• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ETIKA KERJA ISLAM

TERHADAP KOMITMEN PROFESI DAN KOMITMEN ORGANISASI Adilistiono

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang

Abstract

Skills, experience and goodcharacteristic are required to achieve professionalism. Ethics are realizet to show personality. Professional for its goals as ell as through accultyration and assimilation process

Key word : Professionalism, Commitment, Acculturation, Assimilation

PENDAHULUAN

Berbicara tentang etika mencakup bidang yang begitu luas karena meliputi semua segi kehidupan manusia. Dewasa ini etika terasa semakin penting. Mengingat luasnya bidang etika, maka perlu dibedakan dua pengertian etika. Pertama, pengertian yang berkaitan dengan “adat istiadat” atau “kebiasaan” (Yunani-Ethos)” yakni etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat, maka etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi lain. Dalam pengertian ini etika justru sama persis dengan moralitas yang berarti sistem nilai bagaimana manusia harus hidup sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang menjadi satu kebiasaan. Pada umumnya sistem nilai yang dianut diturunkan melalui agama maupun kebudayaan. Sistem nilai dan norma-norma yang adapun lebih merupakan larangan dan perintah konkret dan menjadi pedoman serta pegangan hidup manusia dalam seluruh hidupnya. Kedua, etika lebih dimengerti sebagai filsafat moral, yakni ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian pertama. Karena tidak langsung memberi perintah atau larangan konkret sebagai pegangan siap pakai maka lebih menekankan pendekatan kritis dan sistematis dalam menggumuli nilai dan norma moral yang timbul dalam kehidupan manusia, khususnya dalam masyarakat. Jadi dalam pengertian ini lebih pada refleksi kritis dan rasional mengenai, (a), nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia. (b) masalah-maslah hidup manusia dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma moral yang diterima

umum. Untuk selanjutnya analisa etika disini lebih pada pengetian pertama, karena sistem nilai yang dianut dan diimplementasikan dalam hidup etika merupakan studi sistematik dari pilihan pemikiran mendalam (reflektif) terhadap standar-standar baik dan buruk yang menjadi pedoman dan pada akhirnya diarahkan terhadap hal-hal yang baik (Mas’ud (2002). Dalam Pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa, (1) etika meliputi pertanyaan yang memerlukan pilihan pemikiran mendalam (yaitu masalah keputusan), (2) etika menyangkut pedoman baik dan buruk (yaitu prinsip-prinsip moral) dan (3) etika menyangkut konsekuensi-kinsekuensi keputusan (yang baik) (Mas’ud, 2002).

Menurut Mas’ud (2002) etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan, su berarti baik, benar dan bagus. Jadi yang dimaksud etika atau dapat disebut sebagai akidah etik masyarakat dalah pedoman, patokan atau ukuran berperilaku yang tercipta melalui konsenus atau keagamaan atau kebiasaan yang didasarkan pada nilai baik dan buruk.

(2)

kegagalan dalam kehidupan (Ali, 1998). Nilai kerja dalam etika kerja Islam, diungkapkan Ali (1998) lebih bersumber dari niat (accompanying intentions) dari pada hasil kerja (result of work). Dia menegaskan bahwa keadilan dan kebaikan di tempat kerja merupakan keharusan guna kesejahteraan masyarakat dan tidak seorangpun tertunda upah mereka. Disamping kerja keras serta konsisten sesuai dengan tanggung jawabnya, kompetisi didorong dalam rangka untuk memperbaiki kualitas kerja. Singkatnya etika kerja Islam menyatakan bahwa hidup tanpa kerja adalah tidak berarti dan melaksanakan aktifitas ekonomi adalah sebuah kewajiban yang menegaskan bahwa etika kerja Islam patut mendapat penyelidikan yang serius karena merupakan hal yang ideal dimana seorang muslim mencoba untuk mewujudkan (Ali,1998).

Profesi auditor internal merupakan salah satu profesi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme mutlak diperlukan profesi. Triyuwono (2000) berpendapat bahwa profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggotanya, yaitu keahlian, berpengalaman, dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seseorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam setiap tindakan etisnya, sikap dan tindakan etis auditor akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya (Triyuwono,2000).

Meskipun profesi sudah menyediakan panduan bagi internal auditor yang selalu berhadapan dengan dilema-dilema etika melalui standar profesional, tetapi kemampuan internal auditor untuk terikat pada perilaku-perilaku yang ditentukan banyak dipertanyakan (Triyuwono,2000). Demikian juga dengan komitmen organisasi dan korelasinya telah banyak menarik perhatian sejumlah peneliti (Cohen,1999).

Beberapa penelitian di Barat mengenai etika kerja memfokuskan pada etika kerja Protestan yang mengungkapkan bahwa etika kerja Protestan tersebut mengajukan hubungan kausal antara etika kerja Protestan dan pengembangan Kapitalisme di masyarakat Barat. Teori tersebut menghubungkan kesuksesan dalam bisnis dengan kepercayaan dalam agama. Menurut Ali (1998), aturan etika kerja Islam berbeda dengan aturan etika kerja yang dilakoni agama lain, Agama Kristen (Protestan) sebagaimana juga beberapa agama timur lain cenderung

menekankan sifat kesementaraan hidup ini, dan nilai-nilai meditasi serta penyingkiran dari dunia ini. Di samping itu terjadi pemindahan antar kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Islam di sisi lain, menekankan bahwa kesalehan tidak diperoleh dengan cara melepaskan diri dari kehidupan dunia ini. Seorang muslim harus membuktikan kesalehannya melalui partisipasi aktif dalam persolaan kehidupan sehari-hari dan melalui perjuangan dalam kehidupan untauk melawaan kezaliman. Seorang muslim diharapkan berpartisipasi aktif di dunia dengan satu tuntutan bahwa segala bentuk perkembangan dan pertumbuhan material harus ditunjukan demi keadilan sosial dan peningkatan ketakwaan pribadi bagi ummah maupun bagi dirinya sendiri.

Mengacu pada beberapa penelitian di Barat mengenai etika yang mefokuskan etika kerja Protestan. Etika Kerja Protestan merupakan variabel yang karakterkan sebagai kepercayaan atas kepentingan kerja keras yang menyimpulkan bahwa pengalaman kerja seseorang dan sikapnya adalah faktor penting untuk sikap kerja. Semakin positif pengalaman-pengalaman kerja. Semakin positif pengalaman-pengalaman tersebut semakin tinggi keterlibatannya. Hackett et.al (1999) mengemukakan keterlibatan kerja sebagai mediator berdasarkan teori timbal balik sosial, yang memberikan syarat tertentu pada orang-orang yang ingin membalas budi atas keuntungan yang mereka dapat.

PEMBAHASAN

(3)

Agar pendidikan etika dan moral mempunyai arti, harus ada kesepakatan mengenai nilai-nilai yang dianggap “benar”. Hal ini dijelaskan menurut James W, Brakner, penulis “Ethics Column” dalam Management Accounting. Sepuluh dari nilai ini diidentifikasikan dan dijelaskan oleh Michael Josephson dalam teaching ethical Decision Making and Prinsiples reasioning. Kesepuluh nilai ini menghasilkan prinsip-prinsip yang menjelaskan benar dan salah dalam kerangka umum, kesepuluh nilai tersebut (1) Kejujuran (honesty), (2) Integritas (integrity), (3) memegang janji (promise keeping). (4) Kesetiaan (fidelity), (5) keadilan (fariness), (6) kepedulian terhadap sesamanya (carring for ofher), (7) penghargaan terhadap orang lain (respect for other), (8) kewarganegaraan yang bertanggungjawab (responsible citizenship), (9) pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence), dan akuntabilitas (accountability). Dengan demikian mereka menyediakan suatu acuan tingkah laku (Ketchand,1998).

Menurut Triyuwono (2000), bahwa tujuan organisasi menurut Islam adalah menyebarkan rahmat pada semua mahluk. Tujuan secara normatif berasal dari keyakinan Islam dan misi hidup sejati manusia. Tujuan itu, pada hakekatnya bersifat transendental karena tujuan itu tidaknya terbatas pada kehidupan dunia, tetapi pada kehidupan sesudah dunia ini (akhirat). Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak, tujuan itu dapat diterjemahkan dalam tujuan-tujuan yang lebih praktis, sejauh terjemahan itu masih terinspirasi dari dan meliput nilai-nilai tujuan utama. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan peraturan etik untuk memastikan bahwa upaya yang merealisasikan baik tujuan utama maupun tujuan operatif adalah di jalan yang benar.

Diungkapkan juga oleh Triyuwono (2000), bahwa etika itu terekpresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an. Hadist, Ijma, dan Qiyas. Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia. Didasarkan pada sifat keadilan, etika syariah, bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber serangkaian kriteria-kriteria untuk membedakan mana yang benar (haq) dan yang buruk (batil). Dengan menggunakan syaria, bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan Allah SWT tetapi juga memfasilitasi terbentuknya masyarakat secara adil yang didalamnya mencakup individu dimana mampu merealisasikan potensinya dan kesejahteraan bagi semua umat.

Syariah pada hakekatnya mempunyai dimensi batin (inner deimension) dan dimensi luar (outer dimension) (Triyowono, 2000). Dimensi luar tersebut bukan hanya meliputi prinsip moral Islam secara universal, tetapi juga berisi tentang misalnya; bagaimana individu harus bersikap dalam hidupnya, bagaimana seharusnya beribadah.

Afzallurahman (1995) mengungkapkan bahwa banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya kerja. Bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang diusaha-kannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya) (QS. An-Najm: 39-40). Dengan jelas dinyatakan dalam ayat ini bahwa satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu dari alam adalah dengan bekerja keras. Kemajuan dan keberhasilan manusia di muka bumi ini tergantung pada usahanya. Ali (1998) juga menyatakan kerja keras dipandang sebagai sebuah kebaikan, dan mereka yang bekerja dengan keras lebih mungkin untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidupnya. Sebaliknya tidak bekerja keras dipandang sebagai penyebab kegagalan hidup. Alam tidak mengenal pemisahan manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara yang hitam dan yang putih, bahkan antara muslim dan non muslim, masing-masing dari mereka diberi batasan atas apa yang dikerjakannya. Barang siapa bekerja keras ia akan mendapatkan balasannya. Prinsip ini berlaku untuk semua orang dan semua bangsa . Allah sekali-kali tidak akan merubah nikmat yang telah dianugerahkan Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Al –Anfal : 53). Pandangan etika kerja Islam mendedikasikan diri pada kerja sebagai suatu kebajikan (Ali, 1998). Etika kerja Islam merupakan bagian dari pandangan hidup Islam dan karenanya bersifat lengkap (Muhammad dan Farouni,2002). Terdapat konsistensi internal, atau kesimbangan, dalam konsep nilai-nilai penuntun individu. Ini sesuai dengan inti dari ayat Qur’an Surat Al-Baqarah : 143 yaitu “Maka kami jadikan kalian ummah yang adil dan sejahtera agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar rasulullah SAW menjadi saksi atas perbuatan kalian”

Syed Nawad Naqwi seperti dikutip oleh Ali(1998) mengemukakan sistem aksiomatika Etika Islam Yaitu :

(4)

keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsisteni dan keteraturan yang menyeluruh.

2. Kesimbangan (keadilan) menggam-barkan dimensi horisional dalm Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan keseimbangan yang harmonis. Sifat ini bukan hanya sekedar karakteristik alami, melainkan merupakan karateristik dinamis yang harus diperjuangkanoleh setiap muslim dalam kehidupannya.

3. Kehendak bebas (ikhtiyar) menyatakan bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai batas-batas tertentu mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan pencapaian kesucian diri. Manusia dianugrahi kehendakj bebas untuk membimbing kehidupannya di muka bumi .

4. Pertanggungjawaban merupakan prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia. Untuk tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. 5. Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung

makna kebenarn lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsure yaitu kebajikan dan kejujuran. Kebenaran adalah nilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang meliputi niat, sikap dan perilaku yang benar. Kebajikan adalah sikap ihsan yang merupakan tindakan member keun-tungan pada orang lain.

Seseorang bisa mempunyai pemaha-man yang lebih bagus mengenai etika kerja Islam, jika menerapkan kelima aksiomatika di atas dengan sungguh-sungguh.

Hubungan Etika Kerja Islam dan Komitmen Profesi Ada etika, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep diri dari sistem nilai yang ada pada internal auditor sebagai pribadi yang tidak lepas dari sistem nilai di luar dirinya. Tiap-tiap pribadi memiliki konsep diri sendiri yang turut menentukan perilaku etika-nya, sesuai dengan peran yang disandangnya (Khomsiyah dan Indriyanto, 1997)

Menurut Cohen (1999), setiap tindakan individu pertama-tama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, setelah berinteraksi dengan pengalaman –pengalaman pribadi dan sistem nilai individu, akan menetukan harapan-harapan atau tujuan-tujuan dalam setiap perilakunya, sebelum

akhirnya individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.

Komitmen profesi diartikan sebagai intensitas dan keterlibatan kerja individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai moral dan etika. Menurut Ketchand (1998) komitmen juga didefinisikan dalam literatur akuntansi sebagai berikut :

1. Suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai suatu profesi.

2. Kemauan untuk memainkan upaya tertentu atas nama profesi.

3. Gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada suatu profesi.

Komitmen pada profesi dikembangkan selama mengikuti proses sosialisasi yang menyertai masuknya profesi, yang bisa terjadi selama mengikuti kuliah diperguruan tinggi dan selama permulaan karir. Selama periode itu afiliasi dengan nilai professional dikembangkan dengan kuat. Hal yang sama juga dikemukakan dengan kuat oleh Ketchand (1998) bahwa komitmen profesi berkembang selama proses sosialisasi kedalam profesi yang dipilih bilamana penekanan-penekanan diberikan pada nilai-nilai profesi.

Khomsiyah dan Nur Indriyanto (1997) menyatakan bahwa komitmen profesi bisa dihasilkan dari proses akulturasi dan asimilasi pada saat masuk dan memilih untuk tetap dalam profesi yang bersangkutan dan juga menyimpulkan bahwa perilaku etik auditor berhubungan dengan tingginya komitmen auditor para profesi.

Seorang muslim diharapkan berpartisapsi aktif (dalam profesinya) di dunia dengan satu tuntutan bahwa segala bentuk pertumbuhan dan perkembangan materiil harus ditunjukan dmi keadilan social dan peningkatan ketakwaan spiritual baik bagi ummah maupun bagi dirinya sendiri. Dalam menjalankan profesinya seorang muslim harus selalu menyadari pentingnya sikap konsisten baik dalam melaksanakan ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu sesuai dengan firman – Nya dalm surat Al- Qashash ayat 80 yang artinya : “Pahala Allah SWT (yang kekal selamanya) yang terbesar akan diberikan kepada mereka yang percaya dan bekerja dengan benar, namun semua ini tidak akan bisa diperoleh kecuali oleh mereka yang menjaga tindakan dalam (kebaikan)”

(5)

Hubungan Etika Kerja Islam dan Komitmen Organisasi

Menurut Mowday, Porter an Steers (1982) dalam Mas’ud (2002), komitmen didefinisikan sebagai 1) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota suatu organisasi, 2) kemauan untuk berusaha dengan semangat yang tinggi (kerja keras) demi organisasi; 3) kepercayaan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Konstruksi dari komitmen organisasi memusatkan perhatian pada kesetiaan karyawan terhadap organisasi. Ini merupakan kondisi psikologi atau orientasi karyawan terhadap organisasi dimana karyawan bersedia mengeluarkan energi ekstra demi kepentingan perusahaan.

Penelitian terdahulu mengenai komitmen organisasi dan korelasinya (Hackett et.al, 1994; Knop, 1995) telah dilakukan pada berbagai sampel penelitian. Komitmen organisasi dan korelasinya dengan bidang kajian akuntansi juga mulai benyak menarik sejumlah peneliti (seperti Ketchand dan Strawser, 1998).

Sedangkan penelitian yang dikaitkan dengan etika dilaporkan Cooper et.al (1999) bahwa tidak ada perbedaan persepsi terhadap etika bisnis yang signifikan antara akuntan pendidik sekaligus akuntan publik. Akuntansi publik cenderung mempunyai persepsi yang paling baik dibandingkan yang lainnya. Orientasi etis auditor mempengaruhi tidak hanya sensivitas etisnya,tetapi juga komitmen yang lebih tinggi tidak menghasilkan auditor yang sensitif secara etis.

Dalam kehidupan berorganisasi dituntut adanya komitmen dari anggota-anggotanya. Agama Islam mengajarkan bahwa dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia akan diminta pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu sesuai denga Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 85,

“ Barang siapa memberikan hasil yang baik niscaya ia kan memperoleh bagian pahala. Dan barang siapa menimbulkan akibat yang buruk, niscaya ia akan memikul konsekuensinya”

Hubungan Etika Kerja Islam dan Keterlibatan Kerja

Keterlibatan kerja didefinisikan sebagai identifikasi psikologis individual terhadap tugas tertentu dan sebagai tingkatan dimana seseorang memendang seberapa pentingnya pekerjaannya.

Menurut Cohen (1999), keterlibatan kerja sebagai proses partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen bagi suksesnya suatu organisasi. Logika yang mendasari adalah bahwa dengan melibatkan para pekerja dalam keputusan-keputusan mengenai mereka dan dengan meningkatkan otonomi dan kendali mengenai kehidupan kerja mereka, para karyawan akan menjadi termotivasi, lebih berkomitmen terhadap organisasi, lebih produktif dan lebih puas dengan pekerjaan mereka.

Penelitian terdahulu menemukan korelasi signifikan untuk faktor-faktor personal dengan melihat dampak karateristik individual pada keterlibatan kerja, seperti tingginya kebutuhan terhadap kekuasaan serta keyakinan dalam etika kerja konvensional mengungkapkan bahwa dengan berbagai pendekatannnya yang menunjukan keterlibatan kerja mempengaruhi komitmen organisasi secara langsung dan kuat. Dari komitmen ini, keterlibatan kerja dalam pengaruh yang kuat untuk komitmen organisasi. Sedangkan keterlibatan kerja itu sendiri sangat dipengaruhi oleh etika kerja (dalam hal ini etika kerja protestan) yang memiliki peran kinci dalam mempengaruhi respon komitmen organisasi.

Al Qur’an tidak memberikan peluang bagi seorang muslim untuk menganggur sepanjang saat yang dialami dalam kehidupan dunia ini. Seorang muslim harus selalu terlibat dalam pekerjaannya. Hal ini ditegaskan dalam surat Al- Insyirah ayat 4 yang artinya:

“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang lain”

(6)

KESIMPULAN

Selama ini ilmu akuntansi khususnya tidak lepas dari ilmu-ilmu perilaku organisasi dan psikologi, berangkat dari semua ini maka makalah ini mencoba memgembangkan wacana baru pada bidang perilaku organisasi sumber daya manusia (SDM), yang juga merupakan bidang baru bagi akuntansi pengembangan dari akuntansi keperilakuan.

Penelitian akuntansi keperilakuan ini sebagai dasar untuk mendapatkan justifikasi empiris bagi hipotesis-hipotesis penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, walaupun konstruk-konstruk yang ada dibangun dan dikembangkan dari berbagai penelitian baik akuntansi dan penelitian manajemen diharapkan dapat membuka wacana baru pemikiran strategi akuntansi khususnya bidang akuntansi keperilakuan.

Dimensi etika kerja Islam yang mempengaruhi secara langsung terhadap komitmen profesi dan komitmen organisasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara etika kerja dengan komitmen. Hasil yang tidak signifikan yang berarti dimensi etika kerja Islam tidak mempengaruhi keterlibatan kerja, hal ini berdasarkandugaan berkaitan dengan nilai-nilai luhur etika Islam yang besifat universal yang meliputi

kejujuran, kebaikan, kebenaran,

pertanggungjawaban, kesatuan dan keseim-bangan.

Hasil penelitian di atas dapat menjadi masukan bagi organisasi profesi dapat membantu untuk mengenai dan peka terhadap masalah-masalah yang berkaiatan dengan etika khususnya etika kerja Islam dengan dimensi-dimensinya, bahwa disamping diatur oleh etika profesi juga ada etika yang berasal dari Allah SWT (bagi yang beragama Islam), sedangkan implikasi pada pengembangan ilmu akuntansi keperilakuan, disamping itu memberikan kontribusi praktis bagi organisasi guna kesuksesan perencanaan dan implementasi komitmen profesi, komitmen organisasi dan ketelibatan kerja melalui penciptaan suatu etika kerja yang baik terutama etika kerja Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman. (1995), Muhammad Sebagai Seorang, Pedagang, Jakarta : Yayasan Swara Bhumi.

Ali, Abbas, (1996), “Organizational Development in The Arab World” Journal Management. Vol. 15(5)

Ali, Abbas (1998) “Scaling an Islamic Work Ethic” ,The Journal of Socyal Psycology. Vol 128 (5)

Cohen, Aaron. (1999). Relationship Among Five Forms of Commitment and Empirical Assessment, “Journal of Organisational Behavioral”. Vol 20

Cooper, Donald R And C, William Emory, (1999). Metode Penelitian Bisnis. Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Fuad Mas’ud. (2002). 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hackett. Rick D, Peter Bycio, and Peter A Housdorf,

(1994). “Further Assessment op Meyer and allen’s (1991) Three Component Model of Organizational Commitment”. Journal of Applied Psycjology. Vol 79 No.1

Iwan Triyuwono, (2000). Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta : LKIS

Ketchand, Alice A .And Jewry R. Strawser. (1998).”The Exitence of Multiple Meausures of Organizational Commitment and Experience related Difference in a Public Accounting Setting” Behavioral research in Accounting Vol 10

Khomsiyah dan Nur Indriyanto (1997), “Pengaruh Orientasi etika Terhadap Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKJ Jakarta” Simposium Nasional Akuntansi (SNA) I.

Knop, Robert. (1995). Relationship Among Job involvement, Job Satisfaction , and Organizational Commitment for Nurse” The Journal of Psychology, 129 (6).

Referensi

Dokumen terkait

Di desa Gempol Denok Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, kondisi perekonomian sebagian besar masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian sehingga banyak yang

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui perbandingan waktu erupsi gigi susu incisivus pertama pada bayi

Disisi lain setelah styrofoam tidak digunakan, menjadi limbah yang sulit untuk diuraikan, pada penelitian ini styrofoam dibuat Lem Lateks pekat yaitu jenis karet yang berbentuk

Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 83 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang Perpustakaan,

Bagi guru mata pelajaran PPKn dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik hendaknya agar lebih kreatif dalam menciptakan suasana kelas yang

Menurut teman sebangkunya X adalah anak yang sering membuat keramaian di kelas dengan mengganggu teman-temannya, sering tidak memperhatikan pelajaran, sering datang

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan media screencast-o-matic dengan hasil belajar mahasiswa yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Sistem Informasi Praktik Industri Berbasis Web pada Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer FKIP UNS