• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca Tipe II Setelah Direndam dalam Minuman Isotonik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca Tipe II Setelah Direndam dalam Minuman Isotonik"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1: ALUR PENELITIAN

(2)

LAMPIRAN 2: KERANGKA TEORI

Bahan Restorasi Gigi Direct

Pengertian Klasifikasi

Komposisi

Sifat-sifat

ReaksiPengerasan

Biokompatibilitas Adhesi

Kekerasan Warna

Kekuatan Pelepasan Fluor

Kelarutan Kekasaran Permukaan

Minuman Isotonik Semen Ionomer Kaca

Bersifat Asam Komposisi: Air, gula, citrus flavour,

asam sitrik, sodium sitrat, sodium klorit, asam malik, kalsium laktat, glukono delta-lakton, monosodium L-glutamate, magnesium karbonat, dan vitamin c.

Tipe 1 : Luting Cement

Tipe 2 : Restorative Cement

(3)

LAMPIRAN 3:

KERANGKA KONSEP

Semen Ionomer Kaca

Sifat fisik Perendaman Minuman Isotonik

(4)

Lampiran 4. Output Uji Normalitas Data Kekasaran Permukaan Bahan

*. This is a lower bound of the true significance.

(5)
(6)

Lampiran 5. Output Uji One Way Anova Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca Sesudah Perendaman dalam Minuman Isotonik

Descriptives

Kekasaran

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

5 jam 10 .2000 .02944 .00931 .1789 .2211 .15 .24 10 jam 10 .2210 .02025 .00640 .2065 .2355 .19 .25 15 jam 10 .2470 .01418 .00448 .2369 .2571 .23 .27 Total 30 .2227 .02900 .00529 .2118 .2335 .15 .27

Test of Homogeneity of Variances

Kekasaran

Levene Statistic df1 df2 Sig. 3.217 2 27 .056

ANOVA

Kekasaran

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups .011 2 .006 11.253 .000 Within Groups .013 27 .000

(7)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Kekasaran

LSD

(I) lama

perendaman

(J) lama

perendaman

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

5 jam 10 jam -.02100* .00993 .044 -.0414 -.0006

15 jam -.04700* .00993 .000 -.0674 -.0266

10 jam 5 jam .02100* .00993 .044 .0006 .0414

15 jam -.02600* .00993 .014 -.0464 -.0056

15 jam 5 jam .04700* .00993 .000 .0266 .0674

10 jam .02600* .00993 .014 .0056 .0464

(8)
(9)

15 jam

Sebelum Perendaman Sesudah Perendaman

I II III I II III

0,27 0,25 0,21 0,24 0,28 0,26 0,23 0,26

0,22 0,29 0,20 0,24 0,22 0,29 0,24 0,25

0,24 0,20 0,26 0,23 0,24 0,20 0,26 0,23

0,19 0,22 0,22 0,21 0,23 0,24 0,22 0,23

0,27 0,24 0,25 0,25 0,27 0,24 0,25 0,25

0,24 0,26 0,19 0,23 0,24 0,26 0,19 0,23

0,22 0,29 0,29 0,27 0,22 0,29 0,29 0,27

0,24 0,25 0,27 0,25 0,24 0,25 0,29 0,26

0,28 0,18 0,27 0,24 0,28 0,18 0,27 0,24

0,28 0,23 0,21 0,24 0,23 0,27 0,25 0,25

Keterangan :

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Cabe JL Angus AWG. Applied Dental Material. 9th ed. Oxford : Blackwell Publishing Itd, 2008: 245-52.

2. Annusavie KJ. Philips' Science of Dental Material. 12th ed. Missouri :Saunders, 2013:449-53.

3. Baum L, Philips' RW, Lund MR. Textbook of operative Dentistry. Ed 3. Alih bahasa Rasinta Taringan. Jakarta : EGC, 1997:297-7.

4. Powers JM, Sakaguchi RL.Craig's restorative dental materials. 12th ed. Saint Louis: Mosby,2006.173-4.

5. Hamaouda IH, Ibrahim DA, Alwakeel EE. Fracture toughness, surface roughness and flouride release of glass ionomer after immersion in athletic drinks. http:/www.openaccesspub.org./ (10 Maret 2015 ).

6. Erdemir U, Yildiz E, Eren MM, Ozel S .Surface hardness evaluation of different composite resin material : influence of sport and energy drinks immersion after a short-term period. 2013; 21(2): 124-31.

7. Koswara IS. Minuman isotonik. Ebookpangan.com 2009.

http;//tekpan.unimus.ac.id/wp-content/upload/2013/07/MINUMAN-ISOTONIK.pdf. (13 mei 2015).

8. Powers JM, Wataha JC. Dental Material Properties and Manipulation 9th ed. St Louis : Mosby, 2008.485-6.

9. Beresescu G, Brezeanu LC. Effect of artifical saliva on the Surface Roughness of glass ionomer cements. Scientific Bulletin of the "Petru Maior" University of Targu Mures 2011; 8(2):134-6.

(11)

11. Van Noort R. Introduction to Dental Material. 3th ed. London :Mosby Elsevier, 2007:127-140.

12. Francisconi LF et al. Effect of erosive pH Cycling in Different Restorative Material and on Enamel Restored with these Material. Operative Dentistry 2008; Vol 33(2): 203-8.

13. Fitriyana DC, Pangemanan DHC, Juliatri. Uji pengaruh saliva buatan terhadap kekuatan tekan semen ionomer kaca tipe II yang direndam dalam minuman isotonik. Jurnal e-GIGI (eG), 2(2), 101-7 Juli- Desember 2014.

14. Annusavice KJ. Philips' Science of Dental Material. 12th ed. Missouri: Saunder,2003: 471-9.

15. Amaral Ron, Leonel Ho Chong. Surface roughness 2002 http://www.sjsu.edu/faculty/selvadura/page/paper/mate210/surface.pdf (10 Maret 2015).

16. Mohan M, Vaidyanathan J, Vaidyanathan T, MuniSamy S,etc. Color change of Restorative Material Exposed In Vitro to Cola Beverage. Scientific Article. Vol 30. 2008.

17. Upadhya NP, Kishore G, Glass ionomer Cement- The Different Generation. Trends biometer.18(2): 158-65; Januari 2005.

18. Ferracane J.L Material in Dentistry- principle and application. 2nd ed. Philadelphia :Lippincott Williams & Wilkins, 2001 : 101-9.

(12)

20. Maria Rahiul ; The effects of various polishing system on surface roughness of Nano and microhybrid Composite restrorative : An Invitro surface profilometric study. Indian journal of basic & applied Medical Research 2012; 2: 214-20. 21. Fukazawa M, Matsuya S, Yamane M. 1990. The Mechanism for Erosion f Glass

Ionomer Cement in Organic Acid Buffer Solution. Journal of Dental Research 1990; 69(5) : 1175-9.

22. Czarnecka Beata, Limanowska-Shaw Honorata, Nicholson John W. Buffering and ion-release by a glass-ionomer cement undernear-neutral and acidic conditions. Biomaterials 2002 ; 23 : 2783-8.

(13)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental laboratoris

3.2 Jenis Penelitian : Pre and Post Test Group Design

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat : 1. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU

2. Laboratorium Mesin Politeknik USU Medan

3.3.2 Waktu : 09 Februari 2015-Selesai

3.4 Sampel dan Besar Sampel

3.4.1 Sampel

Semen ionomer kaca merek Fuji II (GC Gold Label Universal Restorative, Japan) berbentuk tablet dengan berdiameter 10 mm dengan ketebalan 3 mm. Dengan kriteria sebagai berikut :

10mm

(14)

Kriteria Inklusi :

1. Sampel bahan restorasi semen ionomer kaca memiliki permukaan yang rata.

2. Sampel tidak poreus. 3. Bentuknya sempurna Kriteria Eksklusi :

1. Sampel memiliki permukaan yang tidak rata. 2. Sampel terdapat poreus.

3.4.2 Besar Sampel

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer : (t-1) (r-1) ≥ 15

1. Kelompok I sampel semen ionomer kaca direndam di dalam minuman isotonik selama 5 jam.

2. Kelompok II sampel semen ionomer kaca direndam di dalam minuman isotonik selam 10 jam.

3. Kelompok III sampel semen ionomer kaca direndam di dalam minuman isotonik selama 15 jam.

(15)

3.7 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Lama perendaman bahan restorasi semen ionomer kaca dalam minuman isotonik.

3.5.2 Variabel Terikat

Kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran sampel semen ionomer kaca

2. P/W ratio powder dan liquid semen ionomer kaca 2g : 1ml 3. Volume minuman isotonik sebanyak 10 ml

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan semen ionomer kaca 2. Suhu perendaman adalah suhu ruangan

3.6 Defenisi Operasional

1. Semen ionomer kaca konvensional adalah suatu bahan restorasi yang mengandung semen silikat dan larutan asam poliakrilat. Semen ionomer kaca konvensional tipe restorasi untuk lesi servikal non-karies (seperti abrasi sikat gigi) karena semen ini dapat ditemptkan tanpa harus membuang jaringan gigi untuk mendapatkan ikatan mekanis yang berfungsi untuk menahan restorasi.

2. Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan Profilometer Mitutoyo SJ-201 satuan mikrometer (µm).

(16)

4. Perendaman sampel adalah keadaan dimana sampel direndam dalam minuman isotonik sebanyak 5 ml selama 5 jam, 10 jam dan 15 jam.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

1. Cetakan sampel berdiameter 10 mm x 3 mm

Gambar 3. Cetakan sampel

2. Pinset dan cement spatel

Gambar 4. Pinset dan cement spatel

3. Glass plate

(17)

4. Glass slab dan cellophan strip

Gambar 6. Glass slab dan cellophan strip

5. Stopwatch

Gambar 7. Stopwatch 6. Besi padat seberat 1 kg

(18)

Kertas tissue

7. Profilometer (merk Mitutoyo SJ-201, Japan)

8. Perekat bewarna

9. Wadah perendaman sampel penelitian terbuat dari plastik

3.7.2 Bahan Penelitian

1. Semen ionomer kaca Fuji II (GC Gold Label Universal Restorative, Japan)

Tabel 4: Komposisi semen ionomer kaca Fuji II

Komposisi Pabrik

Powder: Kaca aluminosilikat GC Gold Label Universal Restorative, Japan

Liquid: Asam poliakrilik

Asam polibasik

GC Gold Label Universal Restorative, Japan

(19)

2. Minuman isotonic (Pocari Sweat) P.T Amerta, Indah Otsuka, Jakarta, Indonesia

Tabel 5: Komposisi Minuman Pocari Sweat

(20)

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Pembuatan Sampel Penelitian

1. Cetakan sampel yang berdiameter 10 x 3 mm diberi alas celluloid strip diletakkan di atas glass slab.

2. Semen ionomer kaca yang terdiri dari powder dan liquid sesuai kelompok, diaduk di atas mixing pad dengan perbandingan 2g : 1ml selama 30 detik.

3. Semen ionomer kaca yang telah diaduk kemudian dimasukkan kedalam cetakan sampel dan bagian atas diberi cellophan strip, ditekan dengan beban 1 kg sampai mengeras selama 15 menit.

4. Setelah mengeras sampel dilepaskan dari cetakan, kelebihan sampel dirapikan bur white stone dan dicucikan dengan air lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel disimpan dalam plastik berperekat secara berpisah berdasarkan kelompoknya.

3.8.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan

Sebelum sampel direndam dalam minuman isotonik sampel diukur kekasaran permukaannya dengan alat pengukur kekasaran permukaan (Mitutoyo SJ-201, Japan) dengan satuan mikrometer (µm), dengan cara :

1. Setiap sampel dibuat 3 titik pengukuran (± 1 mm dari tepi sampel) dengan menggunakan spidol.

(21)

(a) (b)

2. Kalibrasi pada profilometer dipastikan berada dalam angka 0. Sampel diletakkan dibidang datar dan operator meletakkan stylus pada titik pertama di permukaan sampel, kemudian alat diaktifkan lalu stylus bergerak menelusuri satu garis lurus (horizontal) sepanjang permukaan sampai ±1 mm dan balik lagi.

3. Monitor / layar alat uji akan menunjukkan nilai kekasaran permukaan sampel yang diukur. Pengukuran dilakukan 3 kali pada masing-masing titik yang telah ditandai sebelumnya.

4. Ketiga hasil pengukuran yang telah didapatkan dirata-ratakan.

Gambar 12. (a) Profilometer Mitutoyo SJ-201 (b) Pengukuran kekasaran permukaan

3.8.3 Perendaman dan Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel Penelitian

Setelah sampel diukur kekasaran permukaanya selanjutnya sampel direndam dalam minuman isotonik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

(22)

sampel sebelum direndam dalam minuman isotonik hingga hasil pengukuran didapatkan.

2. Kelompok II : 10 buah sampel semen ionomer kaca direndam dalam minuman isotonik selama 10 jam. Setelah stopwatch menunjukkan angka 10 jam maka sampel diambil dan dikeringkan di atas kertas tissue. Setelah dilakukan perendaman sampel dalam minuman isotonik masing-masing selama 10 jam selanjutnya sampel diukur kekasaran permukaannya. Cara pengukurannya sama dengan pengukuran sampel sebelum direndam dalam minuman isotonik hingga hasil pengukuran didapatkan.

3. Kelompok III : 10 buah sampel semen ionomer kaca direndam dalam minuman isotonik selama 15 jam. Setelah stopwatch menunjukkan angka 15 jam maka sampel diambil dan dikeringkan di atas kertas tissue. Setelah dilakukan perendaman sampel dalam minuman isotonik masing-masing selama 15 jam selanjutnya sampel diukur kekasaran permukaannya. Cara pengukurannya sama dengan pengukuran sampel sebelum direndam dalam minuman isotonik hingga hasil pengukuran didapatkan.

3.9 Analisis Data

(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 sampel untuk setiap kelompok. Pada kelompok lama perendaman 5 jam niai rerata kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perendaman minuman isotonik 0.1770µm + 0.02214 dan 0.200µm + 0.02944, sementara pada kelompok lama perendaman 10 jam didapatkan nilai rerata kekasaran permukaan sebelum 0.1680µm + 0.01751 dan sesudah 0.2210µm + 0.02025. Pada kelompok lama perendaman 15 jam didapatkan nilai rerata kekasaran permukaan sebelum 0.1710µm + 0.01663 dan sesudah 0.2470µm + 0.01418. Hasil perhitungan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah direndam dalam minuman isotonik dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rerata Nilai Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca (µm) Sebelum dan Sesudah Perendaman dalam Minuman isotonik

(24)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Untuk mengetahui adanya perubahan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman isotonik, digunakan uji t-paired. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yaitu dengan Shapiro-Wilk dan pada lampiran 4 terlihat bahwa data terdistribusi normal setelah diuji normalitas. Hasil uji t-paired pada kelompok perendaman dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil uji t-paired Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca (µm) Sebelum dan Sesudah Direndam Selama 5 Jam, 10 Jam dan 15 Jam kekasaran permukaan yang bermakna antar kelompok perendaman selama 5, 10 dan 15 jam dengan p=0.000 (p<0.05). Untuk melihat perbedaan yang signifikan antar masing-masing kelompok maka dilakukan uji Least Significant Difference (LSD) seperti terlihat pada tabel 8.

Tabel 8. Analisis Statistik Uji Least Significant Difference (LSD) Antar Kelompok Perendaman Dalam Minuman Isotonik Selama 5, 10 dan 15 Jam

Perbandingan Antar Kelompok II : kelompok perendaman selama 10 jam III : kelompok perendaman selama 15 jam

(25)

Pada tabel 8 terlihat perbandingan antara kelompok perendaman selama 5 jam dengan kelompok perendaman selama 10 jam diperoleh signifikansi sebesar p=0.044 (p<0.05), antara kelompok perendaman selama 5 jam dengan kelompok perendaman selama 15 jam diperoleh signifikansi sebesar p=0.000 (p<0.05), dan antara kelompok perendaman selama 10 jam dengan kelompok perendaman selama 15 jam diperoleh signifikansi sebesar p=0.014 (p<0.05). Dari hasil uji LSD ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok 5 dengan 10, 5 dengan 15 dan 10 dengan 15.

Grafik perbandingan rata-rata hasil pengukuran kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca sebelum dan sesudah perendaman selama 5, 10 dan 15 jam dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Grafik Perbandingan Rata-Rata Kekasaran Permukaan Sebelum dan Sesudah Perendaman

(26)

BAB 5 PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diperoleh perbedaan kekasaran permukaan sesudah direndam untuk masing-masing kelompok sampel dengan peningkatan sebesar 0.02300 µm untuk 5 jam, 0.05300 µm untuk 10 jam dan 0.07600 µm untuk 15 jam. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan kekasaran permukaan sesudah perendaman minuman isotonik untuk setiap kelompok sampel.

Dari hasil uji post hoc tests dengan LSD dapat dilihat kekasaran antara perendaman 5 jam dengan perendaman 10 jam bermakna, dengan nilai perbedaan sebesar 0.02100 µm dan p=0.044 (p<0.05), perendaman 5 jam dengan perendaman 15 jam dengan perbedaan sebesar 0.04700 µm dan p=0.000 (p<0.05) begitu juga pada perendaman 10 jam dengan perendaman 15 jam bermakna, dengan nilai perbedaan sebesar 0.02600 µm dan p=0.014 (p<0.05). Perbedaan kekasaran yang paling besar terdapat pada perendaman 5 jam dengan 15 jam dengan perubahan sebesar 0.04700 µm.

Hasil uji tersebut menunjukkan waktu perendaman semen ionomer kaca dalam minuman isotonik mempengaruhi kekasaran permukaan bahan. Dari hasil uji ini, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman maka nilai kekasaran permukaan semakin meningkat.

Dari hasil penelitian ini, terjadinya peningkatan kekasaran permukaan pada tiap kelompok sampel dapat disebabkan oleh lepasnya partikel-partikel dari matriks bahan semen ionomer kaca yang menyebabkan terjadinya erosi pada bahan restorasi akibat dari keasaman minuman isotonik. Dengan terlepasnya ikatan partikel-partikel bahan restorasi akan menyebabkan penurunan sifat fisik dan mekanik dari bahan restorasi tersebut.4

(27)

dalam asam dipengaruhi oleh difusi ion ke dalam matriks semen. Konsentrasi dan konstanta pembentukan ion H+ pada kelarutan semen mempengaruhi derajat erosi semen ionomer kaca dalam larutan asam organik.20

Minuman isotonik yang digunakan pada penelitian ini mengandung asam dan salah satu sifat semen ionomer kaca adalah kelarutan yang disebabkan oleh asam yang akan menyebabkan terjadinya erosi pada bahan. Pada larutan asam, lepasnya partikel-partikel dari semen disebabkan oleh difusi ion H+ ke dalam semen yang menggantikan kation yang berikatan silang dengan asam poliakrilat dalam matriks semen. Kation yang bebas tersebut akan berdifusi keluar dan terlepas. Dengan keluarnya kation akan menyebabkan peningkatan oksigen yang tidak berpasangan pada jaringan kaca di permukaan. Permukaan kaca akan kaya dengan silanol (-SiOH). Selanjutnya perusakan oleh ion H+ dan F- akan memutuskan Si-O-Si pada jaringan kaca. Akibatnya, perendaman yang lama dalam larutan asam akan menyebabkan lepasnya partikel kaca dan terjadinya pori pada permukaan semen. Hal ini akan mengakibatkan permukaan semen ionomer kaca menjadi kasar.20

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabriela B dan Ligia (2011), dinyatakan bahwa semakin lama semen ionomer kaca direndam dalam larutan asam maka semakin besar pula peningkatan kekasaran permukannya dimana mekanisme erosi larutan asam terhadap semen ionomer kaca bergantung pada waktu, pH, dan konsentrasi asam.3,20

(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat perubahan pada kekasaran permukaan yang signifikan sesudah perendaman dalam minuman isotonik selama 5 jam, 10 jam dan 15 jam.

2. Semakin lama semen ionomer kaca direndam dalam minuman isotonik maka semakin besar peningkatan kekasaran permukannya.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Diharapkan penelitian lebih lanjut dapat meneliti perubahan sifat-sifat mekanis maupun sifat-sifat fisis semen ionomer kaca lainnya pada saat dilakukan perendaman dalam minuman isotonik dengan waktu perendaman yang berbeda dan jenis minuman isotonik yang berbeda.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca merupakan nama umum dari suatu bahan yang berdasarkan pada reaksi dari bubuk silikat kaca dan asam poliakrilat. Semen ionomer kaca diperkenalkan pertama kali oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Polikarboksilat telah dikembangkan beberapa tahun sebelumnya dan menjadi semen dental pertama yang melekat secara adhesi ke struktur gigi. Semen ionomer kaca dengan cepat memperoleh popularitas sebagai luting semen tetapi tidak dapat digunakan sebagai restorasi karena daya larut tinggi, sifat mekanik rendah dan estetis yang kurang baik. Setelah itu, ditemukan pengganti zinc oxide dari polikarboksilat dengan ion kaca yang larut yang mirip dengan bahan yang digunakan pada semen silikat sebelumnya, sedikit larut dan lebih translusen.1-2

2.1.1 Pengertian

Semen ionomer kaca (SIK) adalah bahan yang dibuat dari kalsium, bubuk kaca stronsium aluminosilikat (basa) digabung dengan larutan polimer (asam).1

2.1.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca

(30)

Komposisi semen ionomer kaca terdiri atas : 1. Bubuk

Tabel 1. Komposisi Bubuk Semen Ionomer Kaca12

Kimiawi Persen Berat

Aluminium Phosphate (AlPO4) 9.8

2. Cairan

Asam poliakrilat yang paling banyak digunakan adalah kopolimer dari asam akrilik, asam itakonik, dan asam maleik.13-14 Komposisi cairan semen ionomer kaca dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca12

Kimiawi Persen Berat

Poly (asam akrilik- asam itakonik) 47.5

Air 47.5

Asam tartaric 5.0

(31)

Gambar 1. Struktur kimia berbagai macam semen ionomer kaca13

2.1.3 Sifat-Sifat Semen Ionomer Kaca 2.1.3.1 Biokompatibilitas

Ada dua alasan yang menyebabkan polyacid kurang berbahaya daripada asam fosfat. Alasan pertama, asam yang digunakan lebih lemah daripada asam fosfat. Alasan kedua, rantai polyacid besar dan tidak bergerak. Pergerakan yang lebih lanjut dibatasi oleh ion kalsium yang terdapat pada semen ionomer kaca. Studi tentang pulpa menunjukkan bahwa semen ionomer kaca menyebabkan respon inflamasi ringan yang biasanya dapat disembuhkan dalam 30 hari. Respon inflamasi tersebut bergantung pada sisa ketebalan dentin.1

2.1.3.2 Kekerasan

(32)

2.1.3.3 Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan semen ionomer kaca dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kekuatan Bahan Semen Ionomer Kaca1

Sifat Besar bila dibandingkan dengan semen lain. Namun, ketika semen ionomer kaca direndam dalam larutan asam (0,001 N lactid acid), nilai kelarutannya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan semen lainnya.12

Kelarutan bahan semen ionomer kaca dalam waktu jangka panjang dapat disebabkan oleh asam atau abrasi mekanis. Hal ini tidak mengherankan mengingat pengaplikasian utama semen ionomer kaca adalah untuk merestorasi lesi servikal non-karies (seperti abrasi sikat gigi) didaerah margin gingiva yang sangat potensial terhadap serangan asam. Pada margin gingiva terjadi akumulasi plak dan lingkungan yang sangat asam berkembang karena pembentukan asam laktat.14

2.1.3.5 Kekasaran

(33)

2.1.3.6 Adhesi

Semen ionomer kaca memberikan perlekatan yang baik bagi email dan dentin. Mekanisme perlekatannya yaitu semen ionomer kaca akan berikatan dengan struktur kimia gigi. Ikatannya terjadi antara sekelompok karboksil dari polyacid dan kalsium yang terdapat pada email dan dentin. Ikatan pada email jauh lebih tinggi daripada dentin, hal itu mungkin disebabkan email yang kaya akan zat anorganik.12

2.1.3.7 Warna

Secara estetis, semen ionomer kaca lebih rendah daripada silikat maupun komposit.15 Semen ionomer kaca yang digunakan untuk menumpat gigi anterior mempunyai estetik yang baik tetapi rapuh. Sifat rapuh ini menunjukkan bahwa mikroporositas semen ionomer kaca cukup tinggi. Mikroporositas pada semen ionomer kaca akan mempengaruhi kemampuannya untuk menjaga kestabilan warna. Penggabungan semen silikat dan semen polikarboksilat diharapkan dapat membuat bahan tambalan ini memenuhi syarat sebagai bahan restorasi.17

2.1.3.8Pelepasan Fluor

(34)

2.1.4 Jenis-Jenis Semen Ionomer Kaca Tipe I : Luting Cement

Semen ionomer kaca jenis ini sangat disukai karena adaptasi yang baik terhadap pulpa, mengikat ke struktur gigi, dan melepaskan fluor.18

Tipe II : Restorative Cement

Semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi tidak digunakan pada daerah yang menerima tekanan kuat karena tensile strength yang lemah. Digunakan sebagai bahan restorasi untuk lesi servikal non-karies (seperti abrasi sikat gigi) karena semen ini dapat ditempatkan tanpa harus membuang jaringan gigi untuk mendapatkan ikatan mekanis yang berfungsi untuk menahan restorasi.18

Tipe III : Lining and Bases Cement

Sebagai lining, semen ini digunakan sebagai pelindung pulpa dari perubahan temperatur, bahan kimia restorasi lain dan asam etsa. Semen ini mengandung sedikit bubuk dan diaplikasikan selapis tipis. Sedangkan sebagai base digunakan untuk menggantikan dentin yang hilang yang pengaplikasiannya lebih tebal dari liner dan memiliki kadar bubuk yang lebih banyak dan kuat secara fisik.18

2.1.5 Reaksi Pengerasan

Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampur, cairan polimer akan memecahkan permukaan luar dari bubuk semen ionomer kaca yang akan melarutkan keduanya. Selama proses tersebut ion positif aluminium dan kalsium dilepas. Ion-ion ini akan berinteraksi dengan ion negatif dari cairan polimer. Polimer akan berikatan silang karena reaksi asam basa, yang membentuk jaringan amorf yang akan menahan filler pada tempatnya seperti pada gambar 2. Ion fluor yang dilepaskan akan bergabung kedalam matriks. Ketika semen ionomer kaca berkontak dengan saliva, fluor secara perlahan akan dilepas yang memberikan efek sebagai antikaries.18,19

(35)

Gambar 2. Reaksi pengerasan semen ionomer kaca19

2.2 Minuman Isotonik

(36)

Pocari Sweat merupakan minuman kesehatan yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Otsuka (Filipina) Pharmaceutical Incorporated (OPPI). Pocari Sweat pertama kali diperkenalkan di Jepang pada Tahun 1980 dan sejak itu telah menjadi favorit bagi konsumen Jepang. Minuman kesehatan ini merupakan minuman isotonik yang dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keringat. Sampai saat ini, Pocari Sweat sudah dapat dinikmati oleh konsumen di 14 negara di seluruh dunia.

Minuman isotonik (sports drink) dan minuman ringan lainnya mempunyai pengaruh terhadap keadaan rongga mulut. Minuman karbonat (soft drink), laktat, dan minuman isotonik mempunyai tingkat keasaman yang hampir sama. pH minuman ringan, termasuk di dalamnya minuman isotonik, berada antara rentan nilai pH 2,4-4,5. Hal ini dapat diartikan bahwa pH minuman ringan berada di bawah batas pH kritis. Syarifah (2013) menunjukkan bahwa nilai pH 5,5 merupakan pH kritis yang menyebabkan email mengalami proses demineralisasi. Selain itu, kandungan mineral kalsium hidroksiapatit juga akan melarut pada pH tersebut.

Beberapa penelitian lainnya juga membuktikan bahwa minuman isotonik (sports drink) dan minuman energi bersifat lebih erosif daripada minuman soda karena pengaruh asam di dalam minuman tersebut. Kebanyakan minuman ringan, termasuk minuman isotonik, mengandung beberapa jenis asam, seperti phosphoric acid, asam sitrat, malic acid dan tartaric acid. Penelitian membuktikan bahwa minuman isotonik dapat menyebabkan terjadinya erosi gigi karena keasaman minuman isotonik, dapat merugikan sifat bahan restoratif.11

2.3 Kekasaran Permukaan

(37)

oleh Quirynen dkk (1990). Adhesi antara plak dengan bahan restorasi tidak akan terjadi pada permukaan yang lebih kecil dari 0,2 µm.20 Sedangkan Willems dkk (1991) menyatakan bahwa kekasaran permukaan suatu restorasi yang dapat diterima harus sama atau kurang dari kekasaran email yaitu 0,64 µm.21 Permukaan yang halus sangat penting tidak hanya untuk pasien melainkan juga untuk jangka panjang suatu restorasi, estetik yang baik, oral hygiene dan perlekatan plak.20

(38)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu kedokteran gigi telah mengembangkan bahan-bahan untuk kepentingan estetik dengan berbagai sifat karakteristik dan warna. Semen ionomer kaca diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Wilson dan Kent. Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk kaca aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat yang memiliki keunggulan seperti melepaskan fluor untuk menghambat karies, biokompatibilitas dan estetis yang baik tetapi rapuh, memiliki sifat daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar.1-2 Semen ini dirancangkan untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V.3 Bahan ini juga digunakan untuk bahan pencegah karies, oleh karena adanya pelepasan fluoride pada bahan ini. Selain itu, bahan ini juga digunakan sebagai tambalan untuk daerah erosi, bahan perekat, pelapik, bahan restorative untuk restorasi konservatif kelas I dan II, dan sebagai penutup ceruk dan fisura.3-4

Semen ionomer kaca memiliki sifat cukup keras tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif tinggi tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah, sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar. Semen ionomer kaca rentan terhadap asam seperti minuman beralkohol dan minuman yang bersifat asam.1 Suatu bahan restorasi yang berkontak dengan cairan di rongga mulut, maka ada kemungkinan bahan tersebut akan larut. Ikatan partikel-partikel bahan restorasi tersebut akan terlepas dari matriks bahan restorasi tersebut dan akan mempengaruhi sifat-sifat fisik mekanis salah satunya adalah kekasaran permukaan.1,5

(39)

terhadap peningkatan kolonisasi bakteri dan retensi plak, menyebabkan iritasi gingival serta menyebabkan perubahan warna.5-6

Minuman isotonik berkembang di Amerika Serikat ditahun 1960-an ketika University of Florida Gators memulai konsumsi formulasi karbohidrat dan elektrolit untuk meningkatkan kinerja dan mencegah dehidrasi. Minuman isotonik populer di seluruh dunia dengan berbagai merek produk, namun produk tersebut sedikit berbeda dalam komposisinya. Kebanyakan minuman ringan, termasuk minuman isotonik mengandung beberapa jenis asam, seperti asam fosfor, asam sitrat, asam maleat dan asam tartar. Semua minuman isotonic mengandung sejumlah kecil elektrolit termasuk sodium, kalium dan klorida, untuk meningkatkan rasa dan membantu menjaga keseimbangan cairan elektrolit dalam tubuh . Tujuan dari minuman isotonik adalah untuk mencegah dehidrasi, memberikan karbohidrat, meningkatkan energi, dan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keluarnya keringat. Salah satu contoh minuman isotonic yang ada dipasarkan adalah Pocari Sweat.7,8

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa minuman isotonik berpotensi menyebabkan erosi gigi karena keasamannya, sehingga hal ini juga dapat merugikan sifat bahan restoratif yang ada di rongga mulut.11Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa minuman isotonik (sports drinks) mempengaruhi sifat fisik mekanik bahan restorasi seperti semen ionomer kaca, kompomer, dan resin komposit.11,12 Minuman yang dikonsumsi tentunya akan berkontak dengan gigi dan rongga mulut. Pada asumsi bahwa waktu paparan sama dengan 10 menit dari minum, pengukuran satu hari sama dengan empat bulan, dan empat minggu sama dengan setahun.13

Penelitian oleh Ibrahim M.H, dkk (2011) menyatakan bahwa kekasaran semen ionomer kaca semakin meningkat setelah direndam dalam minuman olahraga selama 1 hari dan 7 hari.5 Penelitian dari Ugur E, dkk (2013) menyatakan bahwa minuman pH rendah memiliki kemampuan melarutkan yang tinggi akan menyebabkan erosi permukaan dan kekasaran semen ionomer kaca.6

(40)

peningkatan kekasaran permukaan.7 Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Cahya F, dkk diketahui bahwa makanan dan minuman yang mengandung asam salah satunya minuman isotonik dapat menyebabkan erosi dan mempunyai pengaruh terhadap kelarutan fosfat yang merupakan awal demineralisasi, salah satu tanda demineralisasi ialah larutnya berbagai mineral, utamanya kalsium dan fosfat.8 Hasil penelitian Gabriela B, dkk (2011) menyatakan adanya peningkatan kekasaran permukaan setelah semen ionomer kaca direndam dalam artificial saliva dengan pH 3.9

Peningkatan konsumsi minuman isotonik dan minuman energi di antara masyarakat umum telah menimbulkan pertanyaan tentang potensi erosi minuman isotonik pada jaringan keras gigi, serta pengaruhnya terhadap kinerja klinis bahan restorative semen ionomer kaca. Sampai sekarang, belum ada penelitian tentang pengaruh minuman isotonik dan minuman energi pada kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca.11 Terhadap dari latar belakang ini, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah direndam dalam minuman isotonik.11,12

1.2 Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini adalah apakah ada perubahan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah direndam dalam minuman isotonik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah direndam dalam minuman isotonik.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perubahan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah direndam dalam minuman isotonik.

1.5 Manfaat Penelitian

(41)

1. Untuk menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, dokter gigi dan praktis mengenai pengaruh minuman isotonik terhadap kekasaran semen ionomer kaca.

2. Untuk bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

(42)

Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2016

GAVINTHIRAN MANIAM

KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN RESTORASI SEMEN IONOMER KACA

TIPE II SETELAH DIRENDAM DALAM MINUMAN ISOTONIK

x + 40 halaman

Bahan restorasi semen ionomer kaca merupakan bahan yang terdiri atas bubuk kaca

aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat. Dalam rongga mulut, terdapat beberapa faktor

yang dapat merusak bahan restorasi yaitu gesekan, abrasi, degradasi kimia dan fatigue.

Perusakan degradasi kimia menyebabkan terlepasnya ikatan partikel-partikel bahan restorasi

yang akan mempengaruhi sifat fisik mekanis bahan restorasi tersebut. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca

setelah direndam dalam minuman isotonik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre

and post test group design. Sampel yang digunakan adalah bahan restorasi semen ionomer

kaca berbentuk disc dengan berdiameter 10 mm dengan ketebalan 3 mm. Besar sampel

sebanyak 10 buah untuk setiap kelompok perendaman dalam minuman isotonik untuk 5 jam,

10 jam, dan 15 jam. Sampel diukur kekasaran permukaan sebelum direndam dalam minuman

isotonik. Setelah itu, sampel direndam dalam minuman isotonik selama 5 jam, 10 jam, dan

15jam. Setelah dikeluarkan dari minuman isotonik, sampel dikeringkan dengan meggunakan

tisu dan diukur kekasaran permukaan serta dicatat kekasaran permukaan akhir. Hasil

penelitian didapat dengan menggunakan uji One Way Anova dilihat perubahan kekasaran

permukaan sesudah direndam dalam minuman isotonik dengan peningkatan sebesar 0.02300

µm untuk 5 jam, 0.05300 µm untuk 10 jam dan 0.07600 µm untuk 15 jam. Hasil uji One

Way Anova menunjukkan adanya perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna antar

(43)

kelompok perendaman 10 jam dengan 15 jam dengan p=0.014 (p≤0.05). Dari hasil penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan pada kekasaran permukaan yang signifikan

sesudah perendaman dalam minuman isotonik selama 5 jam, 10 jam dan 15 jam. Semakin

lama semen ionomer kaca direndam dalam minuman isotonik maka semakin besar

peningkatan kekasaran permukannya.

(44)

IONOMER KACA TIPE II SETELAH DIRENDAM DALAM

MINUMAN ISOTONIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh

Gavinthiran A/L Maniam NIM:110600164

Pembimbing : 3.5 Rusfian, drg., M.Kes 3.6 Astrid Yudhit, drg., M.SI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2016

GAVINTHIRAN MANIAM

KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN RESTORASI SEMEN IONOMER KACA

TIPE II SETELAH DIRENDAM DALAM MINUMAN ISOTONIK

x + 40 halaman

Bahan restorasi semen ionomer kaca merupakan bahan yang terdiri atas bubuk kaca

aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat. Dalam rongga mulut, terdapat beberapa faktor

yang dapat merusak bahan restorasi yaitu gesekan, abrasi, degradasi kimia dan fatigue.

Perusakan degradasi kimia menyebabkan terlepasnya ikatan partikel-partikel bahan restorasi

yang akan mempengaruhi sifat fisik mekanis bahan restorasi tersebut. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca

setelah direndam dalam minuman isotonik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre

and post test group design. Sampel yang digunakan adalah bahan restorasi semen ionomer

kaca berbentuk disc dengan berdiameter 10 mm dengan ketebalan 3 mm. Besar sampel

sebanyak 10 buah untuk setiap kelompok perendaman dalam minuman isotonik untuk 5 jam,

10 jam, dan 15 jam. Sampel diukur kekasaran permukaan sebelum direndam dalam minuman

isotonik. Setelah itu, sampel direndam dalam minuman isotonik selama 5 jam, 10 jam, dan

15jam. Setelah dikeluarkan dari minuman isotonik, sampel dikeringkan dengan meggunakan

tisu dan diukur kekasaran permukaan serta dicatat kekasaran permukaan akhir. Hasil

penelitian didapat dengan menggunakan uji One Way Anova dilihat perubahan kekasaran

permukaan sesudah direndam dalam minuman isotonik dengan peningkatan sebesar 0.02300

µm untuk 5 jam, 0.05300 µm untuk 10 jam dan 0.07600 µm untuk 15 jam. Hasil uji One

Way Anova menunjukkan adanya perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna antar

(46)

kelompok perendaman 10 jam dengan 15 jam dengan p=0.014 (p≤0.05). Dari hasil penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan pada kekasaran permukaan yang signifikan

sesudah perendaman dalam minuman isotonik selama 5 jam, 10 jam dan 15 jam. Semakin

lama semen ionomer kaca direndam dalam minuman isotonik maka semakin besar

peningkatan kekasaran permukannya.

(47)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 31 Mei 2016 Pembimbing 1 : Tanda tangan

Rusfian, drg., M.Kes ... NIP: 1952 09201982011 001

Pembimbing 2: Tanda tangan

(48)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 27 JUNI 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Rusfian, drg., M.Kes 2. Sumadhi S. drg., Ph.D

3. Astrid Yudit, drg, M.SI

(49)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Sumatera Utara yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Rusfian, drg., M.Kes dan Astrid Yudhit, drg., M.SI selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Maya Fitria, SKM., M.Kes., staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU yang telah membantu penulis mengolah data statistik.

(50)

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(51)

DAFTAR ISI

2.1.3. Sifat-sifat Semen Ionomer Kaca ... 7

2.1.3.1. Biokompatibilitas ... 7

(52)

2.1.3.8. Pelepasan Flour ... 9

2.1.4. Jenis-jenis Semen Ionomer Kaca ... 10

2.1.5. Reaksi Pengerasan ... 10

3.5.4. Variabel Tidak Terkendali ... 16

3.6. Definisi Operasional... 16

3.7. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

3.7.1. Alat Penelitian ... 17

3.7.2. Bahan Penelitian... 19

3.8. Prosedur Penelitian... 21

3.8.1. Pembuatan Sampel Penelitian ... 21

3.8.2. Pengukuran Kekasaran Permukaan ... 21

3.8.3. Peredam dan Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel Penelitian ... 22

(53)

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 24 4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 29 6.2 Saran ... 29

(54)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Bubuk Semen Ionomer Kaca ... 6

Tabel 2. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca ... 6

Tabel 3. Kekuatan Bahan Semen Ionomer Kaca ... 8

Tabel 4. Komposisi semen ionomer kaca Fuji II ... 19

Tabel 5. Komposisi Minuman Pocari Sweat ... 20

Tabel 6. Rerata Nilai Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca (µm) Sebelum dan Sesudah Perendaman dalam Minuman isotonik... 24

Tabel 7. Analisis Statistik Uji One Way Anova Sesudah Direndam Dalam Minuman isotonik Selama 5, 10 dan 15 Jam ... 25

(55)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Kimia Berbagai Macam Semen Ionomer Kaca ... 7

Gambar 2. Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca ... 11

Gambar 3. Cetakan sampel dengan berdiameter 10mm x 3mm... 17

Gambar 4. Pinset dan Cement Spatel ... 17

Gambar 5. Glass Plate ... 18

Gambar 6. Glass Slab dan Cellophan Strip ... 18

Gambar 7. Stopwatch ... 18

Gambar 8. Besi Padat Seberat 1 kg ... 18

Gambar 9. Semen Ionomer Kaca Fuji ... 19

Gambar 10. Minuman Isotonik ... 20

Gambar 11. Titik Pengukuran Sampel ... 21

Gambar 12. a.Profilometer Mitutoyo SJ-201 b. Pengukuran Kekasaran Permukaan ... 22

(56)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Alur Penelitian ... 33 Lampiran 2:Kerangka Teori ... 34 Lampiran 3: Kerangka Konsep... 35 Lampiran 4:Output Uji Normalitas Data Kekasaran Permukaan

Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca Sebelum

dan Sesudah Perendaman dalam Minuman Isotonik ... 36 Lampiran 5:Output Uji One Way Anova Kekasaran Permukaan

Gambar

Gambar 6. Glass slab dan cellophan strip
Tabel 4: Komposisi semen ionomer kaca Fuji II
Tabel 5: Komposisi Minuman Pocari Sweat
Gambar 11. Titik pengukuran sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

This presentation aims to highlight some of the international boundary projects that the United Nations Cartographic Section has been involved in order to provide the technical

Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning ) merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah menulis puisi. Dalam

[r]

This step began after finding the result of previous stages (planning, acting, and observing) that were conducted by the teacher and the writer. The reflection covered the

[r]

My own experience of walking The Missing Voice will be the corporeal example I use to interrogate how performance can provoke an awareness of the – my – embodied engagement as

[r]