• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Pengembangan ini Pariwisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kebijakan Pengembangan ini Pariwisa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. JUDUL POLICY REVIEW

Analisis Kebijakan Pengembangan Destinasi dan Pemasaran Pariwisata untuk

Menyokong Peningkatan Devisa Pariwisata Indonesia

II. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN KEBIJAKAN

Pariwisata memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Menurut

Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas), dampak kepariwisataan terhadap

PDB nasional di tahun 2011 sebesar 296,97 triliun atau sekitar 4% dari PDB

nasional. World Travel & Tourism Council memproyeksi bahwa PDB pariwisata

Indonesia akan tumbuh rata-rata 6,9% per tahun hingga 2022, lebih tinggi jika

dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan dunia yang hanya 4,2%.

Pariwisata juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Menurut data Badan

Pusat Statistik, pada tahun 2011 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar

US$8,55 miliar atau meningkat 12,5% dari tahun 2010. Kenaikan ini bersumber

dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang dan

peningkatan rata-rata pengeluaran wisman selama di Indonesia.

Pertumbuhan devisa pariwisata memberi dampak positif terhadap neraca

perdagangan jasa perjalanan (travel) Indonesia. Jika ditinjau lebih dalam pada

neraca pembayaran Indonesia (NPI), dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

sembilan tahun terakhir pariwisata merupakan salah satu atau bahkan satu-satunya

penyumbang surplus bagi neraca perdagangan jasa Indonesia. Namun, surplus jasa

pariwisata ini memiliki kecenderungan untuk menurun. Oleh karena itu, diperlukan

penyusunan kebijakan yang strategis untuk mendukung kepariwisataan nasional

dalam kerangka perekonomian Indonesia.

Setelah mempertimbangkan lingkungan strategis global dan tantangan yang

ada, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menetapkan

Rencana Strategis (Renstra) Kemenparekraf 2012-2014 dengan delapan kebijakan

utama. Dua program utama yang menjadi fokus dalam paper ini adalah kebijakan

pengembangan destinasi pariwisata dan kebijakan pengembangan pemasaran

pariwisata.

Kebijakan pengembangan destinasi pariwisata bertujuan untuk meningkatkan

devisa dan pengeluaran wisman, sementara kebijakan pengembangan pemasaran Nama : Gandung Aryopratomo Yudokusumo Topik : Perdagangan Internasional

(2)

pariwisata bertujuan meningkatkan kuantitas wisman ke Indonesia. Diharapkan

integrasi kebijakan tersebut dapat menjadi penyokong peningkatan devisa

pariwisata Indonesia dengan kenaikan jumlah kunjungan wisman disertai

bertambahnya rata-rata pengeluaran wisman selama di Indonesia.

III. DESKRIPSI KEBIJAKAN

Pengembangan destinasi pariwisata merupakan program utama Direktorat

Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan enam kegiatan pokok, yaitu

peningkatan perancangan destinasi dan investasi pariwisata, pengembangan daya

tarik wisata, pengembangan industri pariwisata, pemberdayaan masyarakat di

destinasi wisata, pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif, dan even,

serta dukungan manajemen dan tugas teknis pengembangan destinasi pariwisata

lainnya.

Tujuan utama kebijakan pengembangan destinasi pariwisata adalah peningkatan

pendapatan devisa pariwisata Indonesia dan pengeluaran rata-rata wisman selama

di Indonesia. Kebijakan ini diimplementasikan melalui penetapan kawasan

ekonomi khusus pariwisata, partisipasi even investasi pariwisata, peningkatan

kualitas jaringan sarana dan prasarana pendukung pariwisata, konsolidasi akses

transportasi mancanegara dan dalam negeri, peningkatan kapasitas industri

pariwisata, dan lain-lain.

Sementara itu, pengembangan pemasaran pariwisata merupakan program utama

Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata dengan enam kegiatan pokok, yaitu

pengembangan pasar dan informasi pariwisata, peningkatan promosi pariwisata luar

negeri, peningkatan promosi pariwisata dalam negeri, peningkatan pencitraan

Indonesia, peningkatan minat khusus, konvensi, insentif, dan even, serta dukungan

manajemen dan tugas teknis pengembangan pemasaran pariwisata lainnya.

Tujuan utama kebijakan pengembangan pemasaran pariwisata adalah

meningkatnya kuantitas kunjungan wisman ke Indonesia. Kebijakan ini

diimplementasikan melalui penyelenggaraan familiarization trip, peningkatan

informasi pasar wisata, partisipasi pada bursa pariwisata internasional,

(3)

di mancanegara, pengembangan publikasi di media elektronik dan digital, serta

beberapa lainnya.

Pelaksanaan kedua kebijakan tersebut akan saling diintegrasikan sehingga

pendapatan devisa pariwisata yang diperoleh dapat diakselerasi pertumbuhannya

baik melalui peningkatan jumlah wisman maupun pengeluaran wisman.

IV. ANALISIS KEBIJAKAN

Pariwisata memiliki posisi strategis dalam perkembangan perekonomian

Indonesia. Dalam era globalisasi, peran pariwisata akan bertambah penting dengan

semakin berkembangnya perdagangan dan investasi luar negeri. Peran

Kemenparekraf untuk mendukung peningkatan kontribusi pariwisata dalam

perekonomian Indonesia menjadi penting. Oleh karena itu, penetapan kebijakan

pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang bermuara pada

peningkatan devisa pariwisata Indonesia menjadi vital.

Posisi pariwisata dalam NPI yang selama ini selalu surplus memiliki

kecenderungan menjadi defisit. Salah satu indikasinya adalah jumlah wisatawan

nasional (wisnas) ke luar negeri terus meningkat jumlahnya dan di tahun 2012

pertumbuhannya lebih tinggi daripada kunjungan wisman. Peningkatan ini

merupakan dampak globalisasi yang didukung bertambahnya masyarakat kelas

menengah Indonesia dan semakin terjangkaunya biaya transportasi, terutama

penerbangan ke luar negeri.

Dari sisi inbound tourist, kuantitas kunjungan wisman ke Indonesia juga

menunjukkan tren meningkat sejak tahun 2000. Menurut studi, jumlah kunjungan

wisman ke Indonesia dipengaruhi secara positif oleh PDB negara asal wisatawan

dan harga pariwisata negara pesaing Indonesia (Lumaksono et al., 2012). PDB

negara asal wisman merupakan faktor di luar jangkauan kebijakan Indonesia. Akan

tetapi, peluang untuk mendatangkan lebih banyak wisman dapat dilakukan dengan

mengembangkan pariwisata yang kompetitif. Oleh karena itu, penetapan kebijakan

pengembangan destinasi dan pemasaran menjadi kunci meraih kesuksesan.

Melihat kondisi bahwa faktor harga pariwisata dapat menentukan jumlah

kunjungan wisman, maka diperlukan pembenahan dalam kondisi pariwisata di

(4)

data yang dipublikasikan World Economic Forum bahwa pada tahun 2011,

indikator business environment & infrastructure pariwisata Indonesia berada di

urutan ke-86 dari 139 negara yang dinilai. Peningkatan infrastruktur pariwisata

harus menjadi prioritas Kemenparekraf.

Pembenahan infrastruktur pariwisata dan penunjangnya, seperti fasilitas di objek

wisata, bandara, pelabuhan, jalan raya, akomodasi, dan akses internet merupakan

aspek dalam kebijakan pengembangan destinasi pariwisata. Infrastruktur pariwisata

perlu segera ditingkatkan mengingat bahwa sekitar 47,6% konsumsi wisman

dikeluarkan untuk biaya akomodasi, angkutan domestik, dan jasa rekreasi yang

berkaitan langsung dengan ketersediaan infrastruktur di Indonesia (Nesparnas,

2011). Kondisi infrastruktur yang baik akan membuat wisman dapat merasa betah

berlama-lama tinggal di Indonesia sehingga dapat meningkatkan pengeluaran

mereka selama di Indonesia.

Dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan destinasi pariwisata,

Kemenparekraf telah menetapkan enam belas KSPN (kawasan strategis pariwisata

nasional) yang tersebar di dua belas provinsi sebagai fokus pengembangan.

Penetapan kawasan fokus ini memang diperlukan mengingat keterbatasan sumber

daya Kemenparekraf. Namun dalam jangka panjang, kepariwisataan nasional akan

dikembangkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun

2010-2025 yang mencakup 222 kawasan pengembangan pariwisata nasional dan

Masterplan Percepatan dan Perluasan PembangunanEkonomi Indonesia 2011-2025

yang menetapkan Koridor Ekonomi Bali - Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang

pariwisata nasional.

Dalam satu tahun implementasi kebijakan pengembangan destinasi dan

pemasaran pariwisata, terdapat beberapa fakta yang menunjukkan keberhasilan.

Walaupun belum ada data yang pasti, jumlah kunjungan wisman selama tahun 2012

mengalami peningkatan mencapai lebih dari delapan juta wisatawan. Berdasarkan

perhitungan cepat Tim Dampak Ekonomi Kemenparekraf, rata-rata pengeluaran

wisman di Indonesia di 2012 meningkat 1,4% dibanding 2011 dan devisa

pariwisata Indonesia naik menjadi US$9,12 miliar atau tumbuh 6,6% dari tahun

(5)

V. DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2008). Neraca Pembayaran Indonesia dan Posisi Investasi

Internasional Indonesia. Jakarta: Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

Bank Indonesia.

Kementeriaan Koordinator Perekonomian Indonesia. (2011). Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

Jakarta: Kementeriaan Koordinator Perekonomian Indonesia.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (2012). Rencana

Strategis 2012-2014. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Republik Indonesia.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (2012). Rencana

Strategis Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata 2012-2014.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Lumaksono, Adi, et al. (2012). Dampak ekonomi pariwisata internasional pada

perekonomian Indonesia. Forum Pascasarjana Vol. 35 No. 1, 53-68.

Moshirian, Fariborz (1993). Determinants of international trade flows in travel and

passenger services. The Economic Record Vol. 69 No. 206, 239-52.

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025

Sinclair, M. Thea, & Stabler, Mike. (2002). The Economics of Tourism. London:

Routledge.

United Nations Conference on Trade and Development. (1998, April). International

Trade in Tourism-related Services: Issues and Options for Developing

Countries. Paper ini dipresentasikan dalam Commission on Trade in Goods and

Services, and Commodities Expert Meeting on Strengthening the Capacity for

Expanding the Tourism Sector in Developing Countries, Jenewa, Swis.

World Economic Forum. (2011). The Travel & Tourism Competitiveness Report

2011. Geneva: World Economic Forum.

World Tourism & Travel Council. (2012). Travel & Tourism Economic Impact

(6)

VI. LAMPIRAN

Tabel 1

PDB Pariwisata dan Kontribusi terhadap PDB Nasional

Tabel 2

(7)

Tabel 3

Neraca Perdagangan Jasa Travel Indonesia

Tabel 4

(8)

Tabel 5

Lokasi Fokus Pengembangan Destinasi Pariwisata

Sumber: Renstra Kemenparekraf, 2012

Grafik 1

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik dapat menyajikan hasil pengamatan video dalam bentuk laporan sederhana tentang kelistrikan pada sistem saraf manusia dan dikirim melalui aplikasi

8 ini terlihat dari siswa yang masih sering ribut dan sibuk sendiri saat proses pembelajaran, guru masih fokus memberikan bimbingan dari depan kelas; (3)

Apakah anda setiap hari juga belajar membaca Al- Qur’an di mushola/

Tes ini diberikan untuk memperoleh data hasil pekerjaan siswa yang akan dianalisis untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,.. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Sumber pembiayaan dari pemerintah umumnya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber lain seperti Dana Alokasi Umum, Bantuan pihak luar dan sebagainya.

pondok APIP (Asrama Pelajar Islam Pesantren), karena pada waktu itu fasilitas dan sarana untuk belajar belum memadai maka Kyai Asy’ari juga menggunakan musholla

Beberapa media komunikasi pemasaran yang digunakan UMS dalam melakukan branding program ODS tahun 2012 akan terus dipertahankan guna mencapai tujuan UMS semula yakni menambah