• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemudian berdasaitan Undang-Undang Wo. 2/1965, ten-

21 Ibid.., him. 28 - 30. 22Ibid.. him. 35.

36

tang Perubahan Bataa Wilayah Kotapraja Surabaya, Kota Surabaya dltambah 5 Kecaaatan dari Kabupatan Surabaya (sakarangs Gresik), yakni Kacoaatan Wonocolo, Sukolilo, Rungkut* Tandaa, dan Karangpilahg. Kecaoatan baru ini aoluaa 224,78 Km pers*gi dangan 103 buah dasa* Sehingga doaiklan wilayah Kotapraja Surabaya aenjadi 291*78 Km parsagi*

Sslonjutnya dengan Undang-undang no. 16/1963 Kewa- danaan di Wilayah Kotapraja Surabaya dihapua. Dengan

«

deaiklan wilayah Kotapraja Surabaya oaliputi 16 Kacaaa- tan dengan 33 Lingkungan dan 103 Desa Otonom. Pada aa«~ Ion Pamerintahan terbawah tinbul ke&bali dualisao sta­ tus, yakni Deaa Adainistrotip yang dlkapalaf oleh Kapala Lingkungan dan Desa Otonom yang dikepalai oleh Kepala Base*

Dengan dibarlakukannya UU no. 18/1965 aabutan Kota praju Surabaya diubah aonjadi Kota madya Surabaya* Keou- dian lewat Surat Kaputusan Wallkotamadya Daerah Kotama- dya Surabaya No. 667/K, tanggal 9 Gktobar 1968, Kotaaa~ dja Surabaya dlbagl manjadi 16 Kacamatan dan 33 Ling** kungen, yakni; Surabaya Utara, J Keeamatan dan 13 Ling* kungan. Surabaya Ticur, 5 Kecematan dan 10 Lingkungan.

Dan Surabaya Selatan, 6 Kecamatan dan 13 Lingkungan,

Selanjutnya dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I .Java Timur, No* PEM/128/22/5K/DS,, tang- gal 13 Maret 1975 tentang Pemekaran Lingkungan, make Desa Administratip dalam Kotamadya Surabaya yang di sebut Lingkungan dalam Kecamatan Semampir, Pabean Cantian, Krem bangs*!, Bubutan, Simokerto, Tambaksari, Gubeng, Sawahan, Genteng, Tegalsari dan Wonokromo, yang semula borjumlah

38 Lingkungan, di pecah menjadi 60 Kelurahan,

Pemekaran 3Q-J*ingkungan mcnjadi 60 Kelurahan ini, didasari oleh pemikiran bahwa istilah Lingkungan memi­ liki pengertian yang terlalu umum dan dapat dicampur aduk kan dengan pengertian "environment'? dan beluia laenunjuk- kan pangertian Pemerintahan. Pemekaran ini tidak msnyen- tuh 103 buah Desa yang tersebar di 5 Kscamatan baru*

Sehingga kembali lagi terjadi dualisme pada eselon Feme** rintahan terbawah, yakni Kelurahan dan Desa Otonom yang dikepalai oleh Kepala Desa.

Sedangkan Lembaga Pemerintahan Desa Otonom untuk ke 11 Kecamatan Lama yang kini dimekarkan Lingkungan nya menjadi Kelurahan itu sudah dihapuskan aejak tahun -

1931, dan se^ak tahun 1950 berstatus sebagai Lembaga Feme rintahan Terendah ( di bewah Asisten Wedana ) tumbuh Ling

3a

kungan - lingkungan yang dasar hukumnya baru diatur pada tahun 1954 dengan Peraturan Daerah Kota Besar Surabaya No. 30/1954.

Dengan adanya UU no. 5/1979* make duallame yang

terdapat pada Leabaga Pemerintahan terbawah/torendah di

Kota madya Surabaya, yakni antara Kelurahan yang dikepa ~

lai oleh Kepala Kelurahan dan Desa Otonom yang dikepalai oleh kepale Deaa menjadi terhapuaken. Klni giliran 103 - buah Desa yang berada di 9 Keeamatan Kotaraadya Surabaya dlallhkan statuanya nanjadl Kelurahan* Keabali muncul *

pertanyaan, apa dasar hukum ditetapkannya Desardeaa di

Keeamatan Rungkut* Wonocolo, Karangp'ilang, . Tandea dan Sukolilo itu aenjadl Kelurahan ?

2, Daaar Hukum

Pada pa sal 88 Undang Undang No* 5/1974 yang menya - taken behwa pengatursn tentang Pemerintahan Deaa dlte- tapkan dengan Undang-undang* telah dapat dilekaanakan de ngan koluaraya Undeng-undang No* 5/1979, tentang Peme­ rintahan Desa, yang nailai berlaku pada tanggal dlundang* kan yaitu tanggal 1 Ueaember 1979, dlauat dalam Leabaran Negara Indonesia tahun 1979 No* 56 dan penjelasannya dl

muat daism Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia**

No. 31S3.23

Jadi UU Ho*5/1979 ini memang dlkeluarkan berdaaar- kan dsn morupakan peXakaanaan dari paaal 96 UU Ho* 5/ - 1974#

Dengan demiklan berarti antara kedua UU itu memiliki ka itan yang aangat erat, karena meaang pada konyetaannya*

pemerintahan Desa sangat erat hubungannya dongan p e n o-

rintahan di daerah* Hal itu torbukti dengan adanya

ke~

tantuan-kettantuan daa/atau pengsrfcta n~p*ngertien seper-

ti a pa yang tercantum dalam UU No* 5/1974*

Xacuali ituf bunyi pasal 83 W no* 5/1974 tersebut

bukan hanya manunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat

antara Pemerintah Da#a dan Pemerintah di Daerah., Tatapi-

juga memberikan indika&i bahwa betapa panting dan luas* nya Pemerintahan Dee* itu sehingga perlu diotur dalaa

Undang Undang teriendiri, yakni UU no* 5/1979 yang

mcng

gantikon Undang Undang No, 19/1965 yang telah dinyata - kan tidak berXaku oXeh pasal 2 Undang~undang No*6/19€>9#

2%oehino. Ferkembangen Pemerintahan di Daerah*

(Yogyekarta; Liberty, 19&oT» "KGu

40

jo laoplrsm XIX, dalam rangke pemurnian pelaksanaan Un dang-Undang Dasar 1945.

Dales UU No. 5/1979 terkandung raaksud untuk mem- perkuat Pemerintahan Desa agar semakin aaopu senggerak

kan nasyerakat dalam peran - sertanya terhadap pem-

fcangunan dan »eny*lenggarakan adminiatrasi Deaa yang makin luae dan effektip. Maksud ini aesuai dengan Ke- tetapan Majells Persjusyavraretan Rakyat No* XV/MPH/1976 tentang Garia - Garia Bes*r Ualuan ftegara yang bertu«* juan tldak saja mengadakan tertlfc hukum dan acncipta - kan kepaatian hukum bag! jalannya kehidupan organise si

pemerintahan di Indonesia, tatapi juga yang panting

adalah oensukseakan peabanguncn dl aegola bidang di

seluruil Indonesia t guna ciencapai cita - oita Nasional- fcerdasarkan Pancaaila, yakni raaayarakat adil dan nak- mur bag! Rokyatr Indonesia*

Kecuali itu dengan adanya UU No* 5/1979 ini oaka akan terdapat keaeragaaan bentuk dan susunan Paaerin tah Desa dengan corak Naaional* Karena aelaiaa ini ter*- dapat kesinpang siuran akibat peraturan perundangan - yang pernah ado yang aengatur tentang Deaa, yakni IGO.

(Stbl* 1906 No* 83) dan Juga I.G.O.B. {Stbl. 1938 No.490 jo Stbl. 1938 Ho* 681)* Kedua peraturan perundang-uridang an ini tidak t&engatur pemerintahan Desa aecara aeragam. Akibatnya De&a dan pemerintahan Daaa yang ada pada aaat Ini bentuk dan coraknya oasih baraneka ragan, ©asing-ma- aing daerah memiliki ciri-ciri sendiri.

Panarintahan daaa yang dloakaudkan oleh UU flo*5 / * 1979 ini adalah kegiatan pemerintah yang dilaksanakan - oleh organiaaai pemerintahan yang terendah lanssung di- bavah Camat. Da Ian Ibukota Negara, Ibukota propinsi* Ibu kota Kabupaten* Kotamadya, Kota Adminiatratip dan Kota • kota lain yang akan dltentukan lobih lanjut dengan Pera* turan Menteri Dalaa negeri, dapat dibentuk Kelurahan se~ bagaimana dioaksud dalaa pasal X huruf b (pasal 22 ayat-

1)«

Pemerintahan Kelurahan terdiri dari Kepala Kelurahan dan perangkat Kelurahan (paaal 23 ayafc !)• Perangkat Ke­ lurahan terdiri dari Sekretariat Kelurahan dan Kepala - Kepala Lingkungan (paaal 23 ayat 2), Sekretariat Kelurah an adalah unaur ataf yang oeabantu Kepala Kelurahan da * lao aenjalankan tugaa dan wewenang pimpinan pemerintahan Kelurahan (paaal 29)* Sekretariat Kelurahan ini terdiri*

42

atas Sekretaria Kolurahan dan Kepala-kepala Urusan (Pa** sal 30 ayat 1),

Atas dasar UU* Ne*5/1979 inilch k&mudian Kenteri Dalam Ncgeri mengely£rkan keputusannya Nomor 140 * 503 tentang Penetepen Deao menjadi Kelurahan, aebagai pe- leksonsan dari pasa1 24 den pasal 35 UU No. 5/1979* Desa-dasa dalam wilayah Ibukota Negara, Ibukota Propin-

si| Ibukota Kabupaten, Kotamadya# Kota Adrciniatratip * dan Kota ~ kota Is in ditetepkan oleh Menteri Dalam Ne- gerl raenjadi Kelurahan eebagaimana yang dimakspd dalaa paaal 1 huruf fc UU No, 5/1979,

Dalaia lompiran Surat Keputusan Henteri Balaro Nege-

ri tersebut, tercantum pula untuk wilayah Kotocmdya Su­

rabaya dengan 16 Keeamatan dan 163 Kelurahan* Kemudion berturut-turut dikeluerkan peraturan perundangan-undang an peleksanaan Pemerintahan Kelurahan, yatai Instrukai- Menteri Dalam Negeri^NomQr9/i980, tentang Pelaksanaan Undang Undang No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan

sa9 Peraturan Henteri Dalam Negeri Nomor 2/1980* ten-

tang Pedoman Pembantukan* Pemecahan, Penyatdan dan

Penghapusan Kelurahan, Keputusan Menteri 2alam Negeri Nomor 44/19BOv tentang Pedozcan 3uaunen Organia8#i dan

Dalam Negeri Nomor 45/1980, tentang Pedoman Xafca car a Pengambilan Sumpah/Janji den Pelantikan Kepala Kelurah

an* Kemudian jugs Peraturan Pemerintah Republik Indo­

nesia Nomor 55/1980, tentang Pengangkatan Kepala Ke­

lurahan dan Perangkat Kelurahan menjadi/Pegawai Negeri

Sipil.

Dengan berlandaskan kepada peraturan perundang-un dangan tersebut di atas, maka Pemerintah Kotamadya Dae

rah Xingkat IX Surabaya mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 7/1981 tentang Susunan Qrganisasi dan Tata Kerja

Pemerintah Kelurahan*

i Jadi dasar hukum yang digunakan untuk mengalihkan status desa.Otonom di wilayah Kotamadya Surabaya men- Jadi Kelurahan, adalah terutama UU. No* 5/1979, baser- ta aturan perundang-undangan pelaksanaannya sebagaima- na yang telah diuraikan di atas.

Kini sampailah kita kepada maaalah pelaksanaan da rl peralihan Desa men^adi Kelurahan itu di 3 Kecamatan Kotamadya Surabaya. Bagaimana cara dan proses pelaksa- naan peralihan itu ? Bagaimana pula dengan perangkat - desa dan kekayaan desa yang ada di dalamnya 7

44

3• Pelakaanaaa

Belakaanaan peralihan dari Desa menjadl Kelurahan di Kotamadya jeXaslah tidak terlepaa dari peraturan pen** updang-unflajigan yang ada* Kelurahan ini dikepalai ol«h

aeorang Kepala Kelurahan yang berfungsi eebagai peqye^ lenggara dan penanggungjanab utama di bidang pemerintah* an, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penye *<*- leng^raan uruean pemerintahan Daerah, urusan pemerintah an Umum tenoasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban &g

suai dengan peraturan perundang-undan^n yang berlaku (pasal 24 ayat I TO Ho. 5/1979).

Si dalam Kelurahan — yakni kaopung atau mma la«* in yang eetingkat dengan itu yang berada di Ibukota Ne­ gara, Ibukota Propinai, Ibukota Kabupaten, Kotamadya, Kota Administratip dan Kota~kota lain yang ditentukan dengan peraturan Menteri Dalam Kegerl *— • tidak dikenal lagi yang disebut tanah bengkok sebagai "gajl* Kepala

2d

kelurahan eebagaiioana yang ada di dalam Desa.

Kepala Kelurahan adalah te&wal Hegeri yang di* angkat oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tin^cat

oi /

^Tentang tanah Bengkok* Vide t Sumber Saparin, flata Pemerintahan dan AdminiBtraeipeiaerintahan Deea .

XX/tfalikota atas nama Gubernur Kepala Daerah Tingfcat %

dengEm meoperhatikan eyarat * ayarat dan ketentuan * ketentuan tentang kepega>?aian eesual dengan peraturan. perundang - undangan yang berlaku (pasal 24 ayat 2)«

Status kepeg^waian Negeri Sipil tidaklah terfca - tae kepada Kepala Kelurahan saja, tetapi juga

terraaeuk

Penmgkat

Kelurahani

Untuk

Itu,

bagl Kepala

Kelurah­

an

dan Perangfcat Kelurahan yang diangkat eah dan

eampai

dengan tanggal 3 1 Beeemfcer I960, dan yang eecara ayata telah melakeanakan tugaenya dentin

fcaik

serta memenuhi ~ eyarat-eyarat yang ditentukan*

maka

terhitung

mulai tang

#0. X Januari 1901 diangkat langsung menjadi Pegawai lle~ geri

Sipll

(Paoal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah HI Ba-

m r 55/1900 tentang Pengangkatan Kepala Kelurahan dan

Perangkat Kelurahan menjadi Pegairai ftegeri). Sedangkan maea kerja bagl Kepala Kelurahan dan Perangkatnya dihi* tung penuh esbagai

masa

kerja untuk ponetapan pension#

Kepala Kelurahan diangkat dalam pangkat Pengatur Huda golon#m ll/a* ini khusus berlaku bagi Kepala Kelurahan yang diangkat dengan sah eampai dengan tang-

46

koloh Henengah Vfmxn lin^Eat Atae#*® Sedan# ooreka yang-

aomiltkl ijasah lobih tinggi dari 3T3I8 Sokolah Henengah

Dokumen terkait