• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah perkembangan institusi kurikulum pendidika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah perkembangan institusi kurikulum pendidika"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pendidikan

Merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya.Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengankonsep islam.

Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, yang manalembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya manusiayang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan lembaga pendidikan islam tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian lembaga pendidikan islam?

2. Bagaimana sejarah perkembangan lembaga pendidikan islam? 3. apa saja macam-macam lembaga pendidikan islam diindonesia? 1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian lembaga pendidikan islam.

(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata lembaga mempunyai empat arti, yaitu : Asal mula (yang akan terjadi sesuatu), Bentuk (rupa, wujud) yang asli, acuan, Ikatan,Badan (organisasi) yang bermaksud melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberibentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. 1

Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga pendidikan dengan orang atau badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Rumusan definisi yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan penekanan pada sikap tanggung jawab seseorang terhadap peserta didik, sehingga dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang wajar bukan merupakan keterpaksaan.

Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun yang berubah-ubah dan mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri. (Muhaimin, 1993: 286)2

Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan suatuwadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi diatasdapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penananggung jawab pendidikan itu sendiri.3

(3)

2.2. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam

Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-Islamiyah, Nazumuha, Falsafatuha, Ahmad Shalabi menyebutkan tempat-tempat pendidikan tersebut adalah Kuttab, Qushur, Hawamit Waroqiin, Mandzil Ulama’, Badiyah, dan al-Madrasah.

Ia membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sebelum madrasah dan sesuda madrasah, dengan demikian madrasah dianggap tonggak baru dalam pendidikan Islam. Sementara Abuddin Nata mengungkapkan lembaga pendidikan sebelum madrasah adalah Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumah-rumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah

1. Rumah

Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam (1988) dalam Syamsul Nizar mengemukakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al Arqam bin Ibn Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai tempat. Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun.

Berdasarkan keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini berbentuk halaqoh dan belum memiliki kurikulum dan silabus seperti dikenal sekarang ini, sistem dan materi yang akan disampaikan diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Kuttab dan Maktab

(4)

menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. Kebanyakan para ahli sejarah pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-Qur’an dan pengetahuan agama dasar. Namun Abdullah Fajar membedakannya, dia mengatakan bahwa maktab adalah istilah untuk zaman klasik, sedangkan kuttab adalah untuk zaman modern.

Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini sebenarnya mengenal dua macam /tempat pendidikan, yaitu; Rumah Arqam bin Ibn Arqam dan Kuttab. Dimasa Nabi Muhammad SAW., oleh karena peminat untuk belajar agama Islam semakin banyak, termasuklah golongan anak-anak yang gemar mendatangi masjid, maka dikhawatirkan anak-anak itu akan mengotori masjid, maka timbullah lembaga pendidikan di samping masjid yang bernama kuttab. Lembaga ini berfungsi sebagai media utama dalam pelaksasnaan pembelajaran membaca dan menulis al-Qur’an sampai kepada era Khulafaurrasyidin. Sedangkan materi-materi dan metode pembelajarannya diserahkan kepada para guru yang mengajar. Sebenarnya kuttab ini sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab pra Islam, namun tidak begitu populer.

3. Lembaga Kesufian

Asma Hasan Fahmi menambahkan lembaga-lembaga kesufian sebagai lembaga pendidikan Islam pra Madrasah, yaitu:

a. Ribath.

Al-Ribath secara harfiah berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan dalam arti yang umum, al-Ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan dan pengajaran bagi calon sufi. Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengonsentrasikan diri untuk semata-mata beribadah.

b. Az- Zawiyah.

(5)

c. Khananqah.

Khanaqah merupakan suatu lembaga pengajaran berasrama bagi kaum sufi yang muncul pertama kali di Iran (Persia) pada akhir abad ke-10 bersamaan dengan adanya formalisasi aktivitas sufistik.

4. Masjid dan Jami’

Kata masjid berasal dari bahasa arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam pengertian lebih luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah dan tempat berenung dan menatap masa depan. Dari perenungan terhadap penciptaan Allah tersebut masjid berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan.

Proses yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan adalah karena di masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar ,hukum-hukun dan tujuan-tujuannya.

Masjid dan Jami’ adalah dua tipe lembaga pendidikan Islam yang sangat dekat dengan aktivitas pengajaran agama Islam. Kedua term ini pada dasarnya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam. Kemunculan masjid sebagai lembaga pendidikan dalam Islam telah dimulai sejak masa Rasulullah SAW., dan masa Khulafaurrasyidin. Sedangkan Jami’ muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa dinasti khususnya dinasti Abbasiyah.

(6)

5. Masjid Khan

Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah munculnya mesjid-mesjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi pelajar, dan mesjid ini lazimnya disebut dengan Mesjid Khan. Masjid khan ini secara finansial didukung oleh badan wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.Perkembangan khan ini sangat berkaitan erat dengan kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya mereka yang berasal dan luar daerah.

Dengan demikian, pendidikan Islam dan masjid merupakan suatu kesatuan yang integral, dimana masjid menjadi pusat dan urat nadi kegiatan keislaman yang meliputi kegiatan keagamaan, politik, kebudayaan, ekonomi, dan yudikatif. Mulai sejak masa Rasulullah SAW., dengan masjid Quba dan Nabawi hingga masjid Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah, masjid selalu menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.Dari Masjid, kemudian berkembang menjadi Masjid Khan sebagai Transformasi Tradisi. Mesjid Khan adalah sebagai tempat pemondokan bagi pencari ilmu di lingkungan halaqah masjid dari berbagai wilayah Islam.

6. Shuffah

Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktifitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin. Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara masjid Madinah dan masjid Al-Haram yang disebut “Al-Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang telah mempelajari ilmu. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara benar dan hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW.

7. Rumah Kediaman Ulama’

(7)

rumah Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimi, Rumah Abu Muhammad Ibnu Hattim Al Razi Al Hafiz dan rumah Abi Sulaiman Al Sajastani.

Rumah-rumah para ulama’ di atas dijadikan sebagai tempat pusat pembelajaran pada waktu itu dengan pertimbangan bahwa (a) rumah sebenarnya dapat digunakan untuk membicarakan hal-hal yang bersifat khusus (b) Situasi guru yang mengajar agak terbatas, misalnya terlalu sibuk, lelah, umur suda tua dan lain-lain (c) Anggapan bahwa mendatangi guru untuk belajar lebih baik dari pada guru mendatang muridnya untuk mengajar.

8. Toko-toko Buku

Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, lembaga pendidikan Islam dalam bentuk toko-toko buku telah bermunculan di pusat-pusat kota, selain sebagai agen komersialisasi berbagai buku ilmiah, juga menjadi pusat pembelajaran umat Islam melalui metode diskusi mengenai isi buku yang dicari atau ditawarkan. Kemudian lembaga-lembaga pendidikan ini menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah kekuasaan Islam saat itu.

Mengutip pendapat al-Yaqubi, Hitty menjelaskan bahwa pada masa itu, sekitar tahun 891 M terdapat pusat pertokoan yang berjejer lebih dari seratus toko buku dalam satu jalan. Beberapa toko buku itu merupakan stan (kamar) yang lebih kecil ukurannya dari surau, tetapi terdapat juga kamar yang lebih besar yang berfungsi sebagai pusat penelitian hasil karya seni dan menjadi taman wacana bagi pengembara ilmu yang datang dari berbagai wilayah Islam.Tokobuku selain sebagai tempat menjual buku juga digunakan sebagai pusat diskusi tentang berbagai karya sastra oleh para cendekiawan dan pujangga.

9. Perpustakaan

(8)

Di dalamnya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu serta berbagai buku terjemahan dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan Aramy. Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga pendidikan karena sebagaimana diketahui, bahwa pada masa itu, buku-buku sangat mahal harganya, ditulis dengan tangan, sehingga hanya orang-orang kaya saja yang bisa memiliki secara pribadi. Oleh karena itu, bagi masyarakat umum pencinta ilmu, tentu memanfaatkan perpustakaan ini sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan, dan untuk selanjunya di kembangkan.

10. Majlis

Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk majlis sastra mulai populer berkembang secara formal sejak masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, tetapi keberadaannya telah dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin. Di lembaga ini, umat Islam belajar tentang berbagai syair, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia yang berhubungan dengan agama Islam dan kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara menyeluruh. Pada masa Abbasiyah, selalu diadakan perdebatan dan diskusi tentang keahlian bersyair diantara sastrawan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk juga perlombaan di antara para seniman dan pujangga, khususnya dalam bidang kaligrafi Alquran dan arsitektur. Lembaga pendidikan ini menjadi salah satu corong pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang seni dan budaya umat Islam sehingga mampu menghasilkan karya seni dan budaya yang menakjubkan saat itu

Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan Islam mengalami zaman keemasan majelis berarti sesi dimana aktifitas pengajaran atau diskusi berlangsung seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam. Majelis digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya. Setidaknya ada 7 macam majelis yang dapat diketahui yaitu :

1. Majelis al-Hadits

Majelis ini biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dalam bidang hadits. Ulama tersebut membentuk majlis untuk mengajarkan ilmunya kepada murid-murid.

(9)

Majelis ini biasanya menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits, seperti majelis fiqih. Majelis nahwu, atau majelis kalam.

3. Majelis al-Munazharoh

Majelis ini dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan mengenai suatu masalah oleh para ulama’. Menurut Ahmad Syalabi khalifah Muawiyah sering mengundang para ulama’ untuk berdiskusi di istananya, demikian juga dengan khalifah al-Ma’mun dan dinasti Abbasiah. Di luar istana majlis ini ada yang dilaksanakan secara kontinu dan spontanitas, bahkan ada yang berupa kontes terbuka dikalangan ulama’. Untuk model ini biasanya hanya dipakai untuk mencari populeritas ulama’ saja.

4. Majelis al Muzakaroh

Majelis ini merupakan inovasi dari murid-murid yang belajar hadis. Majelis ini

diselenggarakan sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengingat dan mengulangi pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.

5. Majelis al-Adab

Majelis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah dan laporan sejarah bagi orang orang terkenal.

6. Majelis al-Fatwa dan Majlis al-Nazar

Majelis ini merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah di bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut pula majelis al-Nazar karena karakteristik Majelis ini adalah majlis tempat perdebatan diantara ulama fiqih/hukum islam.

(10)

Dilihat dari jenisnya pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu: 1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)

2. Lembaga pendidikan formal 3. Lembaga pendidikan nonformal

1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar kelompok orang yang mempunyai pola–pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada di lingkungannya. Didalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah Usrah dan Nasb. Orang tua meupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya, dikatakan pendidik pertama, karena ditempat inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum ia menerima pendidikan yang lain.4

Kemudian pada usia sekolah anak mempunyai lingkungan yang baru, yaitu lingkungan sekolah. Fase ini disebut fase sosialisasi, ia mulai kenal dengan teman-teman, guru-guru dan lain-lain. Daya intelektual mulai berkembang dan sifat ingin tahu semakin menonjol, ingin meniru sesuatu yang dianggap baik sampai akhirnya memasuki masa remaja yang ditandai dengan anak ingin berdiri sendiri dan lepas dari orang dewasa. Pada saat ini timbul perhatian pada lawan jenis ia mulai bimbang terhadap nilai-nilai lama dan berusaha mencari nilai-nilai baru.

Hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua kepada anaknya:

 Memberikan kebebasan yang terbatas dalam arti, memberikan tuntunan, bimbingan, nasehat, dan pengenndalian.

 Mengadakan komunikasi secara timbal balik.

 Memberikan kesempaatan mereka untuk berpendapat.

 Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dala penyelesaian dalam suatu pekerjaan.

 Jangan terlalu memanjakan atau mengekang mereka

 Memberikan perhatian, pendidikan, kedisiplinan dan akhlatul karimah serta pendidikan untuk hidup mandiri.

2. Lembaga Pendidikan Formal

(11)

Menurut Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, lembaga pendidikan formal adalah pendidikan yang diadakan ditempat tertentu,teratur,sistematis,mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.lemaga pendidikan islam diindonesia adalah :5

a. Raudathul Atfal.

Raudathul Atfal ini terdiri dari 3 tingkatan yakni: Tingkat A (anak umur 3-4 tahun), tingkat B (anak umur 4-5 tahun), dan tingkat C (anak umur 5-6 tahun)

b. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30 % disamping mata pelajaran lain

c. Madrasah Tsanhawiyah (MTS)

d. Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat

e. Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg sederajat f. Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI),

Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis milik yayasan atau organisasi keislaman.

Sejarah Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia bermula pada awal tahun 1945 ketika Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pada april 1945 Masyumi menyelenggarakan pertemuan di Jakarta yang dihadiri oleh organisasi-organisasi Islam, kalangan intelektual dan ulama serta unsur pemerintah (shumubu). Tokoh-tokoh yang hadir yaitu KH. Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur, K.H.A. halim, KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh. Roem. Rapat tersebut berhasil mewujudkan rencana mendirikan Sekolah Tinggi Islam dibawah pimpinan Moh. Hatta. STI dibuka secara resmi pada tanggal 8 juli1945 di Jakarta.

Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan pelajaran dan pendidikan tinggi tentang ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu kamasyarakatan, agar menjadi penyiar dan memberikan pengaruh Islam di Indonesia.Lama masa studi di lembaga ini direncanakan berlangsung selama 2 tahun sampai mencapai gelar sarjana mudan, ditambah 2 tahun lagi untuk

(12)

memperoleh sarjana. Kurikulumnya mencontoh dari Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar di kairo.

3. Lembaga Pendidikan Nonformal

Lembaga Pendidikan Nonformaladalah lembaga penndidikan yang teratur namun tidak mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Abu ahmadi mendefinisikan lembaga nonformal kepada semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja,tertib,dan terencana diluar kegiatan lembaga sekolah.6

Lembaga pendidikan islam yang tergolong dalam segala jenis ini adalah: 1). mesjid, mushallah, langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi, 3). Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursus-kursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan, 9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)

Dalam pendidikan masa kini ada istilah home schooling. Masalahnya aakah pendidikan seperti ini termasuk kedalam kategori pendidikan informal,atau formal bahkan bias juga nonformal. Jika dikatakan formal, tetapi pendidikan ini berlangsung dirumah bukan berlangsung ditemat-tempat resmi seperti sekolah, dan yang lainnya. Jika diikatakanh nonformal, tapi pendidikan ini mempunyai surat izin dari dinas pendidikan. Sangat membiingungkan pengertian home schooling ini karena tidak termasuk kedalam kategori lembaga-lembaga yang ada.7

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Lembaga pendidikan islam itu adalah suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam.

(13)

Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas.

Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Diantaranya yaitu Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumah-rumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan.

Pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:Lembaga pendidikan informal (keluarga),Lembaga pendidikan formal (Raudathul Atfal),Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanhawiyah (MTS), Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat, Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg sederajat,Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis milik yayasan atau organisasi keislaman, Lembaga pendidikan nonformal 1). mesjid, mushallah, langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi, 3). Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursus-kursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,

9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Nyata, bahwa para penyelundup itu harus tunduk pada peraturan yang ketat, karena setiap orang berusaha untuk berjalan di atas tapak-tapak kaki yang sudah dibuat

ajar memuat penjelasan konsep materi yang dipelajari yang dapat digunakan siswa,lembar diskusi siswa, dan kuis. Hasil analisis penilaian validasi logic , data yang

Solusi terbaiknya adalah disimpan pada toko buah dan sayuran yang menyediakan sistem pendinginan yang komplit seperti yang ada di mall-mall kota besar, sedangkan

H1: Debt to equity ratio, return on equity dan net profit margin secara simultan berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio pada pada perusahaan yang termasuk dalam

Struktur ekonomi yang ada dalam rman Allah dan sudah sangat jelas aturan-aturannya tersebut, pernah dan telah dilaksanakan dengan baik oleh umat pada waktu itu.. Sistem

1 Penyediaan Jasa Kantor Penyediaan jasa surat menyurat, jasa kebersihan kantor, alat tulis kantor, barang cetakan dan penggandaan, komponen instalasi listrik,

Dalam pemilihan kapasitas perancangan pabrik asam oksalat ada beberapa pertimbangan, yaitu prediksi kebutuhan asam oksalat di Indonesia, ketersediaan bahan baku,

Asam organic seperti asam asetat dan asam laktat dapat digunakan sebagai bahan dekontaminan pada karkas ayam karena asam organik memiliki aktivitas sebagai bakterisidal yang