PERKEMBANGAN MUSEUM KARO LINGGA
DIDESA LINGGA KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
UNJUK KITA REMENDA
3123121060
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Unjuk Kita Remenda NIM 3123121060 Perkembangan Museum Karo Lingga di Desa Lingga Kabupaten Karo Skripsi : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Perkembangan Museum Karo Lingga di Desa Lingga Kabupaten Karo”. Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Yayasan Museum Karo Lingga, menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Kari Lingga di desa budaya Lingga tersebut. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan hermenitika berupa interpretasi terhadap pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dari hasil penelitian ini maka didapatkan data mengenai pembangunan museum, bangunan di disiberikan kepada Bapak G.H. Mantik pada tahun 1979 dan disahkan sebagai museun pada tahun 1989. Bangunan Museum Karo Lingga secara keseluruhannya menggambarkan bangunan yang memadukan gaya arsitektur rumah adat tradisional Karo.
Museum Karo Lingga ini memiliki luas 136 m² (10 m x 10 m dan 3 m x 12 m), didalam bangunan ini terdapat tiga buah kamar tidur (satu di depan dan dua di belakang), sebuah dapur dan dua buah kamar mandi, serta dengan luas halaman 25 m x 40 m = 1000 m². Museum ini didirikan di desa Lingga untuk mempertahankan seni adat kebudayaan kebudayaan suku Karo, yang merupakan benteng budaya suku Karo. Museum Karo Lingga ini mulai dibuka /beroperasi pada tanggal 6 Juni 1986 dengan sekretariat di jalan Kotacane No. 180 Kabanjahe (di dekat terminal simpang empat Kabanjahe).
Pada awalnya keberadaan Museum Karo Lingga ini hanyalah sebagai pelengkap untuk menambah kekayaan budaya di desa Lingga karena sebelum museum ini dibangun desa Lingga sudah menjadi desa budaya yaitu pada tahun 1977. Berbeda dengan sekarang, keberadaan Museum Karo Lingga ini sudah memberi dampak yang besar bagi desa budaya Lingga karena dengan adanya pembangunan museum ini desa Lingga menjadi ramai dikunjungi oleh pelajar/mahasiswa, wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Museum ini merupakan salah satu objek wisata di desa Lingga.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyusun skripsi guna menyelesaikan perkuliahan dan mendapat gelar sarjana. Untuk memenuhi syarat tersebut diatas penulis menulis skripsi dengan judul “Perkembangan Museum Karo Lingga di Desa Lingga Kabupaten Karo”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, baik isi, tekhnik penelitian, maupun nilai ilmiahnya, mengingat adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan penulisan Skripsi ini. Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan juga selaku Dosen penguji atau pembanding utama yang banyak memberi masukan kepada penulis.
Ibu Drab Flores Tanjung, MbA sebagai Dosen Pemimbimbing Skripsi yang telah sabar membimbing juga banyak membantu dan memberi masukan kepada penulisb
Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Mum selaku Dosen Pembimbing Akademik dan penguji yang telah banyak memberi nasehat-nasehat bagi penulis selama masa perkuliahan.
iii
Bapak Syahru Nizar Saragih, M.Mum, M.A selaku sekretaris Jurusan di Pendidikan Sejarah
Kepada Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Sejarah, terima kasih atas ilmu yang telah penulis dapatkan selama perkuliahan
Kedua orangtua saya J. Ginting dan S.U. br Tarigan, Ayahanda dan Ibunda yang sangat saya cintai dan kagumi, yang telah memberikan doa, yang selalu menyayangiku, karena doa dan restu mereka penulis bisa menjadi seperti saat sekarang ini dan sampai pada akhir untuk menyelesaikan studi dalam perkuliahan. Skripsi ini sengaja ananda persembahkan sebagai bukti bahwa ananda telah menyelesaikan amanat yang ayah dan ibu berikan kepada ananda. Kiranya Tuhan selalu melimpahkan berkat dan rejeki kepada mereka.
Buat kakak dan adik penulis, Dewi Maya Sari, Amd. Keb dan Imanuel Munte yang telah banyak memberi penulis dukungan dan semangat semasa proses penulisan skripsi ini.
Bapak Tersek Ginting terimaksih penulis sampaikan kepada beliau yang telah memberikan masukan masukan ilmu dan semangat kepada penulis. Kepada keluarga besar penulis yang walaupun terpisah jarak tetap
memberi dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan, penelitian, sampai pengerjaan skripsi.
Bapak Serpis Ginting dan selaku kepala desa yang telah banyak membantu memberikan bahan-bahan bagi peneliti.
Bapak Tenangta Ginting dan selaku sekretaris Museum Karo Lingga yang telah banyak membantu memberikan bahan-bahan bagi peneliti.
iv
Rekan-rekan PPL-T 2015 di Yayasan Pendidikan GBKP, terima kasih buat teman-teman PPL SMP (Tika, Ika, Nia, Irma, Leni, Darmina, Dedy, dan Ayakimo) dan PPL SMK GBKP (Billi, Febrin, Fras, Adi, Abdi, Martin , Chandra, Wilson, Elsa, Rista, Iren, Mince, dan Nova) masa-masa bersama kalian di YPK Gbkp tidak akan pernah saya lupakan..
Teman-teman Imka Rudang Mayang Unimed, Ibu Rehbungana dan Imka Arih Ersada Fis Unimed terima kasih telah menjadi keluarga bagi saya, buat dukungan, perhatian, dan penghiburan yang kalian berikan diasaat saya pada saat-saat sulit
Medan, September 2016
Penulis
Unjuk Kita Remenda
v
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka...7
2.2. Kerangka Konseptual ..…………...……….………8
2.1.1. Perkembangan Museum....……..……….8
2.1.2. Museum Karo Lingga….………....11
2.1.3. Desa Lingga...……….………..……...12
2.2. kerangka Berfikir ……….………...…....16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ………..………...……..18
3.2. Lokasi Penelitian ……….…………..…….…18
3.3. Sumber Data ………..………....………….19
3.4. Teknik Pengumpulan Data...……….………...20
3.5. Teknik Analisis Data... ………..………….…22
BAB IV. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...23
4.1.1. Sejarah Desa Lingga...23
vi
4.1.3. Manfaat Lahan...27
4.1.4. Keadaan Tanah...28
4.1.5. Keadaan Sosial Budaya...28
4.1.6. Kondisi Soaial Ekonomi ...34
4.1.7. Sarana dan Prasarana...34
4.2. Latar Belakang Berdirinya Museum Karo Lingga...36
4.2.1. Sejarah museum Karo Lingga...36
4.2.2. Ornamen Yang Terdapat Pada Bangunan Museum Karo Lingga...39
4.2.3. Fungsi dan Peranan Museum Karo Lingg...42
4.3. Perkembangan Museum Karo Lingga...46
4.4. Koleksi Museum Karo Lingga...51
4.5. Usaha pengelola Museum dalam melestarikan koleksi Museum Lingga...71
TAT V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...72
5.2. Saran...53 DAFTAR PUSTAKA
1
BABBIB
PENDAHULUANB
1.1.BLatarBBelakangB
Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat
jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau
disebut dengan SiTaluh Jabu. Kompleks perumahan tradisonal yang dahulunya
merupakan sebuah kota tersendiri bagi masyarakat Karo dataran tinggi, sebagian
kecil dari kompleks perumahan tradisonal yang terselamatkan dari kejadian
revolusi sosial tahun 1946.
Saat ini Desa Lingga terkenal sebagai salah satu desa yang masih
mempertahankan kaTasan kompleks perumahan tradisional Kalak Karo. Menurut
cerita-cerita orang tua, ratusan tahun lalu Desa Lingga Kecamatan Simpang
Empat merupakan cikal bakal serta pusat pemerintahan suku Karo. Saat itu Desa
Lingga dipimpin seorang raja yang disebut Sibayak Lingga. Ia membangun rumah
pertemuan dan rumah tempat tinggal Targanya dengan tiang penyangga, dinding
dan beberapa bagian atas terbuat dari kayu bulat.
Ketika Belanda menjajah negeri ini, Targa Karo sengaja
membumi-hanguskan rumah dan hartanya, agar rumah mereka tidak dimanfaatkan Belanda.
Maka, pada saat ini hanya Desa Lingga, Peceren, Serdang, Barusjahe, dan Dokan
2
Situs yang diinventarisasi pada kesempatan ini berupa peninggalan
bangunan tradisional di perkampungan tradisional, bangunan tradisional di
Tilayah yang pada aTal pendirian kampung tersebut sebagai perkampungan
tradisional, makam dan bangunan tradisional Karo yang diperuntuhkan untuk
Museum dengan sejumlah koleksi.
Di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara terdapat sebuah museum
daerah yang terletak di desa Lingga, kecamatan Simpang Empat. Desa Lingga
merupakan salah satu desa yang menjadi daerah tujuan Tisata di Kabupaten Karo.
Bukan hanya keberadaan museum, disana juga terdapat rumah-rumah adat yang
diperkirakan berumur 250 tahun, dan kondisinya masih kokoh.
Museum Karo Lingga yang terletak 5 km di sebelah barat Kabanjahe
sekitar 1 km sebelum lokasi Perkampungan tradisional Lingga, yang didirikan
pada tahun 1977 atas prakarsa G.H. Mantik, PangkoTilham Kodam II Bukit
Barisan pada Taktu itu dan resmi dibuka pada tanggal 6 Juni 1989. Museum ini
dikelola oleh Yayasan Museum Karo Lingga. (Mardiana 2009 : 37).
Alasan G.H. Mantik membangun rumah ini ketika dia berjalan di desa
Lingga dia beberapa kali terjatuh di lokasi rumahnya dibangun tersebut. Dia
merenung dan menganggap tanah tersebut baik dan dia berinisiatif untuk
membangun rumah ditempat dia jatuh tersebut. Kemudian dia meminta bantuan
kepada bapak Acie ginting untuk membangun rumah yang sekarang menjadi
3
mengket rumah sesuai dengan adat Karo. Let. Jend. TNI. G.H. Mantik diberi
marga Manik dan istrinya juga di beri marga yaitu br Sinulingga.
Let. Jend. TNI. G.H. Mantik, seorang pejabat di Kodam II Bukit
Barisanini membangun rumahnya tersebut pada tahun 1977. Pada tahun 1986 ada
seorang penjaga Museum Negeri Medan mengusulkan agar rumah tersebut
dijadikan sebagai museum lalu G.H. Mantik berinisiatif membuka Museum Karo
di desa Lingga tersebut. Yayasan Museum Karo Lingga resmi dibuka pada
tanggal 6 juni 1989. Selanjutnya Museum ini dipercayakan untuk dikelola oleh
Acie Ginting secara sTadana.
Koleksi museum menggambarkan berbagai perlengkapan hidup yang dulu
sering dipakai orang Karo dalam kehidupan sehari-hari. Museum Karo Lingga ini
terkesan ala kadarnya.Perkembangan zaman mendorong terjadinya
perubahan-perubahan dalam segala bidang, termasuk kebudayaan. Sempat ada pemikiran
bahTa Museum Karo Lingga dibangun dari sisa runtuhan Museum Raya, tetapi
hal tersebut tidak benar karena benda-benda peninggalan yang ada di Museum
Karo Lingga merupakan benda-benda yang disumbangkan dan dibeli dari
masyarakat yang ada di sekitar Tilayah desa Lingga tersebut.
Di Kabupaten karo terdapat beberapa Museum, yaitu Museum Jamin
Ginting, Museum Pusaka dan Museum Karo Lingga. 1) Museum Jamin Ginting di
Desa Suka Kecamatan Tiga Panah (sebuah museum keren dengan desain seperti
kulit kacang), museum ini didirikan atas inisiatif Likas br Tarigan istri dari Letjen
4
sejarah dan perjuangan Letjen Jamin Ginting sebagai pembelajaran sejarah bagi
masyarakat Sumatera Utara tentang perjuangan PahlaTan Nasional. 2) Museum
Pusaka berada di Jalan PerTira No. 3, tepat di sebelah Tugu Perjuangan 45
Berastagi, bangunan museum ini banyak menjelaskan tetntang sejarah milik
masyarakat Karo dan memiliki koleksi berbagai barang pusaka Karo. 3) Museum
Karo Lingga terletak di Desa Lingga Kec. Simpang Empat (Museum Karo Lingga
menempati sebuah rumah sederhana). Bangunan Museum ini merupakan model
rumah panggung yang terbuat dari kayu, dengan bernuansa Karo yang paling jelas
tampak pada bagian atapnya dan ayo-ayo (bagian depan) dari rumah yang ada
bertuliskan salam khas masyarakat Karo “mejuah-juah”
Melihat kondisi yang sedemikian maka penulis tertarik untuk meneliti
”PerkembanganBBMuseumBKaroBLinggaBdiBDesaBLinggaBKabupatenBKaro”.
1.2.BIdentifikasiBMasalahB
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Latar belakang berdirinya Museum Karo Lingga di Kabupaten Karo.
2. Koleksi apa saja yang terdapat di Museum Karo Lingga.
3. Usaha pengelola Museum dalam mengelola dan melestarikan koleksi
Museum Lingga.
4. Aktivitas masyarakat di sekitar Museum Karo Lingga.
5
1.3.BBatasanBMasalahB
Dikarenakan luasnya masalah yang harus dibahas, maka penulis
membatasi masalah kepada "Perkembangan Museum Karo Lingga di Desa Lingga
Kabupaten Karo"
1.4.BRumusanBMasalahB
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Museum Karo Lingga di
Kabupaten Karo
2. Koleksi apa saja yang terdapat di sekitar Museum Karo Lingga
3. Bagaimana usaha pengelola Museum dalam melestarikan koleksi
Museum Lingga.
4. Bagaimana aktivitas masyarakat di sekitar Museum Karo Lingga.
1.5.BTujuanBPenelitianB
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum Karo Lingga di
Kabupaten Karo.
2. Untuk mengetahui koleksi Museum Karo Lingga
3. Untuk mengetahui bagaimana usaha pengelola Museum dalam
6
4. Untuk mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar Museum Karo
Lingga.
1.6.BManfaatBPenelitianBB
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :
1. Menambah TaTasan pengetahuan terhadap penulis tentang
sejarah dan perkembangan Museum Karo Lingga .
2. Melalui penelitian selayaknyanya masyarakat akan mengetahui
Museum Karo Lingga ini juga merupakan bagian dari lembaran
sejarah budaya bangsa.
3. Agar pengunjung sadar betapa besarnya Museum Karo Lingga
tersebut berperan di Tilayah Karo.
4. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED, khusunya jurusan
Pendidikan Sejarah untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami
mengenai Sejarah dan Perkembangan Museum Karo Lingga.
5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang
bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.
6. Menambah daftar bacaan kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya
72
BABBV
KESIMPULANB&BSARAN
5.1BKesimpulanB
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sejarah Museum ini diawali dengan kedatangan bapak G.H. Mantik tahun
1979, ketika ia menjabat sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan II
Bukit Barisan. Beliau mengadakan kunjungan kerja di desa Lingga, dalam
kunjungannya tersebut beliau terkesan dengan tradisi leluhur karo yang
tetap terpelihara yang tetap terpelihara. Museum Karo Lingga dibangun
pada tahun 1977 yang diprakarsai oleh G.H. Mantik.
2. Semua koleksi yang ada di museum ini merupakan peninggalan yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat Karo, sebagai bentuk
melestarikan budaya Karo agar dapat mengingatkan masyarakat tentang
kebudayaan asli suku Karo sebagai jejak peninggalan nenek moyang
mereka.
3. Museum Karo Lingga ini bukan hanya sekedar tempat wisata, namun
museum juga dapat dijadikan tempat belajar dan mendapatkan ilmu
pengetahuan atau untuk tempat pameran dari isi museum tersebut. Di Desa
Budaya Lingga ini museum Karo Lingga kurang di lestarikan dan diminati
oleh masyarakat atau pemerintah, karena kurangnya ketertarikan masyarakat
73
4. Meskipun Museum ini terletak di pinggir jalan, karena bentuk dan luasnya
yang belum layak dikatakan sebagai museum, namun hal tersebut dapat kita
maklumi karena Museum Karo Lingga ini adalah Museum Daerah.
Meskipun pihak pengelola yayasan pernah melakukan pameran keliling,
pameran khusus, dan sosialisasi ke sekolah-sekolah guna memperkenalkan
Museum ini namun hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
karena terkendala di dalam masalah dana. Dengan demikian hendaknya
memberikan bantuan dana untuk pengembangan dan mempromosikan
Museum Karo Lingga ini agar dapat lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas.
5. Aktivitas masyarakat desa Lingga yang berada di sekitar Museum Karo
Lingga pada umumnya adalah bertani, tetapi jika ada acara-acara khusus di
Museum Karo Lingga ini juga diadakan berbagai jenis pameran seperti
Ndikkar (silat karo), dan tari tradisional budaya Karo.
5.2BSaranB
Penelitian yang telah penulis lakukan di Museum Karo Lingga membuat
penulis merasa perlu untuk memberikan saran kepada Museum khususnya
pengelola museum agar kedepannya lebih maksimal lagi. Beberapa saran yang
perlu diperhatikan museum diantaranya;B
1) Sebaiknya pemerintah daerah kabupaten Karo memperhatikan kenyamanan,
keamanan, dan koleksi-koleksi yang ada di museum ini agar museum dapat
menjadi tempat wisata yang diminati masyarakat, khususnya generasi muda
74
memberikan sarana yang layak, agar para pengunjung betah dan ingin
kembali ke museum ini lagi. Tidak hanya petugas museum atau pemerintah
yang membantu dalam pengembangan museum ini, namun generasi muda
dan seluruh masyarakat juga ikut membantu melestarikan museum ini dan
membuat museum ini menjadi salah satu ikon wisata yang dikenal di Tanah
Karo maupun di mata dunia yang mempelajari atau dapat mengetahui
pelajaran tentang seni dan budaya Karo.
2) Jika biaya memadai ada baiknya Museum ini diperluas lagi agar
benda-benda koleksi yang double dapat di keluarkan dan bisa ditata sedemikian
rupa dan menambah daya tarik pengunjung untuk mengunjungi Museum
Karo Lingga tersebut.
3) Penulis menyarankan agar dalam pengelolaan museum lebih
mempekerjakan lulusan sarjana di bidang ilmu Sejarah dan Arkeologi. Hal
ini dimaksudkan agar lebih meningkatkan kinerja pengelolaan museum agar
menjadi lebih baik lagi.
4) Pihak museum harus dapat memamerkan semua benda koleksi yang ada
serta tidak menyimpannya didalam gudang. Untuk dapat memamerkan
koleksi benda secara keseluruhan maka pihak museum harus memperbesar
bangunan museum, dalam hal ini peranan pemerintah sangat dibutuhkan
dalam memberikan dukungan berupa dana segar.
Sebagai penutup penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca yang rajin dan budiman, dan khususnya
75
penelitian/penulisan sejarah/kebudayaan. Dan semoga adanya penelitian skripsi
ini dapat menjadi tambahan sumber rujukan bagi mereka yang melakukan
767 7
Daftar Pustaka
Album Budaya. 2012. Direktori Museum Inoonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Holmes, dkk . 2013. Konservasi Desa Lingga. Sumatera Utara: Universitas
Katolik Santo Thomas.
Bukit, Doni. 2016. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka. Berastagi: Badan
Pusat Statistik Kabupaten Karo.
Daliman. 2012. Metooe Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013. Buku Peooman Penulisan
Skripsi oan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Stuoi Penoioikan
Sejarah. FIS UNIMED
Gottschalk, Lois. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Hardjana. 2002. Museum-Museum Pemerintahan DKI Jakarta. Jakarta: CV
Widya Lika Utama.
Kriwanto, Joosten. 2014. Kanah karo selayang Panoang. Medan: Bina Media
Printis.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Benteng Pustaka.
Mardiana, Intan. 2009. Museum Sumatera NKK oan NKB. Jakarta. Pemerintahan.
Marbun, Elisa. 2014. Inventarisasi Situs Kabupaten Karo Kahun 2014. Sumatera
Utara. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Nurcholis, Hanif. 2011, Pertumbuhan oan Penyelenggaraan Pemerintah Desa.
Jakarta: Erlangga.
Prinst, Darwan. 2011. Aoat Karo. Medan: Bina Media Printis.
Sarjani. 2009l. Lentera Kehioupan Orang Karo oalam Berbuoaya. Medan: BNB
Press
Sarjani. 2014. Sekilas Sejarah Pemerintahan Kanah Karo Simalem. Medan: Si
BNB Press.
Sepakat, Roskymawati. 1992. Peralatan Musik Kraoisional Batak Karo. Medan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
777 7
Sugiyono. 2010. Metooe Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumadio, Bambang. 1997. Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suroso, Urip. 1994. Peooman Kata Pameran oi Museum. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tiominar, Samaria. 1994. Katalog Kain Kenun Daerah Sumatera Utara. Medan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Vibariani, Miyarso. 2007. Sejarah Mengenal Museum. Bandung: Widya Duta
Grafika.
Sumber Skripsi:
Sembiring, Rismadiah. 2013. Peranan Museum Lingga Sebagai Sarana Untuk
Menumbuhkan Rasa Cinta Kerhaoap Buoaya Karo. Medan: Unimed.
Sinurat, Bela. 2012. Eksistensi Warisan Buoaya (Cultural Heritage) Sebagai