• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Domino Dari Sebuah Kamuflase Dalam Dongeng Berjudul Tristan Vox Karya Michel Tournier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Domino Dari Sebuah Kamuflase Dalam Dongeng Berjudul Tristan Vox Karya Michel Tournier"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Domino Dari Sebuah Kamuflase Dalam Dongeng Berjudul

Tristan Vox Karya Michel Tournier

Oleh Uzlifatul Jannah•

Abstrak

Penelitian ini bersumber dari sebuah dongeng filsafat dari buku kumpulan dongeng dan cerita “Le Coq de Bruyère” yang diterbitkan pada tahun 1978. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertentangan diri para tokoh dalam melakukan kamuflase, serta untuk memahami fenomena yang diperlihatkan dari perilaku para tokoh dalam karya Tournier tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan analisis struktural karya sastra yaitu analisis alur, analisis skema aktan, serta analisis tokoh dan hubungan antar tokoh.

Dari seluruh rangkaian analisis, terlihat bagaimana tokoh-tokoh dalam dongeng ini melakukan kamuflase karena didasari oleh berbagai kebutuhan dan tuntutan dalam kehidupan, yang pada akhirnya mengalahkan akal sehat mereka. Fenomena tersebut merefleksikan manusia sendiri yang memiliki aspek dualisme dalam dirinya. Aspek yang mengendalikan manusia saat memutuskan

tindakannya.

Kata Kunci: Efek Domino, Kamuflase, Pertentangan diri, Dongeng filsafat, Kebutuhan hidup, Tuntutan hidup, Dualisme manusia, Tristan Vox.

Pendahuluan

Antitesis apakah yang muncul pada diri tokoh utama dalam pertimbangannya untuk berkamuflase ?

Antitesis apa yang terjadi pada tokoh-tokoh pembantu sebagai dampak dari kamuflase tokoh utama?

Fenomena apa yang diperlihatkan oleh perilaku para tokoh terkait dengan aspek materil dan spiritual mereka?

(2)

Sastra merupakan rekaman peradaban manusia yang merefleksikan kehidupan manusia itu sendiri. Pada dasarnya, manusia dan kehidupannya menjadi sumber inspirasi dari sebuah karya sastra. Karya sastra seringkali menggambarkan berbagai tindak tanduk manusia dalam permasalahan hidupnya. Meskipun karya sastra bersifat fiktif karena bermula dari imajinasi, namun di dalamnya terkandung nilai-nilai faktual yang cukup dekat dengan kehidupan nyata.

Dongeng sebagai salah satu genre sastra juga mengandung refleksi kehidupan manusia seperti yang dijelaskan di atas. Sebuah dongeng sering menggambarkan tokoh utama yang harus berjuang meraih sesuatu untuk kebahagiaan hidup. Atau ada pula dongeng yang bercerita tentang tokoh utama yang harus menghadapi suatu masalah dalam hidupnya. Beragam kisah

digambarkan pengarang dongeng untuk memberikan hiburan sekaligus bahan renungan kepada pembaca. Meski dongeng terdiri dari narasi pendek yang sederhana, namun sejatinya sebuah dongeng merupakan pembawa makna mendalam yang menjadi simbol terhadap suatu gagasan. Makna ini ditampilkan baik secara jelas maupun secara tersembunyi oleh pengarangnya.

Adapun tema yang diangkat dalam dongeng bisa sangat beragam

sebagaimana tema dalam genre sastra lainnya. Pertentangan antara baik dan buruk merupakan tema yang kerap sekali diangkat dalam dongeng sejak awal

kemunculannya. Namun, tak jarang pula ada dongeng yang memperlihatkan perkembangan kualitas kepribadian tokoh dari satu titik ke titik lainnya ketika menghadapi permasalahan hidupnya. Dongeng juga menggambarkan fenomena-fenomena unik yang terjadi dalam perjalanan hidup seorang tokoh.

Begitu pula yang terjadi dalam dongeng berjudul Tristan Vox dari buku kumpulan dongeng dan cerita, Le Coq de Bruyère, karya Michel Tournier.

Dongeng yang termasuk dalam jenis dongeng filsafat ini, menceritakan kehidupan seorang penyiar radio yang mewujudkan dirinya dalam sosok lain, dengan kata lain berkamuflase, demi mendapatkan penerimaan yang lebih baik dari

masyarakat. Hal ini menjadi menarik ketika kamuflase tersebut menimbulkan kamuflase-kamuflase lain dari orang terdekatnya untuk menyeimbangi keberadaan

(3)

tokoh utama, sehingga terjadi efek domino yang membuat kehidupan tokoh utama semakin rumit.

Efek domino merupakan sebuah analogi dari permainan kartu domino. Kartu-kartu domino tersebut disusun secara tegak dalam barisan panjang, kemudian kartu paling ujung didorong ke arah kartu di belakangnya, sehingga menyebabkan barisan kartu tersebut jatuh secara beruntun. Jadi, yang dimaksud dengan efek domino dalam tulisan ini adalah suatu kejadian yang mengakibatkan munculnya kejadian sama lainnya. Dalam dongeng Tristan Vox ini, efek domino terjadi karena adanya kamuflase dari tokoh utama.

Hal menarik untuk melihat pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam diri tokoh utama dan tokoh lainnya dalam melakukan kamuflase sehingga

terjadinya efek domino dalam dongeng Tristan Vox ini. Menarik pula untuk menganalisis bagaimana efek domino tersebut berpengaruh dalam kehidupan tokoh utama pada akhirnya.

Pembahasan

Dongeng adalah suatu bentuk narasi, pada umumnya pendek, yang

bercerita tentang petualangan imajiner atau khayalan dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Secara umum, terdapat dongeng populer dan dongeng literer. Dongeng literer berasal dari dongeng populer, yang membedakan keduanya adalah jika dongeng populer termasuk dalam kesusastraan lisan dan muncul secara anonim, maka dongeng literer merupakan hasil nyata dari kreasi sastra yang terikat pada seorang pengarang, zaman, dan aliran. Dalam sejarah

panjangnya, dongeng berkembang dalam beranekaragam bentuk dan menyebar luas dalam kesusastraan. Keragaman tersebut membuat dongeng sulit untuk didefinisikan secara pasti, hal yang justru membuktikan kekayaannya.

Mengenai kedekatan antara dongeng dan cerpen (nouvelle) sering

dikaitkan dengan bentuk narasinya yang singkat. Untuk membedakan keduanya, maka cerpen didasarkan pada dunia yang bersifat roman (Romanesque) sebagai seting latarnya. Berbeda dengan dongeng yang mendasarkan dunianya pada dunia

(4)

fiktif dan imajiner, sebagai ciri utamanya. Cerpen menggambarkan dunia nyata yang mirip seperti novel pendek. Perbedaan dari kedua genre ini juga terletak pada penggambaran sisi psikologis tokoh protagonisnya. Sisi psikologis tokoh utama dalam cerpen digambarkan lebih mendalam dan utuh dibandingkan dengan tokoh dalam dongeng. Penggambaran yang realistis mengenai tokoh juga menjadi pembeda keduanya, tokoh yang terlalu ideal sifatnya dapat menimbulkan

kerancuan jika dikategorikan dalam cerpen.

Berdasarkan situs ensiklopedia larousse.fr, dalam dongeng literer terdapat tiga jenis dongeng, yaitu : dongeng peri (conte de fées), dongeng fantastik (conte fantastique), dan dongeng filsafat (conte philosophique).

Dongeng filsafat (conte philosophique) merupakan dongeng yang mengandung unsur-unsur filsafat di dalamnya. Dongeng jenis ini juga terkenal sebagai dongeng voltairian, karena Voltairelah yang mempopulerkannya di tahun 1740-an. Secara struktur dongeng ini biasanya menggunakan teknik dongeng tradisional yang terdiri dari narasi bernada indah, terjadi di dunia tak pasti dan imajiner, terkadang ada unsur ajaib, rangkaian peristiwa tak terduga yang terjalin cepat, dan nasib tak pasti atau kebahagiaan mengakhiri tokoh utama dari keadaan krisis. Kekhasan yang paling kuat dari dongeng ini adalah adanya ironi nasib yang hadir menambahkan kesan absurd. Ironi ini seringkali mengakhiri cerita dan menghasilkan dimensi kritis dalam dongeng.

Petualangan tokoh dalam dongeng ini menggambarkan perkembangan karakternya secara perlahan yang akhirnya mendewasakan sang tokoh. Oleh karena itu, dapat dikatakan dongeng filsafat adalah cerita pendidikan (récit d’apprentissage) yang menjadi unsur terpenting dari dongeng ini.

Dongeng berjudul Tristan Vox karya Michel Tournier termasuk dalam jenis dongeng filsafat karena dalam dongeng tersebut terdapat ciri-ciri yang disebutkan di atas, terutama dalam hal ironi yang tampak jelas dalam dongeng tersebut.

Michel Tournier sendiri dianggap sebagai seorang penulis besar di Prancis. Dia lahir di Paris pada tahun 1924, bersekolah di Saint-Germain, Laye dan

sekolah Pasteur de Neuilly. Ia kemudian menempuh pendidikan filsafat di

(5)

bidang filsafat menghentikan keinginannya untuk mengajar di universitas. Lalu, Tournier bekerja sebagai penerjemah, jurnalis radio dan televisi di Radiodiffusion Perancis dan Europe I, serta berkarir di Monde dan Figaro.

Pada tahun 1967, novel pertamanya dipublikasikan dengan judul Vendredi ou les Limbes du Pacifique yang merupakan sebuah adaptasi dari Robinson Crusoé karya Daniel Dafoe dan merupakan sebuah perenungan tentang peradaban modern. Karya ini memperoleh penghargaan Le Grand Prix du Roman dari l'Académie Française. Pada tahun 1970, karyanya yang berjudul Le Roi des Aulnes mendapatkan penghargaan Le Prix Goncourt. Kemudian dia mencurahkan seluruh jiwanya dalam dunia literatur dengan ikut begabung ke Akademi

Goncourt pada 1972 dan mengambil bagian dalam komite pembacaan di penerbitan Gallimard.

Dia disebut-sebut sebagai “Penyelundup Filsafat” karena sering mencoba menggambarkan ide-ide Plato, Aristoteles, Spinoza, dan Kant dalam cerita-cerita dan dongeng-dongengnya. Dia beranggapan kesuksesan sebuah karya tercapai apabila ia diterima dengan sukses pula oleh para pembaca muda. Maka, pada tahun 1971 dia menulis ulang Vendredi ou les Limbes du Pacifique menjadi Vendredi ou la Vie sauvage, yang dapat diterima berbagai kalangan karena kesederhanaan di dalamnya. Karya ini terjual sebanyak 3 juta eksemplar di seluruh Perancis. Dia melihat dongengnya yang berjudul Pierrot ou les Secrets de la Nuit dan Amandine ou les Deux Jardins sebagai karya terbaiknya karena di dalam keduanya terdapat inspirasi metafisika dan sangat menarik bagi anak-anak berusia sepuluh tahun. Pada tahun 1993, Michel Tournier mendapatkan Medaille Goethe, dan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas London pada tahun 1997.

Tristan Vox merupakan dongeng yang menggambarkan kehidupan seorang Felix Robinet yang berprofesi sebagai penyiar radio terkenal yang

menyembunyikan identitas aslinya di hadapan penggemarnya. Hal tersebut dilakukan karena paksaan dari direktur radio dan tuntutan masyarakat yang terkagum-kagum mendengar suara merdunya. Meskipun begitu, dia memiliki alasan tersendiri pula dalam melakukan kamuflse ini, yaitu untuk meningkatkan

(6)

kualitas hidupnya secara professional dan mempertahankan kehidupan financial keluarganya. Sayangnya, kamuflase yang dia lakukan menyebabkan munculnya kamuflase-kamuflase lain dari orang-orang terdekatnya sebagai bentuk protes terhadap tindakannya melalui rangkaian surat dari seseorang bernama Yseut. Ada pun orang-orang yang berada di balik surat tersebut adalah istrinya dan

sekretarisnya, orang-orang kepercayaan yang mengetahui rahasia kehidupan gandanya. Pengkhianatan ini mengganggu kestabilan penyamaran Tristan Vox.

Keadaan menjadi semakin runyam ketika sebuah foto seorang muncul di majalah mingguan radio. Pria dalam foto itu memiliki ciri yang begitu mirip dengan idalisasi penggemar mengenai sosok Tristan Vox, sehingga penggemarnya mengira sang tokoh akhirnya muncul ke hadapan publik. Sebenarnya, pria dalam foto itu adalah Frédéric Durâteau, seorang petenis dari Nanterre. Kejadian ini membuat Frédéric Durâteau hadir di hadapan tokoh utama untuk meminta

pertanggungjawaban dan mengakibatkan percobaan bunuh diri oleh Nona Flavie, sekretarisnya, yang panik dengan kekacauan ini. Kejadian ini membuat tokoh utama mengetahui tokoh sebenarnya di balik surat Yseut sekaligus kehilangan keutuhan cinta istrinya. Dongeng ini menghadirkan banyak ironi dalam kehidupan para tokohnya.

Untuk memperlihatkan pertentangan yang terjadi dalam diri para tokoh saat memutuskan berkamuflase dan untuk memahami esensi utama dari fenomena yang digambarkan dalam dongeng ini, maka digunakan analisis alur, secara sekuensial yang dilengkapi dengan analisis tindakan, analisis hubungan antarfungsi melalui skema aktan, dan ditambah dengan analisis tokoh dan hubungan antar tokoh

Melalui analisis alur secara sekuensial, diketahui bahwa terdapat 27 sekuen fungsional dan 71 sekuen katalisator dan terdapat dua episode utama ; episode surat Yseut dan episode foto Tristan Vox palsu, yang membentuk rangkaian cerita dongeng ini. Dari analisis ini terlihat adanya hubungan sebab-akibat dari permasalahan yang mendasari terjadinya efek domino dalam cerita ini. Penjelasan mengenai alur sekuen secara menghasilkan beberapa kesimpulan yang menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Pertama, ulasan itu menyimpulkan

(7)

bahwa faktor utama kamuflase tokoh utama adalah kebutuhan untuk mempertahankan pekerjaannya demi kecukupan finansial keluarga dan ada keinginan tokoh utama untuk membuktikan diri dalam kualitas pekerjaan. Di situ digambarkan adanya pertentangan antara menikmati kehidupan tenang yang penuh kejujuran, kebutuhan memperbaiki kualitas finansial keluarganya, dan keinginan untuk membuktikan kemampuan dalam diri tokoh utama.

Lalu, pada tokoh Nona Flavie, beratnya beban kebohongan yang dipikul membuatnya lelah dan ingin menghentikan kebohongan mengenai Tristan Vox dengan cara menjadi Yseut kedua. Hal ini menggambarkan adanya pertentangan antara mempertahankan pekerjaannya sebagai sekretaris dan mengikuti hati nuraninya untuk menghentikan suatu kebohongan.

Sementara itu, dalam kasus Amélie, hal yang menyebabkan dirinya ikut berkamuflase sebagai Yseut adalah hilangnya Felix Robinet dalam sosok Tristan Vox, sehingga dia tidak bisa mengenali suaminya lagi. Amélie merasa kehilangan cinta suaminya. Dari sini terlihat adanya pertentangan dalam diri Amélie antara mendukung pekerjaan suaminya atau menemukan kembali keutuhan cinta suaminya. Dalam kasus efek domino yang terjadi pada Frédéric Durâteau, faktor pemicunya adalah akumulasi harapan masyarakat yang menuntut keberadaan Tristan Vox. Oleh karena itu, ketika pemuda itu muncul dan memiliki kesesuaian dengan harapan masyarakat, maka Frédéric Durâteau dipilih pihak radio untuk melanjutkan penjelmaan Tristan Vox secara nyata, tidak hanya berupa suara saja. Dalam hal ini tokoh Frédéric Durâteau mengalami pertentangan antara

mendapatkan popularitas yang diwarisikan Robinet-Vox dan kejujuran terhadap masyarakat.

Gambaran perilaku para tokoh dalam cerita dongeng Tristan Vox ini memperlihatkan suatu fenomena ketika para tokoh memungkiri hati nurani dan kejujuran demi mempertahankan kebutuhan materinya. Para tokoh dalam cerita ini mengalami kekacauan dalam berlogika, sehingga terjerumus dalam

kegelisahan dan kecemasan karena harus terus-menerus berbohong dan mengatur strategi demi mempertahankan kestabilan perasaan dan memenuhi kebutuhan materi.

(8)

Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa hubungan antar tokoh dan keadaan kejiwaan para tokoh memegang peran besar dalam perkembangan jalan cerita. Kuatnya kedua aspek tersebut dibuktikan dalam analisis tindakan yang memperlihatkan bahwa sekuen état (36,73%) dan sekuen situation (29,60%) saling mempengaruhi satu sama lain terhadap jalan cerita. Hal ini menunjukkan bahwa kemelut yang terjadi dalam dongeng ini lebih bersifat psikologis

emosional. Hal ini merepresentasikan pula adanya suatu jaringan kuat yang berefek secara beruntun terhadap para tokoh pembantu sebagai bukti adanya efek domino dalam cerita ini. Dari sini terlihat juga bahwa sekuen-sekuen ini juga ikut mempengaruhi dalam membentuk kegelisahan dan kecemasan para tokoh.

Kecilnya jumlah sekuen acte (15,30%) memperlihatkan minimnya pergerakan ke arah penyelesaian masalah. Adapun tindakan yang dilakukan oleh para tokoh merupakan tindakan yang kurang memperhitungkan konsekuensi negatifnya secara matang. Selain itu sekuen événement yang muncul juga lebih dipengaruhi oleh adanya sekuen situation. Artinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita ini tidak lepas keterkaitannya dari pengaruh hubungan antartokoh.

Lalu, dari analisis skema aktansial terlihat fungsi setiap tokoh dalam keseluruhan narasi dongeng ini. Analisis ini mengungkapkan tujuan setiap tokoh dalam melakukan kamuflase yang akhirnya menyebabkan munculnya efek domino. Dari skema aktansial tokoh utama dapat disimpulkan bahwa pembuktian kemampuan diri tokoh utama yang dilakukan dengan cara yang penuh resiko dan berdampak luas bagi orang-orang di sekitarnya membuat hal itu gagal dilakukan dengan baik, karena keberadaan penentang untuk tujuan tersebut lebih kuat pengaruhnya bagi tokoh utama daripada pengaruh pendukung yang didapatnya. Cara yang dilakukan Robinet dalam membutikan kemampuan dirinya justru membuat dirinya kehilangan kepercayaan dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.

Sementara itu, skema aktansial Nona Flavie memperlihatkan bahwa adanya beban besar untuk terus mempertahankan kebohongan demi kebohongan mengenai kehidupan ganda Robinet-Vox. Beban ini melahirkan kegelisahan dalam dirinya, sehingga dia memutuskan untuk menjadi Yseut kedua. Namun, tindakan

(9)

ini tidak efektif dalam menghentikan kebohongan Robinet-Vox, hal yang justru menjerumuskannya dalam ketakutan yang lebih dalam dan akhirnya membuatnya kehilangan akal sehat dan mencoba bunuh diri. Lalu, skema aktansial Amélie menunjukkan bahwa caranya dalam meraih kembali keutuhan diri suaminya demi cintanya, justru membuatnya teralihkan oleh keberadaan “sosok Tristan Vox”. Hal ini membuktikan bahwa adanya sedikit perubahan perasaan Amélie terhadap suaminya. Keberadaan Robinet di hati Amélie menjadi tidak utuh seperti di awal cerita. Keberadaan tersebut telah dibagi dengan kekaguman Amélie terhadap sosok sempurna Tristan Vox yang akhirnya dikamuflasekan oleh Frédéric Durâteau. Terakhir, skema aktan Frédéric Durâteau menunjukkan adanya

kekaguman berlebihan Frédéric Durâteau terhadap “sosok Tristan Vox”, sehingga membuatnya tergiur dengan popularitas dan ingin menjadi bagian dari kehebatan Tristan Vox. Hal ini membuktikan adanya sikap oportunis dalam diri Frédéric Durâteau yang mengalahkan nilai kejujuran dalam dirinya. Dari analisis skema aktansial ini dapat disimpulkan bahwa setiap tokoh memiliki maksud tersendiri dalam berkamuflase dan dilakukan untuk kepuasan diri sendiri atau keluarganya.

Selanjutnya, dalam analisis tokoh dan hubungan antar-tokoh dapat terlihat bahwa tindakan setiap tokoh didasari oleh perilaku dan karakter tokoh tersebut. Analisis tokoh ini memberikan informasi mengenai kualitas psikis maupun fisik para tokoh. Secara garis besar tokoh dalam dongeng ini dibagi menjadi:

a) Tokoh utama : Felix Robinet (Tristan Vox)

b) Tokoh pembantu : Nona Flavie, Amélie, Frédéric Durâteau c) Tokoh pelengkap : Direktur radio, Staf operator radio, Penggemar

Dalam analisis ini, hanya akan dibahas tokoh utama dan tokoh pembantu saja yang memiliki pengaruh besar terhadap jalannya cerita. Dari analisis ciri pembeda tokoh utama dapat dilihat bahwa ada kekontrasan antara diri Robinet dan “sosok Tristan Vox” secara gambaran fisik. Namun, sebenarnya secara mendalam sosok itu merupakan bagian lain dari diri Robinet, yang mungkin pada kehidupan nyatanya jarang terungkap. Dari penjelasan dalam analisis ini, dapat disimpulkan pula bahwa pada dasarnya Robinet adalah orang yang baik, namun keadaanlah yang membuatnya melakukan kamuflase. Hal ini diperumit oleh adanya sifat naif

(10)

dan ketidaktegasan dalam dirinya.

Selanjutnya dari analisis ciri pembeda tokoh Nona Flavie dapat dilihat bahwa kenaifan dan kelemahan karakter pada dirinya mendorong Nona Flavie berkamuflase. Kegelisahan dan kecemasannya dalam menghadapi kebohongan mengenai Tristan Vox semakin memperkuat kelemahan karakter Nona Flavie dan menimbulkan dampak terburuk dari kamuflase tokoh utama dengan adanya kejadian percobaan bunuh diri olehnya. Selanjutnya, dari analisis ciri pembeda Amélie menunjukkan bahwa pada dasarnya ia adalah wanita yang memiliki sifat baik dalam dirinya. Namun, ketakutan akan hilangnya keutuhan diri Robinet dalam “sosok Tristan Vox” mendorongnya melakukan hal yang kurang rasional dengan berkamuflase sebagai Yseut pertama yang merupakan awal dari efek domino dari kamuflase Robinet. Kemudian, dari penjelasan analisis ciri pembeda Frédéric Durâteau terlihat bahwa sifatnya yang penuh semangat, berani, dan terus terang memunculkan ambisi besar dalam dirinya untuk ikut menjadi bagian dari kehebatan Tristan Vox, terutama setelah mendengar langsung siaran Tristan Vox. Ambisi itu membuat Frédéric Durâteau ikut berkamuflase dan melupakan nilai kejujuran terhadap publik. Hal ini membuktikan adanya sifat oportunis dalam dirinya.

Dalam Analisis hubungan antar tokoh terlihat pengaruh kamuflase dari Robinet terhadap para tokoh pembantu yang akhirnya menghadirkan efek domino. Dalam deskripsi mengenai hubungan Felix Robinet (Tristan Vox) dan Nona Flavie mengindikasikan bahwa efek domino yang terjadi di antara keduanya terjadi dalam tataran hubungan profesional. Pengaruh dari kamuflase Robinet menghadirkan tekanan bagi Nona Flavie selama menjalani pekerjaannya,

sehingga efek domino pun terjadi dalam hubungan ini. Lalu, penjelasan mengenai hubungan Felix Robinet (Tristan Vox) dan istrinya, Amélie terlihat bahwa

kamuflase antara keduanya terjadi dalam tataran hubungan suami istri. Kamuflase Robinet memengaruhi perasaan Amélie sebagai istri yang takut “kehilangan” suaminya, sehingga membuat Amélie ikut berkamuflase. Yang terakhir, dari deskripsi mengenai hubungan antara Felix Robinet (Tristan Vox) dan Frédéric Durâteau memperlihatkan bahwa efek domino yang terjadi dari kamuflase

(11)

keduanya terjadi dalam tataran hubungan profesional. Kehebatan Robinet dalam berkamuflase menjadi “ sosok Tristan Vox” yang ideal mempengaruhi Frédéric Durâteau untuk ikut berkamuflase dengan didasari oleh oportunisme.

Dari analisis tokoh dan hubungan antartokoh ini dapat disimpulkan bahwa ketidaktegasan, kenaifan, ketakutan, dan oportunis menjadi faktor yang

menyebabkan para tokoh berkamuflase, sehingga menghadirkan efek domino.

Simpulan

Le Coq de Bruyère merupakan buku kumpulan dongeng yang menggambarkan kehidupan manusia melalui berbagai permasalahan yang diangkatnya. Begitu pula dengan dongeng berjudul Tristan Vox yang merupakan gambaran kehidupan seorang tokoh yang merupakan salah satu representasi kehidupan manusia itu sendiri. Permasalahan pemalsuan identitas diri yang disepakati tokoh utama bersama atasannya, telah menyeret beberapa orang di sekitarnya kepada kebohongan, kegelisahan, oportunis, dan pindahnya perhatian pasangan hidup ke lain hati. Tidak terkecuali, fenomena ini merupakan

kebohongan publik dan pembiaran terhadap terfiksasinya gambaran khayali dari tokoh yang terlanjur diidolakan.

Dari rangkaian analisis di atas dihasilkan beberapa kesimpulan dari penelitian ini. Pertama, adanya kebutuhan, tuntutan, dan nilai kejujuran yang harus dipertahankan oleh setiap tokoh dalam memutuskan tindakannya menghadirkan fenomena efek domino dalam jalan ceritanya. Hal ini memperlihatkan adanya hubungan saling mempengaruhi yang besar dalam dongeng bergenre filsafat ini.

Kedua, dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi dalam dongeng ini merupakan konflik yang bersifat psikologis emosional. Artinya adalah kemelut yang terjadi dalam diri para tokoh didasari oleh unsur-unsur emosi yang sangat kuat dari diri para tokoh. Hal ini juga memperlihatkan bahwa para tokoh dalam cerita ini lebih menimbang aspek emosi dari pada aspek logika dalam melakukan tindakan untuk menghadapi masalah mereka.

(12)

Ketiga, tuntutan kebutuhan eksternal dan internal diri para tokoh

mengalahkan nilai kejujuran yang selama ini dipegangnya. Adanya pertentangan antara kecemasan dan tuntutan dari luar membuat mereka melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai kejujuran sebagai rentetan akibat dari tindakan tokoh utama. Keputusan-keputusan yang diambil membuat mereka terlibat dalam pusaran kamuflase.

Keempat, dapat disimpulkan pula bahwa lemahnya karakter,

ketidaktegasan, dan kenaifan para tokoh membuat mereka melakukan kebohongan kolektif yang akhirnya menjerumuskan mereka dalam hidup yang melelahkan dan penuh kegelisahan. Hal tersebut yang akhirnya menimbulkan dampak

kerenggangan hubungan antara satu, baik dalam hubungan suami-istri maupun hubungan profesional. Dari sini, terlihat adanya suatu fenomena yang

menunjukkan bahwa kebutuhan hidup seseorang terkadang dapat mengalahkan akal sehatnya sebagai manusia yang berbudi.

Selain itu, dalam analisis-analisis tersebut terlihat pula gambaran pengharapan kolektif dari masyarakat terhadap satu sosok sempurna untuk memenuhi kebutuhan imajinasinya sebagai pelarian dari kenyataan menyedihkan yang dialami dalam hidup. Hal ini menunjukkan bahwa manusia membutuhkan tempat bersandar untuk menghadapi, atau setidaknya meringankan, permasalahan hidup dengan suatu strategi yang dianggapnya mantap.

Maka, dari analisis-analisis tersebut terlihat bagaimana dongeng mampu mencerminkan kehidupan dan karakter manusia dalam kehidupan nyata. Dongeng ini menunjukkan bahwa pada dasarnya dalam diri manusia selalu terdapat

dualisme antara kebaikan dan keburukan. Dualisme ini menghadirkan berbagai konflik, baik dalam hubungan dengan dirinya sendiri, maupun dalam hubungan antarindividu. Hal tersebut terjadi karena berbagai kebutuhan, tuntutan, dan pertentangan kepentingan dalam hidup, seringkali mengendalikan aspek dualisme tersebut di saat seorang individu harus memutuskan tindakannya. Ketika tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan suara hati nurani

individu tersebut, maka akan muncul ketidaknyamanan, kegelisahan, dan ketakutan dalam dirinya.

(13)

Hal ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara emosi dan logika merupakan aspek penting bagi individu untuk menghadapi permasalahan hidupnya. Keseimbangan tersebut diperlukan agar individu tersebut mampu memahami hal yang benar dan yang salah dalam kehidupan ini.

Dapat dipahami pula bahwa suatu tindakan yang diambil oleh seorang individu akan memiliki dampak dan pengaruh tersendiri, baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang di sekitarnya. Hal saling memengaruhi inilah yang membuat manusia menjadi makhluk sosial yang juga memiliki tanggung jawab terhadap satu sama lain. Oleh karena itu, kesadaran akan rasa tanggung jawab tersebut menjadi penting bagi setiap individu dalam menjalani kehidupan agar ia dapat memahami peran dan fungsi sosialnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa hal saling memengaruhi dalam hubungan manusia dan kesadaran akan tanggung jawab, merupakan salah satu syarat bagi manusia untuk berkembang dan memahami hakikat dirinya.

Dongeng Tristan Vox ini juga menghadirkan kisah yang memberikan pesan moral bahwa kebohongan dan kepalsuan dari satu orang dapat

menimbulkan dampak besar bagi kehidupan orang lain. Dari dongeng ini kita juga dapat memahami bagaimana suatu kebohongan, meski telah ditutupi dengan rapat, dapat tercium juga kebusukannya dan menghadirkan efek negatif bagi banyak orang.

Dongeng ini juga menggambarkan suatu fakta bahwa suara seorang individu merupakan salah satu ciri khusus yang dianugerahkan Pencipta untuk menjadi identitas tersendiri bagi individu tersebut. Setiap manusia memiliki keunikan tersendiri dalam suaranya, yang berbeda dengan individu lain. Melalui keunikan tersebut, manusia dapat dikenali dan dibedakan satu sama lain.

Sebagaimana anugerah lain yang diberikan Pencipta kepada manusia, maka suara juga harus disyukuri dan digunakan sebaik mungkin tanpa menyalahi norma atau menimbulkan kerugian bagi orang lain.

(14)

http://www.academie-goncourt.fr. www.cafe.edu/genres/n-conte.html.

http://www.espacefrancais.com/tournier.html.

www.larousse.fr/encyclopedie/nom-commun-nom/conte/36566.

Barthes, Roland. 1981. Introduction à l’Analyse Structurale du Récit. Paris : Seuil. Everaert-Desmedt, Nicole. 1989. Sémiotique du Récit. Bruxelles : De Boeck Wesmael.

Goldenstein, J. P. 1988. Pour Lire le Roman. Brussel-Paris : De Boeck-Duculot. Greimas, A. J. 1966, Sémantique Structurale. Paris : Larousse.

Tournier, Michel. 1978. Le Coq de Bruyère. Paris : Gallimard. Schmitt & Viala. 1982. Savoir Lire. Paris : Didier.

Zumthor, P. 1986. Analyse de contes. Jakarta : Seminaire Universitas Indonesia AUPELF BAL-Ambassade de France.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilatar belakangi oleh fakta bahwa MAN 2 Ponorogo semakin diminati calon peserta didik yang baru lulus dari SMP atau MTs dan sampai sekarang kuota penerimaan siswa

Menurut Samsul Nizar, jenis pendidikan Kuttab kedua ini adalah lanjutan dari pendidikan Kuttab tingkat pertama, yang berarti bahwa setelah anak didik pandai

Siswa mampu mengayunkan lengan ke arah sasaran berlari mengejar bola ke berbagai arah atau posisi dalam permainan pantoker (pantul bola dan kejar) ayunan lengan untuk

Based Learning dalam pembelajaran. Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran di SD dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut. 1) Memberikan

[r]

The findings of this study revealed that regarding Dewey’s (1933) framework of reflective attitude, the participants’ reflective practice indicate their reflective

Mengacu pada sumber Hukum Internasional dalam pasal 38 (ayat 1) Statuta Mahkamah Internasional tersebut diatas, terdapat dua sumber utama hukum humaniter internasional, yaitu

Penelitian ini berfokus pada hubungan antara informasi laba akuntansi dengan nilai (return) saham.Dalam penelitian tersebut, informasi baru yang disampaikan oleh informasi