• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

M I L I K P E R F U G T A K A A N • U N I V E P - S I T A S A i R L A N G G A "

N V t i A B A Y A

PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA

S K R I P S I

OLEH SUGIJANTO

FAKULTAS HUKUM UNIVSRSITAS AIRLANGOA S U R A B A Y A

' 1982

(2)

PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA

$ K R I P S I

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT - SYARAT UNTUK

MENCAFAI GELAR SARAJAN HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A

1 9 8 2

OLEH SUGIJANTO

(3)

persembahan buat t * ayahanda tercinta.

(4)

KATA PENGANTAR

Peralihan Desa menjadi Kelurahan dl Kotamadya Sura­ baya merupakan Judul yang saya pillh untuk karya Skrlpsl ini, dalam melengkapi tugas dan memenuhl syarat-syarat un~ tuk mencapai gelar Sarjana Hukum dl Fakultas Hukum Unlver* sitas Airlangga.

Dan atas rahkmat Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat me nyelesalkan karya Skrlpsl Ini setelah melewatl beberapa ke sulltan*

Valaupun demikian, saya tetap lngat kepada sebuah pepatah lama yang mengatakan "tiada gadlng tak retak, ftia* da pekerjaan tanpa cela*# Oleh karenanya, saya yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan yang raengikuti karya Skri£ si ini* Namun, saya tetap memiliki harapan setidak-tidak - nya karya Skrlpsl Ini dapat menjadi sumbangan pemikiran ba gl dunla llmu pengetahuan*

Banyak pihak yang ikut terllbat dalam terwujudnya karya Skrlpsl ini* Untuk itu saya ucapkan terima kaslh tak terhlngga kepada Bapak Rachmadi Djoko Soemadljo S.H. sela- ku Dosen Pemblmblng saya, 3erta juga Bapak Moch* Rochlm Sjaian S.H# yang telah bersedla meluangkan waktunya memblm bing saya dalam mewujudkan karya Skrlpsl ini*

(5)

Pakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah banyak mem* berikan bantuan dan blmbingan kepada saya selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, terutama Ba- pak Dr. J*E* Sahetapy, S*H., Dekan Fakultas Hukum Universi­ tas Airlangga, serta juga para Bapak/Ibu staf pengajar Fa* kultas Hukum Universitas Airlangga*

Demikianlah, semoga dengan karya Skripsi ini dapat menuntun kita semua kepada pemahaman tentang Peralihan da* ri Desa menjadi Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II 5u rabaya secara lebih mendalam,

Surabaya, Desemher 1982 Penulis

S u g i ^ a n t o

(6)

DAFTAR 131

3. Alaaan P^milihen Judul .*•*»•£***••«*.'.» 7 4. Tu^usn Penullsan • • • • , « * . 9

5. Matodolo$i ... #•* 10

dm Sumbwr Data .*•.... ••••••#.«••*•*«** 10

b, Proaedur Pengumpulan Data ... ....10 c. Ana lisa Data.... ... «****• 11 6* Sieteaatika Don Pertang&ung Jawabannya *. 11 II* * PEtJGERTIAU T2HTARG PEMEBXNTAHAJJ ... .14

1, Doaa Ban Kelurahan 14

2* Dase Dan Kelurahan di Kotamadya Surabaya. 26 III* PROSES PERALJHAN DSSA KETWADI KSLURAHAU DI

KOTAMADYA SURABAYA.... ♦ *••••.•*.... 29 1# Sajarah Adanya Deaa dan Kelurahan di Kota

(7)

Halaman X. Leopiran Keputuaan Menteri Dalam Negeri

Nomor 140 * 502, tentang Penetepan Desa menjadi Kelurahan, Proplnai Java Ticur

Kodya Dati IX Surabaya 64

2, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun.... 1980 tentang Pengangkatan Kepala Kelu * rahan dan perangkat Kelurahan menjadi

Pegawai Hegeri Sipil 71

3* Struktur Organisesi Pemerintahan Kclu *

(8)

B A B I- P E N D A H U L U A N Fertnanalahan

< ♦ *

Adalah suatu hel yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa Pemerintah bermaksud untuk meningkatkan ke la near an penyelenggar&an pemerintahan dan perabangunan secara lebih berdaya guna dan berhasil gunar terutama dalam pelayanannya terhadap masyarakat# Oleh karena itu, ke-* raudian lewat Undang*undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Pemerintah memandang perlu segera mengatur bentuk dan susunan pemerintahan Desa yang da* pat meraberikan arah perkembangan dan kemajuan masyara­ kat yang berazaskan Demokrasi Pancaaila sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945*

Dalam salah satu pasalnya, yakni pasal 22

ayat-1, dinyatakan perlu adanya peralihan bentuk pemerintah an Desa dalam Ibukota Negara, Ibu kota Propinsi, Ibu Kota Kabupaten, Kotamadya, Kota Administratip dan kota -kota lain, menjadi Kelurahan* Desa~desa di sini ada* lah terutama Desa-desa yang ttlah menunjukkan

clri-ci-1 ri kehidupan kota*

(9)

2

Terdapat dua macam Desa, yakni Desa yang berada di dalam kota dan Desa di luar kota, Kedua-duanya mempunyai wilayah dan ditempati oleh s#jumlah penduduk serta memi­

liki organisasi pemerintahan terendah yang langsung ber- ade dl bawah Camat, hanya masing-masing mempunyai ciri- ciri tersendiri*

Desa-desa yang berada di dalam kota sesuai dengan perkembangannya merupakan wilayah administratip dan te- lah berkurang sifat-sifat tradisionalnya* Berbeda dengan Desa-desa yang berada di luar kota, struktur dan inter- aksi sosialnya lebih menunjukkan ciri**ciri kehidupan yang "Gemelnschaft11, di raana hubungan sosialnya ditandai oleh

2

keakraban dan kobersamaan, serta bersifat personal*

Sedangkan Desa-desa yang berada di dalam kota, mau tak mau terimbas oleh gaya hidup perkotaan yang bersifat "Gesellechaft'1, di mana hubungan-hubungan sosialnya ber- sifat impersonal dan indlvidualistik,*' Sehingga dengan- demikian kehidupan sosial yang "paterabayan* atau "Gesoll schaft" ini kurang manunjang tata pemerintahan Desa yang dalam banyak hal ma3ih bersifat "paguyubanH#

2

Vide: Ferdinand Tonnies, "Gemeinschaft and Ge- sellschaf*fc,fc dalam Setangkai Bunga Sosioiogl* Selo Soe- djan dan Soelaeman Soemardi ledsT}, trfakarta: Lembaga Penerbit Fak* Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), ha * laman 461 - 484*

(10)

b i i A U \ Y i\

Tata pemerintahan Desa itu fflaslir~banyak“d±temut“de* ngan clrinya yang masih tradisional, balk dalam cara pe* railihan Kepala Desanya, maupun dalam hal kepemimpinan De 3a yang dijalankan* Artinya, pembagian tugas dan wewe * nang dalam pemerintahan Desa lebih banyak berpusat pada figur Kepala Desa, Segala aapek kehidupan di dalam desa bermuara di tangannya, mulai dari persoalan*persoalan pe merintahan Desa sampai kepada soal-soal pribadi yang di* hadapi warga desanya*

Qentuk kepemimpinan sedemikiah ini jelas tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada sebagai suatu Desa yang berada dalam wilayah adminieiratip kota* Seba* gai gugusan terendah dalam organisasi pemerintahan yang langsung di bawah Camat, khususnya di kota-Kota, maka De sa dituntut untuk menyesualkan diri dengan irama kehidug an pemerintahan yang melingkupinya*

(11)

4

rintahan dalam bentuk Deaa. Dualisme bentuk pemerintahan — Desa dan Kelurahan — mewarnai kehidupan pemerintahan Kotamadya Surabaya, sebagai 3uatu Daerah Tingkat XI dl ka» wasan Java Timurt sekaligus sebagai Ibu Kota Propinsi*

Perallhan dari Desa menjadi Kelurahan dirasakan sede-miklan perlu, setidak-tidaknya bagi Kotamadya Surabaya sen* diri, dl mana dari 16 Keeamatan yang ada di dalamnya* 11 Ke-* camatan dl antaranya telah memiliki organisasi pemerintahan terendah dalam bentuk Kelurahan# Sementara sisanya di 5 buah

4 Keeamatan lalnnya masih terdapat 103 buah Desa.

Dengan melalui Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Ting - kat II Surabaya, Nomor 7 Tahun 1981 telah #dltetapkan susun* an organisasi dan tata kerja pemerintahan kelurahan. Kemu - dlan diikuti oleh Instruksi Valikotamadye Kepala Daerah Ting kat XI Surabaya, Nomor 143.08/5534/411.84/31, untuk mengada kan inventarisasi tanah bengkok/ganjaran, tanah desa /bon>* do desa dan tanah-tanah lain mllik desa dalam wilayah Keca * matan Tandes, Sukolilo, Rungkut, Vonocolo dan Karangpilang’- dalam rangka persiapan pelaksanaan perallhan dari Desa Men^a di Kelurahan. Kedua kebljaksansan Walikotamadya Surabaya itu

(12)

---dilandaoi oloh Surat Koputusan ttcntarl Dalaa Hocor 140 - 502* tangaal 22 Soptoabor I960 tontana penstapan £g sa«d*ea con jadi Kelurahan*

Dari poraaa&lahan toroetut di etas, aaya torgerak uq tuk cscncoba oenyusun Skrlpai tentangt * PERALIHAN DESA KETJ JADI KEZURAHAtJ 01 ROIAHADTA SUHABAYA** Dales ponuliaan Skrlpai ini sonsaja dipilih Kotamadya 3urabaya# karana £u raboya ktni sadans aibuk borbonah diri oolakoanakan pcra-

lihan Ecaa-doaa yang ada di wilayahnya aenjadi Kelurahan* JCotaoodya Surabaya yang terdiri dari 16 Kecaoatan « Itu, 11 Kecaoatan di antaranya adalah koco&aton laoa bo* kaa wilayah Cecsonteo Surabaya dulu* Siaanye adalah fcoca - oatan baru#

11 Kecaaatan Iona tereobut ielah lobih dahulu Deaa * deaa didalaanya dirubah acojadi Eolurahan lewat Surat Koputua- an Gubomur Kepala Daerah tinfikat I Java Ticur pada tahun

1975

.

Kulai dari kacaoataa Sccaapir, Pabean Cantikan, Kroabang- an» Bubutan* 3imokertQ| 7aabakaarl« Cubcnfi, 3awah&nf Gen- tens, Tegalaari, dan tfonokroco yang accula barjualah 38 Lingkungan senjadi 60 Kelurahan*** Kinl siaanya 5 buah Ko- caoatan yakni Karancpiiang, *\ Vonocolo, Kungkyt* Sukolilo

(13)

dan Tandea juga aenorlca glllran Desa-deaanya diubah aen^i di Kelurahan*

Proses perallhan dari Deaa aenjadl Kelurahan dl wlla- yah Kotamadya Surabaya teraebut oerupakan pokok penaasaXafc an yang hondak dlbahas da las Skrlpsl ini* Peraasaleban yang hendak dljawab Xawat penulisan Skrlpsl ini adalah i

1* Apa daaar hukua polakaanaon perallhan Dasa eenjadi Kelu rahon ?

2* Di mans letak perbedaan antara bentuk Poaarintalmn Dasa dan Kelurahan itu ?

3. Bagaimana prosaa pelaksanaen perallhan dari Dasa oenja- dl Kelurahan, khuausnya dl Kotaoadya Surabaya ?

4. Bagaiaana aojarahnya, sehlngga Kotaoadya Surabaya aeoi-* liki dua bentuk pecerlntahan terendah, Deaa dan Kelurah an t

5. Bagaieanakah pengeruhnya perallhan dari Desa menjadi Ke lurahan itu terhadap atruktur Pemerintahan Deaa yang * ada 7

Damikianlaht uralan-uraian dalaa Skrlpsl ini akan be* rongkat dari hal yang uaua untuk kaaudiaa oenuju kepada hal yang khusua dalam aenyoroti prosaa palakaanaan perallhan Deaa taenjadi Kelurahan*

2. Pen.lfilaaan Judul

Dalam judul Skrlpsl ini dlpskai kata "perallhan*, 9Da sa% dan "Kflurahan*. Kata "perallhan” di sini diartlkan ^

(14)

bagai suatu kegiatan yang memindahkan, dalam hal ini ada­ lah meraindahkan dari bentuk Desa menjadi Kelurahan* Atau dengan kata lain bisa diartikan sebagai merubah dari ben- tuk pemerintahan Desa menjadi Kelurahan*

Sedangkan wDesan di sini diartikan sebagai suatu wi­ layah yang ditempati oleh sejualah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat di mana terma^uk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang memiliki organisasi pemerintahan te rendah langsung di bawah Camat serta berhak menyelenggara kan rumah tangganya sendiri dalam xaegara Kesatuan Repu • bilk Indonesia*

Sementara itu, yang dimaksud dengan tt Kelurahan H - di sini adalah suatu wilayah yang dihuni oleh sejumlah- penduduk dan memiliki organisasi pemerintahan terendah di,bawah Camat* yang tidak mempunyai hak menyelenggara- kan rumah tangganya sendiri*

3* Alasan Pemillhan Judul

(15)

8

dang~undang No#19/1965 tentang Desapraja merupakan satu satunya yang mengatur tentang Pemerintahan Deaa, tapi Undang-undang itu raengalami nasib yang tak terduga, be- lum aempat dilaksanakan telah dicabut kembali lewat UU No*6/1969*

Dengan keluarnya UU No *5/1979 maka Pemerintahan De sa dibenahl secara lebih sempurna dan menyeluruh dan ju ga mengubah semua Desa Otonomi di wilayah Ibu kota Ne^a raf Ibu kota Propinsi’, Ibu kota Kabupaten, Kotamadya, Kota Adrainistratip dan kota-kota lain yang ditentukan * oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri, menjadi Desa Admi* nistratip dengan sebutan Kelurahan yang dengan

sendlri-k

nya menjadi kehilangan haknya untuk menyelenggarakan ru mah tangga sendiri#

(16)

Untuk nemenuhi maksud tersebut, sudah barang tentu penullsan Skripsi Ini a kan lebih banyak ditekankan kepa- da pelaksanaan proses peralihan Desa Menjadi Kelurahan , dengan menyorotl dasar hukua pelaksanaan peralihan itu, serta juga cara dan proses pelaksanaan peralihan itu sen diri, dan juga susunan organlsasi serta tata kerja peme* rintahan Kelurahan, Di samping itu disinggung pula seca* ra umum tentang sejarah adanya pemerintahan Desa Otonomi dan Kelurahan (Desa Administratip) di Kotamadya Surabaya, sebagai pelengkap wawasan pandangan di dalam menyorotl peralihan dari Desa menjadi Kelurahan*

4. Tu.jaan Penullsan

Melalul penullsan Skripsi ini a kan dlcoba mengurai- kan serta memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ntasalah-masalah yang berhubungan dengan peralihan Desa menjadi Kelurahan dan juga dlcoba untuk turut memberikan sumbangan pikiran menemukan jalan keluar terhadap perma- salahan yang timbul akibat pelaksanaan peralihan itu*

(17)

ri lapangan* sehingga dengan demikian gambaran yang dl* peroleh sesuai dengan keadaan atau kenyataan yang ada*

5* Metodoloai a* Sumber data

Data-data yang dipergunakan dalam penullsan Skrip* si ini diperoleh dari dua sumber utama, yakni :

1* Data Kepustakaan yang meliputi buku-buku, himpunan karangan, majalah, dan sebagainya* yang dianggap me* miliki kaitan dengan topik Skripsi ini*

2* Data lapangan yang lebih banyak diperoleh dengan ca* ra observ&si di wilayah-wilayah yang terkena peralih an dari Desa menjadi Kelurahan'* Kemudlan juga untuk- raelengkapi gambaran yang diperoleh* dicoba mengumpul kan data^data sekunder yang ada di Kantor Kotamadya- Daerah Tingkat II Surabaya*

b* Prosedur pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan topik -Skrlpsl ini dllakukan dengan cars studi kepustakaan ju* ga ditambah dengan observasi lapangan (pengamatan la* pangan) • Kecuali itu dllakukan juga beberapa interview/ vawancara aecara informal dengan pihak-pihak yang me* nanganl pelakeanaan perallhan dari Desa menjadi Kelurah di Kotamadya Surabaya, seperti Pembantu Valikota di Su*

(18)

rabaya Selatan, Cemat Karang Pilang, dan sebagainya, guna delengkapi gambaran yang diperoleh dalam usaha oenyusun Skripsi ini, sehingga bisa raendekati perraasalahannya seca ra realistik, dan dapat dipertanggung jav/abkan kebenaran* nya*

Lewat studi kepustakaan diperoleh data-data yang her hubungan dongan topik Skripsi Ini dengan membaca buku^bu- ku, raajalahj surat-surat keputusan, instruksi dan sebagai

nya* ,

Dengan prosedure pengumpulan data sedemikian itu di- harapkan pendekatan permasalahan dalam penullsan ini da* pat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pelaksa­ naan peralihan dari Desa asnjadi Kelurahan, khususnya di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat XI Surabaya*

c« A^allsa data

Penganalisaan data-data yang diperoleh dipergunakan metoda dlskriptip dan analitik* Wetoda dlskriptip ini me* liputi pemaparan dan penafsiran data yang ada dengan menu satkan pada pemecahan masalah secara aktual, Sedangkan me toda analitik dilakukan dengan jalan menyusun, menjelas • kan dan menganalisa data*data yang terkumpul dari berba - gal sumber*

6* Sistematika dan Pertanggung.jawabannva

(19)

gian lain aaling berkaltan dan merupakan satu keseluruhan yang tak dapat dipisahkan. Adapun slstematika penyusunan tersebut adalah aebagai berikut t

Bab 1 merupakan pendahuluan dari isi Skripsi ini yang memaparkan latar belakang permasalahan dan perumusan mas a lah yang hendak dibahas* juga alasan pemilihan judul Sisri£ si ini* tujuan penulisan* metodologi serta sisteraatika isi Skripsi ini*

Bab XX dibahas tentang pengertian pemerintahan Desa dan Kelurahan* perbedaan dan persamaan antara kedua ben- tuk Pemerintahan itu, dislnggung pula tentang sejarah pe­ merintahan Desa dan dasar hukum yang mengaturnya* Kecuali itu diuraikan Juga tentang Desa dan Kelurahan di Kotama * dya Surabaya*

Bab XXX berisi uraian tentang proses perallhan Desa menjadi Kelurahan dl Kotamadya Surabaya* didahului dengan menguraikan tentang sejarah adanya Desa dan Kelurahan dl Kotamadya Surabaya secara umum* dilanjutkan dengan mema* parkan dasar hukum pelaksanaan proses perallhan itu* Kemu dian diuraikan pula pelaksanaan perallhan itu secara Xe» bih kongkrit terutama yang menyangkut perubahan«perubahan susunan organisasi dan tata kerja pemerintahannya*

(20)
(21)

B A B XI

PENGERTIAN TENTANG PEMERINTAHAN

Terdapat perbedaan antara apa yang disebut ^pemerin^

c

tab* dan * pemerintahan”* Terlalu sering dalam kehidupan -masyarakat sehari-hari, pengertian terhadap kedua hal itu dikaburkan* bahkan dicampur-adukkan* Pemerintah sesungguh nya adalah perangkat (organ) Negara yang melaksanakan pe­ merintahan* Sedangkan apa yang disebut dengan Pemerintah* an berarti kegiatan yang diselenggarakan oleh perangkat Negara atau Pemerintah*

Pemerintahan di 'sini diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perangkat Negara atau pemerintah, di mana dalam hal ini adalah Pemerintahan Desa* Yakni keglat an dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksa nakan oleh perangkat atau organisasi pemerintahan teren *

6

dah langsung di bawah Camat, yaitu Desa.

Kemudian dalam sub - bab berikut ini akan diuraikan tentang pengertian Pemerintahan Desa dan Kelurahan se­ cara umum* Untuk melihat di mana Xetak perbedaan antara kedua organ petnerintah ini*

* 1, Desa dan Kelurahan

Terlalu sering dalam kehidupan sehari - hari mende* ngar kata '•desa** Tetapi terlalu jarang kata ’•desa** itu

(22)

dlrumuskan sesuai dengan pengertian yang dimaksud oleh peraturan - peraturan Pemerintah., Desa adalah merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk se* bagal kesatuan masyarakat termasuk dl dalamnya kesatu* an masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerin* tahan terendah langsung dl bawah Camat dan berhak me* nyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalasi Ikatan Ne*

' • 7

gam Kesatuan Republik Indonesia*'

Jadi Desa dl slni berarti harus memiliki wilayah dan penduduk, ( serta juga memiliki organisasi pemerintah* an yang terendah langsung di bawah Camat# Untuk perta- ma kalinya,, Desa yang merupakan lembaga pemerintahan te rendah itu disinggung dalam UU pertama Hindis Belanda yang terkenal dengan nama *Reglement of het beleld

der Regering van Nederlands Indie* (Reglement tentang kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda)* disingkat de- ngan "Regaringereglement11 (Reglemen Pemerintahan),

Dalam paaal 71 Regeringsreglement dinyatakan bahwa Desa* kecuali dengan persetujuan penguasa yang ditun* juk dengan peraturan umum* memiliki sendiri kepala de* sa dan pemerintah desa* Dan kepala desa diserabi tugas

^Hlmpunan Peraturan tentang Pemerintahan Desa,(Ja kartai Proyek Penyempumaan Administrasi Pemerintahan De

(23)

16

untuk mengatur dan mengurus rumah tangga dengan memp«r- hatlkan peraturan wilayah atau pemerintah dari kesatuan masyarakat yang tfitunjuk dengan peraturan umum. 3

Istilah "Inlandse Gemeente** digunaksn oleh Pemerin teh Belanda untuk semua organisasi pemerintahan terendah

yang ada di Indonesia dengan bercermin kepada Gemeente- sejenis yang ada di negara Belanda, yang disebut "Water schap1'. Sedangken "Gemeente11 Itu sendiri berartl suatu wilayah yang memiliki hak untuk mengurus rumah tangga* nya sendiri,

Selanjutnya Regeringsreglement yang disingkat R,R* itu oleh Pemerintah Hindia Belanda diubah menjadi "Wet- op de Staalsinrichting van Nederlands Indie11 atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Undang-undang ten­ tang susunan pemerintahan Hindia Belanda, disingkat men jadi "Indische Staatsregeling" (Peraturan Ketatenegara- an Hindia Belanda) atau dikenal dengan Istilah HX*S*(f

Untuk melaksanakan pasal-paaal yang termuat dalam I*S, itu, pada tahun 190 6 dikeluarkan suatu ordonansi disingkat I»G*0 Stbl. No* 83/1906, atau disebut "Inland se Gemeente Ordonnantie Java en Madura* * I«G,0. ini me­ ngatur pemerintahan Desa, yaitu "Reglement der Znlandse Gemeente de Schoraing an het ontslag van de Hoofden der

(24)

Inlandse Gemeenten op Java en Madura", yakni Ordonansi tentang Pemilihan dan Pemberhentian untuk sementara t. Pern

berhentian dengan tidak hormat Kepala Desa di Java dsn Madura, Stbl* no. 212/1907*

Kecuali itu dikeluarkan pula 10 I*G.0. untuk wila- yah di luar Jawa dan Madura* Tapi kemudian 10 (sepuluh } I#G*0* ini dicabut dengan satu I»Cr*0* yang dikenal de­ ngan I.G.O.B* (Inlands® Gemeente Ordonanti© Bui tenge wea~ ten), atau Ordonansi Haminte Priburai luar Jawa - Madura* Pada saat itu terdapat berbagai ordonansi yang memtoawa - akibat beragaonya organisasi pemerintahan terendah yang ada, aeperti Desa, Marga, Nagari, dan sebagainya, Rupa- nya ketidak seragaman ini disengaja oleh pihak Belanda untuk menghindarkan terdapatnya suatu persamaan dan ke- samaan yang bisa menjadi benih persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Pribumi.

Berakhimya penjajahan Belanda di Indonesia yang kemudian digantikan oleh penjajahan Jepang temyata ti­

(25)

18

Kalau disimak pada UUD 1945* khususnya pada pasal

Q

18 aenyatakan bahwa

t-Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya - ditetapkan dengan undang-undang, dengan meoandang dan aenglngat dasar p ermuayawaratan dalam sistem pemerintahan negara* dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa#

Ini berarti bahwa Undang-undang Dasar 1945 menjamin ke-langsungan hidup Desa dan daerah setingkatnya* Untuk itu telah dikeluarkan UU sejak tahun 1945 yang merupa -kan pelaksanaan dari pasal 13 UUD 1945* tetapi semuanya itu mengenai Pemerintahan Daerah* di antaranya adalah :

1* UU no* 1/1945 tentang Komite Pemerintahan Dae -rah.

2m UU no* 22/1948 tentang Pemerintahan Daerah

5* UU no. 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah

4* Penetapan Presiden Republik Indonesia no, 6/1954

tentang Pemerintah Daerah (dlsempumakan)

5. UU no. 18/1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah

Tak satupun lahir UU yang mengatur Pemerintahan De sa sebagai pengganti I.G*Q dan I*G.Q*B*. Baru kemudlan - pada tahun 1965 lahirlah UU no* 19/1965 tentang Desapra

(26)

3 *v

Undang-undang ini tidaklah mengatur tentang Pemerintahan Desa* tetapi mencafcwt semua I,G,0 dan peraturan lain nya yang berkaitan dengan Desa, Namun, UU no. 19/1965 - tersebut belum seropat dilaksenakan, karena terjadi peru

*

bahan ©truktur ketatanegaraan waktu itu yang mengakibat- kan UU tersebut perlu dltinjau kembali seauai dengan TAP. MPRS Nomor,XXI/MPRS/1966 tentang pemberian otonomi se- luas-luasnya kepada daerah.

UU, No, 1 9 / 1 9 6 5 ini pada tahun 1 9 6 9 lewat UU. No,

6/ 1969 dinyatakan tidak berlaku lagi, Dalam UU pencabut- an ini dinyatakan pula bahva tidak berlakunya UU No, 19/

1 9 6 5 dimulai Wjak berlakunya U U penggantinyo, Tapi apa

kenyatsannya, sejak tahun 1963 selama kurang lebih l4nta hun, Desa mengalami kelemahan status hukumnya , karena perundang-undangac yang lama sudah dioabut dan UU penea- butannya dicabut pulat sementara Undang-undang pengganti nya tak kunjung lahir, Sehingga dengan denikian auaaana I,G*Q# tetsp mewarnai kehidupan pemerintaban Desa dengan mendapatkan penye>suaian dan penyempurnaan di sana-dinl.

(27)

ao

Disinggung pula dalam UU itu tentang Besa pads bagian V pasal 8 8, sebagainberikut

Pengaturan tentang Pemerintahan Desa ditetapkan de- ngan Undang-undang*

Ini berartl bahwa untuk mvngatur Pemerintahan D«sa akan dikeluarkan UU tersendiri«

Baru kemudian pada tahun 1979# lahirlah UU yang di-nanti-nsntikan, yaitu UU no* 5/1979 tentang Pemerintahan Desa*. Dalsm UU ini dirumuskan kebijaksanaan Pemerintah -* Grda Baru dalam menyelenggarakan pamerintahan Desaf se-auai dengan Pancaaila, Undang^undang Basar 1945* Garls garis Besar Haluan Negara dan UU no* 5/1974 tentang po-kok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Kenurut UU no* 5/1979 ini, yang disebut Deaa adalah suatu vilayah yang dihuni oleh aejumlah penduduk sabagal

i

kesstuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masya rakat hukun yang mempunyai organiaasi pemerintahan ter-rendah langaung di bavah Camat dan barhak

manyelenggara-i

kan rumah tangganya sendirl dalam ikatan kesatuan Repu- bilk Indonesia. Dan dusun merupakan bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerin

tahan 0esa*

(28)

Pemerintah Desa Ini terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Deaa, yang mana dalam pelaksanaan tu gasnya dibentu oleh Perangkat Deaa terdiri atas aekreta

41

rls Desa dan Kepala-kepala Dusun* Kecuali itu dalam UU Ini Juga dibicarakan/diatur tentang Pemerintahan Ke- lurahan*

Kelurahan* dimaksudkan sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang merapunyai or ganisasi pemerintahan terehdah di bawah Camat, yang tldak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri,

4

Sedangkan Lingkungan adalah bagian dari wilayah dalam Kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan ~

12 pemerintahan Kelurahan,

Jadi, Pemerintahan Desa mempunyei hak untuk menga- tur rumah tangganya sendiri* dan ini biasanya terdapat pada desa-desa di daerah Kabupaten* Sementara itu Kelu- rahan tak memiliki hak untuk. menyelenggarakan rumah tangga sendiri, dan biasanya berada pada Kotamadya Dae­ rah Tingkat II#

11

(29)

Persawaan antara Desa dan Kelurahan adalah bahwa

sema-oama merupokan organisaai pemerintahan terendah yang langsung berada di bawah Carnet* Ktcuali itu nampak pula perbedaan antara Kepala Desa dan Kepala Kelurahan, di mana Kepala Desa dlpilih secara langsung* bebas, umum dan raha»ia oleh penduduk desa beraangkutan yang berwarganegaraan Indonesia dan teiah berumur sekurang- kurangnya 17 tahun atau telah/pernah kawin* Sedangkan Kepala Kelurahan adalah Pegawai Negeri yang diangkat- oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II ataa nama Guberaur Kepala Daerah Tingkat 1 dengan mempcrhati kan ayarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tentang kepe- gawaian aesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku*

Kelurahan sebagaimana pula Pemerintahan Desa raeai- liki 3 unsur penting, yakni wilayah, penduduk den pera*- eintahan. Wilayah Kelurahan adalah merupakan bagian da- ri wilayah administratip Kecematan* Kacamatan tersebut harus berada/terletak di dalam wilayah Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten* Kotamadya, Kota Administratip ataupun kota-kota lain yang ditetapkan -

oleh Menteri Dalam Negeri*

(30)

Syarat adanya wilayah ini tak jauh berbeda dengan wilayah Desa, hanya bedanya pada letak wilayeh itu, di-mana wilayah Kelurahan harus di dalam kota yang relatif cukup besar dan penduduknya tak lagi berbentuk kesatuan masyarakat yang di dalamnya termasuk kesatuan masyarakat

i

hukuau

Sebab apa ? Kesatuan ma3yarakat hukum hanya dijuapai di Desa - desa dan tidak di kota-kota besar aeperti Ibuko- ta Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten, Kota- raadya, Kota Administratip, dan sebagalnya*

Kalau Kelurahan raeniliki wilayah di dalam kota be­ sar, make dengan sendirinya penduduknya sdalah berbeda dengan penduduk Deaa, Artinya, bahwa kehidupan kota Je- las membawa gaya hidup yang berbeda dengan kehidupan Desa*

Tak lagi bisa dijumpai kehidupan yang berwarnaksn "pagu yuban" di dalam Kelurahan. Ciri "patembayan* lebih me. nonjol.

Oleh karenanya, penuuduk kota (lelurahan) bukah lagi merupakan kesatuan masyarakat hukura. Sebab raereka boroaal dari beraneka ragam suku, bangsa, kesatuan ma­ syarakat dengan adat istiadat masing-maaing.

(31)

2k

dan suku bangsa yang berbeda, Mereka sama-sama aendiami satu wadaht yang namanya kota* Mereka dloatukan hanya kareno kebetulan berada dalam satu wilayah yang saoa. Jadi penduduk pada Kelurahan jelas berbeda dengan pen­

duduk yang bertempat tinggal di Desa,

Pemerintahan Kelurahan juga memiliki perbedaan- dengan Pemerintahan Desa. Sebab sebagaimana yang telah dijelaskan pada hslaman-halaman sebelumnya, Kelurahan tak memiliki hak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri seperti halnya pemerintahan Desa yang berhak mengatur rumah tangga sendiri. Konsekuonsinye t amcgaran

Kelurahan adalah menjadi anggaranJPemerintah Daerah Tingkat. IX atau

(32)

Ke-I R A B

pala Daerah Tingkat I dengan mempsrhatikan syarat - sya rat dan ketentuan - kstentuan tentang kfcpegawaien sesu- ei dengan peraturan dan perundang-undangan yang ber- Xaku*

Tak ada lagi yang namanya pemilihan bagi pengangka tan seorang Kepala Xelurahan. X©pala Kelurahan tidak lagi dipilih oleh masyarskat, t*tapi diangkat dan di~ berhsntikan oleh Pemerintah dari pegawai negeri yang su dah ada atau pengangkatan baru* Pemerintah Kelurahan ti dak menetspkan keputusan berdaaarkan ausyawarah dan fakat* Pemerintah Kalurahan cerupakan kelanjutan dan pelaksana dari Eecamatan* Oleh karenanya Pemerintah Ke«- lurahan hanya menyelenggerakan unison pemerintahan urnum dan urusan Daorah Tingkat II atau DKI* Kelurahan ini merupakan istilah seragau) yang harus dipergunakan di se

luruh Indonesia sesuai dengan UU no. 5/1979*

Pari uraisn di ata3 kiranya telah ^elaa di mana le

tak peraamaan dan perbedaan antara Kelurahan dan Desa,

kilUBUsnya raengenai wilayah, penduduk dan pemerintshannya

Dengan meinahami perbedaan dan perspmaan antara bentuk

PoHierintahan terendsh yang langsung di bawah Carast itu

(33)

peralih-26

an dari Dasa menjadi Kelurahan, di Kotamadya Surabaya*

2* Desa Dan Kalurahon di Kotcaadya Surabaya

Di kote Surabaya yang kian hebat peabangunanny a-

ixiif tordapat a#banyak 105 buah desa di 5 Kemacatan ba-

ru, maaing-masing Wonocolo, Rungkut, Sukolilo, Tandes, dan Karangp'iiang> Bie^but aebagai kecamatan baru, ka- rena baru pada tahun 1963 masuk ke dalam wilayah kota aadya (dulu; Kotapraja) Surabaya berdaaarkan Undang, undang no* 2/1965 tentang Parubahan Batas Wilayah Hota-

praja Surabaya,

Dengan deaikion 11 buah kacanjatan lajoa, yakni ?a- baan Cantion, Krembangan, Bubutan, Semampir* SiraokartQ Tambafcsari; Gubeng, Gentong* Sawahan, Tegalsari, dan Wonokroiso, bertaabsh njenjodi 16 Kecamatan, yang terdiri

dari 60 Kelurahan ha ail pemekaran 38 Lingkung«» dan 103 buah Desa yang teraabar di 5 kecamatan baru# basing Basing, Vunocolo 13 buah Desa, Hungkut 13 buah Dess, Su

kdlilo 21 buah Desa, Tandea seb&nyak 32 tuoh Desa, den

Kcsrangpjlan^. 22 buah Desa.^

(34)

Selesta ini aebelum lahirnya UU no *5/1979, di Kota - madya Surabaya tldak terdopot koseragaman dalam hal ta-tanah pemerintahan terendah yang langaung di bavah Caoet ada yang berbentuk Pemerintahan kelurahnn dan ada pula yang naaih berbentuk Pemerintahan Desa dengan mesiliki -hak untuk aenyelenggarakan rumah tangga aendlri, Sementa ra pemerintahan Kelurahan di 11 Kecamatan Xama tidok me-oiliki hak untuk aenyelenggarekan rumah tangga aendiri , dan Kepala Kel^rahannya pun adalah Pegawai Negeri#

Dengan lahirnya 9U no. 5/1979, maka Deaa-desa. yang ada di wilayah kerja Da ere h Tingkat II Kotamadya Surabaya beralih menjadi Kelurahan. Peralihan dari Desa oenjadi Kelurahan di 103 buah Deaa Kota madya Surabaya ini ter* cantum di dalam Kefutuaan Menteri Dalam Negeri Womor 140 502, tanggal 22 September 1960, tentang penetapan Desa menjadi Kelurahan.

(35)

28

Pertanyaan-pertanyaan Ini Jelaslah menyangkut 103 buah Desa yang kiai dialibkan menjadi Kelurahan, yang sebelumnya telah menjalankan kagiatan pemerintahan de­ ngan hak mengatur rumah tangga sendiri, serta Kepala Desanya hasil pilihan masyarakat setempat*

(36)

B A B III

* a

PROSES PERALIHAfJ DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAKADYA SURABAYA

Memang tak ada dalam sejarah bahwa suatu kota akan semakin menclut serta mengalami stagnansi atau kemsndekan Selalu saja kota di manapun Juga berkembang dan berubah menurut selera Jaman dan tuntutan kebutuhan masyarakatnya Apaiagi kalau kota itu adalah kota yang relatip cukup besar, sedangkan desa pun selalu cenderung berkembang men Jadi kota, setidak-tidaknya desa yang meng mengkota*

Deaikian pula halnya dengan Kotamadya Surabaya yang merupakan kota terbesar nomor dua di Indonesia, mau tak mau dipaksa untuk selalu berkembang dan merubah struktur- pemerintahannya sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyara­ kat dan Jamannya. Bentuk Pemerintahan Desa dianggap tak lagi layak serta mampu melayani kebutuhan warganya* Untuk itu perlu diubah menjadi Pemerintahan Kelurahan* Lahir- nya Undang-undang no. 5/1979 mtrupakan awal dari pengha -

pusan seluruh bentuk Pemerintahan Desa di wilayah Kota­ madya Surabaya yang meliputi 103 buah desa teraebar di 5 Kecamatan.

(37)

30

1«-Ser1arah Adanva Deaa dan Kelurahan di Kotamadva Surabava f Kota Surabaya yang berpenduduk hampir 2,5 Juta orang lnl memiliki wilayah seluas 291 »78 Km persegi, di mam be­

tas aebelah Utara adalah Selat Madura, sebelah Splatan Ka- bupaten Sidoarjo, batas sebelah Timur adalah Selat Madura, dan di sebelah Barat adalah Kabupaten Gresik* Surabaya yang terletak di sebelah Utara pantal Pulau Jawa (Selat Madura) ini tepatnya berada pada garis bujur Timur 112°309

113°0I dan pada garis Lintang Selatan T0^ *• ?°30s, Dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di

14 atas pormukaan laut.

Kota Surabaya sering dijuluki sebagai kota Indamardi- ini dari masa ke masa mengalami perubahan tata pemerintah* an, organisasi pembegian wilayah administrasi. Menu rut se- jarah Kota Surabaya ini berdiri pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan pasal 1 "Instellings Ordonantie"» Staatblad- 1906 Nomor 149. Pada waktu itu luas wilayah Pemerintah Ge- meante Surabaya tak lebih dari luaa Ibukota Karesidenan Su rabaya, yakni kurang lebih 103 km persegi, yang meliputi -

tanah * tanah ” eigendom 111 partikellr (particuliere

(38)

derijen), militer dan pemerintah*1^

Kepala Daerah Gemeente Surabaya waktu Itu cUrangkap - oleh seorang Asisten Residen yang jug a merangkap untuk Asisten Residen untuk Kabupaten (afdeling) Surabaya serta menjabat pula sebagai Ketua Dewan Gemeente (Gemeente Raad), Waktu Itu belum ada jebatan sebagal “Burgermeester" atau Walikota, Dewan Gemeente ini terdiri dari orang Eropa, 5 orang Indonesia, dan 3 orang Timur A sing.

Untuk penyelenggaraan tug as - tugas Gemeente Surabaya, ma­ ke sebagai bantuan pertama semua pengeluaran dlbebankan ke

1 6

pada Pemerintah Pusat, 1

Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, aebab secara berangsur-angsur urusan yang semula ditangani oleh Peme­ rintah Pusat dibebanken kepada Pemerintah Gemeente Suraba­ ya, lewat Staatsblad 1906 Nomor 190, Staatsblad 1915 Nomor 307, Staatsblad 1907 Nomor 29 dan seluruhnya Siaattsblad ~ 1926 Nomor 212.

Kemudian berdasarkan Keputusan Residen Surabaya, tang gal 27 April 1914, No* 2/24, daerah Gemeente Surabaya yang

^Surabaya* Dalam Lintaaan Pembangunan* (Surabaya 8 Sub Bagian Humaa & Protokol Kotamadya Surabaya, 1980), him

20«

(39)

32

terbagi atas 25 "wi^ken" yang masing^masing dikepalai oleh "Wljkhoofd* diubah menjadi 26 "wijken", Namun di samping itu masih terdapat juga Desa Otonom (Inlandsche Gemeente), aehlngga di dalam wilayah Gemeente Surabaya dikenal adanya Daerah Otonom Gemeente Surabaya yang tunduk kepada Hukum Barat, dan Daerah Qtonom Desa yang tunduk dan berdasar^ pa­ da Hukum adat.^

Kemudian terdapat semacam penyempumaan desentralisa* si berlandaskan kepada "Decentraliaatie Besluit 1905" Ge­ meente Surabaya merupakan "Reaaort Gemeente”* Selan^utnya- berdasarkan "Stads Gemeente Ordonantie1’ tanggal 10 Oktober 1926, Staatsblad 1926 Nornqr 265, aebutan wReaaort Gemeente” diubah menjadi "Stads Gemeente" mulai 1 Janueri 1929 dan disebut aebagai "ZelXstandig© Rechtsgemewateschappcn"• Pemerintahan Gemeente Surabaya terdiri dari tiga unaur* - yaknl Dewan Gemeente (Gemeente Read) dan Collage van Burger meester en Wethouders serta Burgermeeater*

Pada tanggal 1 Januari 1931, dualisae eselon Pemerin­ tah terbawah, yaknl Wljk dan Desa Otonom menjadi hilang dengan dileburnya Dosa-desa Otonom ke dalam "Wijken** di

(40)

dalaa wilayah Stads Gemeente Surabaya, Kemudian pada Ja- man penjajaban Jepang* Grganisasi Pemerintah,terbawah "Wi^k" tersebut dirubah menjadi dengan pejabatnya di sebut "Ku-Tjo",10

Kemudian pada mesa Pemerintahan Tentara Sekutu, kota Surabaya dikuasai oleh Tentara Sekutu yang dikenal dengan sebutan AMACAB (Allied Military Administration Civil Af~ fairs Branch). Sedangkan BKuw (atau "Wljk11 peda maaa peme

rintahan Gemeente Surabaya) yang merupakan organ pemerin­ tah terendah, diubah menjadi "sector11* Selanjutnya dari AKACAB pemerintah diserahkan kepada RECOMBA Jawa Timur

(Regerings Commissaris Bestuurs Aangelegenheden) ^

Setelah Tentara Sekutu meninggalkan Indonesia, maka pemerintahan kota Surabaya dikuasai oleh Tentara Kolfcnial Belanda# Struktur pemerintahan berubah lagi dengan menyu-

sun Pemerintahan Sementara (Hoofd Tijdelijk Bestuur), se­ bagai Kepala Urusan Haminte (Kantoor Bevolking Zaken) ada lah C*J*C. Becht* Sedangkan organ Pemerintah terehdah diubah sebutannya menjadi MWiJkH kembali, di mana Kepala Wijk-»ya diaebut "Wijk Leider**. Becht Juga mengambil pra- karaa untuk membentuk Dewan Perwakilan Sementara Kota

(41)

34

Besar Surabaya* Bersamaan dengan ini Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1943 mange-luarkan UU no* 22/1943 tentang pokok**pokok P«m#rintahau 2 0 Daerah, yang belum dapat dilaksanakan di Kota Surabaya*

Setelah pemilihan kedaulatan, Pemerintahan kota Surabaya mengalami perubahan. Dul Amowo dipilih oleh rak yat aebagai Walikota pertama, yang disahkan oleh Pemerin­ tah Pusat Republik Indonesia pada bulan Jenuari 1950. Kemudian pada bulan Aguatus 1930, lahirlah Undang undang no* 16/1950- tentang kewenangen kota-kota besar mengatur rumah tangga Daerah, yang merupakan peraturan polaksana dari UU no* 22/1948* Dengan UU no. 16/1950 ini pula nama Kota Surabaya berubah menjadi Kota Besar Surabaya.

Wilayafc-Administrasi Kota Besar Surabaya terdiri da­ ri 1 Kawedanaan dan 6 "Kaonderan11, sedang aebagai organ Pemerintah terendah pada bulan Juni 1950 lahirlah defacto Lingkungan sebanyak 36 buah dan pada tahun 1951 bertambah aatu Lingkungan, yakni Lingkungan UJung. Secara de Jure Lingkungan tersebut baru lahir pada tanggal 5 April 1954

(42)

ataa dasar Peraturan Daerah KBS no, 3Q/DPHDS, tentang pembagian daerah Kota Besar Surabaya,

Selanjutnya pada tahun 1967* juialah lingkungan bertambah-satu lagi, yakni Lingkungan Kenj eran, Sehingga dengan demikian menjadi 38 buah Lingkunganf Masing Masing Ling

-21

kungan di pimpin oleh aeorang Kepala Lingkungan,

Kemudian berdasarkan Penpres No. 16/1959, sebutan Kota Beaar Surabaya berubah menjadi Kotapraja Surabaya, - dengan luas wilayah 67,20 Km persegi. Selanjutnya berda­ sarkan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Wo. PEM/

20/3/15-17, tanggal 31 Oktober 1960, Kotapraja Surabaya - dibagi menjadi 3 Kawedanaan dan 11 MKaonderan% yskni : Kawedanaan Surabaya 'Barat dengan 4 Kaonderan, Krembangan, Semanpir, Pabean Cantian dan Bubutan. Kawedanaan Surabaya Timur dengan 3 Kaonderan, Simokerto, Tambaksari dan Gu~ beng, Kawedanaan Surabaya Selatan dengan 4 Kaonderan, yakni Gent eng, Tegalsari, Sawahan dan Wonokromo. Dengan

2 2 luas keseiuruhan 6.720 hektar.

Kemudian berdasaitan Undang-Undang Wo. 2/1965,

(43)

36

tang Perubahan Bataa Wilayah Kotapraja Surabaya, Kota Surabaya dltambah 5 Kecaaatan dari Kabupatan Surabaya (sakarangs Gresik), yakni Kacoaatan Wonocolo, Sukolilo, Rungkut* Tandaa, dan Karangpilahg. Kecaoatan baru ini aoluaa 224,78 Km pers*gi dangan 103 buah dasa* Sehingga doaiklan wilayah Kotapraja Surabaya aenjadi 291*78 Km parsagi*

Sslonjutnya dengan Undang-undang no. 16/1963 Kewa- danaan di Wilayah Kotapraja Surabaya dihapua. Dengan

«

deaiklan wilayah Kotapraja Surabaya oaliputi 16 Kacaaa- tan dengan 33 Lingkungan dan 103 Desa Otonom. Pada aa«~ Ion Pamerintahan terbawah tinbul ke&bali dualisao sta­ tus, yakni Deaa Adainistrotip yang dlkapalaf oleh Kapala Lingkungan dan Desa Otonom yang dikepalai oleh Kepala Base*

(44)

Dan Surabaya Selatan, 6 Kecamatan dan 13 Lingkungan,

Selanjutnya dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I .Java Timur, No* PEM/128/22/5K/DS,, tang- gal 13 Maret 1975 tentang Pemekaran Lingkungan, make Desa Administratip dalam Kotamadya Surabaya yang di sebut Lingkungan dalam Kecamatan Semampir, Pabean Cantian, Krem bangs*!, Bubutan, Simokerto, Tambaksari, Gubeng, Sawahan, Genteng, Tegalsari dan Wonokromo, yang semula borjumlah

38 Lingkungan, di pecah menjadi 60 Kelurahan,

Pemekaran 3Q-J*ingkungan mcnjadi 60 Kelurahan ini, didasari oleh pemikiran bahwa istilah Lingkungan memi­ liki pengertian yang terlalu umum dan dapat dicampur aduk kan dengan pengertian "environment'? dan beluia laenunjuk- kan pangertian Pemerintahan. Pemekaran ini tidak msnyen- tuh 103 buah Desa yang tersebar di 5 Kscamatan baru*

Sehingga kembali lagi terjadi dualisme pada eselon Feme** rintahan terbawah, yakni Kelurahan dan Desa Otonom yang dikepalai oleh Kepala Desa.

Sedangkan Lembaga Pemerintahan Desa Otonom untuk ke 11 Kecamatan Lama yang kini dimekarkan Lingkungan nya menjadi Kelurahan itu sudah dihapuskan aejak tahun -

(45)

3a

kungan - lingkungan yang dasar hukumnya baru diatur pada

tahun 1954 dengan Peraturan Daerah Kota Besar Surabaya

No. 30/1954.

Dengan adanya UU no. 5/1979* make duallame yang

terdapat pada Leabaga Pemerintahan terbawah/torendah di

Kota madya Surabaya, yakni antara Kelurahan yang dikepa ~

lai oleh Kepala Kelurahan dan Desa Otonom yang dikepalai oleh kepale Deaa menjadi terhapuaken. Klni giliran 103 -

buah Desa yang berada di 9 Keeamatan Kotaraadya Surabaya

dlallhkan statuanya nanjadl Kelurahan* Keabali muncul *

pertanyaan, apa dasar hukum ditetapkannya Desardeaa di

Keeamatan Rungkut* Wonocolo, Karangp'ilang, . Tandea dan

Sukolilo itu aenjadl Kelurahan ?

2, Daaar Hukum

Pada pa sal 88 Undang Undang No* 5/1974 yang menya - taken behwa pengatursn tentang Pemerintahan Deaa dlte- tapkan dengan Undang-undang* telah dapat dilekaanakan de

ngan koluaraya Undeng-undang No* 5/1979, tentang Peme­ rintahan Desa, yang nailai berlaku pada tanggal dlundang*

(46)

muat daism Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia**

No. 31S3.23

Jadi UU Ho*5/1979 ini memang dlkeluarkan berdaaar- kan dsn morupakan peXakaanaan dari paaal 96 UU Ho* 5/ -

1974#

Dengan demiklan berarti antara kedua UU itu memiliki ka itan yang aangat erat, karena meaang pada konyetaannya*

pemerintahan Desa sangat erat hubungannya dongan p e n o-

rintahan di daerah* Hal itu torbukti dengan adanya

ke~

tantuan-kettantuan daa/atau pengsrfcta n~p*ngertien seper-

ti a pa yang tercantum dalam UU No* 5/1974*

Xacuali ituf bunyi pasal 83 W no* 5/1974 tersebut

bukan hanya manunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat

antara Pemerintah Da#a dan Pemerintah di Daerah., Tatapi-

juga memberikan indika&i bahwa betapa panting dan luas* nya Pemerintahan Dee* itu sehingga perlu diotur dalaa

Undang Undang teriendiri, yakni UU no* 5/1979 yang

mcng

gantikon Undang Undang No, 19/1965 yang telah dinyata -

kan tidak berXaku oXeh pasal 2 Undang~undang No*6/19€>9#

(47)

40

jo laoplrsm XIX, dalam rangke pemurnian pelaksanaan Un dang-Undang Dasar 1945.

Dales UU No. 5/1979 terkandung raaksud untuk mem-

perkuat Pemerintahan Desa agar semakin aaopu senggerak

kan nasyerakat dalam peran - sertanya terhadap pem-

fcangunan dan »eny*lenggarakan adminiatrasi Deaa yang

makin luae dan effektip. Maksud ini aesuai dengan Ke- tetapan Majells Persjusyavraretan Rakyat No* XV/MPH/1976

tentang Garia - Garia Bes*r Ualuan ftegara yang bertu«* juan tldak saja mengadakan tertlfc hukum dan acncipta -

kan kepaatian hukum bag! jalannya kehidupan organise si

pemerintahan di Indonesia, tatapi juga yang panting

adalah oensukseakan peabanguncn dl aegola bidang di

seluruil Indonesia t guna ciencapai cita - oita Nasional-

fcerdasarkan Pancaaila, yakni raaayarakat adil dan nak-

mur bag! Rokyatr Indonesia*

Kecuali itu dengan adanya UU No* 5/1979 ini oaka

akan terdapat keaeragaaan bentuk dan susunan Paaerin

tah Desa dengan corak Naaional* Karena aelaiaa ini ter*-

dapat kesinpang siuran akibat peraturan perundangan -

(48)

(Stbl* 1906 No* 83) dan Juga I.G.O.B. {Stbl. 1938 No.490 jo Stbl. 1938 Ho* 681)* Kedua peraturan perundang-uridang an ini tidak t&engatur pemerintahan Desa aecara aeragam. Akibatnya De&a dan pemerintahan Daaa yang ada pada aaat Ini bentuk dan coraknya oasih baraneka ragan, ©asing-ma- aing daerah memiliki ciri-ciri sendiri.

Panarintahan daaa yang dloakaudkan oleh UU flo*5 / * 1979 ini adalah kegiatan pemerintah yang dilaksanakan - oleh organiaaai pemerintahan yang terendah lanssung di- bavah Camat. Da Ian Ibukota Negara, Ibukota propinsi* Ibu kota Kabupaten* Kotamadya, Kota Adminiatratip dan Kota • kota lain yang akan dltentukan lobih lanjut dengan Pera* turan Menteri Dalaa negeri, dapat dibentuk Kelurahan se~ bagaimana dioaksud dalaa pasal X huruf b (pasal 22 ayat-

1)«

(49)

42

atas Sekretaria Kolurahan dan Kepala-kepala Urusan (Pa** sal 30 ayat 1),

Atas dasar UU* Ne*5/1979 inilch k&mudian Kenteri Dalam Ncgeri mengely£rkan keputusannya Nomor 140 * 503 tentang Penetepen Deao menjadi Kelurahan, aebagai pe- leksonsan dari pasa1 24 den pasal 35 UU No. 5/1979* Desa-dasa dalam wilayah Ibukota Negara, Ibukota Propin-

si| Ibukota Kabupaten, Kotamadya# Kota Adrciniatratip * dan Kota ~ kota Is in ditetepkan oleh Menteri Dalam Ne- gerl raenjadi Kelurahan eebagaimana yang dimakspd dalaa paaal 1 huruf fc UU No, 5/1979,

Dalaia lompiran Surat Keputusan Henteri Balaro Nege-

ri tersebut, tercantum pula untuk wilayah Kotocmdya Su­

rabaya dengan 16 Keeamatan dan 163 Kelurahan* Kemudion berturut-turut dikeluerkan peraturan perundangan-undang an peleksanaan Pemerintahan Kelurahan, yatai Instrukai- Menteri Dalam Negeri^NomQr9/i980, tentang Pelaksanaan

Undang Undang No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan

sa9 Peraturan Henteri Dalam Negeri Nomor 2/1980* ten-

tang Pedoman Pembantukan* Pemecahan, Penyatdan dan

Penghapusan Kelurahan, Keputusan Menteri 2alam Negeri

Nomor 44/19BOv tentang Pedozcan 3uaunen Organia8#i dan

(50)

Dalam Negeri Nomor 45/1980, tentang Pedoman Xafca car a

Pengambilan Sumpah/Janji den Pelantikan Kepala Kelurah

an* Kemudian jugs Peraturan Pemerintah Republik Indo­

nesia Nomor 55/1980, tentang Pengangkatan Kepala Ke­

lurahan dan Perangkat Kelurahan menjadi/Pegawai Negeri

Sipil.

Dengan berlandaskan kepada peraturan perundang-un dangan tersebut di atas, maka Pemerintah Kotamadya Dae

rah Xingkat IX Surabaya mengeluarkan Peraturan Daerah

Nomor 7/1981 tentang Susunan Qrganisasi dan Tata Kerja

Pemerintah Kelurahan*

i Jadi dasar hukum yang digunakan untuk mengalihkan status desa.Otonom di wilayah Kotamadya Surabaya men-

Jadi Kelurahan, adalah terutama UU. No* 5/1979, baser-

ta aturan perundang-undangan pelaksanaannya sebagaima- na yang telah diuraikan di atas.

Kini sampailah kita kepada maaalah pelaksanaan da

rl peralihan Desa men^adi Kelurahan itu di 3 Kecamatan Kotamadya Surabaya. Bagaimana cara dan proses pelaksa- naan peralihan itu ? Bagaimana pula dengan perangkat -

desa dan kekayaan desa yang ada di dalamnya 7

(51)

44

3• Pelakaanaaa

Belakaanaan peralihan dari Desa menjadl Kelurahan di Kotamadya jeXaslah tidak terlepaa dari peraturan pen** updang-unflajigan yang ada* Kelurahan ini dikepalai ol«h

aeorang Kepala Kelurahan yang berfungsi eebagai peqye^ lenggara dan penanggungjanab utama di bidang pemerintah* an, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penye *<*- leng^raan uruean pemerintahan Daerah, urusan pemerintah an Umum tenoasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban &g

suai dengan peraturan perundang-undan^n yang berlaku (pasal 24 ayat I TO Ho. 5/1979).

Si dalam Kelurahan — yakni kaopung atau mma la«* in yang eetingkat dengan itu yang berada di Ibukota Ne­ gara, Ibukota Propinai, Ibukota Kabupaten, Kotamadya, Kota Administratip dan Kota~kota lain yang ditentukan dengan peraturan Menteri Dalam Kegerl *— • tidak dikenal lagi yang disebut tanah bengkok sebagai "gajl* Kepala

2d

kelurahan eebagaiioana yang ada di dalam Desa.

Kepala Kelurahan adalah te&wal Hegeri yang di* angkat oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tin^cat

oi /

^Tentang tanah Bengkok* Vide t Sumber Saparin, flata Pemerintahan dan AdminiBtraeipeiaerintahan Deea .

(52)

XX/tfalikota atas nama Gubernur Kepala Daerah Tingfcat %

dengEm meoperhatikan eyarat * ayarat dan ketentuan * ketentuan tentang kepega>?aian eesual dengan peraturan. perundang - undangan yang berlaku (pasal 24 ayat 2)«

Status kepeg^waian Negeri Sipil tidaklah terfca - tae kepada Kepala Kelurahan saja, tetapi juga

terraaeuk

Penmgkat

Kelurahani

Untuk

Itu,

bagl Kepala

Kelurah­

an

dan Perangfcat Kelurahan yang diangkat eah dan

eampai

dengan tanggal 3 1 Beeemfcer I960, dan yang eecara ayata telah melakeanakan tugaenya dentin

fcaik

serta memenuhi ~ eyarat-eyarat yang ditentukan*

maka

terhitung

mulai tang

#0. X Januari 1901 diangkat langsung menjadi Pegawai lle~ geri

Sipll

(Paoal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah HI Ba-

m r 55/1900 tentang Pengangkatan Kepala Kelurahan dan

Perangkat Kelurahan menjadi Pegairai ftegeri). Sedangkan maea kerja bagl Kepala Kelurahan dan Perangkatnya dihi* tung penuh esbagai

masa

kerja untuk ponetapan pension#

Kepala Kelurahan diangkat dalam pangkat Pengatur Huda golon#m ll/a* ini khusus berlaku bagi Kepala Kelurahan yang diangkat dengan sah eampai dengan tang-

(53)

$e-46

koloh Henengah

Vfmxn

lin^Eat Atae#*® Sedan# ooreka yang-

aomiltkl ijasah lobih tinggi dari 3T3I8 Sokolah Henengah

Tin^fcat Atas akan diangkat dalea pan&kat yang oeouai d£

ngan ijaaah yang dJUailikinya*

Sodangkan untuk Porangkat Kelurahan. dian^cat da*

lam pangeat aeouai dengan 3$$s/ijaza& yang dioilikl'

lag! aereka yang menillki ijasah di banah Sekolah Da -

oar dan yang tidak memiliki Surat Tanda 2amat Belajar *

diangkat dalaa pangat Juru Huda golon^m I/a. (pacal

4).

Karena Kepala Kelurahan dan Forangeat Kelurahan

kini telah nonjodi alat Pemerintah yang berada di ba-

m

h Cacat atcara langsung* oalca Kepala Kelurahan yang

biaa diangkat aebagai Pegavai Hegeri sipil haruo beru

-\

aid a&urang-fcurangoya

25

(dua puluh lloa} talma dan

tidak lebih dari €0 (enan puluh) tahun. Sedangkan un-

tuk Fgrangfcat Kelurahan yang dapat diangkat nonjadi Pa*

gawai Hegeri Sipil haras boruoia oekuxucg - kurangnya

10 (delapan bolaa) tahun dan tidak lebih dari 56 (liraa

puluh enaa) tahaxu

. /

(54)

Dalam hal dimana batas usia tersebut tak biea ter* penuhlp maka Kepala Kelurahan okan tetap diangkat dengan

eah sampai dengan tang^l % Desember I960 yang berusia

di bavah 2 5 tahun* kemudian dipindabkan kepada Jabat&n

TL*\\n dalam lingkungan Kabupatert/Kotacsadya Eaerah Tingkat

XI yang bersaagkutan* Sedang Kepala Kelurahan yang

ber-T

uaia €0 tahun atau lebihjuga- tetap akan diangkat dan pa da akhir bulan pengangkatannya diberhentikan dengan hor~

4

mat sebagai Pegawsi Kegeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegetimian seeuai dengan peraturan perundang-undan^n - yang berlaku*

Selanjutnya untuk Perangkat Kelurahan yang diang - kat sah sampai dengan 51 December I960 dan berusia di* bavah 18 tahun tidak dapat diangkat mecjadi Peganai Hegj ri Sipil, sedang yang berusia 56 tahun ko atas tetap di angkat sebagai Pegawai Hegeri Sipil dan pada akhir bulan penfflngkatannya diberhentikan dengan horiaat sebagai Pega vai Kegeri Sipil dengan aondapatkan hak-hak kepegawaian

sesuai dengan peraturan yang berlaku*'

Sebelum mmangku jabatannya, maka Kepala Kelurahan bersuiopah aenurut agamanya atau berjanji dengan eungguh**

eungguh dan dilantik oleh Bupat 1/Walikotaraadya Kepala Dag

(55)

1

rah fcingkat II atau pejabat yang ditunjuk olehaya atas

rwm aubepnur Kepala Daerah Tingkat X* Pengambilan suia-

pah/janji dan pelantikan Ini diselenggarakan di pusat .Pemerintahan Kelurahan dalam satu upacara yang dihadiri , pleh pejabat-pejabat teras tin^cat Keeamatan dan tokoh- iokoh maayarakat dalam wilayah Kelurahan yang hersang* kutan« Dalam upaoara ini Kepala Kelurahan berpakaian di m e upacara warna putlh*

Kepala Kelurahan di dalaa nelaksanakan tugasnya*

memiliki fungsit menggerakkan partisipaai maayarakat ? melaksanakan tugae dari Penerlnteh atasannya* nelakaarg kan koordinasi terhadap jalannya Pemerintahan Kelurahan melaksanakan tu^ta yang menjadi tanggung javabriya di b£

dang poabangunan dan kernoyarakatanj serta m e l a kE a n a f c a n

tugas-tugas dalm rangka paabinaan ketentra&an dan ke* tertiban* Kepala Kelurahan ini bertanggasg javab kepada pejabat yang berwenang mengangkat melalui Cfuaat*

Balaw melakoanakan tugao dan wewenangnya, Kepala Kelurahan dibantu oleh unaur stafnya* yakni Perangkat Kelurahan terdiri dari Sekretariat Kelurahan dan Kepala

48

nfldet Keputusan Menteri Dalam Hegeri Nonor 4 5

tahun 1980 tentang Pedoman lata Cara Penganbilan emnpah /janji dan pelantikan Kepala Kelurahan.

(56)

Lingkungan. Sedangkan Sekretariat Kelurahan terdiri dari Sekretaria Kelurahan dan Kapala-kepala Uruaan*

Jadi susunan Organiaasi Poaerintah Kelurahan-* tardirl darii Kepala Kelurahan» Sekretaria Kelurahan, Kepala-kepala Uruaan, dan Kepala - kepala Lingkungan* Sekrotaris Kelurahan qeopunyai tugaa untuk menyeleng- garakan peobinaan adminiatraai Pemerintahan Kelurahan dan neaberikan pelayanan ataX kepada Kepala Kelurahan* Sehingga dengan demikian, Sekretaria Kelurahan memiliki fungal ttelakaanakan uruaan aurat menyuret, kearaipan ~ dan laporani dan raelakaanakan uruaan keuangan, uruaan Pemerintahan, uruaan Peobangunan dan uruaan kemaayara- katan* Kecuall itu juga nelakaanakan tugaa dan fungsi Kepala Kelurahan apabila Kepala Kelurahan berhalangan- nelokaanakan tugaanya* Dalara bentuk Pemerintahan Desa biasanya jabatan Sekretaria Kelurahan ini diteapati oleh Carik*

Kemudian Kepala-kepala uru3an aemiliki tugaa ae- lakaanakan uruaan-uruaan yang aenjadi bidang tugaanya#

Jualah uruaan ini aedi kit-dikitnya aenurut pasal 4 Ke-

(57)

+

dan Pembangunanj Serta Uruean Eeuangan dan Uruaan Umiua* Dan sebaijyak-baoyaknya adalah lima urusan yakni * ' Drue*

an Pemerintahan} Urusan Perekonomian dan Pombangunan |

Uruaan Kese^ahteraan Rakyatj Uruaan Keuangan; dan Urusan Umum* Fungal Jogoboyo dan Jogotirto maupun Kebayan dalam

lata Pemerintahan Desa blsa dileburkan ke dalam Kepala- kepala uruaan ini*

Kemudian untuk memperlancar jalannya pemerintahan Kelurahan, dapat dlbentuk Lin$tungan yang dlkepalai Ke­ pala Lingkun^tn* yang merupakan unsur pelakeana tuga# Kepala Kelurahan dengan wilayah kerja tertcntu# Tapi pem

bentuk&n Mngkungan ini tidaklah mutlak* harus diperhati

kan syarat«*Byarat faktor jumlah penduduk, Juas wilayah, Xetak# praaarana dan sarana eerta kondlsi kemampufln eko** nomi maayarakat. Jug& Jumlah Lingkungan di3ssuaikon de­ ngan kondisi wilayah dan jangkaizan pelakaaaaan pemerin * tahan*2^

Mngkungan^lingkun^n ini sebenaruya harapir sama de

ngan apa yang disebut "pedukuhan* dalam Pemerintahan De-

ea« Apabila pedukuhan tersebut diubah menjadi Lingkungan,

maka status Xamltuvo berubah menjadl Kepala L±n£&un#m*

^Vides Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5

tahun 1981 tentang Pembentukan Dueun dalam Dosa dan Ling kungan dalasi Kelurahan*

(58)

Perangkat Kelurahan Ini maeing-masing dl dalam me- lakeanakan tugaecya her tanggung Jawab kepada Kepala Kelu-* rahan, keouali Kepala Urusan bertanggung jawab kepada 3e-

k r e t a r i B Kelurahan* Pembentukan Suounan Organ!s a s i dan

Tata Kerja Pemerintah Kelurahan telah dltetapkan dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya, mor 7 Sahun 1981*

Jabatan Kepala Kelurahan berbeda dengan jabatan Kepa la Deaa di masa lalu yang umumpya bersifat turun-temurun- dan seumur hldup* Kepala Kelurahan biea diberhentlkan oleh pejabat yang berwenang ataupun berhenti karenat meninggal duniaj atas permintaan aendiri; tidak lagi memenuhi sya-

rat yang dimaksud dalam pa sal 4 keouali huruf g UU Ho* 5/

1979S melanggar sumpah/janji yang dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) UU £0*2/1979) melanggar larangan bagi Kepala Ke­

lurahan yang dimaksud dalam pasal 23 UU Ho* 5/1979 i dan

karena sabab-sebab lain*

(59)

r

penertiban t o r h a d a p admlnistxaai kekayaan deea di dalam

wilayah Eeeamatan Runout, Tandeo, Sukolilo, Wonocolo,

dan Karangpilang;, Langkah-langkah ini dimulai dengan

inventarieasi kembali aoluruh tanah-tanah desa, seper-

ti tanah bengkok/ganjaran, tanah deea/bondo desa dan

lain-lain tanah milik desa* Langkah-l&ngkah Ini perlu di

tempuh dalam rangka menyongsong terbitnya peraturan peaj

*

undang-undangan yang mengatur lebih lanjut tentang ma9a

lah tanah^taaah desa aehubungan dengan pengetrapan UU Ho*5/l979*

Xf«wat Surat Instrukei Nomor 143*08/5534/4H*84/81, Walikotamadya Surabaya menginstrukaikan pelaksanaan in*

vontarieasi tanah b engkok/ gan j aran, tanah desa/bondo de

sa dan tanah-tanah lain milik desa dalam wilayah keoa. - matan Tandes, Sukolilo, Rungkut, Wonocolo dan Karangpi­ lang dalam rangka persiapan pelakeanaan UU No *5/1979 di Kotamadya Surabaya*

Jelaslah, maalh dltunggu peraturan perundang-undang an aelanjutnya yang mengatur tentang tanah bongkok/gan- jaran, tanah desa/bondo desa serta tanah-tanah milik d£ sa* Karena tanah-tanah tersebut klnl dengan lahiraya UU No#5/1979 menjadl kehllangan fungainya* Sebab Kepala K£ lurahan yang telah diangfcat menjadl Pegaw&l Negori Si - pil beserta Peran^cat Kelurahannya tidak lagi mempero »

(60)

S U R A B A Y A

l#h imbolan gaji dalwa bentuk tanah b$n$cok / ganjoran, oalolakan menarlma imbalan gaji dalam'bontuk uang o«-

suftl deacon golon^m pangkataya dalam koposawaiannya*

J u ^ tanah deoa/kwulo d«sa tak lagi diperlukan, kavmm

aoluruh pomblayaan dan pengiiuaran untuk palakaanaan

kg

giatan pem«rintahan Ktlurahan m«njadl beban Pemarintah* Daerah $lngka% XX Kotanodya Surabaya.

Demlkianlah, pros«s ptrolihan Doaa monjadl K#lura& an dl wilayah k®rja Kotaaadya surab&ya yang moliputi 10? buah Dam bcrpenduduk oekitar 541*340 Jlvar merupakan

2,45*

dari eeluruh penduduk Kota Surabaya yang

2* 239* 571

Jina (haaU 3<maus 1980)*

Dalam uraian-uralan di atas t«Xah diooroil baffling

m sojarah adauya Dana dan Xalurohon di Kotaoadya Sura-*

b&ya* daaar hukum peralihan itu, aorta Juga tan *

(61)

B A B IT

KESXMPULAH DAS SARAH

if*

XMimm

Ian

Sebalum koluarnya UU No* 5/1979 yang merupakan pe- lokaaan dari pasal 66 UU No. 5/1974 ttrayata peraturan

penmdan^-undangan tentang Pamorintahan Desa ailih fc«r*. ganti tajak Jaaan kolonial Belanda zculai dari I.G.O dan

X*G*D«B* Tak ada satupun Undang-undang yang dikeluarkan* oleh Ps&arintsh yang lengsung caenyangkut tfitanan Piamarin tahan Deaa, yang ada iianyalah mengenei Pemarintah Da •rah.

Undang-undang Ho* 19/1963 twitang Dagapraja marupakan aa

&

tu-aatunya Undang-undang yang oengatur tentang Pamorin *

tahan Deaa. Tapi Itupim balurv dapat dilaksanakan dan di~

cabut ketnbali lewat UU No, 6/1969* Hainun Undang - Undang

penggantlnya . pun tak kunjung lehir.

Baru kemudian aetelah kaluer UU No* 5/1979 Pemarin~

tab Deaa yang merupakan organ Pemerintah terbawah itu

dibanahi aeeara menyeluruh. 5arts mengubah soma Desa

Otonoa yang ada di wilayah Ibukota Negara, Ibukota Pro- pinai, Ibukota Xabupatan, Kotemadya, Kota Adolniatrstip

dan Kota-koto lain yang ditentukan oleh keputusan Manta* ri Dalam Negsri* menjadi Dasa Adrainistratlp dengan aebut

(62)

lesxt rumh tanoga sendiri#

fttfpala italurehcm dan Poran^kat Kelurofrm dlcngUdt gofea^ai peganal Hegori Sipil* aarta ^U(p aalurub p*a- bioyoon don pcngoluaran Pcserlntfcft JtslurohaR ditofcanlccQ kspada F&sarintah Daerah* Peralitum dari Dona QGnJodi Kttlureh&n Ini dilako&nekan iiocaro aorontok dan o«rogao di oalyruh Xodonaaio la*at Koputuoon tfcntvri Dales Hogo ri yens ocaotaptam Coflc-dcao mcnjodi jfolurahan di oqIu

-vuh Itidonooia (Koputucoa Kontcri 0olo£i t&g&ri Ifaaor

140 - 502).

Perallh&n dari Xtoaa acnjudi Koluroton di wilayah Kotemdya Da&r&h Tia&kot 11 aurobaya rujwmyo omip&ftiiD

pmgh&pjmm tQ&wfcp duolicao ya»a «de di vilayah t<*r-

aabufc Qatar* Doao Ototioa di aatu pihok don $69$ Adainia trail? di lain pltak* Sebub dari 16 Kecatsoton yonjj ada

di dales Xotaaadya Surabaya, di 11 KQeuGaten taloh tor*

4uput 60 buah Kelurahan, ac&a&tara di 3 ftdgaoatw loin*

nya R»oih oarupakan 103 bueh Decs etcnoa*

Suolicas aodoalklan ini p&rtwh dlolcai oleh Kota~

(63)

18/1963 Kotapraja Surabaya tattiiiki 30 buah Li&gfcungaa -

yecg twrwbar di 11 Koconetan dan 103 buah Paaa Oteaoa di 3 Kocaaatan X>irjoyo haail p«l«burtn dari dsarab Xa**

bupoten Sur«hay« {aeksrsngt &a tups ton Graaik)*

Seat dlackaritannya 3d Ungkungen gaajadi 60 buah

Kalurahun, 4uga tidak aengubah dualiaaa yang ada* Stbab

103 buah Daaa yang ada di wlloyah gaea&atan Rungkuti

d*S# Sukolilot Wo g qCoIo, den ’ Karfh^pilang; OttSih totap

bcraiatua Daaa Otonoa* Baru kanudien lc*at UU So*3/ 1979

■<

103 bush daaa di 5 Kacecatsn itu terubah manjadi Kalursh on dang*a Kapala Kalurchun aabagai piepiasGnya*

Palafcaenaan peraiihan dari D«#o e«n;}adi Xalurahan * di Kotaaadya Surabaya diauloi denjan pcngaGgkatita par*

bakaa Xapala Deaa tUm Paaong Deaa aenjadi Kapala Kelurefc

an dao Ptnofiiutt Kalurahan baratatua eabagai Fegavai 8a*

gari Sipil* &asa*dian ^ugo isaaalah tanah bcngkok/gaujaran

das tanah dc*a/&o&& daaa aarta tenah*taaah lain *ilik daaa diiavontariaasi kea&all gune oeayongaang tarbitaya*

paraturao parvndocg ^ imdangao UU &o* 3/1979 yang ma<-

ngatur oaaalsh tansh-tanah oilik das**

(64)

aabaluxnya bagaimana peralihan deri Daaa Gtono* aan^adi

Desa adniniatratip (Kalurahsn) <31 wilayah Kotaaadya*

Gurobdya, dengan acnyoroti pul* aajarah adcnya Oaaa dan

Xalurefccn di Kotamadya S u m bay a, aorta daaor hukua par*

allhan Itu den cara palaka&naan*

feroyate pelakeanaen paralihan dari Deaa Kanjadi

Kolurahcn di wilayah Kotemsaya Surabaya ini memiliki p*

ngaruh yang poaitip, terutaaa dalaa manyeregecksin ban ~

tuk Paaerintaban dan tata karjatiya dari organ Paoarin *

tab yang paling banah {Stalur*ban), aahinggo tak lagi di tacnii dualiura di aaalon Pasarintah tarandoh yang

lang-\

Mine ber»da di bawah Casat itu.

v

2. 8aran

i

Peralihan dari Deaa aenjadi Kelurahan di Kotaaadya Surabaya ini'pada daaarnya aerubeh aeluruh atruktur dan

tabanan kapeaiopinan dan paserlntahan daaa Otonoa ka da lea bentuknya yang baru# Untuk biaa labih netscape! aa«

earan yang diinginken, aakc aeyogyanya aaluruh Paaang *

Casa dapatlah kiranya diifcut aartekan ke dalaa Parang-

kat Kelurshan* Sabab apa 7

(65)

58

kelancaran Jalannya Pemerintah Desa-nyaf bagaimana pun

Jaga memiliki semacam rasa "vested-interest", Atau de-

ngan kata lain, tidak mau diaingkirkan dengan begitu

sajja oleh wajah-wajah baru* walaupun yang disebut ter*

akhir itu memiliki keaiampuan lebih tinggi. Agar tak -

terbentuk semacam "oposisi* di dalam Pemerintahan Ke­

lurahan y a n g baru, maka raereke, balk Carikf Kamituwo -

Kebayan, Jogotirto dan Jogoboyo diikut sertakan dalam

Perangkat Kelurahan.

Sebab bagaimanapun Juga, di kalangan masyarakat *

Desa terdapat semacam angan-angsn agar bisa raenjadi PeE

gawai Sipil9 yakni yang sering dianggap mereka sebagai

simbol status baru, biasa disebut "priyayi baru11,

Kalau dengan adanya peralihan dari Desa menjadi Kelura

han ini temyata kesempatannya untuk men^adi "priyayi”

baru” itu tak terpenuhi, maka tak ayal lagi bisa dira-

malkan mereka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang

merugikan Pemerintah# di antaranya ^pemboikotan1* ter-

hadap jalannya program pemerintah Kelurahan*

j

Kacuali itup para pemimpin informal dan "opinion lea *

derM di dalam masyarakat tersebut hendaknya ;}uga turut

Hdirangkul"*

Meskipun tak bisa dimasukkan ke dalam Perangkat Kelura

(66)

tidak merasa disingkirkan begitu saja dengan adanya pe­

ralihan ini*

Karena tokoh-tokoh agama khusuanya, memiliki po-

tens! yang besar di dalam menggerakkan maayarakat untuk

turut mensukseakan pembangunan* Sebab selama ini tokoh-

tpkoh agama memiliki semacam "power" mengesahkan keabsa

ban suatu program pemerintah, lebih-lebih lagi kalau

itu auatu inovaai* Masyarakat akan le'oih dahulu berpa *

ling kepada tokoh-tokoh agama yang ada di dalam masyara

kat tersebut, menanti aba-aba menerima atau tidak*

Kecuali itu, mesyarak&t di 103 Desa Kotamadya 3ura

paya yang dialihkan statusnya mended! Kelurahan itu

tengeh mengalami semacam perubahan aosial. Mereka sedang

berada dalam masa transisi meninggalkan struktur peme -

rintahan Deaa menuju pemerintahan Kelurahan, Masyarakat

yang berada dalam suasana transisi ini dapat di katakan

sebagai masyarakat yang mempunyai kehidupan dalam dua

suasana yang berlainan, Artinya aatu kaki masih berada

pada alam pemerintahan Deaa dan kaki lainnya berada pa«

da alam pemerintahan Kelurahan.

Masyarakat sedemikian ini amat mudah digerakkan -

oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung Jawab, Oleh se­

bab itu perlu adanya pendekatan dari aparat Pemerintah

(67)

-60

maaalah peralihan Itu. Dan Jaminan aecara paikologis bah va kehidupan mereka tidak menjadi lebih buruk bila di- bandingkan pada masa Pemerintahan Deaa dulu*

Selain ltu» Kepala Kelurahan tak bisa dipertahankan hanya dengan merekrut mengambil dari bekaa Kepala Desa yang dulu, begitu Juga halnya dengan Perangkat Kelurahan nya. Karena selama ini mayorltaa para bekas Kepala Desa beserta Paraong Deaa umumnya tidak memiliki Pendidikan - yang cukup untuk langsung menceburkan diri ke dalam kan- cah birokrasl pemerintahan* Untuk masa transiii hal se- macam itu maaih bisa diterima, Tetapi karena uruaan mau- pun kegiatan Kelurahan lambat laun somakin kompleka dan rumit, Jelaa membutuhkan personil-personll yang memiliki latar belakang pendidikan dan kemampuan yang lebih ting*

gi dan memadai*

So lama ini kehidupan pemerintahan Desa Umumnya sela

lu bertumpu pada aatu flgur, yakni Kepala Deaa. Mulai da ri uruaan pemerintahan sampal ke urusan pribadi, warga* masyarakat akan selalu datang ke Kepala Desa. Dengan beru

bahnya tatanan Pemerintah Desa menjadl Kelurahan, jelaa*

lah ha 1-ha 1 sem&cam itu tak aungkin bisa dilakaanakan la

(68)

an di dalam keluarga, masalah warisan dan aebagainya*

Sebab telah ada aparat lain yang menanganinya. t

Untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan aedemlkian-

ini memang membutuhkan waktu, tetapi penerangan^penerang

an secara rutin dan intensip bisa dilakukan untuk inena -

namkan pengertian dan kesadaran warga masyarakat setsm -

pat bahwa fungsi Kepala Kelurahan kini berbeda dengan Kg

pala Desa di masa lalu* Pendek kata, persiapan^persiapan

secara mental perlu dilakukan aecara baik* agar warga

masyarakat tak mengalami kejut&n*

Deraikianlah saran-saran singkat yang bisa diaampai^

kan dalam rangkaian peralihan dari Desa menjadi Kelurah-

an di 5 Kecamatan Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya,

Referensi

Dokumen terkait

Program Magister Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Tabel 5.18 Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Sistem Kompensasi…… 95 Tabel 5.19 Perbandingan Persepsi Responden

Diperkirakan biaya alat instrumentasi dan alat control serta biaya pemasangannya sebesar 10 % dari harga alat terpasang (Timmerhaus, 1991)A.

sebanyak 645 ekor yang berarti bahwa titik pulang pokok peternak tercapai pada jumlah produksi kambing sebanyak 645 per tahun sementara rata-rata produksi usaha

Hasil dari penggunaan metode bagging MARS dalam pemodelan anomali luas panen dan faktor-faktor yang berpengaruh memberikan hasil yang sangat baik yakni lebih dari 90%

Hasil yang didapat setelah kunjungan di Kantor Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Perwakilan Provinsi Jawa Timur adalah:3. Mengetahui tugas

Cara pemberian dilakukan secara peroral (p.o) menggunakan sonde oral dilaksanakan selama 14 hari. Kelompok I diberi suspensi Na CMC 1%, Kelompok II, III, IV, dan V diberi

Ho : There is not a significant difference of vocabulary mastery between the students who have high and low interest in reading. Ho : µ1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis adanya pengaruh ESQ, Self Efficacy, Etika Profesi dan Sensivitas Etika terhadap pengambilan keputusan etis auditor.