• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS - Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Efektif Pada Anak Penderita Autisme di Sekolah Khusus Autisme YAKARI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS - Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Efektif Pada Anak Penderita Autisme di Sekolah Khusus Autisme YAKARI)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Paradigma Kajian

Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Cara untuk mencari kebenaran dilakukan para peneliti dan praktisi melalui model yang biasa dikenal dengan perspektif atau paradigma. Bogdan dan Biklen (Moleong,2005:49) mendefenisikan paradigma sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang di pegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Sedangkan Beker dalam Paradigsms: The Business of Discovering the Future mendefenisikan paradigma sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu membangun atau mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceritakan kepada bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil (Moleong,2005:49).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan paradigma konstruktivisme. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipidahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu (Ardianto & Bambang,2007:151).

Robyn Penmann (Ardianto & Bambang,2007:159) merangkum kaitan konstruktivisme dalam hubungannya dengan ilmu komunikasi :

1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek

(2)

2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu yang objektif sebagaimana positivisme, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas tercipta.

3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu.

4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara pandang yang ikut mempengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori menciptakan dunia. Dunia di sini bukanlah ‘segala sesuatu yang ada’ melainkan ‘segala sesuatu yang menjadi lingkungan hidup dan penghayatan hidu manusia’, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya;

5. Pengetahuan bersifat sarat nilai.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Komunikasi

2.2.1.1 Definisi Komunikasi dan Proses Komunikasi

Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia menggunakan dan membutuhkan komunikasi sebagai alat utama untuk berhubungan dengan manusia lain. Hampir setiap kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia membutuhkan komunikasi sebagai alat utama maupun alat bantu. Berbagai keuntungan diperoleh manusia melalui komunikasi.

Awalnya, istilah komunikasi mengandung makna “bersama-sama”

(common,commones) yang berasal dari bahasa Inggris. Asal istilah komunikasi (Indonesia) atau communication (Inggris) berasal dari bahasa Latin yaitu communication, yang berarti

pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara

(3)

Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama ; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003 : 30).

Banyak ahli mendefinisikan komunikasi dari sudut pandang yang berbeda –beda, dan menyebutkan bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu yang eklisitis yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu.

Beberapa pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

Carl Hovland - komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku

orang lain (komunikate) (Mulyana, 2007 : 68)

Gerald R. Miller - komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

Raymond S. Ross - komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator (Mulyana, 2007 : 69)

Dari 3 definisi komunikasi yang diberikan oleh para ahli tersebut, dapat kita lihat bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berupa pemikiran dengan tujuan agar perilaku si penerima pesan (komunikan) dapat terpengaruh ataupun berubah sesuai dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

Menurut Effendi (2007) ada 2 perspektif dalam proses komunikasi :

(4)

dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil

encoding berupa pesan itu kemudian ia transmisikan atau kirimkan kepada komunikan. Selanjutnya terjadi proses komunikasi interpersonal dalam diri komunikan, yang disebut decoding, untuk memaknai pesan yang disampaikan kepadanya.

2. Proses komunikasi dalam prespektif mekanistik, proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator atau komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau mata atau indera-indera lainnya.

Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa proses komunikasi, yaitu :

a. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. Namun dalam kondisi komunikasi tertentu, lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses komunikasi secara sekunder menggunakan media yang menyebarkanpesannya yang bersifat informatif yang digolongkan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa (media non-massa)

c. Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face

(5)

d. Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan proses komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan proses secara sirkuler adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus respons atau tanggapan dari pihak komunikan terdapat pesan yang diberikan oleh komunikator.

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi

Komunikasi di lakukan karena manusia memiliki tujuan. Menurut Effendy (2003) ada empat tujuan komunikasi, yaitu :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change opinion) 3. Mengubah perilaku (to change behaviour)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

Harold D. Laswell ada tiga alasan mendasar manusia perlu untuk berkomunikasi (Purba, 2006 : 1), yaitu :

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindari pada hal yang mengancam dirinya. Serta melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian, mengembangkan pengetahuan dan informasi yang bisa menjadi referensinya.

2. Upaya manusia untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat tergantung pada bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, tidak hanya pada alam namun pada kelompok masyarakat dan manusia yang lain sehingga mampu mencapai suasana yang harmonis.

(6)

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiappesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007 : 81). Menurut DeVito (1976) ,komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung (Liliweri, 1991 : 12).

Dari beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai komunikasi antarpribadi , dapat kita ketahui bahwa komunikasi antarpribadi terjadi secara tatap muka dan umpan balik dapat diterima secara langsung, oleh sebab itu dianggap sebagai cara paling ampuh dalam merubah atau mempengaruhi sikap seseorang . Hal ini diperkuat dengan

pendapat dari Effendy dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (2003 : 61) yang mengatakan bahwa dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan.

2.2.2.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut De Vito (1976) dalam Liliweri (1997 : 13) adalah sebagai berikut :

1. Keterbukaan (openess)

(7)

2. Empati (emphaty)

Empati adalah kesediaan invidu untuk menghayati dan memahami perasaan indivu lain. Ketika sudah dapat berempati, maka individu tersebut dapat menempatkan dirinya dalam suasana perasaan, pikiran , dan keinginan orang lain secara lebih dekat. Apabila dalam proses komunikasi empati tersebut berkembang maka suasa hubungan komunikasi antarpribadi juga akan ikut berkembang, karena akan tumbuh sikap saling menerima, mengerti dan memahami.

3. Dukungan (supportive)

Dalam komunikasi antarpribadi sikap supportive atau mendukung sangat diperlukan untuk menciptakan suasana yang memotivasi agar tercipta komunikasi antarpribadi yang efektif. Dalam hal ini komunikator berperan dalam menciptakan suasana yang

memotivasi tersebut, hal ini bertujuan untuk memberikan komunikan dorongan atau semangat agar turut berpartisipasi dalam proses komunikasi antarpribadi. Ketika hal ini berhasil maka komunikasi antarpribadi dapat berjalan secara efektif, karena dengan adanya sikap supportive akan tercipta suasana yang memotivasi komunikator dan komunikan untuk ikut dalam proses komunikasi tersebut.

4. Rasa positif (positiveness)

(8)

5. Kesamaan (equality)

Kesamaan merupakan perasaan bahwa kita sama dengan orang lain, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah meskipun terdapat beberapa perbedaan, baik dalam hal kemampuan, latar belakang ataupun sifat. Kesamaan ini dapat dicapai ketika keduabelah pihak mampu menghargai satu sama lain. Ketika kita bisa saling menghargai, maka tidak akan ada yang merasa dirinya lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain, sehingga saat proses komunikasi berlangsung tidak ada pihak yang merasa dikecilkan atau tidak dihargai. Hal ini dapat membantu proses komunikasi berjalan dengan efektif karena komunikator dan komunikan bisa saling menghargai dan merasa nyaman.

Richard L.Weaver (19930) menyatakan terdapat delapan karakteristik dalam komunikasi antarpribadi, yaitu (Budyatna,2011 : 15) :

1. Mellibatkan paling sedikit dua orang 2. Adanya umpan balik atau feedback 3. Tidak harus tatap muka

4. Tidak harus bertujuan

5. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect

6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata 7. Dipengaruhi oleh konteks

8. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise

Terdapat tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986), Porter dan Samovar (1982) dalam Liliweri (1991 : 31), yaitu :

1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal

2. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted, dan contrived

3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis 4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi

(9)

2.2.2.3 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Menurut Effendy (2007 : 62) secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu :

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seseorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seseorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C, juga secara berdialogis.

2.2.3 Komunikasi Efektif

Komunikasi merupakan bagian penting dalam hidup manusia, terutama dalam menjalin hubungan dengan manusia lain. Melalui komunikasi lah kita bisa menentukan apakah hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya terjalin dengan baik atau tidak. Bila kita bisa menyampaikan pesan atau pemikiran kita ke orang lain dengan baik, dan orang tersebut menerima pesan atau pemikiran tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan kita , maka terjadilah komunikasi yang efektif. Begitu juga sebaliknya, jika pesan atau pemikiran kita tidak tersampaikan dengan baik atau berbeda arti dari yang kita maksudkan, berarti komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil atau tidak efektif. Dengan komunikasi yang efektif tentunya terjalin hubungan yang baik dengan manusia lainnya, namun ketika kita tidak mampu berkomunikasi secara efektif maka hubungan yang terjalin dengan manusia lain tidak berjalan dengan baik.

(10)

1. Pengertian

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Sering terjadi pertengkaran karena pesan yang kita sampaikan sering diartikan lain atau berbeda oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer. Oleh karena itu jika pesan bisa dimengerti oleh komunikan sesuai dengan maksud atau keinginan kita maka komunikasi tersebut berjalan secara efektif.

2. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Dalam hal ini komunikasi hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional.

Sebagai contoh, seperti sapaan “selamat pagi, apa kabar?”. Komunikasi ini disebut komunikasi fatis, dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi ini lah yang membentuk hubungan kita dengan orang lain menjadi akrab, hangat, dan menyenangkan.

3. Mempengaruhi Sikap

Kita sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi sikap atau pemikiran orang lain. Sebagai contoh, politisi melakukan kampanye dan menciptkan citra positif agar masyarakat memilihnya untuk masuk DPR. Guru mengajak muridnya untuk belajar dan mencintai ilmu pengetahuan. Pemasang iklan agar masyarakat membeli produknya, dan berbagai macam jenis komunikasi lainnya untuk mempengaruhi sikap atau pemikiran orang lain sesuai dengan keinginan kita. Komunikasi ini disebut juga komunikasi persuasif. Persuasif didefenisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. Ketika komunikan merubah sikap atau pemikirannya sesuai dengan maksud kita, berarti komunikan menerima pesan kita dengan baik, yang berarti komunikasi berjalan secara efektif.

4. Hubungan Sosial yang Baik

(11)

berhubungan dengan orang lain secara positif. William Schutz berpendapat bahwa kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, ingin mencintai dan dicintai, dan kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi melalui komunikasi interpersonal yang efektif.

5. Tindakan

Selain persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap, persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Mendorong orang untuk

bertindak merupakan hal yang paling sulit, dibandingkan dengan menimbulkan pengertian dan mempengaruhi sikap. Menimbulkan tindakan nyata merupakan indikator efektivitas komunikasi yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus terlebih dahulu menanamkan pengertian, mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan merupakan hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

2.2.4 Psikologi Komunikasi

2.2.4.1 Pengertian Psikologi Komunikasi

Komunikasi tidak bisa lepas dari psikologi. Melalui komunikasi kepribadian atau konsep diri dari manusia terbentuk. Ashley Montagu (1967) dengan tegas mengatakan bahwa komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Hal ini lah yang menarik banyak perhatian psikolog mengenai komunikasi (Rakhmat, 2007 : 2)

(12)

Rakhmat (2007) menuliskan bahwa psikologi tertarik pada komunikasi di antara individu : bagaimana pesan dari sorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu lain, bahkan psikologi proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat kedalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.

Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. E.A. Ross dalam buku Social Psychology (Rakhmat,2007 : 10) mendefinisikan psikologi sosial sebagai ilmu yang berusaha memahami dan menguraikan keseragaman dalam perasaan, kepercayaan

atau kemauan – juga tindakan – yang diakibatkan oleh interaksi sosial. Lebih lanjut Kaufmann (1973) menyebutkan psikologi sosial adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan merasakan bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu dipengaruhi

oleh apa yang dianggapnya sebagai pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain (Rakhmat,2007 : 10)

2.2.4.2 Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Fisher menyebutkan ada empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu (Rakhmat,2007 : 8) :

1. Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli)

2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons (internal mediation of stimuli) 3. Prediksi respons (prediction of respons)

4. Peneguhan respons (reinforcement of respons)

2.2.4.3 Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

(13)

McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadiansistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor, yaitu (Rakhmat, 2007 : 34) :

1. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan

yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia tampak dalam dua hal berikut. Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan

manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.

2. Faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen, yaitu : komponen afektif (aspek emosional), komponen kognitif (aspek intelektual,berkaitan dengan apa yang diketahui manusia), dan komponen konatif ( aspek volisional, berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak).

2.2.5 Self Disclosure

(14)

Jourard (1971) menemukan dalam penelitiannya bahwa orang-orang yang lebih bersedia mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri mereka kepada orang lain begitu pula mereka juga menerima lebih banyak pengungkapan pribadi dari orang-orang lain.

Gambar 2.1 : Jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang lain

Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri

Diketahui orang lain

Tidak di ketahui orang lain

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi di mana antara seorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bidang 4, bidang tidak dikenal, di mana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar pribadi adalah bidang 1, di mana antara komunikator dengan komunikan saling mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataannya hubungan antar pribadi tidak seideal yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa sering

setiap orang mempunyai peluang untuk menyembunyikan masalah yang dihadapinya.

1 terbuka 2 buta

3 tersembunyi 4 tidak dikenal

(15)

2.2.6 Autisme

Kata Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti “sendiri”. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Leo Kanner, seorang psychiatrist anak di Universitas Johns Hopkins di Baltimore. Kanner (Ozonoff, Dawson, & McPartland, 2002 : 5) dalam tulisannya menjelaskan mengenai 11 orang anak yang menunjukkan ketidaktertarikan terhadap orang lain, bersikeras dalam suatu rutinitas dan gerakan tubuh yang tidak biasa, seperti melambai-lambaikan tangan. Hampir semua anak-anak tersebut dapat berbicara, beberapa dari anak tersebut dapat menyebutkan nama barang di sekitar mereka, anak lainnya dapat menyebutkan angka dan huruf, bahkan beberapa dapat menguraikan sebuah buku kata per kata, berdasarkan ingatan mereka. Namun, anak-anak tersebut tidak menggunakan suara atau kemampuan

mereka tersebut untuk berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Akibat dari tingkah laku yang tidak biasa ini, anak-anak tersebut mengalami berbagai hambatan dalam mempelajari hal baru.

Betts dan Pattrick (2009 : 11) mengatakan bahwa gangguan spektrum Autisme adalah gangguan dalam hal komunikasi, kemampuan dalam berhubungan sosial, dan kemampuan untuk belajar dalam diri suatu invidu. Selanjutnya, Betts dan Pattrick juga mengatakan bahwa anak dengan Autisme sering menunjukkan masalah dalam fungsi eksekutif (executive function). Fungsi eksekutif (executive function) dalam hal ini dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menghubungkan pengalaman atau kejadian yang telah berlalu dengan perilaku selanjutnya dan untuk memperhatikan sekitarnya, mengurutkan sesuatu, berstrategi, mengingat, mengorganisir, dan mengingat kembali informasi yang pernah di terima sebelumnya. Anak yang memiliki gangguan dalam fungsi eksekutif (executive function) akan mengalami kesulitan dalam mengorganisir dan mengurutkan sesuatu, merencanakan suatu proyek, berkonsentrasi dalam suatu hal dan juga mengubah konsentrasinya, mengetahui waktu dan juga memonitori dirinya sendiri.

(16)

karena ketidakmampuan anak untuk menilai kelayakan atau kepatutan dari sebuah komentar dan kelakuan yang mungkin saja bisa menyakiti perasaan orang lain atau bisa membuat orang lain merasa malu. Dalam hal ini, anak tidak mempunyai maksud untuk menyakiti atau membuat orang lain merasa malu, tapi ketidakmampuannya dalam melihat dari perspektif lain membuat anak tersebut tidak tau akibat dari perkataan atau perbuatannya terhadap orang lain (Betts & Patrick, 2009 : 12).

2.2.6.1Kriteria Autisme

Anak dengan Autisme memiliki kesulitan dalam 3 area yaitu : keterkaitan sosial (social relating), komunikasi (communication), dan tingkah laku dan minat atau perhatian (behaviour and interests). Ada beberapa perilaku atau gejala tertentu yang ditunjukkan oleh anak penderita Autisme.

TABEL 2.1

Kekurangan Dalam Interaksi Timbal-balik Sosial

Gejala Contoh Gejala

Kesulitan

- Sulit melakukan kontak mata

- Menggunakan sedikit gesture saat berbicara - Mempunyai ekspresi wajah yang tidak biasa

- Kesulitan untuk berdiri atau berada dekat dengan orang lain - Mempunyai kualitas intonasi atau suara yang berbeda

- Mempunyai sedikit atau bahkan tidak punya teman

- Memiliki hubungan hanya dengan orang yang usianya jauh lebih tua atau jauh lebih muda, atau hanya dengan anggota keluarganya

- Hubungan didasari oleh ketertarikan akan suatu hal khusus - Kesulitan berinteraksi dalam sebuah group dan tidak bisa

mengikuti aturan sebuah permainan.

Sedikit berbagi

- Menikmati aktivitas favorit, menonton tv, bermain sendiri, tanpa mencoba untuk melibatkan orang lain

- Tidak mencoba menarik perhatian orang lain untuk mengikuti aktivitasnya, ketertarikannya atau pencapain/ keberhasilannya.

(17)

Kurangnya timbal balik sosial atau pun

emosional

- Tidak merespon orang lain ; “terlihat tuli”

- Tidak peka akan kehadiran orang lain; “tidak sadar” akan kehadiran orang lain

- Sangat suka menyendiri

- Tidak memperhatikan atau menyadari saat orang lain terluka atau kesal; tidak menawarkan kenyamanan

Sumber : Ozonoff, Dawson, & McPartland, 2002 : 27

TABEL 2.2

A. Kekurangan Dalam Komunikasi

Gejala Contoh Gejala

Keterlambatan atau kekurangan dalm hal perkembangan bahasa

- Tidak menggunakan kata-kata sampai umur 2 tahun - Tidak menggunakan kalimat sederhana (contoh : tambah

susu) sampai umur 3 tahun

- Perkembangan kemampuan bicara yang lambat, tata bahasa yang tidak dewasa atau tidak matang atau kesalahan yang berulang-ulang

Kesulitan dalam mempertahankan

percakapan

- Kesulitan dalam memulai, mempertahankan, dan mengakhiri percakapan

- Sedikit “berputar-putar” ; dapat berbicara terus-menerus dalam sebuah monolog

- Gagal dalam merespon komentar orang lain; hanya bisa merespon pertanyaan lamgsung

- Kesulitan untuk berbicara mengenai suatu topik atau ketertarikan.

Menggunakan bahasa yang tidak biasa atau

mengulang-ulang suatu kata

- Mengulang apa yang orang lain katakan (echolalia) - Mengulang dari video, buku, atau iklan di waktu dan

konteks yang tidak tepat

- Menggunakan kata-kata atau ungkapan yang dibuat anak itu sendiri dan mempunyai arti tersendiri untuknya

(18)

Memainkan sesuatu yang tidak sesuai

untuk tingkat perkembangannya

- Jarang bermain “acting” dengan mainan

- Jarang berpura-pura menggunakan suatu objek sebagai benda lainnya (contoh : pisang sebagai telepon)

- Lebih memilih menggunakan mainan sebagai hal yang konkret (contoh : membangun sesuatu menggunakan balok, mengatur barang-barang di rumah boneka) daripada

“berpura-pura” dengan mainan tersebut.

- Saat kecil, menunjukkan sangat sedikit ketertarikan dalam permainan yang mengandung unsur sosial, seperti : peekabo

(sembunyi-sembunyian), dan berbagai permainan serupa.

Sumber : Ozonoff, Dawson, & McPartland, 2002 : 27

TABEL 2.3

B. Keterbatasan, Pengulangan Perilaku, Minat / Perhatian dan Aktivitas

Gejala Contoh Gejala

Perhatian / ketertarikan dalam fokus yang sempit, terlalu intens, dan /

atau tidak biasa

- Memiliki fokus yang sangat kuat terhadap topik tertentu - Kesulitan dalam “melepaskan” topik atau aktifitas tertentu - Mengganggu “topik” lain ( contoh : menunda makan atau ke

kamar mandi untuk fokus pada aktifitas tertentu)

- Tertarik pada topik yang tidak sesuai dengan umurnya ( contoh : sitem kerja suatu alat, rating film, astronom, kode stasiun pemancar radio, dll)

- Mempunya ingatan yang sangat baik terhadap detail suatu hal yang mereka rasa menarik

Desakan yang kuat untuk hal yang sama dan harus mengikuti rutinitas yang sudah

ada

- Ingin melakukan aktifitas tertentu dengan urutan yang harus tepat (contoh : menutup pintu mobil dengan urutan tertentu) - Mudah kesal atau terganggu dengan perubahan kecil dalam

rutinitasnya ( contoh : mengambil rute yang berbeda saat pulang ke rumah dari sekolah)

- Harus diperingatkan terlebih dahulu untuk perubahan yang akan terjadi, sekecil apapun itu

- Menjadi sangat cemas atau gelisah dan kesal jika tidak mengikuti rutinitas

Gerak motorik yang berulang-ulang

- Melambai-lambaikan tangan saat senang atau pun kesal - Menjentikkan jari di depan mata

- Posturedan gerak tangan yang aneh

(19)

- Berjalan atau berlari sambil berjinjit

Keasyikan dengan bagian - bagian dari

objek tertentu

- Menggunakan suatu objek dengan cara yang tidak biasa ( contok; menjentikkan mata boneka, berulang-ulang

membuka dan menutup pintu mobil mainan), bukan dengan sebagaimana seharusnya.

- Tertarik dengan kualitas sensor dari objek ( contoh : menciumi suatu objek atau melihat objek dengan sangat dekat)

- Menyukai objek yang bergerak ( contoh : kipas angin, air yang mengalir, roda yang berputar)

Gambar

Gambar 2.1 : Jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang lain
TABEL 2.1
TABEL 2.2
B.TABEL 2.3  Keterbatasan, Pengulangan Perilaku, Minat / Perhatian dan Aktivitas

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pembelajaran sejarah identik dengan menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar, dengan ini perlu dikembangkan suatu kemampuan berpikir

(2) Hipotik atau fidusia dapat juga dibebankan atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) beserta rumah susun yang akan dibangun sebagai jaminan pelunasan

PENERAPAN MEDIA FILM SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGOLAH INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SDN Bengle I Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2013 -

Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory.. Universitas

POTENSI PASAR TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM RUANG LINGKUP ISLAM.. (Studi Kasus Pasar Krempiyeng Buduran

Knrya ilrniah ini harus dilnksnnahn oleh Dosen I K I P Padnng dalnm rnngkn.. meningkntknn mutu, baik sebngai dosen mnupun

Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014 106 SISTEM PAKAR DIAGNOSA DINI PENYAKIT GIGI DAN MULUT. Arif Senja