BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Defenisi
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui segera setelah lahir dengan mencari sendiri payudara ibunya. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan
dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir.
Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara.
Ada beberapa intervensi yang dapat menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari
dan menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu
melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu
pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti operasi Caesar, vakum,
forcep, bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang digunting saat epistomi dapat pula menganggu
kemampuan alamiah ini (Rusli Utami, 2008).
Informasi ini penting untuk tenaga kesehatan, keluarga sebelum melakukan IMD. Juga
dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk
memberi kesempatan merangkak mencari payudara ibu atau the breast crawl. Inisiasi menyusui
dini dapat melatih motorik bayi, dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara
dengan kulit mampu memberikan efek psikologis yang kuat di antara keduanya.untuk melakukan
inisiasi menyusui dini, dibutuhkan waktu, kesabaran, serta dukungan dari keluarga.
Sebenarnya, bayi yang lahir dalam kondisi normal dengan kelahiran tanpa operasi bisa
menyusu kepada ibunya tanpa dibantu pada waktu sekitar satu jam.kondisi itu tidak terjadi dalam
kelahiran dengan operasi Caesar maka, kemungkinan keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini hanya
sekitar 50%, termaksud kelahiran bayi dengan penggunaan obat kimiawi.
Bayi normal disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu dan dua
menit pada setiap payudara ibu.dengan mengisapnya, bayi terjadi perangsangan terhadap
pembentukan air susu ibu secara tak langsung rangsang isap membantu mempercepat pengecilan
uterus.walaupun air susu ibu yang berupa kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes. Ini
sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari hari pertama (Sumarah dkk, 2009).
Dalam proses inisiasi menyusui dini dibutuhkan kesiapan mental ibu. Ibu tidak boleh
merasa risih ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya.saat inilah, dukungan dari keluarga,
terutama suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan melakukan inisiasi menyusui dini usai
melahirkan (Prasetyono, 2005).
Melakukan IMD berarti ”bayi belajar beradaptasi dengan kelahiran-nya di dunia, dimana
dia yang baru saja keluar dari tempat ternyaman di dunia yaitu di dalam rahim sang ibu berjuang
dengan kemampuan yang dianugrahkan Allah kepadanya dengan segala prosesnya untuk
mencari sendiri puting susu ibunya.
Selain itu proses IMD menimbulkan kedekatan antara si ibu dengan si bayi sebab, dengan
memisahkan si ibu dengan bayinya ternyata daya tahan si bayi akan drop hingga mencapai 25%.
Ketika si ibu bersama dengan si bayi, daya tahan sibayi akan berada dalam kondisi prima, si ibu
2. Tujuan Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Sekitar 40%
kematian balita pada satu bulan pertama kehidupan bayi.
Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu efektif dan lama menyusu
sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh.
Inisiasi menyusu diri juga berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals
(MDGs) yakni :
a. Membantu mengurangi kemiskinan
Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia dalam setahun disusul secara ekslusif enam bulan
berarti biaya pembelian susu formula selama enam bulan tidak ada.
b. Membantu mengurangi kelaparan
Pemberian asi membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai dua tahun juga
mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya
terjadi pada usia dini.
c. Membantu mengurangi angka kematian anak.
3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini
akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan
lebih jarang menangis ehingga mengurangi pemakaian energi.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan
berkembangbiak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri "jahat" dari
lingkungan.
d. "Bounding" (ikatan kasih sayang) antara ibu-ibu bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam
pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
e. Makanan awal non- ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia,
misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat menganggu pertumbuhan fungsi usus dan
mencetuskan alergi lebih awal.
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu dini lebih berhasil ekslusif
dan akan lebih lama disusui, fungsinya asi sangat cukup untuk tumbuh kembang bayi
dengan baik, sebagai titik awal kualitas sumber daya manusia, asi juga sebagai alat
kontrasepsi tiga bulan dan memperkecil kejadian kanker payudara
g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
h. Hormon oksitosin akan bekerja sama dengan hormone proklatin yang menyebabkan otot
kecil di sekelilingi alveoli mengerut sehingga mengalirkan air susu ke puting, pengeluaran
oksitosin juga menyebabkan rahim berkontraksi dan membantu pengeluaran plasenta serta
mengurangi perdarahan.
i. Bayi mendapat asi kolostrum asi yang pertama kali keluar. Kolostrum, asi istimewa yang
kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk
pertumbuhan usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus.
j. Ibu dan ayah akan merasa bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali
mengajankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat
4. Tata laksana Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri
yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan
membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya.
a. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat
diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi, gerakan.
b. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan cara yang diinginkan, misalnya melahirkan didalam
air, atau dengan jongkok.
c. Setelah bayi dilahirkan, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali
tangannya. Lemak putih atau vernix yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
d. Bayi ditengkurapkan didada atau di perut ibu dengan skin to skin contack, posisi ini
dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusui awal selesai. Keduanya di selimuti.
Jika perlu, gunakan topi bayi.
e. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut,
tetapi tidak memaksa bayi ke puting susu.
f. Ayah didukung agar membatu ibu anak untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusui yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih. Jika
belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
h. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu
awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin k dan tetesan mata bayi
dapat ditunda.
i. Dengan rawat gabung ibu dan bayi akan mudah merespon bayi selama 24 jam ibu dan bayi
tetap tidak dapat dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman
pre-lakktal (cairan yang diberikan sebelum asi keluar) dihindarkan.
j. Dalam IMD akan melalui 5 tahapan prilaku sebelum dia menyusui, yakni:
1. Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak
bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan luar
kandungan.
2. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium,
dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya.
Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa adamakanan disekitarnya, bayi mulai
mengeluarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan
perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala, menoleh kekanan dan
kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan
tasngannya.
5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, melekat dan menyusu
B. Bidan 1. Defenisi
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, jika
melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk mendapatkan izin praktik dari
lembaga yang berwenang. Dalam melaksanakan praktik, bidan harus mampu memberikan
asuhan sesuai dengan kebutuhan pada: wanita hamil, bersalin, nifas, BBL, bayi dan balita
(Hidayat dan mudfilah, 2009).
Bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku. Jika
melakukan peraktek yang bersangkutan harus mempunyai kualifikasi agar mendapatkan lisensi
untuk praktik (Sujianti dan Susanti, 2009).
2.Peran fungsi dan kompetensi bidan A. Peran sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana,bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu:
1. tugas mandiri
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan:
1. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2. Menentukan diagnosa
3. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
5. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
7. Membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan
b. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien :
1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah
2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan dasar
3. Menyusun rencana tindakan/layanan dasar
4. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana
5. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien
6. Membuat catatan dan pelaporan asuhan kebidanan
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
1. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil
2. Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun
5. Mengevaluasi hasil asuahn yang telah diberikan bersama klien
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
7. Membuat pencatatan dan laporan asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien/keluarga:
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien masa persalinan
2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun
6. Membut rencana tindakan pada ibu masa persalinan tersaing dengan prioritas
7. Membuat asuhan kebidanan
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
1. Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga
2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
5. Mengevaluasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut
7. Membuat rencana pencatatan dan laporan asuhan yang telah diberikan
f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa nifas
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klen
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana:
1. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada PUS/VUS
2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan
3. Menusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien
5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien
7. Membuat pencatatan dan pelaporan
2. Tugas kolaborasi/kerjasama
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
1. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa,prognosa dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
3. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta
kerjasama dengan klien
4. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien
5. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
7. Membuat pencatatan dan pelaporan
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi den prtolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
1. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa,prognosa,dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan
kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan resiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa,prognosa,dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan
kegawat daruratan
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas
5. Mengevaluasikan hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan
resiko tinggi
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga
7. Membuat catatan dan laporan
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan
1. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan keadaan
kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa,prognosa,dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan
kegawat daruratan
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan
pertama sesuai prioritas
5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga
7. Membuat catatan dan laporan
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
keadaan daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa,prognosa,dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan
kegawatan
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama sesuai prioritas
5. Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama yang telah diberikan
7. Membuat catatan/laporan
f. Memberikan asuhan kebidanan paa balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga
1. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa,prognosa,dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan
kegawat daruratan
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan memerlukan
pertolongan pertama sesuai prioritas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
sesuai prioritas
5. Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama yang telah diberikan
6. Menusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga
7. Membuat catatan/laporan
3. Tugas ketergantungan/merujuk
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien/keluarga
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup
kewenangan bidan dan memerlukan rujukan
2. Menentukan diagnosa,prognosa dan prioritas serta sumber sumber dan fasilitas untuk
3. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap
4. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada hamil dengan tinggi dan
kegawat daruratan
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
2. Menentukan diagnosa,prognosa,prognosa,dan prioritas
3. Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
5. Mengirim klien untuk keperlukan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang
6. Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
1. Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam persalinan yang
memerlukan rujukan
2. Menentukan diagnosa,prognosa dan prioritas
3. Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
4. Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepada petugas/instansi pelayanan kesehatan
yang berwenang
5. Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan melibatkan klien/keluarga
1. Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawat daruratan pada ibu dalam masa nifas yang
memerlukan konsultasi rujukan
2. Menentukan diagnosa,prognosa,dan prioritas masalah
3. Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
4. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang
5. Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi
yang sudah diberikan
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawat
daruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
1. Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada bayi baru lahir yang memerlukan
konsultasi dan rujukan
2. Memerlukan diagnosa,prognosa dan prioritas masalah
3. Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan dan memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
4. Mengirim klien kepad institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
5. Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan
B. Peran sebagai pengelola
1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat
a. Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan
program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat
c. Mengelola kegiatan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu
dan anak serta KB sesuai dengan rencana
d. Mengkordinir,mengawasi,dan membimbing kader,dukun atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB
e. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khusunya kesehatan
ibu dan anak serta KB termaksud pemanfaatan sumber sumber yang ada pada program dan
sektor terkait
f. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi potensi yang ada
g. Mempertahankan,meningkatkan mutu dan keamanan praktek profesional melalui
pendidikan,pelatihan,magang dan kegiatan kegiatan dalam kelompok profesi
h. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
2. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah
kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,kader kesehatan lain yang berada di
bawah bimbingan dalam wilayah kerja
a. Bekerja sama dengan puskesmas dan institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut
b. Membina hubungan baik dengan dukun kader kesehatan /PLKB dan masyarakat
d. Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
e. Membina kegiatan kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
C. Peran sebagai pendidik
1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu keluarga kelompok dan
masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan
pihak terkait kesehatan ibu, anak, KB
a. Bersama klien pengkajian kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu,anak dan keluarga berencana
b. Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai
dengan kebutuhan yang telah dikaji baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang
c. Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah
disusun
d. Bersama klien mengevaluasikan hasil pendidikan /penyuluhan kesehatan masyarakat dan
menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan program di masa yang akan
datang
D. Peran sebagai peneliti/investigator
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
b. Menyusun rencana kerja pelatihan
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
d. Mengolah data menginterprestasikan data hasil investigator
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
D. Peran Bidan dalam Meningkatkan IMD dan Pemberian ASI Eksklusif
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah kebehasilan menyusui.
Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya
dalam konteks ASI ekslusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk
menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang.
Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit
sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter karena merekalah
yang pertamatama akan membantu ibu bersalin melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Petugas
kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar,
petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD dan
ASI Eksklusif.Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya.
Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih
dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk
melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif. Kesiapan petugas kesehatan termasuk bidan dalam
program laktasi merupakan kunci keberhasilan. Peranan bidan dalam menyukseskan IMD dan
ASI Eksklusif tidak lepas dari wewenang bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu dan anak
sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes no 900/Menkes/SK/2002 Bab V Pasal 18 yaitu
meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu.
Disamping itu dengan menginformasikan ASI pada setiap wanita hamil serta membantu
ibu memulai pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Guna mendukung keberhasilan
kesehatan agar melakukan 7 kontak ASI atau 7 pertemuan ASI dalam upaya sosialisasi program
dan setiap kali melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu:
a. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama / kunjungan pertama (K1) di Klinik Kesehatan Ibu dan Anak.
b. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kedua / kunjungan kedua di Klinik Kesehatan Ibu dan Anak.
c. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bidan/dokter penolong persalinan di kamar
bersalin atau kamar operasi.
d. Sosialisasi ASI di ruang perawatan pada hari ke 1-2.
e. Sosialisasi ASI pada saat kontrol pertama hari ke 7.
f. Sosialisasi ASI pada saat kontrol kedua hari ke 36.
g. Sosialisasi ASI pada saat imunisasi
E. Kerangka penelitian
peran bidan
pelaksanaan
pengelola
pendidik
peneliti/ investigator
Mandiri
Kolaborasi / kerjasama
Ketergantungan / merujuk
Inisiasi menyusui
dini
Defenisi
Tujuan
Manfaat