• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB IV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Salatiga

Secara astronomi wilayah Kotamadya Salatiga terbentang pada posisi

antara 110.2.28’.37.79” –11.32.39.79” BT dan antara 7.17’.4” – 7.23”.48”

LS, yang diperhitungkan dari Meridian 0 Greenwich dan Equator. Posisi

semacam ini dan ditunjang oleh morfologi yang berupa pegunungan,

menyebabkan Salatiga beriklim tropis yang mempunyai suhu rata,

23˚-24˚C.

Secara geomorfologi terletak di daerah pedalaman Jawa Tengah, berada

di kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya. Di sebelah

Selatan terdapat Gunung Merbabu yang kakinya langsung berpadu dengan

pegunungan Telomoyo dan pegunungan Gajah Mungkur. Perpaduan kaki

kedua gunung itu membentuk batas Barat Daya Salatiga. Di sebelah Utara

terdapat Pegunungan Payung dan Rong. Sedangkan di sebelah Barat Laut

berbatasan dengan Rawa Pening.

Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung itulah menyebabkan

Salatiga terletak pada dataran yang nampak miring ke arah Barat. Tingkat

kemiringannya berkisar 5-10 derajad, sehingga dikatakan Salatiga

merupakan dataran dan sekaligus lereng dari gunung dan pegunungan yang

(2)

Kotamadya Salatiga dibatasi oleh desa-desa di wilayah kecamatan yang

termasuk Kabupaten Dati II Semarang sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang;

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang;

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang;

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Pemerintah

Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga,1995 :13-15).

B. Salatiga Pada Masa Kolonial

Salatiga memang hanya sebuah kota kecil, bahkan pernah menjadi

kota terkecil di Indonesia. Kendati demikian Salatiga mempunyai peran

penting dalam bidang politik dan ekonomi sejak jaman kerajaan Hindu,

perkembangan Islam masa demak, kerajaan Mataram Yogyakarta dan

Surakarta, jaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka.

Kondisi alamnya yang sejuk, indah dan bersahabat membuat salatiga

menjadi kota pilihan bagi orang kulit putih pada jaman Hindia Belanda

untuk beristirahat dan tempat tinggalnya. Karena banyak orang kulit putih

yang tinggal di sana, maka Salatiga mendapat perhatian banyak dari

(3)

Perkembangan sistem pemerintahan di Salatiga ini tidak lepas dari

tuntutan orang-orang Eropa yang tinggal di Salatiga untuk dapat

memperoleh fasilitas yang lebih baik dan mendapat kewenangan lebih luas

dalam mengelola Salatiga (Eddy Supangkat, 2012 : 11).

Pada tanggal 25 Juni 1917 Gubernur Jendral Hindia Belanda

mengeluarkan Staatblad No. 266 tahun 1917 yang menjadikan Salatiga

sebagai sebuah Gemeente (Kota Praja) dan dipimpin oleh seorang

Burgemeester (Walikota). Status Gemeente ini menjadikan Salatiga cepat

berkembang sampai akhirnya mendapat predikat sebagai de Schoonste

Stad van Midden Java yang berarti kota terindah di Jawa Tengah.

Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Salatiga menjadi

Gemeente didasarkan oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor Penduduk

Pemerintah Hindia Belanda selalu menjadikan faktor penduduk

sebagai pertimbangan utama. Persyaratannya, minimal terdapat 10% orang

kulit putih yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Kulit putih dalam

kriteria ini bukan semata-mata orang Belanda, melainkan juga orang-orang

Eropa non-Belanda dan bangsa lain yang disejajarkan dengan orang

Belanda.

2. Faktor Keadaan Setempat

Faktor keadaan setempat adalah ada tidaknya hal-hal yang

diharapkan bisa menunjang kelestarian Gemeente itu nantinya. Banyaknya

(4)

pendorong kelestarian Gemeente,karena biasanya di lokasi

perkebunan-perkebunan tersebut memang banyak orang-orang Belanda.

3. Faktor keuangan

Melihat banyaknya jumlah orang kulit putih yang ada di Salatiga

waktu itu, tentu faktor keuangan ini tidak menjadi masalah yang berarti.

Berbagai sumber keuangan bisa diperoleh dari: pendapatan pajak,

penggunaan fasilitas pemerintah dan permohonan berbagai perijinan

(Eddy Supangkat, 2012 : 13-17).

Selain menetapkan Salatiga sebagai sebuah Gemeente Staatsblad

tersebut juga mencantumkan tugas-tugas pemerintah Gemeente, yang

antara lain :

- Mengatur, memeperbaharui dan membuka jalan-jalan dalam kota

(mencakup pembuatan taman kota, selokan, jembatan, pembuatan

papan nama jalan, dan sebagainya).

- Membersihkan dan memperindah jalan-jalan, taman-taman dan

lapangan.

- Menyelenggarakan penerangan untuk jalan umum.

- Mengatur pemakaman (Eddy Supangkat, 2012 : 18).

Agar Pemerintahan di Salatiga dapat berjalan dengan baik maka

Burgemeester (Walikota) dibantu oleh Gemeenteraad (Dewan Kota)

bekerja keras untuk melakukan berbagai pembangunan di Salatiga.

Meskipun harus diakui bahwa pembangunan kota Saltiga pada waktu itu

(5)

putih, namun tidak bisa diingkari bahwa orang-orang pribumi juga

merasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak.

Beberapa sarana, prasarana dan fasilitas yang di perbaiki dan di bangun antara

lain:

1. Jalan-jalan dalam kota.

2. Hotel untuk persinggahan orang-orang kulit putih.

3. Gedung Perkantoran.

4. Pemakaman.

5. Pasar.

6. Rumah sakit pemerintah dan swasta.

7. Lembaga pendidikan (sekolah).

8. Tempat hiburan dan rekreasi.

9. Instansi militer.

10.Kantor pos dan telegraf.

11.Sarana transportasi.

12.Sarana air bersih dan penerangan jalan.

Mulai abad XIX Salatiga muncul sebagai salah satu tempat basis militer

tentara Hindia Belanda untuk keamanan jalur utama Semarang-Surakarta dan

salah satu pusat Zending di Pulau Jawa. Keberadaan tentara Hindia Belanda

dengan tangsi-tangsinya ini membawa citra dan identitas Salatiga sebagai

basis militer yang cukup melekat sampai periode pertengahan abad XX. Pada

awal abad XX Salatiga tidak hanya sebagai pusat militer dan agama saja tetapi

(6)

pendidikan. Banyaknya orang Eropa dan Cina yang berada di Salatiga

mendorong munculnya sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah yang dibangun

sebagai berikut

1. Sekolah Eropa

1.1 HIS (Hollands-Indlands School), sekolah ini dapat dimasuki

anak-anak Indonesia dari anak-anak pegawai pemerintah

Hindia-Belanda.

1.2 ELS (Europe Lagere School), lamanya 7 tahun. Sekolah ini

diperuntukan bagi anak-anak Belanda sesuai dengan

tingkatan-tingkatan orang Belanda.

1.3 HCS (Holland Chinese School), sekolah ini diperuntukan

untuk anak-anak Cina.

1.4 MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), sekolah ini

merupakan sekolah lanjutan dari sekolah dasar.

2. Sekolah Pribumi : De Scholen Der Tweede Klasse (sekolah Kelas

Dua)

Sekolah Kelas Dua merupakan sekolah bagi anak-anak

bumiputera pada umumnya. Sekolah ini mempunyai kurikulum

yang sederhana yakni meliputi pelajaran membaca, menulis, dan

berhitung (Nasution, 2008 : 61). Sekolah Kelas Dua ini didirikan

di daerah kota kecamatan atau di daerah desa yang maju. Lama

belajarnya 5 tahun. Bahasa pengantarnya bahasa daerah atau

(7)

3. Sekolah Desa

Sekolah Desa didirikan tanpa biaya pendidikan dari

pemerintah dan menjadi bagian integral dari masyarakat desa

sehingga selain diberikan pelajaran membaca, menulis dan

berhitung dalam bahasa Jawa, juga diajarkan pekerjaan tangan

membuat keranjang, pot, genteng dan sebagainya. Lama

pendidikan Sekolah Desa adalah 3 tahun (Nasution, 2008:77-81).

4. Sekolah Kejuruan

4.1 Sekolah Pertukangan (ambachts Leergang), lama belajar 2

tahun. Sekolah ini di jadikan sekolah kerajinan (SK).

4.2 Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs), lama belajar 3 tahun.

Sekolah ini mendidik calon pengawas.

4.3 Sekolah Dagang (Handels Onderwijs), lama belajar 3 tahun.

4.4 Sekolah Pertanian (Landbouw Onderwijs), mendidik tenaga

yang akan bekerja di bidang agraris, pertanian dan kehutanan.

4.5 Sekolah Kewanitaan (Maisjes Vakonderwijs). Sekolah ini

berdiri atas jasa R. A Kartini (Soemanto dan Soeyarno, 1983 :

44-45).

5. Sekolah Guru Desa. Cursus Volks-Onderwijzer (CVO) merupakan

kursus untuk memehuni kebutuhan guru diSekolah Desa. Lama

(8)

sekolah Vervolg atau Sekolah Kelas Dua(I.Djumhur dan

H.Danasuparta, 1976:139).

Selain itu masih ada sekolah-sekolah yang dibangun oleh para Zending

atau Missi berupa Inlandsche school, dan Sekolah Guru Pribumi, HCS, HIS

Katolik dan 1 sekolah Cina yang diusahakan oleh Tiong Hoa Hwee Kwan.

Penduduk pribumi hanya diijinkan masuk sekolah yang dikhususkan untuk

pribumi dan melanjutkan di HIS, Sekolah Guru maupun sekolah-sekolah yang

didirikan oleh para Zending atau Missi. Kesempatan mengenyam pendidikan ini

dimanfaatkan penduduk pribumi untuk menyekolahkan anak-anaknya (Emy

(9)

C. Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga

Pada tahun 1500-1600, banyak kaum rohaniawan yang mengikuti

pasukan tentara Portugis untuk mengajarkan pendidikan, yang umumnya di

bidang pendidikan agama dan khususnya pendidikan agama katolik.

Penyelenggaraan pendidikannya didasarkan pada ajaran nasrani tentang

“Mengasihi Tuhan dan Mengasihi Sesama Manusia”.

Mengingat bahwa yang berperan adalah kaum rohaniawan, maka wajar

jika mengutamakan pendidikan agama. Karena penganut agama katolik

semakin meningkat, kemudian gerakan seminari untuk kaum pribumi, agar

mereka dapat menjadi pengajar agama katolik di daerahnya (N. Sumarwo,

2004: 33-34). Hal ini berdampak di Salatiga, banyaknya orang Eropa yang

tinggal bersama keluarganya di sini dan membutuhkan pelayanan rohani,

membuat para biarawan dan biarawati yang tinggal di sini berinisiatif untuk

mendirikan sekolah dan sekaligus menyebarkan agama Katolik di Salatiga.

Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga adalah salah satu

sekolah yang didirikan Biarawan dan Biarawati di Salatiga. Sekolah

Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga didirikan sekitar bulan Mei

tahun 1949 adalah sekolah yang didirikan oleh para Bruder Belanda.

Sebelumnya bernama Sekolah Menengah Kanisius, karena bernaung dengan

Yayasan Kanisius. Kemudian bergabung dengan Yayasan Pangudi Luhur,

setelah itu Yayasan Kanisius mengundurkan diri. Alasan Yayasan Kanisius

(10)

dan dapat berdiri sendiri atau mandiri (pendewasaan sekolah) (wawancara

dengan V. Darman tanggal 8 April 2013).

Dulu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga berada di

dekat SD 78 (SD Marsudiri sekarang) di Jalan Kantor pos. Kemudian di

tahun 1950-an terjadi peristiwa dimana sekolah-sekolah Yayasan Katolik

dan Kristen mendapat sosialisasi gedung dari Belanda. Dan Sekolah

Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga mendapatkan gedung di Isatan

Djoen Eng (Institut Roncali sekarang) (Menurut Sunardi). Untuk

mendirikan sekolah ini para Bruder-bruder FIC mendapatkan masukan dari

Romo-romo Yesuit dari gereja Santo Paulus Miki. Sekolah Menengah

Pertama Pangudi Luhur Salatiga didirikan oleh 3 Bruder FIC antara lain :

Bruder Sirinus, Bruder Leonardo dan Bruder Vabrianus. Sejak berdirinya

sekolah ini dikelola olah para bruder FIC (wawancara dengan T. Suradi

tanggal 4 April 2013).

Dahulu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ini digabung

dengan Sekolah Menengah Pertama Stella Matuttina. Masyarakat lebih

mengenal sebagai Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra dan

Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri. Dalam perkembangannya

SMP Stella Matuttina mengundurkan diri dan masuk dalam Yayasan

Marsudirirni.

Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra adalah sekolah

bersubsidi. Dimana segala sesuatunya dibantu oleh pemerintah. Untuk

(11)

setidaknya 15 kelas. Karena SMP Pangudi Luhur Putra mempunyai 12 kelas

dan SMP Pangudi Luhur Putri mempunyai 6 kelas maka di gabung agar

mendapat subsidi dari pemerintah. Guru yang bekerja adalah PNS

pemerintah dan khusus Kepala Sekolah adalah seorang Bruder atau Suster

Missi dari Eropa (wawancara dengan Widodo tanggal 8 Maret 2013).

Pada saat itu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra ini

adalah sekolah unggulan di kalangan masyarakat dan bersaing dengan

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Salatiga. Hal ini dikarenakan

buku-buku untuk belajar dipinjamkan langsung dari sekolah sampai selesai.

Buku-buku yang dipinjamkan adalah buku yang dikarang langsung oleh

para Bruder-bruder FIC (wawancara dengan Slamet tanggal 25 Februari

2013).

Murid-murid yang bersekolah disini tidak hanya yang berasal dari

Salatiga tetapi banyak yang datang dari luar kota Salatiga, karena di sekitar

kota Salatiga masih sedikit sekolahan. Kemudian setelah di desa-desa

banyak didirikan sekolah negeri maka pamor Sekolah Menengah Pertama

Pangudi Luhur Putra pun turun. Tidak hanya itu, setelah pemerintahan

Soeharto mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah negeri harus membuka

pendaftaran terlebih dahulu, kemudian setelah sekolah negeri penuh barulah

sekolah swasta boleh membuka pendaftaran, pamor Sekolah Menengah

(12)

1. Visi dan Misi

Visi dan Misi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga

tahun 1950 adalah pendidikan untuk mencerdaskan anak didik dan

mengembangkan agama Katolik. Dalam visi dan misi ini guru dituntut

yaitu : guru harus berupaya untuk mencerdaskan anak didiknya dan guru

wajib berkunjung ke rumah siswa, untuk mengetahui sebab musabab

masalah yang dialami siswa dan membantu untuk memecahkan maslah

yang sedang dihadapi siswa (wawancara dengan V. Darman tanggal 8

April 2013).

Visi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga yaitu,

pendampingan kaum muda yang berorientasi pada budi pekerti luhur,

terampil dan berprestasi berlandaskan kasih.

Misi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga yaitu :

1. Menanamkan budi pekerti luhur kepada siswa

(13)

2. Arti dan Lambang Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur

Simbol- simbol:

1. 3 rantai melambangkan ikatan putra dan roh kudus atau ikatan

persaudaraan/ keluarga.

2. Salib melambangkan bertaqwa kepada Tuhan dengan baik dan mengasihi

sesama umat.

3. Bintang melambangkan Tuhan.

4. Buku melambangkan pengetahuan

5. Warna Kuning melambangkan sebagai tanda kemenangan.

6. Warna Biru melambangkan Kasih Bunda Maria sebagai ibu.

3. Kegiatan Belajar-Mengajar

Pada tahun 1949 kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah

Pertama Pangudi Luhur Salatiga di mulai pukul 07.00 hingga pukul 13.00.

Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan dari hari senin sampai hari

sabtu. Untuk hari Senin sampai hari Jumat dimulai pukul 07.00 sampai

pukul 13.00, khusus untuk hari Sabtu di mulai pukul 07.00 sampai 11.00.

Setiap hari setiap pukul 06.30 pagi, Bruder berada di depan

(14)

siswa-siswa yang datang mencium tangan Bruder sebagai rasa hormat

kepada kepala sekolah. Saat istirahat siswa tidak diperkenankan ada di

dalam ataupun di sekitar kelas, mereka diharuskan jalan-jalan memutari

lingkungan luar sekolah bersama guru piket. Hal ini dilakukan agar

peredaran darah lancar dan siswa tidak tegang dalam menerima pelajaran.

Di tahun 1949 belum ada ekstrakurikuler di Sekolah Menengah

Pertama Pangudi Luhur Salatiga. Ekstrakurikuler mulai ada sekitar tahun

1960-an. Sugeng menuturkan bahwa tahun 1968 tidak hanya siswanya

yang laki-laki saja melainkan guru-gurunya pun juga laki-laki semua.

untuk kepala sekolah dan guru agama dipegang langsung oleh Bruder FIC.

Tidak hanya kegiatan belajar mengajar saja di Sekolah Menengah Pertama

Pangudi Luhur Putra ini juga diadakan misa bulanan yang dilaksanakan di

sekolah.

Pada tahun 1952 kegiatan ujian atau test kenaikan kelas diadakan

di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra dan pada saat itu

belum ada kelas meeting. Untuk ujian negara Sekolah Menengah Pertama

(15)

4. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur

Mata pelajaran yang di ajarkan di Pangudi Luhur putra pada tahun

1950an, antara lain :

1. Bahasa Indonesia

matapelajaran ini mempelajari tentang kesussastraan dan tata bahasa.

2. Bahasa Daerah

3. Bahasa Inggris

Mata pelajaran ini mempelajari tentang vocabbulari dan tata bahasanya.

4. Ilmu Pasti meliputi:

a. Ilmu hitung

b. Ilmu ukur

c. Ilmu aljabar

5. Ilmu Hayat

Mata pelajaran ilmu hayat mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan, hewan

dan manusia. Seperti halnya sekarang ilmu hayat disebut biologi.

6. Ilmu Alam

Mata pelajaran ini membahas tentang gaya, rotasi dan revolusi. Sekarang

ini ilmu alam lebih dikenal sebagai IPA (ilmu pengetahuan alam).

7. Ilmu Bumi

Mata pelajaran ini membahas tentang kejadian alam yang ada di bumi,

seperti topan, gempa, banjir.

(16)

8. Sejarah

Mata pelajaran sejarah dibagi menjadi 2 yaitu sejarah Indonesia dan

sejarah dunia

9. Administrasi

Mata pelajaran administrasi diajarkan tentang surat menyurat.

10.Menggambar

11.Kesenian

Mata pelajaran kesenian diajarkan menyanyi

12.Pendidikan Jasmani

Mata pelajaran ini mengajarkan tentang atlektik, senam dan bermain

(sepakbola, basket, bela diri (pencak silat)).

13.Agama

Mata pelajaran agama yang diajarkan adalah agama katolik. Mata

pelajaran ini untuk semua murid baik yang beragama katolik maupun non

katolik.

Di tahun 1954 ada penjurusan di kelas 2 dan kelas 3. Ada 3 pilihan

jurusan,yaitu : A jurusan bahasa, B jurusan IPA dan C jurusan Ilmu

Dagang. Kemudian ditahun 1960-an ada tambahan pelajaran yang semula

hanya 17 mata pelajaran menjadi 19 mata pelajaran itu yaitu ilmu negara

(PKN) dan kesejahteraan keluarga. Tahun 1970-an ditambah lagi 1 mata

pelajaran yaitu prakarya yang meliputi memasak dan menjahit.

Walaupun pemerintah membuat kebijakan dokumen-dokumen

(17)

tahun 1950-an sampai 1960-an tersebut masih dapat dilihat di buku induk

(seperti terlihat dilampiran).

Pada tahun 1990 mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah

Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga di bagi menjadi 3 bidang

pokok, yaitu :

1. Pendidikan Umum

Pendidikan Umum meliputi :

a. Pendidikan Agama

Mata pelajaran agama ini mempelajari agama Katolik, sebagaimana

Yayasan Pangudi Luhur adalah yayasan katolik.

b. Pendidikan Moral Pancasila

Mata pelajaran ini mempelajari tentang nasionalisme bangsa dan

negara.

c. PSPB

d. Olahraga dan Kesehatan

Mata pelajaran ini mempelajari tentang dasar-dasar dalam olahraga

dan kesehatan.

e. Pendidikan Kesenian

Mata pelajaran ini khususnya mengajarkan tentang menyanyi.

2. Pendidikan Akademis

a. Bahasa Indonesia

Mata pelajaran ini membahas tentang kesussastraan, penggunaan

(18)

b. Bahasa Daerah

Mata pelajaran ini mengajarkan tentang unggah ungguh dalam

berbahasa jawa dan tata kelakuan jawa.

c. Bahasa Inggris

Mata pelajaran ini mengajakan tentang tata bahasa dan vocabulari.

d. Ilmu Pengetahuan Sosial

Mata pelajaran meliputi : Sejarah yang mempelajari tentang sejarah

Indonesia dan sejarah dunia, Ekonomi yang mempelajari tentang

sistem perekonomian, Geografi yang mempelajari tentang susunan

tanah bumi, bencana alam dan sebagainya, Sosiologi mempelajari

tentang struktur sosial stratifikasi sosial.

e. Matematika

Mata pelajaran ini membahas tentang aljabar, hitung, desimal,

perkalian, pertambahan dan pembagian.

f. Ilmu Pengetahuan Alam

Mata pelajaran ini meliputi : Kimia mempelajari tentang unsur-unsur

kimia, Fisika mempelajari tentang massa, gerakan dan gaya, Biologi

mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.

3. Pendidikan Keterampilan

a. Pilihan Terikat

b. Pilihan Bebas

Pada tahun 1965 di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur

(19)

yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dan ujian

sekolah yang meliputi menggambar, memasak, prakarya, kesenian (menyanyi),

sejarah (Indonesia dan Dunia).

5. Fasilitas

Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ini menempati lahan

seluas 400m. Pertama kali sekolah ini didirikan sekolah sudah memiliki 12

kelas yang terdiri dari kelas 1 B-C-D, kelas 2 B-C-D dan kelas 3

A-B-C-D. Kelas 1 setiap kelas berisi 40-48 siswa. Pada tahun 1949, gedung

sekolah tidak berada di gedung yang sekarang ini di tempati, melainkan

gedung pertama Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur berada

didekat SD 78 (SD Marsudirini sekarang). Barulah di tahun 1952 gedung

sekolah berada di Istana Djoen Eng tepatnya dibelakang Bruderan FIC

(Institut Roncali sekarang). Barulah tahun 1975 saat sekolah di rehab

menempati gedung yang sekarang dan gedung lama di gunakan untuk

kursus bruder-bruder dan suster-suster (wawancara dengan T. Suradi

tanggal 4 April 2013).

Wagiman menuturkan bahwa dulu saat sekolah siswa-siswanya

tidak mengenakan seragam melainkan bebas, bersandal jepit dan sedikit

yang mengenakan sepatu. Untuk siswa yang rumahnya jauh dan kurang

mampu ditempatkan di asrama. Buku-buku untuk menunjang

(20)

Gedung yang ditempati sekarang terbuat dari batu bara dan atap

genteng. Lokasi sekolah yang dekat dengan jalan raya dan terdapat

pohon-pohon besar yang rindang serta halaman yang luas,membuat sekolah ini

menjadi sekolah yang nyaman dan sejuk.

6. Peserta Didik

Pada awal di buka tahun 1949 Sekolah Menengah Pertama Pangudi

Luhur dibuka untuk umum dan tidak dipungut biaya pendaftaran, calon

siswa baru hanya perlu membawa raport dan ijazah SD. Tahun 1950

sampai tahun 1972 siswa-siswa yang bersekolah di sekolah ini seluruhnya

adalah putra. Siswa-siswa yang bersekolah disini tidak hanya berasal dari

Salatiga saja melainkan dari desa-desa, kota di sekitar Salatiga bahkan ada

yang berasal dari luar pulau Jawa. Untuk siswa yang berasal dari luar kota

Salatiga,luar pulau Jawa dan yang tidak mampu, sekolah menyediakan

asrama di Roncali. Untuk menempati asrama tersebut siswa tidak dipungut

biaya apapun bahkan untuk makan dan fasilitas untuk menunjang

kebutuhan mereka semua di biayai oleh Bruder-bruder FIC. Bruder-bruder

FIC ini meminta bantuan keluar negeri untuk mencukupi kebutuhan

siswa-siswanya (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 April 2013).

Saat kenaikan kelas untuk siswa yang masuk peringat 3 besar di

beri hadiah oleh bruder yaitu kotak cerutu dari Belanda. Transportasi yang

digunakan untuk mencapai sekolah adalah jalan kaki atau bersepeda. Saat

itu siswa-siswa tidak menggunakan seragam, mulai menggunakan seragam

(21)

dan bersandal jepit, tetapi siswa di tuntut untuk disiplin. Siswa harus

datang tepat waktu ke sekolah (wawancara dengan Widodo tanggal 8

Maret 2013).

7. Pengajar

Pada tahun 1949, guru-guru yang mengajar di Sekolah Menengah

Pertama Pangudi Luhur adalah para Bruder-bruder FIC dari Belanda.

Kemudian baru sekitar tahun 1952, guru-guru dari Jawa mulai masuk

walaupun sedikit (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 April 2013).

Pada awal berdirinya Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga

seluruh tenaga kerja adalah guru-guru putra. Guru-guru yang mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur umumnya diperbantukan dari

pemerintah, satu guru mengampu satu mata pelajaran.

Mulai tahun 1975 Sekolah Menengah pertama Pangudi Luhur

menerima guru-guru putri. Guru-guru itu harus mempunyai syarat

berkepribadian baik, sikap baik dan berpengetahuan baik (wawancara

dengan Widodo tanggal 8 maret 2013).

Guru yang mengajar di sekolah ini mendapatkan 2x gaji yaitu :

tanggal 1 dari pemerintah dan tanggal 20 dari yayasan. Gaji yang didapat

dari yayasan lebih bersifat tunjangan. Tunjangan yang didapat dari

yayasan berbeda-beda tergantung seberapa lama pengabdian guru tersebut

kepada Yayasan Pangudi Luhur (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4

april 2013). Bruder juga mengharuskan guru mengajar

(22)

Daftar kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur

Salatiga, antara lain :

1. Bruder Leonardo FIC

2. Bruder Dunstram FIC

3. Bruder Alfonso FIC

4. Y. Karsiman Brotosarodja

5. Sunardi Rosmanto

6. Budi Santoso

7. Dalmo

8. Y. Widodo

9. Bruder Herry Berthus FIC

10. Henny Prima Asih

11. Kasto

(23)

D. Faktor penyebab Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur beralih dari Sekolah Khusus putra menjadi Sekolah Campuran (Putra-Putri) 1. Faktor Psikologi

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana mereka

hidup memerlukan orang lain untuk bekerjasama menghidupi kebutuhan

hidupnya. Di dalam lingkungan pendidikan pun, siswa membutuhkan

orang lain untuk bersosialisasi di lingkungan sekolah.

Sosialisasi tersebut tidak hanya terjadi antar sesama jenis (laki-laki

dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan) melainkan dengan lawan

jenis. Maka dari itu tidak begitu baik jika dalam proses pendidikan

laki-laki dan perempuan dipisahkan.

Jika dalam pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah maka akan

terjadi rasa tidak percaya diri serta kurangnya rasa solidaritas antar lawan

jenis. Secara psikologis, laki-laki lebih bisa bersikap dewasa

dibandingkan dengan perempuan (wawancara dengan Slamet tanggal 25

Februari 2013).

Faktor yang lain adalah agar tidak terjadi perbedaan gender dan

terjalin solidaritas antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam sekolah

missi yang dikembangkan oleh Bruder dan Suster sangat berbeda dengan

hal-hal tersebut. Bruder dan susuter memilih untuk memisahkan diri

dengan alasan faktor psikologis dimana bruder dan suster harus

(24)

harus menjaga kesuciannya,agar tidak terjadi sesuatu yang tidak

diinginkan.

2. Faktor Kebijakan

Secara kebijakan sekolah memiliki kewenangan untuk

mengalihkan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur dari sekolah

khusus putra menjadi sekolah campuran. Karena sesuai tuntutan jaman

jika sekolah hanya mengandalkan siswa laki-laki, sekolah tidak akan maju

Referensi

Dokumen terkait

Jenis zat warna disesuaikan dengan jenis serat yang akan diwarnai, sehingga tidak semua jenis zat warna dapat dipakai untuk mewarnai suatu

Pada hari ini Jumat, tanggal Dua Puluh Lima bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum

[r]

Isi program MGMP terdiri dari: pembahasan silabus, penyusunan RPP, kesulitan guru dalam mengajar dan permasalahan lain dalam pembelajaran PAI; (2) Pelaksanaan MGMP rutin

[r]

Surety Bond adalah salah satu bentuk jaminan yang dapat digunakan untuk menjaminkan suatu pekerjaan yang diberikan oleh pemilik pekerjaan kepada pelaksana pekerjaan yang

Terbilang : seratus empat puluh sembilan juta enam ratus delapan puluh lima ribu rupiah. Pejabat

The functions of elementary calculus are continuous on their domains of definition with the possible exception of a number of isolated points...