

Bahasa itu penting dalam kehidupan, bahasa bukanlah suatu bakat yang dimiliki oleh sebagian orang saja, tetapi setiap orang memiliki kemampuan berbahasa. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan keinginan, pendapat, dan perasaan kita. Dengan bahasa pula kita dapat memahami dan mengetahui apa yang terjadi di dunia dan lingkungan sekitar kita. Bahasa merupakan satu diantara faktor pendukung pendidikan yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan

emosional para siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.

(2)

dituangkan dalam bentuk tulisan. Salah satu keterampilan menulis yang dapat menentukan keberhasilan menulis siswa telah tercantum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 kelas IV Sekolah Dasar dengan Standar Kompetensi, yaitu: Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita dan surat (BSNP, 2006: 326). Maka sesuai dengan kompetensi dasarnya yaitu melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) dengan menggunakan kata, kalimat yang tepat, sehingga menjadi cerita yang padu atau cocok. Untuk menulis sebuah karangan narasi yang benar tentunya ada unsur pembangun untuk menulis sebuah karangan narasi. Namun, Berdasarkan fakta di lapangan menunjukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang dibacakan oleh guru, dan cendrung menitikberatkan pada hafalan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa hanya menjadi pendengar pasif sementara guru menyampaikan pelajaran mendikte atau menulis di papan tulis. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan kurang bermakna bagi siswa, hal ini berpengaruhi terhadap rendahnya hasil belajar siswa. akibatnya siswa mengalami kebosanan dan tidak bergairah pada saat pembelajaran berlangsung khususnya pada materi pelajaran Bahasa Indonesia.

Untuk itu diperlukan suatu perubahan paradigma baru yang lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa, perubahan ini harus dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Serta penguasaan konsep-konsep dasar berfikir kritis dan sistematis harus ditanamkan dan dikembangkan pada siswa sejak dini, sehingga pada suatu saat nanti siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikannya.

Salah satu pendekatan yang cocok adalah pendekatan kontekstual. Menurut

Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012:153)

“Pendekatan Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga mereka”.

Melalui pendekatan ini diharapkan dapat membuat siswa berpikir kritis, mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang ada dalam benak siswa serta terlibat aktif dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu, diharapkan pembelajaran akan menjadi lebih bermakna karena mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam kehidupan nyata serta dapat dijadikan bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun kelebihan - kelebihan pendekatan kontekstual menurut Aris Shoimin (2014:44) adalah pembelajaran kontekstual dapat menekan aktivitas berpikir siswa secara penuh baik fisik maupun mental, pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata, kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan, dan materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut, dengan judul "Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Pendekatan Kontekstual di kelas IV SDN 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang”. Masalah umum dalam penelitian ini adalah

“Apakah dengan menggunakan pendekatan

(3)

Kabupaten Bengkayang?”. Berdasarkan masalah umum tersebut, agar pembahasannya dapat dijabarkan secara terperinci, peneliti membaginya dalam beberapa submasalah, sebagai berikut: 1) Bagaimanakah kemampuan guru merancang pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa?. 2) Bagaimanakah kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa? 3) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa menggunakan pendekatan kontekstual?

Berdasarkan masalah dan submasalah yang telah dijabarkan di atas, maka yang menjadi tujuan umum pada penelitian ini

adalah “Untuk mendeskripsikan

penggunaan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa di kelas IV SDN 04

Teluk Suak Kabupaten Bengkayang”. Berangkat dari tujuan umum tersebut, maka dari itu dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa tujuan khusus yaitu: 1)Meningkatkan kemampuan guru merancang pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karanngan narasi siswa.2) Meningkatkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karanngan narasi siswa. 3)Meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai salah satu model yang dapat dijadikan sebagai bekal dalam penguasaan kelas menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi

Adapun tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia (BSNP 2006:120),

adalah siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1)Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4)Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.5)Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa 6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Menurut Henry Guntur Tarigan (2008:22), “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami

bahasa dan lambang grafis tersebut”.

Selain itu Yeti Mulyati, dkk (2007:5.3)

menyatakan bahwa, “Menulis adalah suatu

proses berpikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan).” Sementara itu Puji Santosa, dkk (2009:6.3)

mengemukakan bahwa, “Menulis adalah

kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan

gagasan.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu bentuk ide dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Menurut Yeti Mulyati (2007:1.13),

“Menulis dapat dikatakan suatu

(4)

dan menuangkan pikiran-pikiran dalam

struktur tulisan yang teratur”. Sedangkan Puji Santosa (2009:6.14) “Hakikat menulis

merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah

tulisan”. Dilihat dari prosesnya, menulis

mulai dari suatu yang tidak tampak sebab apa yang hendak kita tulis masih berbentuk pikiran, bersifat pribadi. Jika penulis adalah seorang siswa, guru hendaknya belajar merasakan kesulitan siswa yang sering dihadapi ketika menulis akan berpendapat bahwa menulis karangan itu tidak baru sekali jadi. Adakalanya sebuah kalimat telah selesai ditulis, tetapi kelanjutannya sulit didapat.

Henry Guntur Tarigan (2008:3)

menyatakan bahwa, “Menulis merupakan

suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain.” Selain itu, Puji

Santosa, dkk (2009:6.14) mengatakan

bahwa, “Menulis merupakan kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk menghasilkan

sebuah tulisan.”

Lamuddin Finoza (2009:244) mengatakan bahwa, “Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan

waktu.” Kemudian diperjelas lagi oleh

Kosasih (2002:33) yang menjelaskan

bahwa, “Karangan narasi adalah karangan

yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang

diceritakan itu.” Menurut Suparno Mohammad Yunus (2008: 1.11), “Narasi

adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau

rangkaian terjadinya sesuatu hal.”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah suatu karangan

yang menceritakan kejadian atau peristiwa secara kronologis sehingga pembaca seolah-olah melihat dan mengalami sendiri peristiwa yang ada di dalam cerita tersebut.

Menurut Istarani (2014:1)

“Pendekatan dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran”. Selanjutnya

menurut Daryanto dan Muljo Rahardjo

(2012:153) “Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajakan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga mereka”. Sedangkan menurut Elaine B. Johnson (2011:65) berpendapat bahwa:

Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang dilakukan sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan /menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan membuat hubungan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(5)

contextual teaching and learning (CTL), yaitu:

1) Kelebihan

a)Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berpikir siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. 2) Pembelajaran konstektual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. 3) Kelas dalam konstektual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. 4) Materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

2) Kekurangan

Penerapan pembelajaran konstektual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, selain juga membutuhkan waktu yang lama.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, kelebihan dalam pendekatan kontekstual yaitu siswa berfikir secara penuh, baik fisik maupun mental dan siswa belajar bukan dengan meghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Sedangkan kelemahan dalam pendekatan kontekstual yaitu sulit dilaksanakan dan membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengatasi kekurangan yang ada pada model pembelajaran CTL, maka dapat dilakukan variasi pembelajaran oleh guru itu sendiri dalam menjelaskan materi untuk mengetahui kemampuan peserta didik dengan cara mengaitkan materi pembelajaran yang akan dibahas dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga di siapkan media berupa gambar mengenai materi yang akan dibahas sehingga siswa dapat memberikan tanggapan mengenai gambar yang mereka amati.

Penelitian yang berkaitan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa adalah penelitian yang dilakukan oleh Ema (Skripsi, 2017)

dengan judul “Penerapan Pendekatan

Contextual Teaching And Learning Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 12 Pontianak Kota. Ema mengemukakan bahwa penggunaan Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh Ema terdapat persamaan dan perbedaan.

Adapun persamaannya adalah sebagai berikut.

1. Bentuk penelitian yang digunakan yaitu PTK.

2. Penelitian yang dilakukan oleh ema dan penulis yaitu pada penggunaan pendekatan kontekstual.

Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut: Subjek dan lokasi penelitian, Tempat pelaksanaan, Waktu dan jadwal pelaksanaan. Dari keberhasilan penelitian tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan keterampilan menulis siswa menggunakan pendekatan kontekstual di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang,

METODE PENELITIAN

Menurut Suharsimi Arikunto

(2013:137)“Sebenarnya ada beberapa

model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh

Kemmis & Taggart”.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto,(2014:3) menyatakan bahwa

“Penelitian tindakan kelas merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama”. Dalam

(6)

pengamatan/observasi, dan refleksi. Suharsimi Arikunto (2010:17-19) “Dalam penelitian tindakan kelas ada empat langkah yang biasanya dilakukan, yaitu; (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4)

Refleksi”.

Tahap Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan kelas pada kelas III SDN 05 Pontianak Utara dilaksanakan beberapa siklus, apabila terdapat hambatan atau kekurangan maka dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai dalam penelitian selanjutnya.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan pada tiap siklus sesuai dengan perencanaan yang direncanakan, yaitu: skenario tindakan yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan akhir.

Tahap Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus pertama

dilanjutkan siklus kedua dan seterusnya apabila terdapat hambatan atau kekurangan dengan perubahan yang ingin dicapai.

Tahap Refleksi

Dalam tindakan ini peneliti melakukan refleksi terhadap hal-hal yang berkaitan dngan pelaksanaan kegiatan pada tiap pembelajaran serta pencapaian keberhasilan siswa.

Untuk memudahkan dalam memahami keempat langkah tersebut, dalam memahami keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada gambar model PTK yang dapat diliahat dengan jelas pada bagan model penelitian seperti berikut :

SIKLUS I

SIKLUS II

Bagan I

Model Penelitian Tindakan Kelas Oleh Suharsimi Arikunto (2013)

Setting penelitian ini dilakukan di IV Sekolah Dasar Negeri Teluk Suak Kabupaten Bengkayang dengan pelaksanaan kegiatan di dalam kelas.Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Guru atau peneliti dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Teluk Suak Kabupaten Bengkayang yaitu dengan

jumlah keseluruhan ada 19 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Teluk Suak Kabupaten Bengkayang. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi, yaitu antara guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang dengan teman sejawat yaitu:

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

P

elaksanaan

Refleksi

Pengamatan

(7)

Ibu Tri Yuniarti, S.Pd. sebagai guru kolaborator dan Surianto, S.Pd sebagai tim dokumentasi.

Menurut Suharsimi Arikunto

(2010:176), “teknik pengumpulan data

adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang

diperlukan”.Ada empat teknik

pengumpulan data, yaitu (1) angket, (2) wawancara,(3) pengamatan, dan (4) pencermatan dokumen.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan atau observasi langsung dan teknik pencermatan. Menurut Suharsimi Arikunto

(2013:199), “Mengobservasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Suharsimi Arikunto

(2013:201) “Dokumentasi, dari asal

katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya”.

Adapun teknik pencermatan dokumen, alat yang digunakan adalah lembar pencermatan dokumen, Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini berupa dokumen hasil menulis karangan narasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Teknik analisis data dilakukan dengan perhitungan rata-rata dan persentase. Untuk data pada sub masalah pertama dan kedua dilakukan perhitungan rata-rata sebagai berikut :

rata-rata = jumlah seluruh skor banyaknya indikator

X̅ =∑X𝑁 ...(1) keteranagan :

𝑋̅= rata-rata

∑𝐗 = jumlah seluruh skor N = banyaknya indikator

sedangkan untuk menghitung persentasedilakukan perhitungan sebagai berikut:

P =𝑛𝑓𝑥 100%...(2) Dengan keterangan sebagai berikut: F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases jumlah frekuensi atau banyaknya individu

P = Angka persentases

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berdasarkan hasil penelitian dari III siklus tindakan pembelajaran yang diperoleh melalui penilaian dan pengamatan. Hasil data tersebut disesuaikan dengan masalah penelitian mencakup data perencanaan, pelaksanaan dan keterampilan menulis puisi. Perencanaan penelitian adalah persiapan pembelajaran tertulis yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui observasi langsung dan hasil belajar siswa. Hasil data penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan siklus I, siklus II, dan siklus III.

Penelitian ini adalah hasil dari kolaborasi antara peneliti sebagai guru kelas yang mengajar dengan guru kolaborator Tri Yuniarti, S.Pd menggunakan pendekatan kontekstual, di Sekolah Dasar Negeri 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui observasi langsung dan hasil belajar siswa yang diperoleh dari proses pembelajaran. Hasil data penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan siklus I dan siklus II, yang dibagi atas 2 pertemuan di setiap siklusnya (1) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan

(8)

pertemuan I dengan rata-rata 3,00 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,00. Mengembangkan dan mengorganisasikan media pembelajaran siklus I pertemuan I dengan rata-rata 3,00 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,00. Metode pembelajaranSiklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,23 sedangkan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,15. Terakhir penilaian pembelajaran Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,00 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,33.

Total skor IPKG I 15,23 dan rata-rata skor IPKG I yaitu 3,05. (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi karangan siklus I terdiri dari 3 aspek. Pra pembelajaran I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,00 dan I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,50. Membuka pembelajaran Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,00 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,00. Kegiatan Inti Pembelajaran Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,01 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,24 . Terakhir kegiatan penutup Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata 3,00 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,00. Total skor IPKG II 12,01 dan rata-rata skor IPKG I Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata yaitu 3,01 dan IPKG II Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,19 (3) keterampilan menulis karangan narasi siswa di siklus I mencapai angka rata-rata kelas 61,84 yang masuk dalam kategori sedang.

Pada siklus II penilaian yang di dapat dalam penelitian sebagai berikut:

(1) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi karangan siklus II pertemuan I terdiri dari 5 aspek, diperoleh data yaitu perumusan tujuan

pembelajaran rata- rata 3,50 dan Siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 4,00. Menentukan bahan pembelajaran siklus II pertemuan I dengan rata-rata 3,33 dan Siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,33. Mengembangkan dan mengorganisasikan media pembelajaran siklus I pertemuan I dengan rata-rata 4,00 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 4,00. Metode pembelajaran Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,31 sedangkan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,69. Terakhir penilaian pembelajaran Siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,33 dan Siklus I pertemuan II dengan nilai rata-rata 4,00.

Total skor IPKG I 17,14 pada siklus I pertemuan I dan rata-rata skor IPKG I yaitu 3,50 dan siklus I pertemuan II Skor total 18,99 dan rata-rata skor IPKG I yaitu 3,71. (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi karangan siklus II terdiri dari 3 aspek. Pra pembelajaran siklus II pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,50 dan siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 4,00. Membuka pembelajaran Siklus II pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,50 dan Siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,50. Kegiatan Inti Pembelajaran Siklus II pertemuan I dengan nilai rata-rata 3,46 dan Siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,71 . Terakhir kegiatan penutup Siklus II pertemuan I dengan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata 3,33 dan Siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,67. Total skor IPKG II 13,79 dan rata-rata skor IPKG I Siklus II pertemuan I dengan nilai rata-rata yaitu 3,45 dan IPKG II dengan Skor total 14,88 Siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 3,73 (3) keterampilan menulis

(9)

siklus I yang hanya 61,82 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 81,31 terjadi peningkatan hasil belajar sebanyak 19,49. Dari data diatas dapat dilihat terjadi peningkatan baik dalam IPKG I dan II maupun keterampilan menulis karangan yang cukup baik. Dimana peningkatan yang terjadi cukup signifikan baik dalam aspek IPKG I,II dan Keterampilan menulis narasi karangan yang di dapatkan dengan penggunaan pendekatan kontekstual. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kemampuan

guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan guru dalam proses melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual keterampilan menulis karangan narasi siswa di kelas IV SDN 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang. Ketiga data tersebut akan dijadikan acuan dalam menilai sebarapa besar peningkatan yang terjadi dalam penggunaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual keterampilan menulis karangan narasi siswa di kelas IV SDN 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang.

Tabel 1

Rekaputilasi Perencanakan Pembelajaran Kontekstual

Berdasarkan hasil kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual siklus I dengan skor total adalah 15,23 dan 15,45 dan rata – rata sebesar 3,05

dan 3,19 dapat dimasukan kategori baik. Pada siklus II skor total adalah 17,14 dan 18,99 dengan rata – rata sebesar 3,50 dan 3,71 dikategorikan sangat baik.

NO Aspek yang diamati Siklus I Siklus II I II I II

1. Perumusan Tujuan Pembelajaran 3 3 3,5 4 2. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi

Ajar

3 3 3,33 3,33

3. Pemilihan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

3 3 4 4

4. Metode Pembelajaran 3,23 3.15 3,31 3,69 5. Penilaian Hasil Belajar 3.00 3,33 3,33 4

(10)

Tabel 2

Rekaputilasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Kontekstual

Berdasarkan hasil kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual siklus I dengan skor total adalah 12,01dan 12,74 dan rata – rata sebesar

3,01 dan 3,19 dapat dimasukan kategori baik. Pada siklus II skor total adalah 13,79 dan 14,88 dengan rata – rata sebesar 3,45 dan 3,73 dikategorikan sangat baik.

Tabel 3

Rekaputilasi Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Nama Siswa Siklus I

Siklus II

N Ket N Ket

T TT T TT

Marini 75 √ 85 √

Aprianto 55 √ 75 √

Heri 75 √ 85 √

Jiu Pita 65 √ 80 √

Andika 70 √ 90 √

Kristoper

Alexandero 65 √ 80 √

April Riany 70 √ 90 √

Melsi 55 √ 75 √

Lisia Claudia 70 √ 90 √

Yenlie 55 √ 75 √

Diago Garsia 75 √ 85 √

Tasya 70 √ 90 √

Liu Lim Ki 60 √ 75 √

Vindi 60 √ 75 √

Suyen 65 √ 80 √

Mei Fie 75 √ 85 √

Virnando/Han fung 65 √ 80 √

Mei Si 55 √ 75 √

Hizkia 60 √ 75 √

No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II I II I II I Pra pembelajaran 3 3,50 3,50 4 III Kegiatan Awal 3 3 3,50 3,50 III Kegiatan Inti 3 3,25 3,50 3,50 IV Kegiatan Penutup 3 3

3,33 3,67 Jumlah skor rata-rata skor

(11)

Nama Siswa Siklus I

Siklus II

N Ket N Ket

Liu Lim Ki 60 √ 75 √

∑ X 1.175 1.545

𝑵 19 19

X 61,84 81,31

Berdasarkan table di atas, penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan siswa menulis karangan narasi khususnya menulis cerita yang rumpang menjadi cerita yang padu. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 61,84. Secara individu hanya terdapat 12 siswa yang nilainya tuntas dan 7 siswa yang nilainya tidak tuntas. Pada siklus II, rata-rata keterampilan menulis karangan narasi menggunakan pendekatan kontekstual yaitu menjadi 100%. Secara individu, siswa yang nilainya tidak tuntas berkurang menjadi hanya 0 orang dari total 19 siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis karangan narasi berdampak baik terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang. Hal ini sesuai dengan pendapat Asep Jihad & Abdul Haris (2013:15) mengatakan bahwa

“Untuk memperoleh hasil belajar,

dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk

mengukur tingkat penguasaan siswa”.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diketahui bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi khususnya melengkapi cerita rumpang menjadi sebuah cerita padu pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04 Teluk Suak Kabupaten Bengkayang.

(12)

Bengkayang dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 61,84 dan siklus II sebesar 100 dengan peningkatan sebesar 38.16 meningkat sebesar 38,16.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut. 1) Penerapan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran serta dapat mempermudah siswa dalam mengingat kembali materi pembelajaran yang telah disampaikan sebelumnya sehingga pembelajaran itu bermakna. 2) Pengelolahan kelas yang baik dapat menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan seefesien mungkin. 3) Dalam mengajarkan menulis, hendaknya guru selalu memberikan bimbingan kepada siswa agar siswa dapat lebih mengerti dan maksimal dalam menyelesaikan tugasnya.

DAFTAR RUJUKAN

Anas Sudijono.(2012) Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Aris Shoimin. 2014. Enam Puluh Delapan (68) Model

Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Burhan Nurgiyantoro. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Elaine B. Johnson. 2011. Contextual

Teaching And Learning.

Bandung: Kaifa

Henry Guntur Tarigan. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Kokom Komalasari. (2014).

Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Kosasih. (2002). Kompetensi Ketatabahasaan. Bandung: Yrama Widya

Nana Sudjana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Puji Santosa. (2009). Materi dan

Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta Syahwani Umar. (2013). Program

Pengalaman Lapangan -1 Micro Teaching. Pontianak: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura

Tim Dosen FKIP. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: Edukasi Press FKIP UNTAN.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Perdiansyah 2014

ABSTRAK— Minat seseorang akan sebuah produk sangat berbeda, terutama para wali murid siswa taman kanak-kanak dalam pemilihan busananya, busana pesta adalah salah satu

Berdasarkan hasil evaluasi Dokumen penawaran, maka Pokja Pengadaan Barang/Jasa Pekerjaan Pengaspalan Jalan Ruas no. 99 Kedungsukun-Pedeslohor

Kondisi seperti tersebut di atas membuktikan bahwa proses sedimentasi yang terjadi di antara Pulau Gondol dengan daratan utama, di tempat mana sedimen dengan butir kasar diendapkan

Sedangkan pemahaman fiqh tekstual justru berimplikasi pada lahirnya persepsi bahwa ketidakadilan jender muncul karena faktor agama bukan konstruksi sosial

Adapun pola pikir Hasan Hanafi berdasarkan analisis penulis dalam Dialog Agama dan Revolusi, maka penulis berkesimpulan dari apa yang penulis pahami bahwa Hassan

Penelitian mengenai Studi Kelayakan Finansial Usahaternak Domba yang Dipelihara secara Dikandangkan (Studi Kasus di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten

Kebijakan pidana terkait dengan korupsi sesungguhnya sudah ada dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidanan (KUHP) namun yang diatur mengenai penyalahgunaan