• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Diklat Prajabatan CPNS Golongan I dan Golongan II Lengkap | Edukasi PPKn DINAMIKA KELOMPOK12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Diklat Prajabatan CPNS Golongan I dan Golongan II Lengkap | Edukasi PPKn DINAMIKA KELOMPOK12"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II

Ir. Sri Ratna, MM

Dra. Sri Murtini, MPA

(2)

Hak Cipta© Pada: Lembaga Administrasi Negara

Edisi Tahun 2006

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188

Dinamika Kelompok

Jakarta – LAN – 2006 62 hlm: 15 x 21 cm

(3)

iii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 2006

KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

(4)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat ... 2

C. Tujuan Pembelajaran ... 3

D. Pokok Bahasan ... 4

E. Fasilitas/Media ... 4

BAB II MENGENAL DIRI DAN MENGENAL ORANG LAIN ... 5

A. Simulasi dan Latihan ... 5

B. Naskah Pegangan ... 15

BAB III SOSOK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) ... 19

A. Simulasi dan Latihan ... 19

B. Naskah Pegangan ... 33

BAB IV PROSES PEMBELAJARAN DINAMIKA KELOMPOK... 44

A. Belajar Dengan Mengerjakan ... 44

B. Penilaian Kegiatan Dinamika Kelompok... 47

BAB V PENUTUP ... 52

A. Rangkuman ... 52

B. Tindak Lanjut Pengembangan... 53

DAFTAR PUSTAKA... 54

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Salah satu faktor keberhasilan pendidikan dan pelatihan antara

lain adalah proses pembelajaran berjalan lancar, hubungan antar peserta akrab, hubungan antar peserta – panitia dan widyaiswara terbina dengan baik. Situasi semacam ini merupakan syarat mutlak bagi terciptanya proses pembelajaran yang kondusif, yang pada gilirannya nanti, setelah Diklat selesai diharapkan

peserta dapat menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka peroleh dalam tugasnya sehari-hari. Yang berarti akan mendukung terwujudnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang profesional.

Keberhasilan Diklat secara keseluruhan, sebagian ditentukan

oleh tingkat kesiapan peserta untuk memulai proses pembelajaran. Oleh karena itu peserta Diklat harus disiapkan secara fisik dan mental emosional. Hal ini akan dapat dicapai apabila mereka sudah mengenal dengan baik teman

seangkatannya, dengan siapa mereka akan bekerja-sama. Siapa sebenarnya dirinya dan siapa orang lain yang ada diluar dirinya. Siapa nanti yang jadi panitia dan siapa yang akan jadi widyaiswara yang akan membimbing mereka selama Diklat berlangsung. Bagaimana aturan main dalam bekerja-sama,

bagaimana seharusnya berperilaku dan bagaimana bentuk artikulasi program yang akan dihadapi selama Diklat.

Dinamika Kelompok menyiapkan peserta agar dapat saling

percaya mempercayai dengan yang lain (trust), memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) dan merasa bahwa dirinya bagian integrasi dari yang lainnya (interdependency). Ini semua dapat disiapkan melalui Dinamika Kelompok. Tingkat kesiapan peserta untuk

memulai proses pembelajaran sangat ditentukan oleh Dinamika Kelompok ini, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan program Diklat secara keseluruhan.

Melalui mata Diklat ini peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II diajak untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain

dengan lebih baik, memiliki komitmen dan integritas moral seorang PNS yang beretos kerja tinggi, membekali mereka tentang bagaimana membina kerjasama dalam kelompok, pemimpin dan komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan dengan tepat, mengendalikan diri, berdisiplin dan,

bertanggungjawab.

B.

Deskripsi Singkat

(6)

Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah singkat, diskusi kelompok, bermain peran, kerja individu, praktik dan

simulasi.

Dalam modul ini dimuat beberapa simulasi, permainan dan latihan yang dalam proses pembelajarannya peserta akan dipandu oleh widyaiswara. Disamping itu juga berisi naskah

pegangan yang merupakan bahan bacaan yang terkait dengan pokok bahasan. Pada bab IV dikemukakan proses belajar melalui pengalaman (Experiential Learning Cycle) yang merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran serta penilaian dalam Dinamika Kelompok.

C.

Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah pembelajaran selesai peserta diharapkan memiliki disiplin, komitmen dan integritas moral serta tanggung

jawab profesi sebagai PNS yang beretos kerja tinggi.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah selesai pembelajaran, peserta dapat:

a. Mengenal diri dan mengenal orang lain dengan lebih

baik;

b. Mengidentifikasi citra diri sebagai PNS; c. Mentaati disiplin sebagai PNS;

d. Mempertunjukkan integritas moral sebagai PNS; e. Mempertunjukkan etos kerja sebagai PNS.

D.

Pokok Bahasan

1. Mengenal Diri dan Orang Lain; 2. Citra Diri PNS;

3. Disiplin PNS; 4. Integritas Moral PNS; 5. Etos Kerja sebagai PNS.

E.

Fasilitas / Media

Fasilitas dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran

dinamika kelompok antara lain adalah:

1. Ruangan yang cukup luas untuk peserta dapat bergerak dan berpindah serta diskusi-diskusi kelompok (sesuaikan dengan jumlah peserta). Makin banyak peserta, ruangan makin luas. Ruangan tidak perlu menggunakan meja dan kursi

hendaknya dapat diatur dengan bentuk U atau melingkar. 2. Dinding peraga;

3. Papan tulis + marker (spidol) dan penghapus papan; 4. Flip Chart dan kertas HVS;

5. Map, lakban/selotip, lem;

6. Instrumen-instrumen terpilih sesuai simulasi yang akan

dimainkan;

(7)

5

BAB II

MENGENAL DIRI DAN MENGENAL

ORANG LAIN

Bab II ini terdiri dari dua sub bab yaitu sub bab pertama merupakan proses pembelajaran yang akan dipandu oleh widyaiswara yang berupa beberapa simulasi, game atau latihan yang terkait dengan pokok bahasan. Simulasi, game atau latihan tersebut dapat dipilih

oleh widyaiswara disesuaikan dengan tujuan, jumlah peserta dan tempat serta waktu. Pada sub bab kedua yaitu naskah pegangan yang merupakan bahan bacaan untuk pengayaan dari apa yang telah diperoleh peserta dalam refleksi, yang berisi konsep, teori dan prinsip-prinsip yang berlaku.

A.

Simulasi dan Latihan

1. Pencairan Kelas

a. Judul BAHASA TUBUH

Tujuan Mendorong terjadinya interaksi

yang intensif, membuat peserta merasa rileks dan tidak kaku.

Waktu 15 - 20 menit

Setelah mempelajari Bab II ini, peserta diharapkan dapat mengenal diri dan mengenal orang lain dengan lebih baik.

Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas cukup untuk peserta bisa berdiri (bisa

berdiri disamping kursinya masing-masing).

Proses Kegiatan

• Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri melingkar atau berdiri disamping kursinya masing-masing, Widyaiswara meletakkan sebuah topi di kepala seorang peserta. Peserta yang dapat topi diminta untuk menceritakan sesuatu kepada peserta lain dengan menggunakan bahasa tubuh.

• Peserta lain yang diceritakan hendaknya menirukan gerakan yang dilakukan oleh peserta yang memakai topi. Kalau gerakannya tidak persis sama, maka peserta tersebut diminta untuk memakai topi berikutnya. Peserta yang memakai topi, baru bisa digantikan yang

lain kalau ada gerakannya yang tidak bisa ditiru oleh peserta lainnya.

• Kalau belum juga ada gerakan lain yang tidak bisa ditirukan, maka dalam batas waktu beberapa saat (sekitar 1 menit) widyaiswara mencari penggantinya

(kalau bisa orang yang tidak begitu antusias).

• Lakukan kegiatan ini sampai peserta dianggap sudah cukup cair atau rilek. Dan minta peserta menebak apa sebenarnya yang ingin diceritakan oleh relawan tadi dengan bahasa tubuhnya. Cek kebenarannya pada yang

(8)

• Tanyakan kesiapan mereka untuk melanjutkan kegiatan ini. Juga tanyakan apa diantara mereka sudah saling mengenal. Kaitkan dengan kegiatan berikut (mengenal diri sendiri dan orang lain).

b. Judul KESAN PERTAMA

Tujuan Memecah kebekuan antara

peserta dan widyaiswara dan sesama peserta.

Waktu 15 - 20 menit.

Sarana/Prasarana Potongan kertas sejumlah peserta (1/4 ukuran kuarto).

Proses Kegiatan

• Bagikan kepada masing-masing peserta potongan kertas yang telah disiapkan. Minta mereka

menuliskan kesan pertama mereka terhadap seseorang (bisa peserta lain, widyaiswara atau penyelenggara Diklat);

• Setelah semua selesai, minta mereka menuliskan kembali kesan tersebut, tapi dengan tangan

sebaliknya (kalau yang bersangkutan menulis dengan tangan kanan, sekarang dengan tangan kiri, begitu sebaliknya);

• Tanyakan perasaan mereka. Proses ke arah perubahan kebiasaan. Bahwa perubahan kebiasaan

itu bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi memerlukan

pengetahuan, kemampuan dan terutama keinginan

untuk merubahnya. Bagaimana dengan peserta? Sudah siapkah merubah kebiasaan-kebiasaannya.

2. Mengenal Diri

a. Judul KARTU POS BERGAMBAR

Tujuan Mengenal diri dengan lebih

baik.

Waktu 25 - 30 menit.

Sarana/Prasarana Kertas ukuran folio/kwarto sejumlah peserta, Beberapa Kotak Crayon.

Proses Kegiatan

• Bagikan kepada peserta selembar kertas (ukuran kuarto/folio);

• Minta masing-masing peserta menggambar sebuah kartu pos. Gambar tersebut tidak harus bagus yang

(9)

tentang tempat tinggal, pekerjaan, keluarga, pendidikan, konsep hidup, kelebihan-kelebihan dan

kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Boleh menggunakan sketsa atau lukisan. Satu kartu pos bergambar boleh menggunakan satu gambar ditambah dengan tulisan-tulisan atau terdiri dari beberapa gambar kecil dengan tulisan-tulisan. Nama tidak dituliskan

terlebih dahulu;

• Setelah selesai, gambar ditumpuk pada fasilitator. Tanyakan kepada peserta apakah mudah membuat kartu pos tersebut?

• Proses kearah pengenalan diri, terutama saat mengisi konsep hidup, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Kalau mudah mengisi berarti mereka sudah mengenal diri dengan baik. Kalau sulit, ini merupakan indikator bahwa peserta belum mengenal dirinya dengan baik. Kaitkan juga bahwa dengan

menggambar, peserta dilatih menggunakan otak kanannya (kreativitas);

• Gambar yang ditumpuk pada fasilitator, akan digunakan untuk simulasi mengenal orang lain dengan

baik.

b. Judul INILAH AKU

Tujuan Mengenal diri secara lebih baik.

Waktu 30 - 45 menit.

Sarana/Prasarana Lembar kerja – 1 (Ciri/Sifat) sebanyak peserta.

Proses Kegiatan

• Bagikan masing-masing peserta lembar kerja-1 (ciri/sifat).

• Peserta diminta memilih minimal 10 (sepuluh) ciri atau sifat yang ada dalam lembar kerja 1 dengan cara membubuhi tanda checkmark (“) didepan ciri/sifat tersebut. Seandainya tidak ada ciri/sifat yang cocok, peserta diminta menuliskan 10 (sepuluh) ciri atau

sifat yang dimilikinya pada bagian bawah lembar kerja tersebut.

• Kemudian proses. Tanyakan apakah mudah memilih atau mengisi ciri atau sifat yang ada. Kaitkan dengan pentingnya pengenalan diri secara lebih baik agar

(10)

memaksimalkan sifat-sifat baik. Lembar kerja 1 ini akan digunakan dalam proses pengenalan orang lain.

3. Mengenal Orang Lain

a. Judul SIAPAKAH DIA

Tujuan Peserta saling mengenal dengan

lebih baik, sehingga terjadi interaksi yg intensif, komunikasi dan kerjasama yang efektif.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Kartu pos bergambar yang dibuat peserta pada saat mengenal diri (ada pada fasilitator).

Proses Kegiatan

• Mulailah kegiatan ini dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan peserta. Peserta diminta menarik secara acak selembar kartu pos bergambar dari tumpukannya. Bagi yang mengambil kartu posnya sendiri, diminta menukar dengan yang lain.

(11)

tersebut. Ditekankan bahwa yang bersangkutan tidak boleh mencari kartunya sendiri, tetapi peserta diminta

mencari pemilik kartu pos yang ada di tangannya. Untuk itu peserta hendaknya mencermati apa yang ada dalam kartu pos.

• Setelah menemukan pemilik kartu pos, serahkanlah kartu pos tersebut kepada pamiliknya. Selanjutnya

mereka diminta untuk saling berkenalan dalam kelompok 5-6 orang.

• Bagi peserta yang tidak berhasil menemukan siapa pemilik kartu pos yang ada ditangannya, maka mereka diminta untuk menyerahkan kepada widyaiswara. (Hal

ini nantinya diproses, apa penyebab yang bersangkutan tidak berhasil). Selanjutnya perkenalan dalam kelompok besar (kelas).

• Setelah kegiatan tersebut selesai dapat dilanjutkan dengan simulasi “Zip Zap” agar lebih mengingat nama-nama orang yang telah memperkenalkan diri atau dapat saja setiap peserta diminta menyebut 3 atau 4 orang teman di sebelah kiri atau sebelah kanannya. • Proses kearah pentingnya saling mengenal dengan lebih

baik, agar proses kerjasama kelompok menjadi efektif

dan sinergis.

b. Judul TANDA TANGAN

Tujuan Mendorong terjadinya interaksi

yang intensif, menemukan kesamaan sifat dengan peserta lain.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup lebar

untuk dapat berpindah atau bergerak secara leluasa.

Proses Kegiatan

• Minta kepada peserta untuk berkeliling menemukan dan mewawancarai orang yang sifat-sifat atau ciri-cirinya sama (berdasarkan hasil isian peserta pada

lembar kerja 1);

• Setelah ketemu minta yang bersangkutan untuk menandatangani lembar kerja saudara. Setiap peserta diminta menemukan sebanyak mungkin tanda tangan, yang berarti bahwa yang bersangkutan

memiliki teman yang sifat/cirinya sama dengan dia dalam kelompok tersebut;

(12)

masing-masing orang memperkenalkan teman yang memiliki sifat/ciri yang sama. Hal ini dilakukan

sampai semua peserta mengenal dan diperkenalkan oleh orang lain;

• Apabila masih belum menghafal nama teman-temannya atau belum mengenal dengan baik, simulasi ini bisa dilanjutkan dengan simulasi “Zip

Zap”;

• Selanjutnya proses kegiatan ini pada prinsipnya mengenal orang lain dalam kelompok, agar bisa bekerjasama secara efektif dan bahkan sinergis.

B.

Naskah Pegangan

Dalam suatu kelompok dimana anggotanya baru untuk pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan

berikut. Siapakah orang lain disini? Apakah mereka dapat dipercaya? Dari manakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana? Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan berkecamuk dalam pikiran mereka. Proses ini biasanya

menyerap tenaga peserta yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kerjasama di antara peserta.

Setiap kali kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal, maka kesan pertama kita akan orang tersebut banyak dipengaruhi oleh penampilan, cara ia berbicara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Biasanya kesannya bisa positif dan

bisa negatif atas orang lain. Dan itu berpengaruh terhadap sikap dan pandangan kita terhadap yang bersangkutan. Oleh karena

itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuktikan apakah kesan atau pandangan kita itu benar. Semakin baik peserta saling

mengenal, semakin kompak mereka dan semakin efektif proses kerjasama dan proses pembelajaran yang terjadi. Adapun langkah-langkah dalam membina kekompakan tersebut dan peserta siap untuk memulai proses pembelajaran, sebagai berikut:

1. Pencairan Kelas

Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas atau "bina suasana". Kegiatan dimaksudkan untuk memper-siapkan peserta memulai pelajaran. Disini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antar peserta dan

peserta dengan fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. Dengan bina suasana ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana aman dan penuh kepercayaan diantara peserta dan widyaiswara. Dengan merasa senang, bebas dari tekanan fisik maupun mental emosional, memungkinkan

peserta belajar lebih efektif dan menyerap serta mengingat sejumlah besar materi dengan baik. Mengapa demikian? Karena dalam keadaan seperti ini, peserta bisa memanfaatkan seluruh potensi otaknya. Kuncinya adalah membangun

ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam

(13)

(HOTS),(Quantum Teaching, Bobby DePorter dkk) atau

Keterampilan Berpikir Orde Tinggi. Ini tidak akan dapat

dicapai dalam suasana penuh tekanan fisik dan emosional, karena ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berpikir rasional mengecil. "Otak dibajak secara emosional" (Goleman, 1995) menjadi mode bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat bertahan

hidup. Oleh karena itu, bina suasana atau pencairan kelas adalah sesuatu yang mutlak diperlukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.

2. Pengenalan Diri

Agar dapat mengembangkan diri, setiap orang hendaknya

mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun potensi yang negatif. Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling tidak

dikurangi. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan-keberhasilan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal dirinya secara lebih baik peserta

mengetahui apa yang ingin dicapai atau dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan hidupnya secara lebih realistis. Penetapan tujuan ini akan mendorong atau memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi. Dengan jelasnya tujuan yang ingin dicapai seseorang akan jelas

hendak melangkah kemana. Tanpa tujuan yang jelas, seseorang juga tidak akan jelas akan melangkah kemana.

Bagaimana dengan Saudara peserta prajabatan?

3. Mengenal Orang lain

Kerjasama yang efektif dan kelompok yang sinergis akan terbentuk kalau masing-masing anggota kelompok saling

mengenal dengan baik. Saling memahami apa kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan apa kekurangan-kekurangan anggota kelompok. Kelompok ini akan sinergis, kalau di antara masing-masing anggota kelompok dapat menerima anggota kelompok lainnya dengan segala kelebihan dan segala kekurangan serta komit untuk melaksanakan sesuatu

sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada. Kelompok akan efektif bahkan sinergis kalau diantara masing-masing anggotanya ada saling mempercayai satu dengan lainnya (trust). Memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung jawab (responsebility) dan merasa bahwa dirinya

bagian integrasi dari yang lainnya (interdependency). Ini akan dapat dicapai kalau sesama anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Oleh karena itulah ada upaya yang perlu dilakukan untuk mengenal orang lain agar kita bisa memahami orang lain dengan baik. Stephen R Covey dalam

(14)

19

BAB III

SOSOK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS)

A. Simulasi dan Latihan

Dalam proses pembelajaran ini, Saudara akan dipandu oleh

Widyaiswara yang sudah dilatih dan berpengalaman dalam memandu pembelajaran dinamika kelompok. Berikut ini, dikemukakan beberapa simulasi, latihan dan game yang terkait dengan pokok bahasan.

1. Citra Diri PNS

Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat mengenal sosok PNS dengan mengidentifikasi citra diri, mentaati disiplin, mempertunjukkan integritas moral dan etos

kerja sebagai PNS.

a. Judul CITRA DIRI PNS

Tujuan Mengekspresikan persepsi awal

peserta tentang citra diri seorang PNS dan merumuskan peranan seorang PNS.

Waktu 90 menit.

Sarana/Prasarana Spidol kecil sejumlah peserta,

flipchart 5 lembar, kertas HVS sejumlah peserta, lakban.

Proses Kegiatan

1) Jelaskan secara singkat tentang tujuan dan materi pokok kegiatan ini.

2) Ajukan pertanyaan: Apa dan siapa sesungguhnya

Pegawai Negeri Sipil itu? Tak perlu menunggu

jawaban; jelaskan bahwa setiap peserta harus menjawab pertanyaan ini dalam bentuk gambar. Lalu langsung bagikan spidol kecil kepada setiap peserta. Tegaskan bahwa yang diminta adalah

gambar, bukan rumusan kata-kata. Bukankah

gambar itu bisa berbicara lebih banyak dibandingkan dengan kata-kata. Gambar tersebut hendaknya menggambarkan secara lengkap citra diri seorang PNS menurut persepsi setiap peserta

pada saat itu. Misalnya jika PNS itu dianggapnya sebagai seorang yang berani dan berwibawa bagaikan seekor singa, maka gambarlah seekor singa si raja hutan (waktu 10 menit).

(15)

menempelkan gambarnya masing-masing pada dinding kelas.

4) Bagi seluruh peserta dalam beberapa kelompok kecil (9-10) orang. Setiap orang dalam kelompoknya secara bergiliran mempresentasikan arti gambar mereka. Tegaskan bahwa setiap orang tidak boleh menyanggah, melainkan hanya boleh

melakukan klarifikasi terhadap penjelasan rekannya. Tugas mereka hanya mencatat pokok-pokok penjelasan arti gambar rekannya tersebut. Setelah semua anggota kelompok selesai, semua catatan tersebut digabungkan menjadi suatu daftar tentang citra diri PNS menurut kelompok tersebut.

5) Setiap kelompok mempresentasikan daftar mereka dengan singkat padat. Catat di papan tulis semua hasil perumusan dari setiap kelompok.

6) Ajak seluruh peserta untuk melakukan klarifikasi terhadap seluruh rumusan tersebut. Rumusan yang

sama disatukan. Rumusan yang tidak jelas minta diperjelas lagi oleh kelompok yang bersangkutan. Rumusan yang dianggap tidak relevan dihapus saja. Arahkan rumusan citra diri seorang PNS adalah: • Percaya diri;

• Rendah hati; • Sopan santun; • Bertanggungjawab; • Disiplin;

Memiliki integritas moral; dan

• Etos kerja tinggi.

7) Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut minta setiap kelompok untuk mendiskusikan dan merumuskan: "apa peran seorang PNS".

Tegaskan bahwa rumusan harus jelas dan terperinci. Dalam diskusi kelompok widyaiswara memandu bila jawaban kurang terarah. Jawaban

antara lain mengarah pada:

8) Tiap kelompok mempresentasikan rumusannya. Kelompok lain boleh menyanggah dan

menyem-purnakan, sehingga akhirnya diperoleh suatu daftar lengkap dan terperinci tentang fungsi/peran atau tugas seorang PNS.

(16)

b. Judul GRAFITI

Tujuan Mengetahui harapan dan

ke-khawatiran peserta tentang diri seorang PNS.

Waktu 45 – 60 menit.

Sarana/Prasarana Kertas besar (flipchart) sesuai jumlah kelompok atau kertas

manila, selotip/lakban.

Proses Kegiatan

• Awali kegiatan ini dengan menjelaskan pada peserta, bahwa mereka diminta mengungkapkan atau mengisi lembar-lembar yang telah ditempelkan di dinding sesuai dengan pernyataannya.

• Adapun pernyataan yang bisa diajukan adalah: Harapan saya menjadi PNS agar. … Selama menjadi PNS saya tidak akan. …

Harapan-harapan saya selama menjadi PNS akan

tercapai apabila. …

Harapan-harapan saya selama menjadi PNS tidak

akan tercapai apabila. …

Menjadi PNS akan mengecewakan kalau…

• Pada setiap lembar tersebut disediakan sebuah spidol (marker).

• Sekarang setiap orang diberi kesempatan meng-ungkapkan perasaan-perasannya, pemikiran-pemikir-

an serta harapan-harapannya pada lembar yang telah disediakan.

• Pada saat peserta mengisi lembar-lembar pernyataan tersebut, putarlah musik.

• Minta peserta berkeliling mengisi lembar-lembar yang telah disediakan.

• Proses dan simpulkan hasil peserta. Selanjutnya ditulis yang rapi dan tempelkan selama Diklat berlangsung.

2. Disiplin Diri PNS

a. Judul SUNRISE

Tujuan Membangkitkan semangat

anggota kelompok dan

terjadinya interaksi yang inten-sif, membuat peserta rileks dan

tidak kaku. Juga meningkatkan kedisiplinan peserta.

Waktu 45 - 60 menit.

(17)

Proses Kegiatan

• Awali kegiatan ini dengan memberitahukan pada peserta mengenai apa yang akan dilakukan;

• Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok (masing masing 8 - 10 orang). Setiap kelompok diminta berbaris

berbanjar dan akan diadakan perlombaan antar kelompok;

• Setiap kelompok yang mengikuti perintah paling cepat dan benar akan keluar sebagai juara;

• Kegiatan dimulai dengan menyiapkan barisan. Selanjutnya diikuti dengan perintah-perintah. Adapun perintah-perintah yang bisa dipilih antara lain adalah:

Buatlah barisan seperti ini, dengan urutan yang tertinggi berada pada barisan paling depan;

Buatlah barisan seperti ini, dengan urutan yang paling tua berada pada urutan paling belakang; Buatlah barisan seperti ini, dengan urutan yang memiliki anak paling banyak berada pada urutan paling depan;

Buatlah barisan seperti ini, berdasarkan urutan

ulang tahun yang lebih dahulu berada pada urutan paling depan;

dan lain sebagainya perintah yang bisa disesuaikan. • Penilaian bagi kelompok yang paling duluan selesai

(ditandai dengan teriakan yel) akan memperoleh nilai misalnya 5, nomor 2, nilainya 3 dan nomor 3 nilainya 1 (bisa disesuaikan dengan jumlah kelompok). Bagi kelompok yang mengikuti perintah dengan benar akan memperoleh nilai 10 dan bagi kelompok yang salah

akan memperoleh nilai nol;

• Dalam proses perlombaan, setiap kelompok diamati oleh seorang pengamat (bisa dari tim fasilitator atau panitia penyelenggara);

• Fasilitator mencatat hal-hal, sikap atau perilaku peserta sebagai bahan refleksi. Kaitkan antara lain dengan sikap disiplin peserta.

b.Judul KERANJANG BUAH

Tujuan Membuat suasana menjadi lebih

rileks dan meningkatkan disiplin peserta.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Ruangan yang bisa diatur

dengan kursi melingkar.

Proses Kegiatan

• Peserta dibagi dalam 45 kelompok yang terdiri dari 8 -10 orang. Mereka diminta untuk memilih nama buah, misalnya pisang, jeruk, apel, mangga, rambutan,

anggur, dan lain-lain;

(18)

dikurangi 1 dari jumlah peserta);

• Peserta diminta mencari tempat duduknya masing-masing. Setiap kelompok tidak boleh duduk berjejer, tapi diminta berpencar. Peserta yang tidak mendapat kursi, diminta berdiri di tengah-tengah lingkaran, misalnya si mangga (salah seorang anggota kelompok mangga);

• Tentunya si “mangga” tidak ingin berdiri ditengah-tengah sampai membusuk. Oleh karena itu, dia memanggil “buah” lain (misalnya jeruk). Maka para jeruk pada saat dipanggil harus bertukar tempat, sementara si “mangga” berusaha untuk mendapatkan

tempat dikeranjang buah (lingkaran kursi);

• Kalau si “mangga” sudah mendapatkan tempat, peserta yang tidak mendapatkan tempat harus ke tengah dan berdiri ditengah-tengah. Supaya permainan lebih seru

yang ditengah boleh menyebut “keranjang buah”. Dengan demikian, semua peserta harus bertukar tempat;

• Proses searah pengaturan strategi, sikap perilaku, kejujuran dan kedisiplinan peserta. Dapat juga dikaitkan dengan integritas moral PNS.

3. Integritas Moral PNS

a. Judul APAKAH AKU DALDIRI

Tujuan Mempertunjukkan integritas

moral (etika, norma dan sistem

• Fasilitator mengungkapkan ilustrasi bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Tidak semua yang diinginkan dapat dicapai. Hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki manusia;

• Fasilitator mengemukakan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain kejujuran, kedisiplinan, tanggungjawab, kreativitas, integritas moral. Peserta diminta untuk memilih salah satu dari 5 sikap tersebut di atas yang paling dekat menggambarkan diri dan sesuai dengan peserta dan

keunggulan dari sikap tersebut;

• Peserta yang memiliki kesamaan pilihan sikap diminta untuk membentuk kelompok tersendiri. Dan rumuskan alasan-alasan dan kelebihan-kelebihan yang akan diperoleh dengan sikap tersebut. Disamping itu juga

diminta untuk melihat kelemahan dari sikap-sikap pilihan kelompok lain;

• Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain membahas. Amati perilaku peserta dan catat untuk bahan proses;

(19)

dimiliki oleh seorang PNS;

• Arahkan pada kesimpulan bahwa seorang PNS hendaknya memiliki semua sifat atau perilaku tersebut di atas, bahwa dia hendaknya memiliki disiplin yang tinggi, jujur dan bertanggungjawab, kreatif, terbuka dan integritas moral yang kokoh;

• Tutup sesi ini dan kaitkan dengan sesi berikutnya.

b. Judul TEMUKAN AKU

Tujuan Mempertunjukkan integritas

moral (etika, norma dan sistem nilai) sebagai PNS.

Waktu 60 - 90 menit.

Sarana/Prasarana Amplop berisi

potongan-potongan bentuk, bisa (bujur sangkar, trapesium, empat persegi panjang, bintang atau

bentuk-bentuk lain) sejumlah kelompok.

Proses Kegiatan

• Bagi peserta ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 7 – 9 orang;

• Setiap kelompok dibagikan sebuah amplop yang berisi potongan-potongan bentuk dan sebuah perintah tugas yang harus dilaksanakan oleh kelompok tersebut. Tugas

tersebut, tidak akan bisa diselesaikan kalau diatara kelompok tidak berkolaborasi;

• Selama proses berlangsung, widyaiswara mengamati dan mencatat perilaku peserta untuk bahan refleksi; • Refleksi diarahkan pada etika, norma dan sistem nilai

yang berlaku dilingkungan kerja, khususnya lingkungan kerja PNS;

• Tutup acara ini dengan mengaitkan pada simulasi berikutnya.

4. Etos Kerja PNS

a. Judul SANG TOKOH

Tujuan Menunjukkan etos kerja dengan

lebih baik.

Waktu 45 - 60 menit.

(20)

Proses Kegiatan

• Awali kegiatan ini dengan Tanya Jawab yang ber-kaitan dengan nama-nama tokoh terkenal, tanyakan pada mereka bagaimana perasaannya apabila menjadi

tokoh terkenal?

• Jelaskan teknik simulasinya, dimana masing-masing peserta akan diberi nama tokoh terkenal dipunggungnya. Peserta lain tidak boleh memberitahu

Tokoh terkenal yang tertempel dipunggung temannya; • Adapun contoh tokoh terkenal tersebut adalah:

BJ HABIBI

• Peserta bebas berkeliling diruangan sambil men-jumpai peserta lain yang belum dikenalnya dan ber-usaha untuk menerka nama tokoh yang ada di-punggungnya dengan bantuan peserta lain, dengan bertanya yang menjurus ke jawaban. Adapun pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:

Apakah saya masih hidup?

Apakah saya laki-laki? Apakah saya tokoh dunia?

Apakah saya artis? dan lain sebagainya.

• Kegiatan ini dilakukan sampai peserta dapat menebak tokoh yang ada dipunggungnya. Fasilitator boleh memberi contoh.

Proses kegiatan ini kearah Etos Kerja PNS. Arahkan kesimpulan bahwa untuk dapat menyelesaikan

pekerjaan dengan baik, memerlukan strategi, logika berpikir dan wawasan yang luas.

b. Judul SIMULASI ANGKA

Tujuan Menunjukkan etos kerja sebagai

PNS

Waktu 50 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Lembar kerja berisi angka (lembar kerja 2a dan 2b).

Proses Kegiatan

(21)

berurutan, mulai dari angka 1 (sudah dilingkari) sampai dengan sebanyak-banyaknya, dan tidak boleh ada

angka yang terlewati. Setiap angka dihubungkan dengan garis lurus. Kegiatan ini dimulai secara bersama-sama dan pada waktu widyaiswara membagi lembar kerja 2a, harus dalam keadaan terbalik (sehingga tidak ada yang mulai lebih dulu).

• Pada waktu menghubungkan angka yang satu dengan angka yang lain tidak boleh mengangkat pena.

• Setelah lima menit berlalu, bagikan lembar kerja berikutnya. Aturannya sama dengan yang pertama. Hal ini dilakukan 2 kali untuk lembar kerja 2b.

• Setelah selesai, tanyakan peserta siapa yang berhasil menyelesaikan tugasnya sampai dengan angka yang terakhir. Catat di papan tulis untuk bahan refleksi, siapa yang berhasil dan berapa orang, siapa yang prestasinya

meningkat, mengapa itu terjadi dan siapa yang prestasinya menurun dan mengapa pula ini terjadi ? • Proses kearah etos kerja PNS. Arahkan pada kesim-

pulan bahwa bekerja seseorang harus menemukan kuncinya terlebih dahulu. Bahwa untuk itu kemampuan fisik dan mental ikut mempengaruhi hasil akhir

seseorang dalam bekerja.

B.

Naskah Pegangan

Citra Diri PNS dimata masyarakat umumnya negatif. Masyarakat menilai PNS adalah sosok pegawai yang korup (dengan gaji yang kecil, bisa memiliki kekayaan yang fantastis).

Walaupun tidak semua seperti itu, tetapi beberapa gelintir dari mereka ternyata bisa membentuk citra yang demikian dimata

masyarakat (peribahasa “nila setitik merusak susu sebelanga”). Hal demikian menyebabkan PNS adalah sebagai sosok yang sekaligus "dibenci tapi dirindukan". Dibenci karena sikap-sikapnya yang korup, tidak disiplin, etos kerja yang rendah dan lain sebagainya sikap-sikap yang negatif, tapi sekaligus juga

dirindukan oleh sebagian orang (ini terbukti bahwa bila ada lowongan untuk menjadi PNS, ternyata peminat atau pendaftarnya "membludak'). Ini salah satu indikator bahwa PNS adalah sosok yang juga dirindukan. Walau gajinya kecil tetapi bisa memiliki kekayaan berlimpah. Ada anekdot yang mengatakan bahwa keajaiban dunia sekarang sudah bertambah

satu dari tujuh menjadi delapan. Dan keajaiban yang kedelapan itu adalah PNS Indonesia. Walau gajinya kecil, tapi mampu memiliki istana yang megah dan harta kekayaan yang berlimpah. Dalam memberikan pelayanan kalau tidak dapat imbalan, tidak akan memberikan pelayanan yang memuaskan.

Menggunakan konsep: Mengapa dipermudah kalau masih bisa dipersulit". Hal-hal yang demikian itulah yang membuat citra PNS semakin terpuruk. Sebagaimana dikemukakan di atas,

bahwa tidak semuanya demikian. Tidak sedikit PNS yang

(22)

demikian itu semakin memperparah kondisi kita sekarang ini. Pantaslah kalau hasil survei sebuah lembaga internasional

menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke enam negara terkorup di dunia pada tahun 2003.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara juga terpengaruh dengan budaya kerja negatif seperti itu? Penulis berharap bahwa

kita dapat menerapkan "falsafah ikan". Walaupun hidup di air asin (laut), dia tidak akan menjadi asin, karena ikan itu hidup. Tetapi bila ikan itu mati, akan menjadi asin walau dikasih sedikit garam. Demikian juga dengan manusia, kita tidak akan terpengaruh lingkungan yang negatif kalau hati kita tetap hidup. Mudah-mudahan hati kita tetap hidup, sehingga kita tidak akan

terpengaruh lingkungan yang negatif. Apakah kita tidak berusaha mengubah citra PNS yang demikian ini? Yang umumnya tidak disiplin, etos kerja rendah dan integritas moral yang rapuh? Sudah berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, tapi akan sangat efektif kalau kita mulai dari diri kita

masing-masing. Kemudian kelompok dan pada gilirannya organisasi pemerintah keseluruhan, sehingga cita-cita terwujudnya good

governance akan tercapai.

Secara umum penjabaran dari hal tersebut di atas antara lain

adalah melalui pembentukan disiplin, integritas moral dan etos kerja PNS, sebagai berikut:

1. Disiplin PNS

Displin adalah kata yang sangat mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan, kalau tidak ada kemauan dan tekad yang

membara untuk mewujudkannya. Apa yang kita maksudkan dengan disiplin?

Kata disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu "Discipline" yang artinya training of the mind and character (pelatihan pola pikir dan karakter) dan development and control of the

mind and character intended to produce obedience and orderly behavior (upaya pengembangan dan pengendalian

pola pikir dan karakter yang dimaksudkan untuk menciptakan kepatuhan dan ketaatan kepada perilaku yang tertib dan teratur). Dengan demikian disiplin pada dasarnya berarti taat aturan atau ketentuan yang berlaku. Peraturan dan ketentuan-ketentuan ini mengatur hak dan kewajiban PNS yang tertuang dalam Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Keputusan Menteri/Ketua Lembaga, Peraturan Daerah dan Kebijakan intern Institusi atau ketentuan-ketentuan lainnya. PNS yang disiplin adalah PNS yang mentaati aturan dan menghindari larangan-larangannya, biasanya memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: setia,

jujur, rajin, bertanggung jawab, tertib, rapi, sopan serta dapat dipercaya.

Apabila setiap PNS selaku unsur aparatur pemerintah ataupun sebagai abdi masyarakat memiliki perilaku-perilaku

(23)

Sebagaimana disebutkan di atas, sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, sampai kepada pencanangan Gerakan

Disiplin Nasional (GDN), namun ternyata hal itu bukanlah sesuatu yang mudah, karena memerlukan strategi yang tepat.

Secara garis besar, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:

a. Perlu kesadaran akan pentingnya disiplin bagi diri sendiri sebagai makhluk individual, sosial dan makhluk berke-Tuhanan Yang Maha Esa;

b. Usaha-usaha untuk berdisiplin disertai semangat dan tekad yang kuat;

c. Dukungan dari pimpinan dan lingkungan tugasnya, baik

secara moral maupun material.

2. Integritas Moral PNS

Apa yang kita maksudkan dengan moral? Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Moral merupakan asas-asas akhlak yang merupakan nilai tambah pada diri manusia karena menjadi ciri makhluk manusia,

yang membedakan dari makhluk lain atau tidak dimiliki oleh makhluk lain ciptaan Tuhan.

Dalam kehidupan manusia, seseorang berperilaku bermoral atau tidak, biasanya yang menjadi tolok ukur adalah ajaran

agama. Ada juga yang menilai seseorang bermoral atau tidak, dipandang dari sudut kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan

atau budaya setempat. Bahkan kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya, karena hukum berisikan berbagai pengaturan tentang kehidupan manusia agar harmonis.

Nah, bagaimana dengan integritas? Apa yang kita maksudkan dengan integritas? Dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan sebagai kebulatan, keutuhan. Tapi dalam hal moral, pada umumnya orang mengartikan integritas sebagai "satu

kata dengan perbuatan". Seorang yang mengatakan harus

disiplin, maka dirinya sendiri harus disiplin. Itu berarti bahwa

dia memiliki integritas.

Namun banyak orang dengan mudah mengharuskan, mengatakannya dan memerintahkan pada orang lain, tetapi dirinya belum mampu melakukan. Bagaimana dengan Saudara? Kemauan dan tekad yang kuat tentu akan dapat

mewujudkannya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, yang merupakan bagian dari moral adalah etika, norma dan sistem nilai. Dalam hal kita sebagai PNS, maka yang akan dibahas disini

adalah etika PNS, norma moral PNS dan sistem nilai PNS, sebagai berikut:

a. Etika PNS

(24)

mengenai hak dan kewajiban (akhlak). Selanjutnya diartikan pula sebagai kumpulan asas atau nilai yang

berkenaan dengan akhlak serta merupakan nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau kelompok masyarakat. Etika adalah sistem dari prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Etika dapat pula disebutkan etiket. Etiket berasal dari bahasa Inggris

Etiquette yang diartikan sebagai "The rules of behavior among polite people" (peraturan-peraturan mengenai

tingkah laku yang berlaku bagi orang-orang yang memiliki sopan santun) dan diartikan pula sebagai "The

unwritten rules about what a professional man may or may not do in his profession" (aturan-aturan yang tidak

tertulis tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional dalam melakukan profesinya). Etika dapat dibedakan antara etika yang berlaku umum dan khusus. Etika umum yaitu tata susila, sopan santun dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga,

masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara. Sedangkan etika khusus, hanya khusus berlaku dikalangan tertentu, misalnya hanya berlaku pada organisasi tertentu atau profesi tertentu.

Untuk kalangan PNS, etika atau kode etiknya tertuang

dalam butir-butir Panca Prasetya Korpri.

b. Norma Moral PNS

Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai sesuatu. Norma yang menyangkut

perilaku manusia secara umum dibedakan atas norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma moral.

Norma moral kedudukannya paling tinggi diantara ketiga jenis norma tersebut, karena norma moral bisa menilai norma-norma lain. Dalam bentuk positif, norma moral berupa perintah yang mengatakan apa yang harus dilakukan. Dalam bentuk negatif, norma moral berupa

larangan yang mengatakan apa yang tidak boleh dilakukan.

Imanuel Kant, seorang etikawan, membuat generalisasi norma moral yang dalam etika dikenal sebagai "kaidah

emas" yaitu "hendaklah memperlakukan seseorang

sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain". Norma moral PNS, hendaknya berpegang

pada norma moral Pancasila, yaitu dalam bersikap dan bertindak dalam menghadapi berbagai permasalahan.

c. Sistem Nilai PNS

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa etika diartikan pula sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak serta merupakan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam organisasi pemerintah, soal kondite adalah soal

(25)

dikeluarkan PP nomor 10 tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS. Hasil Penilaian dituangkan

ke dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) agar diperoleh PNS yang baik dan profesional.

Adapun unsur-unsur DP3 yang dinilai adalah: 1) Kesetiaan;

2) Prestasi Kerja;

3) Tanggung Jawab; 4) Ketaatan;

5) Kejujuran; 6) Kerjasama; 7) Prakarsa; 8) Kepemimpinan.

Sementara itu, secara umum nilai-nilai suatu etika pemerintahan yang perlu menjadi pedoman dan perlu dipraktikkan secara operasional oleh PNS adalah:

1) Mengabdi kepada kepentingan umum;

2) Menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasya- rakat, berbangsa dan bernegara;

3) Menjadi mediator yang bersikap terbuka dan tidak memihak;

4) Bersikap jujur, bersih dan berwibawa;

5) Bersikap diskresif yaitu dapat membedakan mana yang rahasia dan penting serta tidak.

3. Etos Kerja PNS

Etos kerja merupakan sejumlah nilai atau perangai budaya karakteristik manusia dalam dunia kerja. Etos kerja berkaitan dengan sikap moral yang berorientasi pada norma yang harus diikuti dan berkaitan dengan sikap berdasarkan hati nurani. Etos kerja berasal dari nilai religius budaya dan sikap hidup

suatu masyarakat. Karena itu, etos kerja dapat menjadi daya motivasi kerja bagi PNS.

Etos kerja PNS merupakan sikap kerja yang mendasar yang menyangkut sistem nilai PNS sehingga akan ikut menentukan prestasi kerja PNS. Etos kerja PNS yang berpedoman pada Pancasila juga mengandung dasar-dasar etika kerja seperti

budi luhur, bergotong royong dan berkeadilan. Etos kerja yang murni akan melekat dalam sanubari setiap PNS sehingga ada dorongan atau kehendak untuk bersikap jujur, disiplin, bertanggungjawab dalam melaksanakan kewajibannya.

Upaya membangun etos kerja PNS bukanlah sesuatu yang mudah. Namun bukan berarti bahwa tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk itu. Untuk membangun etos kerja PNS, dilakukan pembinaan melalui pengembangan diri (self

development) dan peningkatan diri (self improvement) setiap

(26)

pekerjaannya dengan baik, memberikan sebanyak mungkin pengabdian kepada organisasi dan masyarakatnya.

Dalam rangka pengembangan etos kerja PNS, upaya yang dilakukan dengan pengembangan pribadi yang tangguh agar terciptanya aparatur yang bersih dan berwibawa serta profesional. Ada lima aspek pengembangan etos kerja PNS, yaitu:

a. Pengembangan sosial untuk meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi sebagai inti dari interaksi sosial; b. Pengembangan emosional untuk meningkatkan kualitas

pengendalian diri sehingga PNS dapat bersikap rasional dan bijak;

c. Pengembangan intelektual untuk meningkatkan wawasan

sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat. d. Pengembangan karakter untuk meningkatkan kualitas

kepribadian PNS sehingga dapat diperoleh aparatur yang baik dan bermoral;

e. Pengembangan spiritual untuk membentuk kepribadian

yang tangguh sehingga aparatur pemerintah bermental sehat.

44

BAB IV

PROSES PEMBELAJARAN DINAMIKA

KELOMPOK

A. Belajar Dengan Mengerjakan

Orang dewasa sebagai subyek didik telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu.

Pada diri orang dewasa senantiasa timbul keinginan mutlak

menambah pengetahuan dalam meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Orang dewasa akan termotivasi untuk belajar, apabila mereka menyadari akan adanya kebutuhan (felt needs) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

Sekelompok orang dewasa yang sedang berada dalam proses pembelajaran, disamping telah memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu, mereka juga memiliki latar belakang yang berbeda dan bervariasi. Oleh karena itu semua peserta adalah para narasumber bagi yang lainnya dan proses pembelajaran

lebih bersifat tukar menukar pengalaman (sharing experiences) dan dipandu oleh widyaiswara. Orang dewasa cenderung

(27)

mempelajari hal-hal praktis dan tidak semata hal yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif, apabila pada saat mempelajari

sesuatu langsung sambil mempraktekkannya (learning by doing). Seperti yang dikatakan Khong Hu Chu, yang intinya mengatakan bahwa efektivitas hasil pembelajaran tinggi, apabila subyek didik langsung mengerjakan dan langsung mengalaminya. Saya kerjakan dan saya mengerti.

Dalam pendidikan orang dewasa sangat dituntut memiliki

kemampuan menghubungkan yang baru dipelajarinya dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dijalani, sikap yang sudah tertanam kemampuan yang tersedia dan kerangka pikir yang dipikir dalam bekerja.

Untuk itu, pendekatan yang digunakan adalah melalui Daur

Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning Cycle).

Adapun daur belajar melalui pengalaman tersebut tergambar dibawah ini.

Daur Belajar Melalui Pengalaman

Urutan tahapan daur belajar melalui pengalaman dimulai dari:

1. Mengalami (experiencing)

Peserta dilibatkan dalam satu simulasi (situasi buatan yang bisa diamati) bersama kelompoknya. Situasi buatan ini dapat diambil dari kehidupan nyata, situasi unit, situasi imaginative atau situasi belajar lainnya yang sengaja diciptakan. Dalam

situasi tersebut peserta akan bersikap, berbicara dan berperilaku tertentu. Perilaku ini dapat diamati dan dicatat oleh widyaiswara, pengamat khusus atau temannya sendiri. Setelah mereka mengalami, dilakukan kilas balik untuk mengingat kembali pengalaman mereka yang baru saja dilaluinya dilengkapi dengan laporan dari pengamat.

Widyaiswara yang memandu proses tersebut.

2. Mengungkapkan (Publishing)

Pada urutan kedua, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan bertukar

pikiran dan perasaan dengan anggota kelompok lainnya. Latar belakang pengalaman, kemampuan, bidang tugas yang berbeda dan bervariasi akan memperkaya pengalaman dan wawasan semua peserta pelatihan.

Agar peserta dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya

secara lebih baik waidyaiswara juga membantu dalam proses.

3. Mengolah (Analyzing)

(28)

perilaku muncul mengapa ada perbedaan reaksi, mengapa satu kelompok gagal dan mengapa kelompok lainnya

berhasil. Semuanya ini dapat dianalisis dan dapat didiskusikan.

4. Menggeneralisasi (generalization)

Dari hasil analisis pengalaman peserta mereka diminta mencoba menyimpulkan pengalamannya, membuat gene-ralisasi. Adapun maksud membuat generalisasi adalah agar

pengalaman yang diungkapkan dan dianalisis menjadi "pelajaran” bagi peserta untuk lebih siap dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik.

5. Menerapkan Prinsip

Sebagai tahap akhir dari daur belajar melalui pangalaman

adalah analisis kemungkinan menerapkan prinsip (generali-

sasi) yang ditemukan pada situasi baru atau pada kondisi

kerja di unit kerja masing-masing. Tahap ini sangat penting karena tanpa penerapan prinsip yang ditemukan, belajar melalui pengalaman akan tidak mempunyai arti dan mungkin tidak terjadi perubahan perilaku pada diri peserta yang

bersangkutan. Untuk dapat melihat kemungkinan penerapan prinsip pada situasi baru widyaiswara memandu proses.

B. Penilaian Kegiatan Dinamika Kelompok

1. Tujuan

Kegiatan penilaian dinamika kelompok terutama bertujuan untuk memperoleh gambaran deskriptif tentang perkembangan kelompok, baik secara individual maupun

kelompok secara keseluruhan. Hasil dari penilaian dapat dijadikan bahan masukan bagi penyelenggara ataupun

widyaiswara lainnya antara lain dalam pemilihan pengurus kelas pembentukan kelompok diskusi, pembentukan kelompok pembuatan makalah, pembinaan peserta secara individual dan lain sebagainya. Yang perlu diingat, dinamika tidak berhenti pada saat mata Diklat Dinamika Kelompok

berakhir, akan tetapi terus berlanjut sampai suatu Diklat berakhir bahkan dampaknya berlanjut sampai peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing.

Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang pendidikan, ruang Iingkup kerja dan jenis kerja

yang berbeda. Individu yang satu belum berkenalan dengan lainnya. Mereka seperti es yang membeku. Individu yang bersangkutan berupaya untuk mengenal individu lainnya. Es yang membeku sedikit demi sedikit mencair dan inilah yang dinamakan proses "ice breaking". Melalui berbagai diskusi

dalam kelompok, yang kadang memanas terjadilah proses "storming" dan kemudian terbentuk kelompok kecil atau kelompok kelas terbentuk sikap baru dan perubahan perilaku Dinamika Kelompok dalam proses "forming". Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama

(29)

Proses dinamika kelompok dimulai dari:

2. Aspek-aspek yang dinilai.

Aspek-aspek dinamika kelompok yang dinilai meliputi: a. Pengenalan terhadap diri sendiri;

b. Pengenalan terhadap orang lain;

c. Keterbukaan, mau mendengarkan orang lain, terbuka terhadap pendapat dan saran orang lain;

d. Disiplin dan memiliki rasa tanggung jawab besar;

e. Secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam kegiatan dinamika kelompok;

f. Lancar berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya;

g. Mampu bekerjasama dengan orang lain dan mampu

bekerja dalam tim (team work);

h. Mau dan bersedia menghargai pikiran dan pendapat orang lain;

i. Mampu mengendalikan diri;

j. Mampu serta bersedia untuk menerima balikan (feed

back) dari kolega, atasan ataupun bawahan.

3. Cara Penilaian

Cara penilaian dengan menggunakan skala penilaian, mulai dari baik sekali (BS), baik (B), cukup (C), kurang (K) dan

kurang sekali (KS). Penentuan penilaian sepenuhnya di-serahkan pada pertimbangan (judgment) fasilitator yang

mengamati kegiatan peserta dalam berdinamika kelompok. Untuk peserta yang menonjol, baik positif maupun negatif diberikan catatan khusus sebanyak kira-kira 25%. Hal ini penting untuk ditindaklanjuti baik oleh penanggunggugat kegiatan, maupun oleh widyaiswara yang diberi tanggung

jawab untuk itu, misalnya widyaiswara penuntun. Format penilaian hasil kegiatan dinamika kelompok adalah sebagai berikut: Fasilitator sebagai penilai tanya tinggal memberi tanda check (v) pada kolom yang sesuai dengan kenyataan hasil pengamatannya. Bila ada catatan tambahan khusus, dapat ditulis pada kertas lain. Biasanya fasilitator dinamika

kelompok diminta untuk memberi petunjuk dalam pemilihan pengurus kelas. Proses pemilihannya sendiri sepenuhnya dilaksanakan oleh peserta Diklat.

Hasil penilaian dinamika kelompok, bersama dengan daftar susunan pengurus kelas diserahkan oleh fasilitator dinamika

(30)

Penilaian Dinamika Kelompok

Jenis Diklat : Waktu (Hari/tgl) : Jumlah Peserta : Tempat Diklat : Fasilitator :

PENILAIAN

NO ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN

BS B C K KS

1. Pengenalan Diri Sendiri 2. Pengenalan orang lain 3. Keterbukaan

4. Disiplin dan Tanggungjawab 5. Partisipasi dalam kegiatan kelompok 6. Komunikasi antar anggota kelompok 7. Bekerjasama dengan orang lain (bekerja

dalam tim)

8. Menghargai pendapat orang lain 9. Pengendalian diri

10. Menerima balikan dari orang lain

Catatan :

Identifikasi 5 orang peserta yang sangat aktif dan 5 orang lainnya yang masih pasif dan atau memerlukan perhatian khusus.

52

BAB V

P E N U T U P

A.

Rangkuman

Dinamika Kelompok menyiapkan peserta agar dapat saling

percaya mempercayai dengan yang lain (trust), memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) dan merasa bahwa dirinya bagian integrasi dari yang lainnya (interdependency). Ini semua dapat disiapkan melalui Dinamika Kelompok. Tingkat kesiapan peserta untuk

memulai proses pembelajaran sangat ditentukan oleh Dinamika Kelompok ini, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan program Diklat secara keseluruhan.

Dalam modul ini dimuat beberapa simulasi yang terkait dengan pokok bahasan seperti pencairan kelas (bina suasana), mengenal

diri dan mengenal orang lain, sosok PNS yang meliputi Citra Diri PNS, Disiplin PNS, Integritas Moral dan Etos Kerja PNS. Disamping beberapa simulasi yang dapat dipilih disesuaikan dengan jumlah peserta juga dalam modul ini dimuat naskah pegangan yang merupakan bahan pengayaan bagi peserta. Disamping itu, pada Bab IV, kegiatan pembelajaran 3 di kemukakan pula secara garis besar mengenai pendekatan yang

digunakan dalam proses pembelajaran Dinamika Kelompok yaitu Daur Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning

Cycle) dan proses peniaian yang digunakan dalam Dinamika

(31)

B.

Tindak Lanjut Pengembangan

Dalam penulisan modul ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu saran yang sifatnya untuk penyempurnaan modul ini tentu akan kami terima dengan senang hati.

Bagi peserta semoga bermanfaat dan hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehar-hari, khususnya dalam kehidupan kerja dan menunjang dalam proses pembelajaran.

Bagi Widyaiswara yang akan memandu proses pembelajaran Dinamika Kelompok pada Diklat Prajabatan Golongan I dan II tentu modul ini hanya merupakan dasar yang sangat perlu

dikembangkan oleh Widyaiswara. Masih sangat banyak literatur-literatur yang terkait dengan Mata Diklat ini, silahkan Saudara menggunakannya. Bersikaplah kreatif dalam memandu proses pembelajaran, untuk mendapat wewenang mengajar dari peserta Untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang

kita berikan, mungkin ada baiknya Saudara mencermati kata bijak berikut ini:

Sebuah Ide adalah kombinasi baru dari elemen-elemen lama.

Tidak ada elemen baru, yang ada hanyalah kombinasi kombinasi baru (Gordon Dryden).

Pikiran yang telah diperkaya dengan ide-ide baru tidak akan pernah kembali pada kondisi asalnya. (Oliver Wendell Holmes).

54

DAFTAR PUSTAKA

Edie West; (1997) 201 Ice Breakers (Group Mixers, Warm-up,

Energizers and Playful Activities, The McGraw-Hill

Companies, Inc, USA.

Hildegard Wenzler-Cremer, Maria Fischer-Siregar; (1993)

Permainan dan Latihan Dinamika Kelompok. Proses Pengembangan Diri, PT. Gramsedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta.

M. Entang, Prof. Dr. MA; (1995). Panduan Pembelajaran Bagi

Widyaiswara, Diklat Propinsi Pemda DKI , Jakarta.

Roem Topatimasang, dkk.; (1986), Belajar Dari Pengalaman, Panduan Latihan Pemandu Pendidikan Orang Dewasa untuk Pengembangan Masyarakat; P3M, Jakarta.

Santosa, Slamet; (1992), Dinamika Kelompok, Bumi Aksara, Jakarta.

Sri Mudini, Dra, MPA, Hj-Sri Ratna, Ir, MM; (2001), Dinamika

Kelompok (Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III),

LAN-RI, Jakarta.

Yayasan Indonesia Sejahtera; (1990), Bermain, Menghayati dan

(32)

55

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ir. Hj. Sri Ratna, MM,

Lahir di Sumbawa Besar pada tahun 1958 dari keluarga guru, menyelesaikan S-1 di bidang

pertanian pada tahun 1983 dan S-2 dibidang Manajemen pada tahun 1999. Mengawali karier di Pusdiklat Pegawai Departemen Transmigrasi pada tahun 1985.

Mendampingi konsultan IBRD di bidang pelatihan sejak tahun 1986

dan melatih diberbagai Diklat struktural dan fungsional yang diselenggarakan Departemen Transmigrasi dan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia sejak tahun 1989.

Selain melatih, yang bersangkutan juga telah menulis beberapa modul untuk Diklat yang diselenggarakan oleh LAN RI, beberapa

depertemen/instansi pemerintah serta lembaga Diklat lainnya dan sampai sekarang masih aktif menulis.

Menikah dengan Drs. Muhyiddin, MM, dikaruniai sepasang putra putri (Riyan dan Deka). Diangkat menjadi widyaiswara pada tahun 1989 dengan jabatan Ajun Widyaiswara (III/b). Sampai sekarang

masih tetap setia menggeluti bidang pelatihan dengan jabatan Widyaiswara Utama, golongan IV/d. Widyaiswara dilingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini pernah mengikuti berbagai Diklat baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti TOT untuk beberapa bidang studi TOC dan Diklat-Diklat lain serta perencanaan proyek dan manajemen proyek di Belanda dan Jerman.

Yang bersangkutan tinggal di Depok dan dapat dihubungi pada no. telp. (021) 7750377, 0811 824258, dan E-mail: ratna

(33)

57

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Dra. Hj. Sri Murtini, MPA

adalah pegawai Lembaga Administrasi Negara sejak 1980, dan sejak pertengahan 1998 menjadi

Widyaiswara. lbu dengan tiga orang anak yang kelahiran Jogjakarta ini menyelesaikan studi Strata-I pada Fakultas Psikologi, UGM, Jogjakarta. Gelar Master of Public Administration diraihnya dari University of

Southern California, USA pada tahun 1988.

Selain mengajar pada Diktat Pim II, III, IV, Diklat Teknis, Diklat Fungsional Widyaiswara dan Diklat Prajab juga mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) baik pada Strata-1 maupun

Magister.

Dalam rangka pengembangan diri, berbagai training, seminar dan lokakarya pernah diikuti baik di dalam maupun di luar negeri.

Kegiatan pengembangan diri di luar negeri antara lain di Economics Institute Colorado University, USA; University of Connecticut, USA; Birmingham University, UK; IP3 Washington DC, USA; Chuo University, Japan; IDFR, Kuala Lumpur, Malaysia; Jerman; Cebu, Filipina.

Bersama dengan tim penulis modul, telah membuahkan beberapa modul untuk Diklatpim Ill, IV dan Prajab serta untuk Diklat

Gambar

Gambar yang
gambar, bukan rumusan kata-kata. Bukankah

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi erosi pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 16,07%, dengan erosi klas 1 (ringan) sebanyak 15,18%, diikuti erosi klas 2 (sedang) 0,89%,

Program ini dibuat dengan Visual Basic.Net 2008,proses pembuatannya meliputi konsep dan perhitungan program yang dibuat berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

Informan Anak seharusnya makan sehari 3 kali Sarapan pagi diharuskan untuk anak sekolah Makanan yang baik untuk anak Makanan 4 sehat lima sempurna dibutuhkan

Pemilihan penggunaan kata dan kalimat yang tidak provokatif dalam laporan atau artikel merupakan salah satu contoh upaya untuk menjaga kualitasdari aspek.. Kelemahan dari

A study based on a survey of 55 small manufacturing firms in the Kobe region of Japan (Wijewar- dena and Cooray 1995) revealed that firms with more skilled labor as well as

– In other words, is this a mandatory or optional relationship for an employee.. • Must every job be assigned to

Saya yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten.Lampung Tengah dengan ini menetapkan calon

Informasi Beasiswa Informasi beasiswa dapat dilihat pada link berikut :. Informasi Beasiswa Lulusan Program Studi