• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pe laksanaan sur vei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).

Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di labor ator ium de ngan tujuan pe ndugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

(2)

lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain- lain (Hardjowigeno, 1995).

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliput i :

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.

3. Kemungkina n peruba han pe rilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukka n oleh uji tana h (Hakim, dkk, 1986).

(3)

tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1997).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan merupaka n proses pe ndugaan po tensi lahan untuk macam–macam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan

survei atau penelitian bentuk bentang alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi dan aspek–aspek lahan yag lain. Keseluruha n evaluasi lahan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam–macam penggunaan lahan yang memberikan harapan positif (Abdullah, 1993).

Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk satu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat kimia dan fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, topo grafi, batuan dipermukaan dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Jika sifat fisik potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut, maka penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi akan mampu memberi hasil sesuai dengan yang diinginkan (Djaenudindkk., 2003).

(4)

dilakuka n melakuka n usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah (Hardjowigeno, 1995).

Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain pe netapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunaka n, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperluka n.

3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan lahan serta informasi- informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.

4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil- hasil evaluasi.

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

(5)

produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakuka n.

2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempe rtahanka n tingkat pe ngelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningka tka n masukan yang dipe rluka n.

3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (margina lly suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keunt ungan atau lebih meningka tka n masuka n yang diperlukan.

4. Kelas N : Tidak Sesua i (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

(6)

Penilaian kesesuaian lahan be rtuj uan untuk menduga tingka t kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungka n dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dike mba ngkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakuka n pada ko ndisi akt ual (current suitability) da n kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan ada lah sifat lahan yang dapa t diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperlua n evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik,

salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan da lam oC.

(7)

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.

5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.

7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.

8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

10. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh

tanah.

11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.

13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, d inyatakan dalam dS/m.

14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

(8)

16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.

19. Batuan di permuka an : volume batuan (dalam %) yang ada di pe rmukaan tanah/lapisan olah.

20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.

Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

Sifat Fisik Tanah

Drainase tanah

(9)

paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).

Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1998).

Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :

1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. C iri yang dapa t dike tahui di lapa ngan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). 3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

(10)

demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapa ngan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa be rcak atau karatan besi da n atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapa ngan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warn agley (reduks i) dan bercak atau karatan besi da n atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.

7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat renda h, tanah basah secara permanen da n tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan pe rmukaan (Djaenudin, dkk, 2003).

(11)

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar – akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).

Kedalaman tanah dibedakan menjadi :

- Sangat dangkal : < 20 cm - Dangkal : 20 – 50 cm - Sedang : 50 – 75 cm - Dalam : > 75 cm

(Djaenudin, dkk, 2003).

Tekstur tanah

(12)

Partike l – partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran

2.00-0.05 mm, debu 2.00-0.05-0.005 mm dan liat 0.005 mm (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah :

- Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.

- Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.

- Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu lempung berpasir.

- Agak kasar (ak) : pasir berlempung. - Kasar (k) : pasir.

- Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1)

(Djaenudin, dkk, 2003).

Bahaya banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

(13)

f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.

f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

Batuan permukaa n

Batuan pe rmukaan adalah ba tuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :

- b0 = Tidak ada : kurang dari 0,01 % dari luas areal .

- b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

- b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permuka an tanah tertutup ; pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.

- b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.

(14)

Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berba gai pe nggun aan. Oleh ka rena itu jumlah da n ukuran ba tuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).

Sifat Kimia Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK)

Kemampuan tukar kation ialah kapasitas tanah menyerap dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut kapasitas tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut kapasitas tukar anion (KTA). KTK dan KTA masing- masing diukur menur ut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat diserap tanah (Notohardiprawiro, 1998).

Salah satu sifat kimia tanah sawah yang berkaitan erat dengan ketersediaan hara ba gi tana man dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Cappa city (CEC). KTK merupaka n jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negatif (Noor, 2004).

Kejenuhan bas a (KB)

(15)

dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika

kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% + (Tan, 1998).

pH tanah

pH tanah merupaka n suatu ukuran intens itas ke masaman, buka n ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).

Perana n pH tanah :

a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman

b. Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah

c. Mempengaruhi keterikatan unsur P

d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus

(Sarief, 1986).

(16)

pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)

pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)

pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)

(Arsyad, 1989)

C-organik Tanah

Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan or ganik itu sendiri mempengaruhi strukt ur tanah da n cenderung untuk menaikka n ko ndisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1994).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah - Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

- Manamba h ke mampuan tanah unt uk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)

(17)

(Hardjowigeno, 1995).

KLASIFIKASI IKLIM SCHMIDT-FERGUSON

Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta suda h sangat dike nal di Indo nesia.

Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).

Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentuka n tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.

Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :

1. Bulan Basah (BB)

Bulan de ngan curah hujan > 100 mm

2. Bulan Lembab (BL)

Bulan de ngan curah hujan antara 60 – 100 mm

(18)

Bulan de ngan curah hujan < 60 mm

Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu :

Tabel 3. K lasifikasi Schmidt-Ferguson

Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi

A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika

C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau

D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim E 100,0 – 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana F 167,0 – 300,0 Daerah kering, hutan sabana

G 300,0 – 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang

KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN

(19)

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm Bulan Kering (BK) : Bulan de ngan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.

Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.

Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.

Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan. Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan. Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan. Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan. Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.

Tabel 1. Tipe Utama

NO. TIPE UTAMA PANJANG BULAN BASAH (BULAN)

(20)

2. B 7 - 9

3. C 5 - 6

4. D 3 - 4

5. E <3

Tabel 2. Sub Tipe

NO. SUB TIPE PANJANG BULAN KERING (BULAN)

1. 1 <= 1

2. 2 2 - 3

3. 3 4 - 6

4. 4 > 6

(21)

rata-ratanya.

(22)

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika

Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit.

Tanaman kopi dapat tumbuh di garis lintang 6º9º LU sampai 24º LS. Ketinggian tempat 700 s/d 1.500 m dpl. Curah hujan 1.000 s/d 2.000 mm/thn. Suhu udara rata‐rata 17‐21º C.

Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebihlebih dimusim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.

(23)

tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan ka ta lain teks tur tanah harus ba ik. Tanah yang tekstur/strukturnya ba ik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukka n pe rakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.

Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanahtanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk petumbuhan da n pe mbuahan.

(24)

tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.

Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan pH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam gembur dan banyak mengandung humus.

Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah yang subur berarti banyak mengandung zatzat maka nan yang dibut uhka n oleh tanaman untuk pe rtumbuhan da n prod uks i.

Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan pH 5,5 ‐ 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daunda un cukup ion Ca2+ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi de ngan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca‐(PO2) + Calsium

metaphospat/Ca(PO2).

(25)

Tabel 1. Karak teristik Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika

Temp. rata-rata(0C) 16-22 15-16

(26)

halus, Bahaya erosi Sangat

(27)

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%)

<5 5-15 15-40 >40

Singkapan batuan (%)

<5 5-15 15-25 >25

Sumber: Djaenudin, dkk, 2003

Kondisi Umum Wilaya h Penelitian

Kecamatan Muara merupakan kecamatan yang terkecil di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu seluas 79,75 km2 atau 2,10 % dari luas lahan Kabupaten

Tapanuli Utara. Kecamatan Muara memiliki letak geografis yaitu 02º15’-02º22’ LU dan 98º49’-98º58’ BT. Berdasarkan informasi terakhir

kecamatan Muara memiliki total luas lahan tanaman kopi arabika sebesar 56 ha dengan produksi 366,80 ton dengan rata-rata produksi 65,50 Kw/ha (BPS, 2011).

(28)

Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Gambar

Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Tabel 1. Tipe Utama
Tabel 2. Sub Tipe
Tabel 1. Karakteristik Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika

Referensi

Dokumen terkait

Veamos ahora tres gráficos experimentales que demuestran lo que la ley pre- dice:.. a) Percibimos como unidad dos rectángulos (y medio) ya que nuestro sistema perceptivo tiene

Berdasarkan analisis yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV

Setelah didapat satu bagian yang merupakan wajah, proses selanjutnya adalah mengambil ( cropping ) wajah tersebut dari gambar input dengan ukuran yang sesuai dengan posisi wajah

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tersebut, maka optimasi parameter dengan metode Taguchi yang mempunyai multikriteria respon, dan dipadukan dengan metode

Asumsi yang digunakan dalam Statistik Evaluasi Input dan Prosedur Evaluasi Output adalah semakin rendah nilai CRV, ME, dan MAPE pada kurva tersebut, maka kurva

Lalu, dari analisis skema aktansial terlihat fungsi setiap tokoh dalam keseluruhan narasi dongeng ini. Analisis ini mengungkapkan tujuan setiap tokoh dalam melakukan kamuflase

PIU main tasks are: providing accurate and timely data and information for decision making purposes in all levels of university’s management, conducting

STOCKS ARE ESTIMATED FROM THE NUMBER OF PACKAGES, &#34;THE IMPORTS FOR CONSUMPTION&#34; FIGURES ARE TO THAT EXTENT APPROXIMATE.. 3) ALL QUANTITIES REPRESENT ACTUAL REPORTED WEIGHT,