• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis - Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Study Korelasional Mengenai Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Citra Pt. Tirta Sibayakindo Di Mata Masyarakat Desa Doulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis - Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Study Korelasional Mengenai Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Citra Pt. Tirta Sibayakindo Di Mata Masyarakat Desa Doulu"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1Kerangka Teoritis

Teori harus dipahami oleh setiap peneliti karena dengan teori, peneliti mampu memahami, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena atau masalah yang sedang diteliti. Itu sebabnya teori harus dapat diuji. F.N Kerlinger menyatakan teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara menghubungkan antar konsep. (Singarimbun, 2008 : 37)

Lebih lanjut, Suwardi Lubis menjelaskan bahwa kerangka teori menggambarkan dari mana suatu problem riset berasal atau dengan teori yang mana problem itu dikaitkan. Dalam kerangka teori diuraikan tentang pengaliran jalan pikiran menurut kerangka logis atau menurut “logical construct’ (Lubis 1998 : 109). Jadi kerangka teoritis disusun berdasarkan pemikiran logis atau berlandaskan akal sehat yang menjelaskan variabel-variabel dan keterhubungan antara variabel-variabel yang dianggap secara integral menyatukan dinamika dari situasi-situasi yang diselidiki. (Silalahi, 2009 : 95)

Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah Komunikasi, Public Relations, Publik Eksternal, Corporate Social Responsibility, dan Citra.

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1Pengertian Komunikasi

(2)

menjadi saluran penyampaian gagasan, maksud seseorang agar dapat diterima dan dimengerti oleh manusia lainnya.

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu dari kata communicatio atau communis yang artinya sama. Jadi apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi jika ada persamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. (Effendy, 2006 : 9). Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa komunikasi melibatkan lebih dari satu orang.

Namun dalam upaya mencapai persamaan makna tersebut diperlukan penyampaian pesan sebagaimana dikemukakan oleh Dani Vardiansyah, komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antarmanusia. (Vardiansyah, 2008 : 29). Selanjutnya menurut Everett M Rogers mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka. (Cangara, 2006 : 19)

Tidak jauh berbeda dengan defenisi sebelumnya, Carl I Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat. Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa komunikasi bukan saja hanya proses penyampaian informasi, tetapi komunikasi juga merupakan proses pembentukan pendapat khalayak atau masyarakat dan untuk mengubah perilaku mereka. Di dalam menyampaikan informasi kepada khalayak diperlukan komunikasi yang komunikatif, sehingga dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku khalayak yang menerima informasi tersebut.

(3)

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2006 : 10)

Dari defenisi yang disebutkan oleh Harold D Laswell di atas menunjukkan bahwa proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain. Proses komunikasi ada untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif mensyaratkan adanya pertukaran informasi dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.

Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi efektif umumnya ditandai dengan adanya lima hal, yaitu:

1. Pengertian artinya komunikator dan komunikan memberikan makna yang sama terhadap setiap pesan yang disampaikan dan diterima.

2. Kesenangan. Komunikasi efektif akan tercipta jika ada kenyamanan dan perasaan senang yang tercipta baik pada diri komunikator maupun komunikan.

3. Mempengaruhi sikap komunikan. Komunikasi efektif juga tercipta ketika komunikan menanggapi pesan dan mempengaruhi sikapnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikator.

4. Hubungan sosial yang lebih baik. Kesalahpahaman akan menghambat komunikasi yang efektif, sementara hubungan insani yang baik akan tercipta kesepahaman.

5. Komunikan melakukan tindakan yang diingini oleh komunikator

Mc Cosky dan Knap melalui bukunya yang berjudul “An Art to An Interpersonal Communication” mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat

(4)

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan upaya untuk menyampaikan maksud, ide, pemikiran komunikator yang disusun dalam bentuk pesan dan disampaikan melalui berbagai media hingga sampai kepada komunikan dan komunikan memberikan pengertian pada pesan tersebut sesuai dengan FoE dan FoR nya sehingga dapat mengubah sikap, perilaku dan pendapat komunikan. Demikian halnya dalam penelitian ini PT. Tirta Sibayakindo menyampaikan setiap informasi yang perlu untuk diketahui oleh masyarakat agar tercipta kesepahaman sehingga terbentuk citra positif di mata masyarakat.

2.1.1.2Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Setiap kegiatan pada umumnya memiliki tujuan, demikian juga dengan komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy (2003 : 55), fungsi kegiatan komunikasi adalah

1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

Sementara, tujuan komunikasi adalah: 1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini, pendapat dan pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

(5)

masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam agar senantiasa positif sehingga dapat terbentuk kerja sama yang baik.

2.1.2 Public Relations

Komunikasi menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dengan perusahaan. Agar arus komunikasi dalam sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik, dihadirkanlah Public Relations yang menjadi alat penyampai informasi dari perusahaan kepada

publiknya, baik publik internal dan publik eksternal.

Keberadaan Public Relations sesungguhnya sudah ada sejak masa kekaisaran roma, kemudian terus berkembang hingga akhirnya presiden Amerika Serikat yang pertama memperkenalkan istilah Public Relations yang merujuk pada menteri luar negeri. Menyumbangkan konsep bahwa Public Relations berupaya untuk menciptakan kerjasama atas dasar saling pengertian dan keuntungan bersama.

Titik puncak perkembangan Public Relations terjadi saat seorang mantan reporter surat kabar bergengsi di Amerika Serikat ‘wall street’ bernama Ivy Lee menemukan adanya kemunduran sektor industri di Amerika Serikat pada tahun 1977. Ivy Lee melakukan pengamatan dan penelitian hingga akhirnya ia menemukan penyebabnya dan memberikan solusi. Dan disimpulkan bahwa kerjasama atas dasar saling pengertianlah solusi terbaiknya. Untuk itu perlu dibentuk pihak yang menangani hal ini secara khusus, itulah Public Relations. Demikianlah perkembangan Public Relations semakin meningkat baik dalam istilah maupun lingkup kerja. (DananDjaja, 2011 : 2-5)

2.1.2.1Pengertian Public Relations

Pada tahun 1973, Bertram R. Canfield dan Frazier Moore mendefenisikan Public Relations adalah falsafah sosial dari manajemen yang dinyatakan dengan

(6)

Public Relations merupakan bagian dari fungsi manajemen juga dikemukakan oleh Dr. Rex F. Harlow pada tahun 1976 yang mengemukakan bahwa Public Relations merupakan suatu fungsi manajemen khusus yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan antara organisasi dan masyarakatnya yang melibatkan manajemen problem atau masalah, membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi dan merespon pendapat umum, mendefenisi dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi kecenderungan dan menggunakan riset serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya.

Demikian juga Redi Panuju, mengemukakan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang berkelanjutan dan terarah lewat mana organisasi dan lembaga umum maupun pribadi berusaha memenangkan dan mempertahankan pengertian simpati dan dukungan orang-orang yang mereka inginkan dengan menilai pendapat umum di sekitar mereka sendiri untuk kemudian dihubungkan dengan sejauh mungkin dengan karsa dan tingkah lakunya guna mencapai kerja sama lebih produktif dan lebih efisien untuk memenuhi kepentingan bersama dengan suatu informasi yang direncanakan dan disebarluaskan. (Panuju 2002 : 3). Berbeda dengan Dr. Rex F. Harlow, Frank Jefkins mendefenisikan Public Relations sebagai semua bentuk komunikasi yang terencana baik ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. (Jefkins, 2005 : 10)

(7)

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Public Relations setidaknya melaksanakan kegiatan komunikasi yang timbal balik/dua arah oleh organisasi dan publiknya dengan tujuan agar tercipta pengertian, kerja sama, dan niat baik (good will). Dengan adanya pengertian, kerja sama, dan niat baik maka akan tercipta citra positif di mata masyarakat.

2.1.2.2Tugas dan Tujuan Public Relations

Pada tahun 1987, Oxley mengemukakan bahwa Public Relations mempunyai tugas-tugas sebagai berikut!

1. Memberi saran kepada manajemen tentang semua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik-publiknya.

2. Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi sikap publik-publik utama pada saat ini atau antisipasi sikap publik-publik pokok terhadap organisasi.

3. Bekerja sebagai penghubung (liaison) antara manajemen dengan publik-publiknya.

4. Memberi laporan bekerja kepada manajemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan publik dan organisasi.

Selain beberapa tugas diatas, terdapat juga beberapa kegiatan yang dilaksanakan Public Relations untuk mencapai tujuan. Kegiatan tersebut dikemukakan oleh Henry Fayol, yakni:

1. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and image)

2. Menghadapi krisis (facing crisis)

3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes) 4. Mempromosikan menyangkut kepentingan publik

5. Mendukung kegiatan kampanye sosial anti merokok, serta menghindari obat-obatan terlarang, dan sebagainya.(Ruslan, 2006:23-24)

(8)

peristiwa-peristiwa yang sesuai untuk membantu kontribusi perusahaan terhadap masyarakat, seperti kampanye, pemberian bantuan kesejahteraan atau pemberian beasiswa. Dalam kampanye Public Relations berusaha keras menyiapkan materi cetak atau audiovisual dan mengiklankan kegiatan. Menjadi wakil pejabat senior perusahaan dalam memimpin pelaksanaan proyek. Memeriksa perkara-perkara komunitas yang bermacam-macam untuk menentukan bagaimana dan dimana tempat terbaik perusahaan dapat memberi bantuan. Selain itu Public Relations harus menjadi pembimbing dengan pendekatan partisipatif dengan melibatkan unsur pokok komunitas dalam mengalokasikan kontribusi-kontribusi perusahaan (Cultip, 2006:375-376).

Lebih lanjut, Oxley menyatakan tujuan kegiatan Public Relations adalah untuk mengupayakan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan publiknya. (Iriantara, 2004 : 57). Menurut Scott M Cutlip, Allen H Carter dan Glenn M Broom, tujuan pelaksanaan Public Relations adalah mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publiknya. (2006 : 6).

Tujuan dilaksanakannya Public Relations adalah untuk memberikan informasi kepada publiknya tentang kegiatan perusahaan dengan cara mengembangkan sikap saling menghargai dan memperoleh opini publik yang mendukung atau menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, baik hubungan kedalam maupun hubungan keluar perusahaan.Berikut ini adalah bagan dari orientasi public relations, yakni image building (membangun citra), dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam Public Relations (Soemirat, 2004: 118).

Gambar 2.1 Model Komunikasi dalam Public Relations

Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek

(9)

Menurut Danandjaja, tujuan dari Public Relations terbagi menjadi Internal Public Relations dan Eksternal Public Relations. (Danandjaja, 2011 : 22-25)

A. Internal Public Relations

Tujuan Public Relations berdasarkan kegiatan Internal Public Relations dalam hal ini dapat mencakup:

1. Mengadakan suatu penilaian sikap, tingkah laku dan opini terhadap perusahaan, terutama sekali ditujukan kepada kebijaksanaan perusahaan yang sedang dijalankan.

2. Mengadakan suatu analisis dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang sedang dijalankan, guna mencapai tujuan yang di tetapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan umum.

3. Memberikan penerangan kepada masyarakat atau karyawan mengenai kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada beberapa aktivitas perusahaan, juga menjalankan mengenai perkembangan perusahaan tersebut.

4. Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan kegiatan yang bersifat internal Public Relations.

Selain itu juga, Public Relations bertujuan untuk mendapatkan karyawan yang mempunyai kesejahteraan kerja. Hal ini dapat diciptakan bila pimpinan memperhatikan kepentingan-kepentingan para karyawan, baik di tinjau dari segi ekonomi, sosial, maupun psikologisnya. Kesejahteraan seperti kesehatan dan tempat bekerja karyawan dapat mempengaruhi kelancaraan aktifitas dalam perusahaan.

(10)

hambatan-hambatan yang di sebabkan oleh faktor-faktor psikologis, sosiologis, pendidikan dan lain-lain. Hal inilah yang menjadi tugas seorang Public Relations officer (PRo) untuk menyelenggarakan komunikasi yang sifatnya persuasif,

informatif dan juga mengadakan analisa tentang kebijaksanaan kepegawaian, termasuk gaji/upah, honorarium, dan kesejahteraan karyawan lainnya seperti fasilitas kesehatan bagi para pegawai dan keluarga.

B. Eksternal Public Relations

Selain menjalankan kegiatan Internal Public Relations, suatu perusahaan juga perlu menjalankan kegiatan Eksternal Public Relations. Tujuan Eksternal Public Relations adalah untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar

perusahan hingga terbentuklah opini publik (masyarakat umum) yang baik terhadap perusahaan. Berdasarkan hal itu, tugas penting Eksternal Public Relations adalah mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif

dan persuasif yang ditujukan kepada publik di luar perusahaan. Informasi yang diberikan harus dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus diteliti. Hal ini disebabkan publik mempunyai hak untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang sesuatu yang menyangkut kepentingan.

2.1.3 Publik Eksternal

2.1.3.1Pengertian Publik Eksternal

(11)

Hubungan dengan publik diluar perusahaan merupakan keharusan yang mutlak. Karena perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Karena itu perusahaan harus menciptakan hubungan yang harmonis dengan publik-publik khususnya dan masyarakat umumnya. Salah satunya dengan melakukan komunikasi dengan publik eksternal secara informatif dan persuasif. Informasi yang disampaikan hendaknya jujur, teliti dan sempurna berdasarkan fakta yang sebenarnya. Secara persuasif, komunikasi dapat dilakukan atas dasar membangkitkan perhatian publik sehingga timbul rasa tertarik.

Masalah yang perlu dipecahkan dalam kegiatan eksternal Public Relations meliputi bagaimana memperluas pasar bagi produksinya, memperkenalkan produksinya kepada masyarakat, mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari publik maupun masyarakat, memelihara hubungan baik dengan pemerintah, mengetahui sikap dan pendapat publik terhadap perusahaan, memelihara hubungan baik dengan pers dan para opinion leader, memelihara hubungan baik dengan publik dan para pemasok yang berhubungan dengan operasional perusahaan dan mencapai rasa simpatik dan kepercayaan dari publik dalam masyarakat.

Tindakan-tindakan yang harus dilakukan Public Relations terhadap publik eksternal adalah menganalisa dan menilai sikap dan opini publik yang menanggapi kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam menggerakkan pegawainya dan menerapkan metodenya, mengadakan koreksi dan saran kepada pimpinan perusahaan, terutama kegiatan yang mendapat sorotan atau kritikan publik, mempersiapkan bahan-bahan penerangan dan penjelasan yang jujur dan objektif agar publik tetap memperoleh kejelasan tentang segala aktivitas dan perkembangan perusahaan, ikut membantu pimpinan dalam hal menyusun atau memperbaiki formasi staf ke arah yang efektif, mengadakan penyelidikan atau penelitian tentang kebutuhan, kepentingan dan selera publik akan barang-barang yang dihasilkan perusahaan.

(12)

penting Public Relations adalah mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif dan persuasif yang ditujukan kepada publik di luar perusahaan. Informasi yang diberikan harus dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus diteliti. Hal ini disebabkan publik mempunyai hak untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang sesuatu yang menyangkut kepentingan.

Demikian halnya, Public Relation (PR) PT. Tirta Sibayakindo senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar seperti Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam. Hal ini bertujuan untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar perusahan hingga terbentuklah opini publik (masyarakat umum) yang baik terhadap perusahaan

2.1.3.2Jenis-jenis Publik Eksternal

Effendy (2002:152) membagi khalayak sasaran dalam sebuah perusahaan menjadi empat kelompok, yaitu

1. Hubungan dengan masyarakat sekitar (community relations), yaitu hubungan oganisasi dengan masyarakat yang berada di sekitar kompleks organisasi. 2. Hubungan dengan jawatan pemerintah (government relations), yaitu

hubungan organisasi dengan pemerintah misalnya kotamadya atau kabupaten. Tujuan hubungan ini adalah agar terciptanya good will sehingga dapat tercipta kerja sama yang baik antara organisasi dengan pemerintah setempat. 3. Hubungan dengan pers (media relations), yaitu hubungan perusahaan dengan

awak media, misalnya para pemimpin surat kabar, majalah, penulis-penulis feature, pemimpin radio/televisi dan sebagainya.

(13)

Dalam penelitian ini, publik yang menjadi sasaran penelitian adalah masyarakat sekitar perusahaan (community relations). Citra yang tersimpan dalam benak masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam yang berada di sekitar komples PT. Tirta Sibayakindo.

2.1.4 Corporate Social Responsibility (CSR)

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Oxley (1987) bahwa tujuan kegiatan Public Relations adalah mengupayakan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan publiknya. Umumnya publik yang menjadi sasaran kegiatan Public Relations dibagi menjadi dua, yaitu publik internal dan publik eksternal. Publik internal merupakan publik yang berada di dalam organisasi, misalnya karyawan, keluarga karyawan, manajer dan pemegang saham. Sementara publik eksternal merupakan publik yang berada di luar organisasi seperti masyarakat, pemasok, bank, pemerintah, kompetitor, komunitas, pers dan lain-lain.

Itulah sebabnya, Public Relations merumuskan berbagai program untuk mencapai tujuannya. Salah satu program yang umumnya dilakukan oleh Public Relations dalam upaya menumbuhkan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dengan publik eksternalnya adalah Corporate Social Responsibilty atau yang sering kita dengar dengan akronim CSR.

2.1.4.1Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

mendefenisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. (Wibisono, 2007 : 7)

(14)

stakeholder interest (dalam Susanto, 2009 :10). Defenisi ini menekankan perlunya

memberi perhatian yang seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

Secara tegas, Mary M Devereux dan Anne Peirson Smith (2009 : 132) mendefenisikan CSR “when corporations go beyond their statutory duties and consider the interest of society in the course of their day-to-day business” dalam

terjemahan bebas artinya CSR adalah ketika perusahaan memenuhi kewajiban sosialnya sebagai bagian dari perusahaan yang dipandang baik oleh masyarakat sekitar. Jadi tujuan utamanya adalah agar dipandang baik oleh masyarakat.

Sementara menurut Suhandari, CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.(dalam Untung, 2008 : 1)

Dengan menekankan pada aspek sosial, Chambers mendefenisikan CSR berupa tindakan sosial (termasuk lingkungan hidup) lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan perundang-undangan. Naftune mendefenisikan CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan.(Iriantara, 2004 : 49)

Jadi CSR merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan stakeholder dan juga keberlangsungan lingkungan hidup. Umumnya tujuan utama

(15)

2.1.4.2Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Perkembangan CSR di Indonesia terus berkembang dari waktu ke wktu, sehingga perlu ada peraturan yang fokus dalam mengatur pelaksanaan CSR. Adapun dasar hukum pelaksanaan CSR seiring dengan perkembangannya dijabarkan sebagai berikut (Siagian, 2010 : 27-29):

1. Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995, Pasal 2 butir 1 berbunyi wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi dapat menyumbangkan sampai dengan setinggi-tingginya dua persen dari keuntungan atau penghasilan setelah pajak penghasilan diperolehnya dalam satu tahun pajak yang digunakan bagi pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera satu.

2. Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1996 diubah menjadi wajib pajak organisasi ataupun pribadi wajib memberikan kontribusi bagi pemberdayaan keluarga yang belum sejahtera dan keluarga sejahtera satu sebanyak dua persen dari keuntungan setelah pajak penghasilan dalam satu tahun pajak. 3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, Pasal 2 butir e menyatakan bahwa

BUMN haru terlibat aktif memberikan bimbingan dan kontribusi kepada perusahaan lemah, koperasi, dan masyarakat.

4. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU.2003, menyatakan bahwa BUMN untuk mengimplementasikan program kerja sama dan program pengembangan lingkungan,

5. Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003, menyatakan bahwa BUMN diwajibkan membentuk bagian tersendiri yang secara khusus mengelola program pembinaan lingkungan.

(16)

7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Dalam Pasal 74 ayat 1 “PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Ayat 2 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan lingkungan adalah kewajiban perusahaan yang diperuntukkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban dikenai hukuman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Meninjaklanjuti UU no 40 tahun 2007, dirumuskan kembali Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2012 tentang Perseroan terbatas pasal 2 “Setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan”, Pasal 3 ayat 1 Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang. Ayat 2 Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik di dalam maupun di

luar lingkungan Perseroa

November 2012)

Demikian dasar PT. Tirta Sibayakindo melaksanakan CSR, namun demikian pelaksanaan CSR ini bukan hanya kepatuhan kepada hukum belaka, namun komitmen perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosial demi keberlangsungan perusahaan dan juga keberlangsungan lingkungan hidup.

2.1.4.3Manfaat dari Corporate Social Responsibility

(17)

ini jika membahas CSR. Dalam hal ini, perusahaan hanyalah menjalankan tanggung jawab sosialnya dengan memperhatikan keberlanjutan, selebihnya masyarakat yang menilai komitmen perusahaan hingga citra yang baik menjadi bonus bagi sebuah perusahaan.

Suhandari mengemukakan pelaksanaan CSR memberikan manfaat bagi perusahaan adalah sebagai berikut (dalam Untung, 2008 : 6-7)!

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi atau citra merek perusahaan. 2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

3. Mereduksi resiko demi kepentingan positif perusahaan. 4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. 5. Membuka peluang pasar yang luas.

6. Mereduksi biaya misalnya terkait dengan pembuangan limbah. 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 10.Peluang mendapatkan penghargaan.

Pelaksanaan CSR memang tidak semata memberikan manfaat kepada perusahaan, namun juga memberi manfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Pelaksanaan CSR dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup sehingga tercapai kesejahteraan. Hal ini akan mengimbangi kemajuan yang dialami oleh perusahaan di lingkungan sekitar sehingga secara tidak langsung kesuksesan dan kemajuan perusahaan dapat terus dibina secara berkelanjutan . 2.1.4.4Bentuk dan Kategori Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Bentuk implementasi CSR ternyata tidaklah hanya dilaksanakan untuk masyarakat sekitar, namun juga diperuntukkan bagi sebagian besar publik perusahaan. Bentuk implementasi CSR tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Ernawan, 2007 : 117):

1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya.

2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa membedakan ras, suku, agama, dan golongan.

3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan hidup, baik di lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain yang membutuhkan.

(18)

Kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat dikategorikan sebagai berikut (Rudito, 2007 : 210):

1. Public Relations yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan perusahaan.

2. Strategi Defensif yakni usaha yang dilakukan perusahan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasa untuk melawan “serangan” negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur berkembang.

3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan.

Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee (2005 : 22-24), terdapat 6 kategori berdasarkan pelaksanaan aktivitas CSR. Tabel ini sudah dimodifikasi oleh peneliti. Adapun kategori tersebut tampak pada tabel berikut!

Tabel 2.

Kategori aktivitas CSR

No Kategori CSR Defenisi Contoh

1 Cause Promotions

Perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk melakukan lelang untuk suatu kegiatan sosial

berdasarkan besarnya penjualan produk.

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk menyisihkan dana Community

Development

(CD)/CSR 1 % dari net sales (penjualan bersih).

(19)

No Kategori CSR Defenisi Contoh 4 Corporate

Phylanthropy

Perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. rekan pedagang eceran, atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup.

McDonald

menggunakan material berbahan daur ulang pada pengemasannya.

Sumber : Kotler dan Lee (2005 : 22-24)

2.1.4.5Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Yusuf Wibisono mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konferensi lingkungan hidup di Stockholm, World Commission on Environtment and Development dalam laporan Brundtland

mendefenisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu upaya yang mendorong tercapainya kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Penekanannya pada pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standard lingkungan yang tinggi. Pembangunan berkelanjutan juga dibahas dalam KTT Bumi di Rio de Jainero dengan slogan yang cukup menarik yaitu “Think Globally, Act Locally”. Slogan ini mengamarkan bahwa tindakan sekecil apapun yang kita

(20)

Dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg dihasilkan 3 dokumen penting yaitu : “Deklarasi Johannesburg” yang berisi tantangan dalam menjalankan pembangunan yang berkelanjutan, “Rencana Implementasi” berisi upaya yang harus dilakukan berdasarkan prinsip bersama tapi dengan tanggung jawab yang berbeda yang mengintegrasikan elemen ekologi, ekonomi, dan sosial yang didasarkan pada tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik, “Dokumen Kerjasama” dengan maksud mempercepat pembangunan berkelanjutan yang merata secara internasional dengan dukungan dana dari negara-negara maju serta lembaga internasional.

Hal yang sama juga dibahas dalam Protokol Kyoto dengan pembahasan utama pada “global warming” dan penyebab utamanya adalah adanya eksploitasi energi alam secara besar-besaran. Untuk itu perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan. KTT Millenium di New York juga membahas masalah yang sama dengan hasil adanya Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati 189 negara anggota PBB. MDGs menekankan pada pembangunan yang berkelanjutan, baik manusia, maupun alam. (Wibisono, 2007 : 13-33)

Pembangunan berkelanjutan menekankan pada keseimbangan dimana perkembangan perusahaan diimbangi dengan perkembangan lingkungannya juga, baik lingkungan sosial maupun lingkungan hidup sehingga menjamin kesinambungan pembangunan. Dengan demikian, maka generasi yang akan datang tetap dapat melaksanakan pembangunan demi memnuhi kebutuhan hidup mereka.

Demi terciptanya pembangunan yang berkelanjutan, Elkington (1997) mengemukakan konsep Triple Bottom Line dalam istilah economic prosperity, environtmental qulity dan sosial justice. Selain mengejar profit, perusahaan juga

(21)

Gambar 2.2 Triple bottom lines dalam CSR (Sumber Wibisono, 2007 : 32)

1. Profit (keuntungan)

Keuntungan merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan karena menentukan eksistensi perusahaan.

2. People (masyarakat)

Masyarakat di daerah sekitar operasional perusahaan merupakan stakeholder yang cukup menentukan atas keberadaan suatu perusahaan. Secara praktis, kegiatan operasional perusahaan memberi dampak baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Untuk itu, hadirnya perusahaan hendaknya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat agar mereka memberikan dukungan terhadap eksistensinya.

3. Planet (Lingkungan)

Jika kita merawat lingkungan kita, maka ia akan menjadi sahabat bagi kita, akan tetapi jika kita tidak memelihara lingkungan, maka ia akan menjadi musuh kita. Demikian juga perusahaan, jika menggunakan sumber daya alam secara bijak, maka dipastikan sumber daya alam akan selalu tersedia, akan tetapi jika dilakukan eksploitasi besar-besaran terhadap lingkungan, maka sumber daya alam akan habis dan keberlanjutan perusahaan terancam.

Menyadari akan pentingnya keberlangsungan perusahaan dan lingkungan hidup, PT. Tirta Sibayakindo melaksanakan CSR. Paradigma CSR yang kini sedang diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan (sustainble development) juga turut memberi warna baru dalam pelaksanaan CSR yang ada di

PT. Tirta Sibayakindo. Komitmen ini semakin ditegaskan dengan perubahan nama departemen yang menangani pelaksanaan CSR yang tadinya bernama departemen CSR menjadi sustainble development department (SSD). Bukan hanya pada nama, pembangunan yang berkelanjutan juga tampak implementasi CSR juga dalam proses produksi dan kegiatan operasional perusahaan secara general. Hal

Planet (keberlangsung

an lingkungan hidup)

People (kesejahteraan

manusia / masyarakat) Profit

(22)

ini menunjukkan keseriusan mereka dalam mewujudkan cita-cita luhur pembangunan yang berkelanjutan.

2.1.4.6Indikator Pengukur Program Corporate Social Responsibility

Menurut Edy Suharto (2005 : 68-69) terdapat lima langkah yang dapat dijadikan panduan dalam merumuskan dan mengukur program CSR sebagai berikut !

1. Engagement. Pendekatan awal perusahaan kepada masyarakat agar terjalin komunikasi dan relasi yang baik. Tahap ini juga bisa berupa sosialisasi mengenai rencana pengembangan implementasi CSR.

2. Assessment. Identifikasi masalah dan kebutuhan masyakarakat yang akan dijadikan dasar dalam merumuskan program. Tahapan ini bisa dilakukan bukan hanya berdasarkan need-based approach (aspirasi masyarakat), melainkan pula berpijak pada pada right-based approach (konvensi internasional atau standard normatif hak-hak sosial masyarakat).

3. Plan of action. Merumuskan rencana aksi. Program yang ditetapkan sebaiknya memperhatikan aspirasi masyarakat (stakeholders) di satu pihak dan misi perusahaan termasuk stakeholders di pihak lain.

4. Action and facilitation. Menerapkan program yang telah disepakati bersama. Program bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau organisasi lokal. Namun bisa pula difasilitasi oleh LSM dan pihak perusahaan. Monitoring, supervisi, dan pendampingan merupakan kunci keberhasilan implementasi CSR.

5. Evaluation and termination or reformation. Menilai sejauhmana keberhasilan pelaksanaan CSR di lapangan. Apabila program akan diakhiri , maka perlu adanya semacam pengakhiran kontrak (termination) dan exit strategy antara pihak-pihak yang terlibat. Bila ternyata program CSR akan dilanjutkan (reformation), maka perlu dirumuskan lesson learned bagi pengembangan CSR berikutnya. Kesepakatan baru bisa dirumuskan sepanjang diperlukan.

(23)

2.1.5 Citra

Mau tidak mau, hadirnya sebuah perusahaan mendapatkan penilaian dari masyarakat. Penilaian ini sering diidentikkan dengan citra. Citra yang baik menjadi harta yang tidak ternilai haarganya bagi suatu perusahaan, itulah sebabnya perusahaan sedapat mungkin melakukan berbagai upaya agar citra positif terbina dengan baik di mata masyarakat.

2.1.5.1Pengertian Citra

Menurut Bill Canton (1990) citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri terhadap publik perusahaan, kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. Selanjutnya Bernard Katz mendefenisikan citra sebagai cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, komite, seseorang atau suatu aktivitas. (Soemirat 2004: 111-113)

Kesan yang sengaja diciptakan akan melahirkan jati diri suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence L Steinmentz yang mendefenisikan citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi. Lebih lanjut ia mendefenisikan citra sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan (Sutojo, 2004 : 1). Sementara Susanto menyebutkan citra dengan corporate image yang artinya assosiasi antara perusahaan dengan atribut positif atau negatif (2009 : 19).

Menurut Frank Jefkins (2005 : 20-23) ada beberapa jenis citra, yakni a) Citra Bayangan

Merupakan citra yang dianut ‘orang dalam’ mengenai pandangan ‘orang luar’ tentang organisasinya. Citra ini cenderung tidak tepat dan bias disebabkan tidak memadainya informasi, pengetahuan atau pemahaman mengenai pendapat atau pandangan pihak luar.

b) Citra yang Berlaku

(24)

karena terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan ‘orang luar’ yang biasanya tidak memadai, itu sebabnya citra ini cenderung negatif.

c) Citra yang Diharapkan

Merupakan citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini umumnya sangat baik dan lebih baik dari citra yang ada/berlaku. Citra ini dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang baru ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.

d) Citra Perusahaan

Merupakan citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan hanya pada produk dan pelayanannya akan tetapi seluruh aspek ke dalam maupun keluar organisasi. Misalnya tanggung jawab sosial, keberhasilan, kegagalan dan lain-lain.

e) Citra Majemuk

Setiap organisasi pasti memiliki divisi-divisi / departemen-departemen beserta dengan pegawai-pegawainya. Setiap pegawai memiliki pandangan tersendiri terhadap organisasi sehingga setiap pegawai menghadirkan citra sesuai dengan pandangannya terhadap organisasi tersebut.

f) Citra yang Baik dan yang Buruk

Setiap perusahaan mengusung citra yang baik sekaligus buruk. Hal ini terjadi karena adanya citra-citra yang berlaku yang sifatnya positif dan negatif

Berdasarkan pemaparan mengenai jenis citra menurut Frank Jefkins di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa citra yang hendaknya diperoleh dalam penelitian ini adalah citra perusahaan, karena peneliti ingin melihat bagaimana citra PT. Tirta Sibayakindo di mata masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam kecamatan Berastagi.

2.1.5.2Manfaat Citra

(25)

perusahaan dalam jangka panjang. Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat berikut:

1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (mid and long sustainable competitive position.

2. Menjadi perisai selama massa kritis (an insurance for adverse times).

3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (attracting the best executives available). 4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (increasing the effectiveness of

marketing instruments).

5. Penghematan biaya operasional (cost saving). 2.1.5.3Proses Terbentuknya Citra Perusahaan

Bunchari Alma menegaskan bahwa citra dibentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut.

Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara stakeholders dengan perusahaan. Proses terbentuknya citra perusahaan diperlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 2.3 Proses terbentuknya citra perusahaan (Sumber : Hawkins et all, 2000 : 40)

Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat,

Exposure

Attention

Comprehensive

Image

(26)

terbentuknya citra perusahaan pada obyek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan.

2.1.5.4Dimensi Citra

Dalam mengukur citra perusahaan, Spector menyebutkan terdapat enam faktor utama yang dapat digunakan dalam mengekspresikan citra dari suatu organisasi (dalam Picton & Broderick, 2001: 569). Keenam faktor utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dynamic

Berkaitan dengan antusiasme perusahaan dalam mengembangkan dan meluaskan jaringan bisnisnya.

a.Pioneering (mempelopori)

Perusahaan mampu mendahului pihak-pihak lain, baik dalam berbagai aspek.

b.Attention-getting (menarik perhatian)

Perusahaan mampu menarik minat publiknya untuk memperhatikan. c.Active (aktif)

Perusahaan aktif dalam berbagai usaha. d.Goal oriented (berorientasi pada tujuan)

Perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya sehingga setiap aktivitas dimodifikasi demi tercapainya tujuan.

2. Cooperative (bekerjasama)

Perusahaan mampu membina arus komunikasi dua arah secara efektif dan memberi pengertian yang sama terhadap sebuah pesan.

a.Friendly (bersahabat)

Perusahaan memiliki sifat yang ramah dan bersahabat dengan publiknya. b.Well-liked (disukai)

Perusahaan memiliki sikap yang disukai dan digemari oleh publiknya. c.Eager to please (berkeinginan untuk menyenangkan)

Perusahaan selalu mengupayakan hal-hal yang menyenangkan publiknya. 3. Business (bisnis)

Hal ini berkaitan dengan pemecahan masalah (problem solving). a.Wise (bijaksana)

Perusahaan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya dalam membuat dan memutuskan sesuatu.

b.Smart (cerdik)

Perusahaan mengerti dan pandai mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

c.Persuasive (mampu mempengaruhi)

Perusahaan mampu mempengaruhi publik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.

(27)

Perusahaan memiliki keteraturan di dalam setiap bagian dan memiliki arah pekerjaan yang jelas. Selain itu mampu mengatur konflik dengan baik. 4. Character (karakter)

Persepsi publik suatu perusahaan terhadap kualitas moral perusahaan perusahaan tersebut.

a.Ethical (bermoral)

Perusahaan dikenal sopan, berbudi dan melakukan hal-hal yang sepatutnya dilakukan dalam menjalankan aktivitasnya.

b.Reputable (memiliki nama baik)

Perusahaan memiliki nama baik di mata publiknya. c.Respectable (terhormat)

Perusahaan dihargai dan dihormati oleh publiknya. 5. Successfull (Keberhasilan)

Perusahaan dilihat dari keberhasilan finansial dan kemampuannya bersaing di pasar global.

a.Financial performance (laporan keuangan)

Perusahaan dengan laporan keuangannya dan pandangan publik terhadap kemampuan finansial perusahaan.

b.Self-confidence (percaya diri)

Kepercayaan diri sebagai hasil dari keberhasilan yang dicapai perusahaan. 6. Withdrawn (penarikan)

Perusahaan dalam sikapnya mencegah terjadinya konflik dengan kecenderungan menutup dan menarik diri dari konflik daripada mengungkapkannya.

a.Aloof (menyendiri)

Perusahaan memilih untuk sendiri dan dengan organisasi lain. b.Secretive (menyimpan rahasia)

Perusahaan dengan menyimpan hal-hal yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh internal perusahaan atau dengan sengaja menyembunyikan hal tertentu agar tidak diketahui publiknya.

c.Cautious (berhati-hati)

Perusahaan memiliki banyak pertimbangan dalam menghadapi konflik. Dengan demikian, parameter atau pengukuran citra perusahaan di atas akan dioperasionalisasi dan dikonversi melalui instrumen penelitian, yaitu kuesioner.

2.2 Kerangka Konsep

(28)

operasional (Lubis, 1993 : 110-111). Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan seperti berikut!

Gambar 2.4 Kerangka konsep

2.3 Variabel Penelitian

James A Black dan Dean J Champion (2009 : 30) mengemukakan bahwa variabel merupakan jantung dalam penelitian sosial berupa unit-unit relasional dari analisis yang bisa memikul salah satu kumpulan nilai yang ditunjuk. Lebih lanjut lagi variabel merupakan abstraksi dari gejala atau fenomena yang akan diteliti (Adi, 2004 : 27). Variabel disebut juga sebagai atribut atau nilai atau sifat dari suatu orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sementara Adapun variabel dalam penelitian ini terlihat dalam tabel operasional berikut!

1. Variabel Bebas / Independent Variable (X)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen/variabel terikat (Y). (Pohan dkk, 2012 : 12). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah implementasi corporate social responsibility.

2. Variabel Terikat / Dependent Variable (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen/bebas (X). (Pohan dkk, 2012 : 12). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Citra PT. Tirta Sibayakindo. 3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri-ciri pada responden yang akan dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik responden meliputi karakteristik responden yang tinggal di Desa Doulu Dalam dan Doulu Pasar dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama menetap. Untuk operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel berikut.

Variabel Bebas (X) Corporate Social

Responsibility

(29)

Tabel 2.2 Operasional variabel

No Variabel Teoritis Variabel Operasional

1 Variabel Bebas (X)

a.Kesesuaian dengan misi perusahaan

b.Kesesuaian dengan prinsip pembangunan berkelanjutan 4. Action and facilitation

a.Keterlibatan perusahaan b.Pemberdayaan masyarakat 5. Evaluation and termination or

reformation

a.Sebelum pelaksanaan CSR b.Pada saat pelaksanaan CSR c.Setelah pelaksanaan CSR

(30)

No Variabel Teoritis Variabel Operasional 6.Withdrawn

a.Aloof b.Secretive c.Cautions 3 Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan 6. Lama Menetap

2.4 Defenisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: A.Variabel Bebas (Corporate Social Responsibility) terdiri dari :

1. Engagement : pendekatan awal yang dilakukan oleh PT. Tirta Sibayakindo kepada masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam Kecamatan Berastagi.

a. Pendekatan formal : pendekatan berupa sosialisasi formal mengenai implementasi CSR PT. Tirta Sibayakindo.

b. Pendekatan informal : pendekatan melalui komunikasi informal dengan masyarakat.

2. Assessment : keseuaian pemilihan implementasi CSR yang dilakukan PT. Tirta Sibayakindo.

a. Need-basic approach : kesesuaian implementasi CSR dengan kebutuhan masyarakat.

b. Right-based approach : keseuaian implementasi CSR dengan peraturan perundangan mengenai tanggung jawab sosial perusahan.

3. Plan of action : implementasi CSR yang diterapkan oleh PT. Tirta Sibayakindo dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan misi perusahaan.

a. Misi perusahaan : kesesuaian implementasi CSR dengan komitmen dalam memperhatikan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan b. Prinsip keberlanjutan : kesesuaian implementasi CSR dengan

(31)

4. Action and facilitation : implementasi CSR yang diterapkan oleh PT. Tirta Sibayakindo pada saat di lapangan.

a. Keterlibatan perusahaan: perusahaan terlibat aktif dalam pelaksanaan CSR dengan melakukan monitoring, supervisi dan penyediaan fasilitator yang kredibel.

b. Pemberdayaan masyarakat : perusahaan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan CSR

5. Evaluation and termination or reformation : bagaimana keberhasilan implementasi CSR PT. Tirta Sibayakindo.

a. Sebelum pelaksanaan CSR : perusahaan melibatkan masyarakat dalam merencanakan pelaksanaan CSR

b. Pada saat pelaksanaan CSR : minat dan keterlibatan masyarakat yang antusias

c. Setelah pelaksanaan CSR : perusahaan terus melakukan follow up terhadap CSR yang sudah dilaksanakan sehingga terbina hubungan yang baik antara masyarakat dengan perusahaan.

B. Variabel Terikat (Citra Perusahaan) terdiri dari : 1. Dynamic

a. Pioneer : PT. Tirta Sibayakindo menjadi pelopor bagi perusahaan lain dalam segala hal.

b. Attention-getting : masyarakat tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai PT. Tirta Sibayakindo.

c. Active : PT. Tirta Sibayakindo berupaya aktif dalam menjalankan usahanya.

2. Cooperatif

a. Friendly : PT. Tirta Sibayakindo menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat.

b. Well-liked : PT. Tirta Sibayakindo mendapat simpati dari masyarakat. c. Eager to place : PT. Tirta Sibayakindo berupaya mewujudkan keinginan

(32)

3. Business

a. Wise : PT. Tirta Sibayakindo mau membagi pengalamannya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemauan masyarakat berhubungan dengan bidang usahanya.

b. Smart : PT. Tirta Sibayakindo mampu memberikan solusi yang tepat dengan permasalahan yang dihadapi.

c. Persuasive : bagaimana PT. Tirta Sibayakindo mempengaruhi masyarakat sehingga tujuannya tercapai.

d. Well-organized : PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang terorganisir dengan baik.

4. Character

a. Ethic : PT. Tirta Sibayakindo menggunakan tutur kata yang sopan dan beretika dalam melayani masyarakat.

b. Reputable : PT. Tirta Sibayakindo memiliki nama yang baik di mata masyarakat.

c. Respectable : masyarakat mengahrgai PT. Tirta Sibayakindo . 5. Succesfull

a. Financial performance : PT. Tirta Sibayakindo memiliki keuangan yang baik.

b. Self-confidence : PT. Tirta Sibayakindo memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan usahanya.

6. Withdrawn

a. Aloof : PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang mandiri. b. Secretive : PT. Tirta Sibayakindo sering menutup-nutupi atau memberi

keterangan tidak jelas.

c. Cautions : PT. Tirta Sibayakindo terlalu banyak mempertimbangkan sebelum memutuskan sesuatu.

C. Karakteristik Responden terdiri dari :

(33)

2. Jenis Kelamin yaitu jenis kelamin masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam kecamatan Berastagi yang menjadi responden dalam penelitian ini.

3. Pendidikan yaitu pendidikan terakhir masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam kecamatan Berastagi yang menjadi responden dalam penelitian ini.

4. Pekerjaan yaitu pekerjaan masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam kecamatan Berastagi yang menjadi responden dalam penelitian ini. 5. Besar Penghasilan yaitu besarnya pendapatan per bulannya masyarakat

Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam kecamatan Berastagi yang menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Lama Menetap yaitu lamanya masyarakat Desa Doulu Pasar dan Desa Doulu Dalam kecamatan Berastagi yang menjadi responden dalam penelitian ini tinggal di desa mereka.

2.5 Hipotesis

Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2004 : 14-15).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ha: terdapat pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responbility PT. Tirta Sibayakindo terhadap Citra Perusahaan.

Gambar

Gambar 2.1 Model Komunikasi dalam Public Relations
Tabel 2.
Gambar 2.2 Triple bottom lines dalam CSR (Sumber Wibisono, 2007 : 32)
Gambar 2.3 Proses terbentuknya citra perusahaan (Sumber : Hawkins et all, 2000 : 40)
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Pengawas memperkenalkan diri dahulu sebelum tes dimulai. 2) Pengawas memberitahu Bidang Keilmuan yang akan diujikan kepada peserta. 3) Pengawas mempersilakan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui likuiditas bank, kurs valuta asing, tingkat inflasi, jumlah uang beredar dan produk domestik regional bruto berpengaruh

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

Hal ini di ketahui karna pengaruh mikrooarganime yang terdapat dalam EM4 sehinngga mempengaruhi nilai kalor dari hasil fermentasi dimana dalam EM4 terdapat bakteri Lactobacillus,

[r]

Karena seperti yang sudah dijelas- kan di atas, salah satu faktor yang menyebabkan orang lain bisa masuk ke dalam komputer adalah terjadi akibat apli- kasi atau program yang

tersebut dapat di ketahui bahwa N merupakan jumlah sampel yaitu 61 siswa, nilai Mean sebesar 88.33 pada nilai Standart Deviasi sebesar 5.697 nilai minimum atau nilai

[r]