Belakangan in pemerintah tengah gencar melakukan reformasi di berbagai bidang, dan salah satunya adalah bidang perpajakan. Ada banyak sekali kebijakan yang sedang dibuat pemerintah di perpajakan salah satunya adalah program pengampunan pajak atau tax amnesty. Program ini mulai diberlakukan sejak 1 Juli 2016 sampai 31 Maret 2017. Tax amnesty sendiri adalah program
pengampunan yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan. Atau secara sederhana tax amnesty adalah pengampunan pajak yaitu dengan adanya penghapusan pajak bagi wajib pajak uang menyimpan dananya di luar negeri dan tidak memenuhi keajibannya dalam membayar pajak dengan imbalan menyetor pajak dengan tarif yang lebih rendah. Tentu saja terdapat pandangan pro dan kontra mengenai penerapan program tax amnesty ini. Karena walaupun program ini berpotensi menambah APBN negara tetapi program ini juga dapat menjadi senjata makan tuan bagi Indonesia sendiri. Berikut adalah beberapa pro kontra mengenai diberlakukannya program tax amnesty ini
Tentu dengan diberlakukannya program tax amnesty ini pemerintah berharap para pengusaha yang menyimpan danannya di luar negeri akan segera memindahkan dananya di Indonesia sehingga mereka dapat menjadi wajib pajak baru yang mana hal itu akan meningkatkan jumlah wajib pajak baru yang ada dan juga berimbas pada bertambahnya pendapatan negara melalui pajak. Dengan masuknya dana dana segar dari luar negeri ke Indonesia, akan membuat pemerintah dapat membangun berbagai kebutuhan negara dengan lebih baik lagi.
Selain itu tax amnesty juga bisa memberi manfaat kepada para investor, terutama investor di sektor industri properti. Adanya tax amnesty akan membuat pajak yang dibebankan kepada para investor menjadi semakin ringan. Hal ini cenderung akan membuat investor lebih berani untuk melakukan investasi (yang mana dalam hal ini adalah membeli properti) karena mereka menilai biaya yang dikeluarkan akan lebih murah tanpa takut adanya biaya utuk membayar pajak yang tinggi.
Sebenarnya Indonesia sendiri sudah pernah melaksanakan program tax amnesty pada tahun 1984 dan 2004. Namun sayangnya tidak mengalami keberhasilan pada waktu itu. Dan hal ini pulalah yang dikhawatirkan akan terjadi lagi pada Indonesia. Walaupun secara teori pemberlakuan program tax amnesty dapat memberi manfaat finansial yang cukup besar bagi Indonesia, namun nyatanya masih banyak hal hal teknis yang masih harus diperhatikan lagi. Pemberlakuan tax amnesty ini harus didukung dengan implementasi penegakan hukum perpajakan yang matang dan fundamental. Banyak pihak yang masih meragukan bahwa sistem hukum perpajakan di Indonesia masih belum siap untuk menerapkan program tax amnesty. Pemerintah seakan akan sudah putus asa dalam hal menarik iuran pajak dari para wajib pajak sehingga mereka terpaksa menerapkan cara instan atau dalam hal ini adalah penerapan tax amnesty.