• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan Antenatal 2.1.1. Pengertian Antenatal - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Bidan Desa tentang Pelayanan Antenatal di Kabupaten Pidie tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan Antenatal 2.1.1. Pengertian Antenatal - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Bidan Desa tentang Pelayanan Antenatal di Kabupaten Pidie tahun 2014."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.Pelayanan Antenatal

2.1.1. Pengertian Antenatal

Pelayanan Antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Menurut Fraser (2009), Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan.

Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2005).

(2)

dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005).

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan memengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif yang diberikan kepada semua ibu hamil dengan tujuan umum memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat, adapun tujuan khusus menyediakan pelayanan antenatal, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB, pemberian ASI, menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal, komprehensif, berkualitas dan mendeteksi secara dini penyakit yang diderita ibu hamil, melakukan intervensi terhadap penyakit serta melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan system rujukan yang ada (Kemenkes RI, 2012).

Pelayanan antenatal dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat.

(3)

3. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.

4. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/ komplikasi.

5. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.

6. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/ komplikasi.

2.1.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

2.1.2.1. Tujuan Umum

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

(4)

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal (Saifuddin, 2002).

Menurut Mochtar (2012) tujuan Antenatal adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

2.1.2.2 Keuntungan Antenatal

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba, 2008).

2.1.2.3 Fungsi Antenatal

Menurut Kemenkes RI (2012), fungsi antenatal care adalah sebagai berikut: 1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan. 2. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi

dan merujuk bila perlu.

3. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.

2.1.2.4 Pemeriksaan Kehamilan

(5)

Pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 x selama masa kehamilan. Dimana waktu dan manfaat yang dapat diperoleh pada setiap pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Pertama (K1)

Kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan dengan petugas kesehatan yang dilakukan pada usia kehamilan 0 – 3 bulan. Pelayanan antenatal yang diberikan meliputi :

a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan b. Pengukuran tekanan darah

c. Penilaian status gizi dengan pengukuran lingkar lengan atas / LILA d. Pemberian tablet tambah darah (TTD1)

e. Skrining status imunisasi T, serta berikan imunisasi sesuai status imunisasi ibu hamil.

f. Tatalaksana kasus

g. Pemeriksaan Laboratorium antara lain: Hb dan golongan darah h. Konseling bumil termasuk KB pascapersalinan

Hasil yang diharapkan pada pemeriksaan ini adalah terdeteksinya faktor risiko pada ibu hamil.

2. Pemeriksaan Kedua (K2)

(6)

1. Penimbangan berat badan 2. Pengukuran tekanan darah 3. Pemeriksaan tinggi fundus

4. Pemberian tablet tambah darah (TTD2)

5. Pemeriksaan Laboratorium seperti protein urin tes, glukosa tes atas indikasi 6. Pemeriksaan denyut jantung janin

7. Skrining status imunisasi T, serta berikan imunisasi sesuai status imunisasi ibu hamil

8. Konseling KB pascapersalinan

9. Tatalaksana kasus setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan kewenangan petugas kesehatan.

Hasil yang diharapkan adanya penambahan berat badan dan terdeteksinya keadaan komplikasi / penyulit ibu hamil.

3. Pemeriksaan Ketiga (K3)

Kontak ulang ibu hamil dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang dilakukan pada usia kehamilan 7 – 8 bulan. Pelayanan antenatal yang diberikan meliputi :

1. Penimbangan berat badan 2. Pengukuran tekanan darah 3. Pemeriksaan tinggi fundus 4. Pemeriksaan letak janin

(7)

6. Pemberian TTD3

7. Skrining status imunisasi T, serta berikan imunisasi sesuai status imunisasi 8. Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

9. Konseling KB pascapersalinan 10.Tatalaksana kasus

Hasil diperoleh perlindungan lengkap ibu hamil melalui TTD3 dan TT2. 4. Pemeriksaan Keempat (K4)

Kontak ibu hamil dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang dilakukan pada usia kehamilan 8 – 9 bulan. Pelayanan antenatal yang diberikan meliputi :

a. Penimbangan berat badan b. Pengukuran tekanan darah c. Pemeriksaan letak janin

d. Pemeriksaan denyut jantung janin

e. Pemberian TTD3, bila belum diberikan pada saat K3

f. Skrining status imunisasi T, serta berikan imunisasi sesuai status imunisasi g. Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Hb2) sesuai indikasi

h. Kepastian KB pascapersalinan

(8)

2.1.2.5 Pelayanan Antenatal

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar menurut Kemenkes 2012 dalam Buku KIA, terdiri dari:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA).

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3. Ukur tekanan darah

(9)

4. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6. Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

7. Beri Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

(10)

mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

8. Beri tablet tambah darah (Tablet besi/ FE)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

9. Periksa Laboratorium (rutin dan Khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: a. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b. Pemeriksaan kadar Haemoglobin darah (HB)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat memengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

c. Pemeriksaan Protein dalam Urine

(11)

adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.

d. Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

e. Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi. f. Pemeriksaan Tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g. Pemeriksaan Human Imunologi Virus (HIV)

(12)

h. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan Batang Tahan Asam (BTA) dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak memengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut di atas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

10.Tatalaksana penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. 11.KIE efektif

KIE efektif dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal yang meliputi : 1) Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.

2) Prilaku hidup bersih dan sehat

(13)

dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

3) Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi. Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dan sebagainya. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan. 5) Asupan gizi seimbang

(14)

6) Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS, tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat memengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi).

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

8) Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

9) Keluarga Berencana (KB) pasca salin

(15)

10)Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

11)Peningkatan kesehatan inteligensia pada kehamilan (Brain booster)

Untuk dapat meningkatkan inteligensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan. 2.1.2.6 Jenis Pelayanan

Pelayanan antenatal diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terdiri dari :

a. Anamnesa

Dalam memberikan pelayanan antenatal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:

1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini

2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil :

1) Muntah

(16)

2) Pusing

Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.

3) Sakit kepala

Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

4) Perdarahan

Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.

5) Sakit perut yang hebat

Nyeri perut yang hebat dan tidak tertahankan dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.

6) Demam

Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.

7) Batuk lama

Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lebih lanjut dapat dicurigai ibu menderita TBC.

8) Berdebar-debar

(17)

9) Cepat lelah

Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita kurang darah.

10)Sesak nafas atau sukar bernafas

Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.

11)Keputihan yang berbau

Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil. 12)Gerakan janin

Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil harus waspada. 13)Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara

sendiri, tidak mandi, Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsultasikan ke psikiater.

(18)

kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan dukungan agar mau membuka diri. 3. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang

sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.

4. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid. 5. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

6. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.

7. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat pemakaian obat Malaria.

8. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan penyakit menular seksual.

9. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.

Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain :

a. Siapa yang akan menolong persalinan?

(19)

b. Dimana akan bersalin?

Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau di rumah sakit? c. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?

Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi persalinan dan kegawat-daruratan obstetri dan neonatal.

d. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan? Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.

e. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?

Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.

Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya.

2.1.2.7 Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

(20)

1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (<14 minggu).

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-3 6 dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, 2002).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya.

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda ada atau tidak.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

(21)

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Saifuddin, 2002). 2.1.2.7Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal meliputi berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.

Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Tiap Trimester Kehamilan

No Jenis Pemeriksaan Trimester I

√ : rutin : dilakukan pemeriksaan rutin

* : khusus : dilakukan pemeriksaan atas indikasi

(22)

2.2.Bidan

2.2.1 Pengertian Bidan

Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2004) adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek, Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan. Wewenang tersebut berdasarkan peraturan Menkes RI. Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggara praktek bidan.

Federation of International Gynecologist and Obstetrician atau FIGO (1991)

dan World Health Organization atau WHO (1992) mendefinisikan bidan adalah

(23)

2.2.2 Kompetensi Bidan

Kompetensi adalah karakteristik dari suatu kemampuan seseorang yang dapat dibuktikan sehingga memunculkan suatu prestasi kerja (Dessler, 2004). Kompetensi bidan adalah kemampuan dan karakteristik yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang harus dimiliki seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggungjawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (PP IBI, 2004).

Kompetensi Bidan dalam pelayanan Antenatal, pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial:

Kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etika yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarnya.

Pra Konsepsi KB dan Ginekologi

2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

Asuhan Konseling selama Kehamilan

(24)

Asuhan Selama Hamil dan Kelahiran

4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

Asuhan Pada Ibu Nifas dan Menyusui

5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

Asuhan Pada Bayi dan Balita

7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun).

Kebidanan Komunitas

8. Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan adat dan budaya setempat. Asuhan Pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi

(25)

2.2.3 Kinerja Bidan Desa

Menurut Depkes RI (1997), kinerja bidan desa sesuai dalam buku panduan bidan di tingkat desa dapat di ukur melalui keberhasilan bidan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan desa yaitu:

1. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi serta keluarga berencana melalui upaya strategis antara lain : Posyandu dan Polindes.

2. Menjaring seluruh kasus risiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan memadai sesuai kasus dan rujukannya. 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak

di wilayah kerjanya.

(26)

2.3 Kinerja

2.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja menurut Rivai (2004) merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai evaluasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dan suatu hal yang penting dalam mencapai tujuan. Dharma, (2005) menyatakan suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai target yang direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang tentukan. Hariandja, (2005) merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Dengan tujuan penilaian untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi. Bangun, (2012) hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.

2.3.2 Penilaian Kerja

Dharma (2004) menyatakan bahwa hampir seluruh cara penilaian kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

(27)

3. Ketepatan waktu yaitu sesuai atau tidaknya dengan waktu yang telah direncanakan.

Hariandja (2005) menyatakan suatu proses organisasi dalam menilai untuk kerja pegawai secara lebih rinci dikemukakan sebagai berikut :

1. Perbaikan untuk kerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang diberikan organisasi.

2. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatannya penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya.

3. Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif.

4. Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi.

5. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu untuk kerja yang tidak baik menunjukkan adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

(28)

7. Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama pada pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang objektif berarti meningkatkan perlakuan yang adil bagi pegawai.

8. Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian untuk kerja atasan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya untuk kerja yang jelek, sehingga atasan dapat membantu menyelesaikannya.

9. Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia, yaitu dengan diketahuinya unjuk kerja pegawai secara keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak.

10.Penyesuaian gaji dapat dipakai secara informasi untuk mengompensasi pegawai secara layak sehingga dapat memotivasi kerja.

(29)

Rivai (2004) penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok yaitu : 1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa

lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang sumber daya manusia (SDM) di masa yang akan datang.

2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk perkembangan karier dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan karyawannya.

Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat dijadikan sebagai dasar penilaian pekerjaan. Untuk memudahkan penilaian kinerja karyawan, standar pekerjaan dapat diukur.

Bangun (2012) mengajukan lima kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja sebagai berikut:

1) Jumlah Pekerjaan

Menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. Setiap pekerjaan memiliki persyaratan yang berbeda sehingga menuntut karyawan harus memenuhi persyaratan baik pengetahuan, ketrampilan, maupun kemampuan yang sesuai. 2) Kualitas Pekerjaan

(30)

3) Ketepatan Waktu

Setiap Pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya.

4) Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan.

5) Kemampuan Kerja Sama

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang. Untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan oleh dua orang karyawan atau lebih.

Bernardin dan Russel dalam Fatimah, (2012) mengajukan enam kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja sebagai berikut.

1) Quality

Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

2) Quantity

Merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya : jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.

3) Timeliness

(31)

4) Cost Effective

Yaitu tingkat sejauh mana penerapan sumber daya manusia, keuangan, teknologi, material dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit pengguna sumber daya

5) Need for Supervisor

Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

6) Interpersonal Import

Merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara harga diri, nama baik dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.

Penerapan standar diperlukan untuk mengetahui apakah kriteria karyawan telah sesuai dengan sasaran yang telah diharapkan, sekaligus melihat besarnya penyimpangan dengan cara membandingkan antara hasil pekerjaan aktual dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu adanya suatu standar yang baku merupakan tolak ukur bagi kinerja yang akan dievaluasi.

Mathis dan Jackson (2002) mengemukakan kinerja karyawan dapat memengaruhi seberapa banyak memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk:

(32)

4. Kehadiran di tempat kerja 5. Sikap kooperatif

2.3.3 Hambatan Penilaian Kinerja

Penilaian yang dilakukan dengan baik sesuai fungsinya akan sangat menguntungkan organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, dalam proses melakukan penilaian kinerja yang baik terdapat beberapa penyebab kesalahan dalam penilaian kinerja (Hariandja, 2005) sebagai berikut:

1. Kesalahan penilaian

Proses penilaian dilakukan oleh manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan-kesalahan, yang dapat diakibatkan oleh manusia, kecenderungan kesalahan penilaian yang harus diperhatikan:

a) Hallo effect yaitu penyimpangan yang terjadi karena pendapat pribadi /

subjektif penilaian memengaruhi penilaian unjuk kerja.

b) The error of central tendency yaitu penilai tidak senang memberikan penilaian jelek atau baik kepada pegawai, sehingga cenderung menilai secara rata-rata. c) The leniency and strictness biases yaitu penilai terlalu lunak atau terlalu keras

mengakibatkan penilai cenderung memberikan nilai terlalu rendah sehingga tidak mencerminkan pelaksanaan unjuk kerja yang sesungguhnya.

d) Personal prejudice yaitu penilaian didasarkan atau dipengaruhi oleh

(33)

e) The recency effect yaitu penilai mendasarkan penilaiannya pada prilaku-prilaku kerja yang paling akhir.

2. Ketidaksiapan penilaian

Penilaian mungkin tidak disiapkan untuk melakukan penilaian ini dapat mengakibatkan:

a) Penilaian kurang percaya diri

b) Keterbatasan pengetahuan mengenai pekerjaan c) Kurangnya waktu untuk melakukan penilaian 3. Ketidakefektifan praktek dan kebijakan organisasi

Dalam hal ini adalah, tidak ada reward penilai, norms supporting leniency dan lack of appropriate accountability. Sesungguhnya penilaian bukan pekerjaan yang

mudah dimana pekerjaan tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. norms supporting leniency meliputi kebiasaan yang terjadi bahwa penilaian yang jelek terhadap bawahan menunjukkan kelemahan atasan dalam membina bawahan.

4. Formulir penilaian yang tidak baik

(34)

2.3.4 Manfaat Penilaian Kerja

Mengenai manfaat penilaian kinerja Bangun (2012) mengemukakan sebagai berikut:

1. Evaluasi antar individu dalam organisasi

Penilaian kinerja dapat bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu dalam organisasi. Tujuan ini dapat memberi manfaat dalam menentukan jumlah dan jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap individu dalam organisasi.

2. Pengembangan diri setiap individu dalam organisasi

Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan karyawan, setiap individu dalam organisasi dinilai kinerjanya, bagi karyawan yang memiliki kinerja rendah perlu dilakukan pengembangan baik melalui pendidikan maupun pelatihan.

3. Pemeliharaan sistem

Berbagai sistem yang ada dalam organisasi, setiap subsistem yang ada saling berkaitan antara satu subsistem lainnya. Oleh karena itu sistem dalam organisasi perlu dipelihara dengan baik. Tujuan pemeliharaan sistem akan memberi beberapa manfaat seperti pengembangan perusahaan dari individu, evaluasi pencapaian tujuan oleh individu atau tim, perencanaan sumber daya manusia, penentuan dan identifikasi kebutuhan pengembangan organisasi.

4. Dokumentasi

(35)

2.3.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Walaupun seorang pimpinan sudah ahli dalam menilai dan sudah berpengalaman melakukan penilaian atas kinerja karyawannya namun produktifitas mereka tidaklah sama. Menurut Mahmudi (2007), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja adalah terdiri dari lima faktor, sebagai berikut.

1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

1) Cara mendapatkan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dikelompokkan menjadi dua yaitu, cara tradisional (non ilmiah) dan modern (ilmiah) yaitu : a) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :

(1) Cara coba salah (trial dan error)

(36)

tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.

(2) Cara kekuasaan atau otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

(3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

(4) Melalui jalan pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiran.

b) Cara modern memperoleh pengetahuan

(37)

2) Faktor-Faktor yang memengaruhi pengetahuan a) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001).

Umur harus mendapat perhatian karena akan memengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang (Hasibuan, 2009). b) Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 2010). Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan diklasifikasikan menjadi :

a. Pendidikan tinggi: akademi/ PT b. Pendidikan menengah: SLTP/SLTA c. Pendidikan dasar : SD

(38)

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experiment is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010).

3) Tingkat Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas 6 tingkat yaitu:

a) Tahu (Know)

(39)

orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar. c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation)

(40)

2. Keterampilan

Keterampilan adalah :suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien. Kata Keterampilan sama artinya dengan kata cekatan, terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat yang benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil, demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (Suprianto, 2012).

3. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan kemampuan diri dan rasa percaya diri akan merambah ke seluruh karyawan (Sunarto, 2005).

Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan tindakan.

Macam-Macam Percaya diri yaitu :

a) Self-concept : bagaimana mengkonsepsikan diri secara keseluruhan b) Self-esteem : sejauh mana meyakini adanya sesuatu yang bernilai,

bermartabat atau berharga di dalam diri.

c) Self-efficacy : dapat meyakini kapasitas diri dalam menangani urusan tertentu.

(41)

4. Motivasi

Motivasi adalah sesuatu yang pokok, sehingga mendorong seseorang untuk bekerja (Arek & Tanjong, 2004). Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya melakukan tindakan (George R. Terry dalam Sedarmayanti, 2011). Motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi kea rah tujuan yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual. Dari batasan yang diutarakan secara sederhana dapat dikatakan motivasi merupakan timbulnya perilaku yang mengarah pada tujuan.

Manfaat motivasi dapat menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Seseorang dapat bekerja dengan termotivasi, bekerja sesuai standar, senang bekerja, merasa berharga, bekerja keras, sedikit pengawasan dan semangat juang tinggi (Arek & Tanjong, 2004).

5. Komitmen

(42)

Robert Walton, penulis berkebangsaan Amerika mengatakan pentingnya komitmen dalam suatu kinerja. Adapun langkah-langkah untuk meningkatkan komitmen yaitu :

a. Libatkan karyawan dalam mendiskusikan tujuan dan nilai-nilai organisasi b. Berbicaralah kepada para anggota tim secara informal dan formal mengenai

apa yang sedang terjadi di dalam departemen dan rencanakan masa depan yang akan memengaruhi mereka.

c. Libatkan anggota tim dalam menetapkan harapan bersama sehingga mereka merasa memiliki dan melaksanakan tujuan tersebut.

d. Bantulah karyawan mengembangkan keterampilan dan kompetensinya untuk meningkatkan kemampuan kerja mereka baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.

e. Ambillah langkah untuk meningkatkan kualitas kerja dalam departemen, cara melakukan pekerjaan, cara mendesain pekerjaan, gaya manajemen dan bangunlah budaya ambil keputusan sendiri jangan budaya perintah dan awasi. f. Jangan memberi janji-janji untuk memberi kerja seumur hidup, katakana

bahwa perusahaan akan semampunya untuk memberi kesempatan kerja dan berkembang.

(43)

2) Faktor Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan dan kepemimpinan juga dapat mengajak karyawan agar bertindak secara benar.

a) Pengertian Bidan Koordinator

Bidan koordinator (Bikor) adalah bidan di puskesmas karena kemampuannya mendapat tanggung jawab membina bidan di wilayah kerjanya baik secara perorangan maupun berkelompok.

b) Tugas Pokok

Tugas pokok bikor adalah :

1) Melaksanakan penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja bidan di wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan manajemen program KIA.

2) Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik secara horizontal dan vertikal ke dinas kesehatan kabupaten/kota maupun pihak lain yang terkait.

(44)

c) Fungsi Bidan Koordinator

Untuk menjalankan tugas pokok di atas, maka Bikor diharapkan menjalankan fungsi:

(1) Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidan. (2) Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.

(3) Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA termasuk penilaian terhadap prasarana dan logistik (fasilitas pendukung), kinerja klinis dan kinerja manajerial bidan di wilayah kerjanya.

(4) Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta melaksanakan tindakan koreksi yang mengarah pada peningkatan mutu pelayanan KIA.

(5) Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada bidan di wilayah kerjanya.

(6) Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan pemberian penghargaan terhadap bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan pendidikan dan pengembangan karir bidan (Depkes, 2010).

3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi. 5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan

(45)

2.4. Landasan Teori

Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pekerjaan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, untuk tujuan, misi dan visi organisasi. Indikator kinerja merupakan ukuran kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Dengan memperhatikan indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Indikator kinerja harus merupakan suatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kinerja. Evaluasi kinerja merupakan suatu analisa dari interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian suatu kegiatan.

(46)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

0

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

A. Faktor individual 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. Kepercayaan diri 4. Motivasi

5. Komitmen

B. Faktor

Kepemimpinan

Kinerja Bidan Desa tentang Pelayanan

Gambar

Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Tiap Trimester Kehamilan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian, tidak semua faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas, disarankan bagi peneliti selanjutnya

6 ANC adalah salah satu program Safe Motherhood yang memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan

langkah yang strategis dalam memberikan pengarahan dan bimbingan serta evaluasi.. terhadap bidan desa dalam pelayanan

Menurutnya hal ini terjadi karena pertolongan persalinan banyak yang dilakukan oleh bidan serta dukun yang kurang terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III yang baik

Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi6. dan memberikan pertolongan pertama

dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil adalah faktor predisposisi,.. faktor pemungkin

Hasil distribusi responden dari motivasi bidan desa menunjukkan masih ada bidan desa yang tidak pernah memberikan informasi kepada kader untuk melakukan pendataan sasaran posyandu

2 Pernyataan standar Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses