• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.I Kerangka Teori - Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Sebagai Tujuh Keajaiban Dunia Alam Baru (Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Masyarakat Kelurahan Sei Agul Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.I Kerangka Teori - Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Sebagai Tujuh Keajaiban Dunia Alam Baru (Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Masyarakat Kelurahan Sei Agul Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan "

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.I Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian itu akan disoroti (Nawawi,1995 :39). Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Kerangka teori terdiri dari teori-teori yang mendukung dan menjelaskan masalah yang akan diteliti.

Teori yang digunakan haruslah berkaitan dan relevan sesuai dengan masalah yang diteliti. Teori adalah sistem konsep abstrak yang menjelaskan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena atau masalah. Teori menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Persepsi, Komunikasi Massa, Media Masyarakat, Teknologi komunikasi.

2.2 Persepsi

2.2.1 Definisi Persepsi

(2)

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi (Rakhmat, 2007:51). Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian-penyandian baik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin dapat berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167). Persepsilah yang menentukan untuk menyeleksi proses dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:180). Menurut McMahon (dalam Adi, 1994:55) persepsi diartikan sebagai proses menginterperetasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensory information).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang di terimanya tersebut diolah, dan selanjutnya diproses.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

(3)

yang menyebabkan seseorang memberikan interpretasi berbeda saat melihat sesuatu.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yakni perhatian, faktor-faktor fungsional, faktor-faktor struktural (Rakhmat, 2004:52) yaitu :

a. Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada stimuli lainnya melemah. Demikian definisi yng diberikan oleh Kenneth E. Andersen (1972:46) dalam buku yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

1. Faktor eksternal Penarik Perhatian

Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimulis diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain : gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.

- Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Contoh, pada saat kita melihat running text pada berita disebuah acara televisi.

- Intensitas Stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain.

Contoh, seseorang yang berada di antara orang berpasangan.

- Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat.

Contoh, detik.com terkenal karena menyajikan berita yang terbaru. Detik.com tidak akan bisa terkenal seperti sekarang apabila hanya menyajikan berita-berita basi.

(4)

Perulangan juga mengandung unsur sugesti yakni mempengaruhi bawah sadar kita.

Contoh, iklan Pepsodent yang menampilkan adegan seorang ayah yang mengajarkan cara menyikat gigi. Sebenarnya menyikat gigi adalah kegiatan yang membosankan bagi anak kecil tapi pada iklan tersebut anak diajarkan dengan cara menarik hingga menyikat gigi tidak menjadi kegiatan yang membosankan bagi mereka.

2. Faktor Internal Penaruh Perhatian

Contoh faktor internal yang mempengaruhi perhatian : - Faktor-faktor Biologis

Dalam keadaan sedih, seseorang akan merasa bahwa dirimya adalah orang yang paling menderita di dunia ini.

- Faktor-faktor Sosiopsikologis

Tunjukkan sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku. Reaksi setiap orang akan berbeda-beda apabila ditanyakan jumlah buku didalam ruangan buku tersebut.

- Faktor-faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dalam

suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambar-gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis mahasiswa.

- Kerangka Rujukan (Frame of Reference)

(5)

menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya.

Contohnya, berbicara tentang agenda setting, uses and gratification, spin doctor, spiral of silence kepada mahasiswa sastra. Mereka tidak akan mengerti pada saat ditanyakan istilah-istilah tersebut karena tidak memiliki kerangka rujukan.

3. Faktor-faktor Struktural

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Sedangkan menurut (Siagian, 1989:101) secara umum, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang :

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri

Apabila seorang melihat sesuatu melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia di pengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.

2. Sasaran persepsi tersebut

Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan perkataan lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.

3. Faktor situasi

Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Siagian dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah dari diri individu yang bersangkutan, sasaran-sasaran persepsi dan faktor situasi. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.

(6)

2.2.3 Proses Persepsi

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami dan sistematis yang menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya untuk mencapai suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

Proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yakni proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk, interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi (Sobur, 2003:446).

Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap dan indra pendengar), atensi, dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Reseptor indrawi mata, telinga, kulit, otot, hidung, dan lidah adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar. Mata bereaksi terhadap gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperature dan tekanan, hidung terhadap bau-bauan dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan-rangsangan ini dikirimkan ke otak.

Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Seseorang tidak lahir untuk kemudian mengetahui bahwa rasa gula itu manis dan api itu membakar. Semua indra itu punya andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh karena otak menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual, penglihatan mungkin merupakan indra yang paling penting. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Tidak seperti pesan visual yang menuntut mata mengarah pada objek, suara diterima dari semua arah. Penciuman, sentuhan, dan pengecapan terkadang memainkan peran penting dalam komunikasi, seperti lewat bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam di pantai.

(7)

sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna. Sebenarnya sulit membedakan sensasi dan persepsi. Misalnya, apa yang terjadi ketika membaui bunga warna, apakah terlebih dahulu merasakan sensasi fisiologis (bau) dan kemudian persepsi psikologis (aroma menyenangkan yang berkaitan dengan bunga mawar). Kedua hal itu sebenarnya terjadi secara serempak.

Atensi tidak terelakkan karena sebelum merespons atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri.

Tahap terpenting dalam persepsi dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang diperoleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung melainkan menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut (Mulyana, 2005:168).

Dari penjelasan diatas, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Subproses psikologis lain adalah pengenalan, penalaran, perasaan, dan tanggapan. Secara singkat, persepsi didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukkan psikologis. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

2.2.4 Objek Persepsi

(8)

menyebutnya sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobjekan nonmanusia, hal ini sering disebut sebagai nonsocial perception atau juga disebut sebagai things perception.

Apabila yang dipersepsi itu manusia dan yang non manusia, maka adanya kesamaan tetapi juga adanya perbedaan dalam persepsi tersebut. Persamaannya yaitu apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda lain. Namun perbedaannya, apabila yang dipersepsi itu manusia maka objek persepsi mempunyai aspek-aspek yang sama dengan yang mempersepsi dan hal ini tidak terdapat apabila yang dipersepsi itu nonmanusia. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi pada orang yang mempersepsi, dah hal ini tidak akan dijumpai apabila persepsi itu nonmanusia. Karena itu objek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangi objek persepsi, dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi (Walgito, 2002:76).

2.2.5 Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi

Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsi sesuatu atau seseorang sesuai dengan

pengharapan kita. Sehingga tidak jarang asumsi yang kita berikan terhadap sesuatu objek tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.

Ada beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan dalam pembentukan persepsi (Mulyana, 2005:211), yakni :

a. Kesalahan Atribusi

(9)

b. Efek Halo

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifat yang spesifik. Misalnya, gagasan yang dianggap biasa bahkan using bila dikemukakan oleh orang awam dianggap brilliant atau kreatif bila hal itu dikemukakan oleh tokoh nasional, sehingga cepat diliput oleh pers.

Efek halo ini sangat berpengaruh kuat sekali pada diri dalam menilai orang-orang yang bersangkutan bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Kemudian kita kecewa karena ternyata setelah ia menduduki jabatan tersebut kinerjanya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

c. Stereotip

Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, berdasarkan karakteristik individual mereka.

Stereotip berasal dari buku Public Opinion Walter Lippman (1922) yang berarti pictures in our head. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mendefinisikan stereotip sebagai persepsi atau kepercayaan yang kita anut mengenai kelompok-kelompok atau individu-individu berdasarkan pendapat ydan sikap yang lebih dulu terbentuk. Menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus, stereotip adalah kepercayaan hampir selalu salah bahwa semua anggota suatu kelompok tertentu memiliki ciri-ciri atau menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Ringkasnya stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelompok-kelompok ini mencakup kelompok ras, keompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan dan profesi atau dengan orang penampilan fisik tertentu. Contohnya, orang padang pelit, orang batak kasar, orang jawa halus pembawaan dan sebagainya.

(10)

d. Prasangka

Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin praejudicium yang berarti suatu penilaian berdasarkan keputusan dan pengalam terdahulu. Prasangka ini bermacam-macam, yang populer adalah prasangka rasial, prasangka kesukuan, prasangka gender, dan prasangka agama. Wujud prasangka yang nyata dan ekstrim adalah diskriminasi, yakni pembatasan atas peluang atau akses sekelompok orang terhadap sumber daya semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok ras, suku, gender, pekerjaan dan sebagainya.

e. Gegar Budaya

Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol sosial. Lundstedt mengatakan gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk meyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru sedangkan menurut P. Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai. Meskipun gegar budaya ini dikaitkan dengan fenomena memasuki suatu budaya asing, lingkungan budaya baru yang dimaksudkan disini sebenarnya bisa juga merujuk pada agama baru, lembaga pendidikan baru, lingkungan kerja baru, atau keluarga besar baru.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penyebab kekeliruan dan kegagalan dari persepsi seseorang pada dasarnya disebabkan oleh kekuranglengkapan informasi mengenai objek yang dipersepsikan, sehingga menimbukan kesan-kesan inderawi yang diterimanya. Jadi, tidak dapat disangkal bahwa persepsi seseorang tidak selamanya benar terkadang bisa saja keliru atau berbeda dengan orang lain.

2.3 Komunikasi Massa

2.3.1 Definisi Komunikasi Massa

Dalam kehidupan masyarakat informasi sangat membutuhkan media massa sebagai alat dalam mendapatkan informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi media massa juga kian berkembang, salah satunya adalah media internet. Penyampaian pesan atau informasi kepada masyarakat luas atau massa dikenal dengan istilah komunikasi massa.

(11)

massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Maletzke menghimpun banyak definisi beberapa diantaranya :

1. Komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

2. Komunikasi dibedakan bahwa dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.

3. Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anomin; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Rakhmat, 2007:188).

Komunikasi massa juga dapat didefinisikan sebagai pengguna sebuah medium massa untuk mengirim massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas dengan tujuan untuk memberi informasi, menghibur atau membujuk (Vivian, 2008:450). Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2007:71).

(12)

2.3.2 Unsur-Unsur Komunikasi Massa

Bagian-bagian terpenting yang membentuk dan mendukung terjadinya suatu sistem disebut unsur. Dalam melakukan proses komunikasi diperlukan unsur-unsur untuk mendukung kelancaran proses pertukaran pesan antara komunikator dan komunikan. Unsur dalam komunikasi massa tidak sesederhana unsur bentuk komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks karena setiap unsur memiliki karakteristik tertentu.

Unsur-unsur penting komunikasi massa adalah : a. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa adalah :

1. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.

2. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. 3. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang

mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

b. Media massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara missal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.

c. Informasi (pesan) massa

Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara missal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

d. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang menyeleksi setiap informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk memperluas, membatasi informasi yang akan disiarkan tersebut. Seperti, wartawan, desk surat kabar, editor dan sebagainya. Bahkan penerima telepon di sebuah institusi media massa memiliki kesempatan untuk menjadi gatekeeper ini.

e. Khalayak (publik)

(13)

f. Umpan balik

Umpan balik dalam media massa berbeda dengan umpan balik dalam komunikasi antarpribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda sedangkan umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreks karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dan publik, dengan demikian maka sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan seirama dengan perkembangan teknologi telepon dan internet serta berbagai teknologi media yang mengikutinya (Bungin, 2007: 72).

2.3.3 Karakteristik komunikasi massa

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi komponen-komponen yang terlibat didalamnya, juga proses berlangsung komunikasi tersebut. Namun, agar karakteristik komunikasi massa itu tampak jelas, maka peembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi antarpersona.

Karakteriksitik komunikasi massa dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain.

b. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

c. Pesannya bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Karena, pesan ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak.

d. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

(14)

e. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis

Alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Misalnya, pemancar untuk media elektronik.

f. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami (Nurudin, 2003:61).

Dari karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi masssa

adalah proses penyampaian pesan dari komunikator dimana komunikator adalah sebuah lembaga atau institusi terhadap komunikan dalam jumlah yang besar (massa) dan heterogen.

2.3.4 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator atau media kepada khalayak melalui suatu alat informasi. Komunikasi massa berfungsi menyampaikan informasi baik positif atau negatif kepada masyarakat luas.

Fungsi komunikasi massa awalnya dicetuskan oleh Harold D Lasswell pada tahun 1948. Tokoh ilmu komunikasi yang mendalami komunikasi politik ini menyebutkan, fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan lingkungan hidup, pertalian dan penyebaran warisan sosial (Effendy, 2003:28). Dalam kajian komunikasi massa, ada beberapa fungsi komunikasi massa tersebut yakni :

a. Fungsi Pengawasan

(15)

yang dilakukannya. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun sebagainya akan memberikan punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

b. Fungsi Sosial Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa yang dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedagogi yang dilaksanakan melalui komunikasi tatap muka, di mana karena sifatnya, maka fungsi paedagogi hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.

c. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi public tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informative tercapai dalam waktu cepat dalam singkat.

d. Fungsi Transformasi Budaya

Fungsi informatif adalah fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain yang lebih dinamis adalah fungsi-fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi transfomasi budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global. Sebagaimana diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi lainnya, seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan sebagainya. Jadi, tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini di mana hampir semua perkembangan telematika mengikutsertakan proses-proses komunikasi massa terutama dalam proses transformasi budaya.

e. Fungsi Hiburan

(16)

terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Tranformasi budaya yang dilakukan oleh komunikasi massa mengikutsertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam komunikasi massa. Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya. Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa (Bungin, 2007:78).

Fungsi komunikasi massa adalah memberi informasi, mendidik, mempersuasi, menghibur (Nurudin, 2003:63). Sedangkan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

2.3.5 Proses Komunikasi Massa

Komponen pada proses komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok mudah diketahui. Namun apabila komunikasi tersebut dilakukan media massa maka komponen maupun prosesnya tidak akan sesederhana sebagaimana pada proses bentuk komunikasi yang lainnya. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi dengan menggunakan media massa seperti internet, televisi, radio, suratkabar, majalah. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampui jarak untuk memengaruhi khalayak dalam jumlah banyak.

Proses komunikasi massa terlihat beberapa dalam bentuk :

1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas, dan diterima oleh massa yang besar pula.

2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan, kalau terjadi interaktif di antara mereka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator.

(17)

disebabkan karena pemberitaan yang sangat agitatif, maka sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan tidak permanen.

4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersornal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan.

5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan-hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti, televisi dan radio melakukan penyiaran karena adanya kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan-pemberitaan massa yang ditunggu-tunggu. Dengan demikian, maka agenda acara televisi dan radio juga sangat ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat menonton atau mendengar acara itu, apabila tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka acara tersebuta akan dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar (Bungin, 2007:74).

2.3.6 Tujuan Komunikasi Massa

Dalam terjadinya komunikasi pasti komunikator memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada komunikan setelah mendapatkan pesan. Tujuan-tujuan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, pendapat dan sikap.

Adapun tujuan dari komunikasi massa yakni :

1. Untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa. Pengaruh ini mungkin yang diharapkan seperti pemberitaan kepada masyarakat selama pemilihan, atau yang tidak diharapkan, seperti menyebabkan peningkatan kekerasan dalam masyarakat.

2. Untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan masyarakat. Dalam beberapa hal, melihat manfaat komunikasi massa oleh masyarakat menjadi lebih bermakna daripada melihat pengaruhnya. Pendekatan ini mengakui adanya peranan yang lebih aktif pada audiens komunikasi. Setidaknya, ada dua faktor yang digabung untuk memberikan tekanan yang lebih besar pada aktivitas audiens dan penggunaan komunikasi massa daripada pengaruhnya. Salah satu faktornya adalah bidang psikologi kognitif dan pemrosesan informasi. Faktor lain adalah perubahan teknologi komunikasi yang bergerak menuju teknologi yang semakin tidak tersentralisasi, pilihan pengguna yang lebih banyak, diversitas isi yang lebih besar, dan keterlibatan yang lebih aktif dengan isi komunikasi oleh pengguna individual.

3. Untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa.

(18)

acara dan film yang didasarkan oleh spekulasi (Severin dan Tankard, 2008:13).

2.3.7 Hambatan Komunikasi Massa

Dalam konteks komunikasi, pasti akan menemukan hambatan dalam

proses penyampaian pesan sehingga mengakibatkan pesan yang diterima oleh komunikaan tidak sempurna. Efektivitas komunikasi merupakan faktor penentu untuk mengetahui seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi. Semakin efektif komunikasi yang berlangsung maka hambatan komunikasi semakin kecil dan begitu sebaliknya.

Adapun hambatan-hambatan dalam komunikasi massa adalah : a. Gangguan

Jika pembicara menyampaikan pesan dengan suara seperti menggerutu maka efektivitas pesannya akan terganggu. Ketidakjelasan ucapan dan hambatan lain dalam proses komunikasi sebelum pesan mencapai audiens dinamakan gangguan (noise). Dalam komunikasi massa, yang didasarkan pada peralatan mekanik dan elektronik yang kompleks, peluang terjadinya gangguan adalah tak terbatas karena ada banyak hal yang bisa berjalan secara keliru. Gangguan terjadi dalam bentuk : ganguan semantik, gangguan saluran, dan gangguan lingkungan.

1. Gangguan Semantik, komunikasi massa itu sendiri dapat mengganggu kesuksesan pesannya jika disusun dengan buruk. Ini dinamakan gangguan semantik. Susunan kata yang buruk adalah salah satu contohnya. Bicara seperti orang ngedumel juga termasuk penghambat komunikasi.

2. Gangguan Saluran, ketika sedang mendengar siaran radio AM tapi suaranya terputus-putus berarti sedang mengalami gangguan saluran (channel noise). Bentuk gangguan saluran lainnya adalah tinta yang blobor di halaman majalah, dan mikrofon yang tidak berbunyi saat penyiar membaca berita.

3. Gangguan Lingkungan, intrusi yang terjadi di tempat penerimaan disebut gangguan lingkungan misalnya, saat membaca tiba-tiba bel pintu suara anak menjerit-jerit, yang mengganggu proses decoding yang sedang lakukan dalam membaca.

b. Filter

Orang-orang yang menerima pesan media massa mungkin secara tak sadar melakukan intervensi yang mengganggu kesuksesan proses komunikasi. Penyebab intervensi ini dikenal sebagai filter.

(19)

kosakata yang dimiliki audiens. Tetapi kebanyakan merupakan kekurangan di pihak aundiens.

2. Filter Fisik, ketika pikiran penerima sedang kelelahan, maka filter fisik akan mengganggu proses komunikasi massa. Orang mabuk merupakan salah satu contoh dari adanya filter fisik. Komunikasi massa tidak punya banyak control atas filter fisik ini.

3. Filter Psikologis, jika penerima adalah pejuang hak-hak asasi binatang, maka filter psikologis kemungkinan besar akan memengaruhi penerimaannya terhadap informasi atau berita tentang riset yang menggunakan hewan. Pandangan yang berbeda bisa berpengaruh. Misalnya ada dua cewek bersahabat bersama-sama nonton film Fatal Attraction. Salah satu cewek sudah menikah dan istri setia, yang satunya selingkuh dengan pria yang sudah bersuami. Karena punya gagasan dan pengalaman hidup yang berbeda dalam hal kesetiaan perkawinan, yang merupakan tema utama film itu, maka kedua wanita itu melihat dan mendengar kata-kata yang sama tapi seperti melihat dua film yang “berbeda” (Vivian, 2008:460).

2.3.8 Hasil Komunikasi Massa

Proses dari berlangsungnya komunikasi massa selalu menghasilkan dampak positif maupun negatif di dalam masyarakat terhadap pesan yang disampaikan. Adapun hasil dari komunikasi massa yang diperoleh adalah :

a. Amplifikasi

Teknologi media massa memberi komunikator massa semacam megafon. Ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki komunikator jenis lain. Sumber surat, misalnya, umumnya memuat satu pesan kepada satu orang lain. Sebaliknya, penulis di majalah, punya kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau mungkin jutaan orang melalui majalah cetaknya. Penyiar punya peralatan transmitter. Peralatan media massa membuat komunikator massa mampu untuk “memperbesar” (to amplify) pesan dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan komunikasi interpersonal atau kelompok.

b. Tanggapan

Penerima pesan setelah memahami pesan, memberi respons. Si penerima ini menjadi pengirim, mengkodekan tanggapan dan mengirimkannya melalui medium ke pengirim pertama, yang kini menjadi tujuan baru yang mendekodekan pesan. Proses pembalikan ini disebut umpan balik atau tanggapan (feedback).

c. Efek

(20)

memahami proses-proses yang menimbulkan efek-efek tersebut (Vivian, 2008:462).

2.3.9 Komunikasi Massa sebagai Sistem Sosial

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema. Artinya

sehimpunan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Dalam tradisi ilmu sosial

penggunaan istilah sistem lebih sering digunakan untuk merujuk pada sebuah sistem organik, yaitu sebuah sistem yang di dalamnya terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang memiliki kehidupan (animate). Istilah ini digunakan untuk membedakan penggunaan istilah yang sama pada ilmu-ilmu eksakta, di mana sebuah sistem anorganik terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang tak berjiwa (in-animate). Walaupun demikian, kedua istilah sistem itu mengarah kepada pengertian sistem sebagai sebuah himpunan kehidupan sosial yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhungungan satu dengan lainnya secara teratur dan sistematis serta membentuk suatu kehidupan yang menyeluruh.

Di masyarakat, sistem digunakan untuk beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Sistem ditujukan sebagai gagasan atau ide yang tersusun, teorganisir dan membentuk suatu kesatuan yang sistematis dan logis, umpamanya adalah filsafat, nilai, pemerintahan, demokrasi, kekerabatan, dan sebagainya. b. Sistem yang merujuk pada pengertian sebuah kesatuan, kelompok, sebuah

himpunan dari beberapa unit atau komponen yang terpisah-pisah, memiliki hubungan –hubungan khusus sehingga membentuk sebuah keseluruhan yang utuh, seperti pesawat terbang, komputer, arloji, dan sebagainya. c. Sistem ditujukan untuk menyebutkan sebuah metode, cara, teknik yang

digunakan, seperti sistem belajar, sistem pelatihan, sistem bertindak, dan sebagainya

Talcott Parson membagi karakter sistem sosial menjadi dua :

a. Karakter himpunan, yaitu sistem terdiri dari beberapa komponen yang terdapat dalam kehidupan masyarakat keseharian.

b. Karakter ekuilibrium, yaitu sistem merupakn sebuah kehidupan yang seimbang diatur oleh norma dan aturan-aturan dalam masyarakat tersebut.

Hal-hal dapat dimanfaatkan dari teori sistem adalah ;

(21)

b. Sistem mengandung banyak tingkatan dan dapat diaplikasikan pada aspek dunia sosial berskala besar maupun kecil, ke aspek ruang paling subjektif dan objektif.

c. Teori sistem tertarik pada keragaman hubungan dari berbagai aspek dunia sosial.

d. Pendekatan sistem cenderung menganggap melihat semua aspek sosiokultural dari segi proses, khususnya jaringan informasi dan komunikasi.

e. Teori sistem bersifat inheren dan integratif (Bungin, 2007:82).

2.4 Media Masyarakat

Media pada dasarnya adalah segala sesuatu yang merupakan saluran yang mana seseorang menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya. Dengan kata

lain media adalah alat untuk mewujudkan gagasan manusia. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang berkelanjutan dari subsistem atau komponen aktif yang masing-masing dihubungkan dalam suatu kontribusi penting yang berkesinambungan.

Dalam masyarakat sederhana, kesepakatan bisa dicapai pembicaraan langsung, sedangkan masyarakat industri yang kompleks harus mengandalkan media massa. Media dapat terlihat hidup ketika salah satu sistem sosial terorganisir yang memerlukan pemeliharaan yang lebih akurat, konsisten serta mendukung dan melengkapi yang menyangkut masyarakat pekerja dan lingkungan sosial sesuai dengan permintaan institusi dan individu akhirnya manfaat media tidak mencapai yang diharapkan (Rivers dan Peterson, 2004:34). Tiap orang menggunakan media secara berbeda. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, dan sebagainya mempengaruhi alasan

(22)

2.4.1 Peran Media Massa Dalam Masyarakat

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :

a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.

b. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya (Bungin, 2007:85).

Secara lebih spesifik peran media massa saat ini lebih menyentuh persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat secara aktual, seperti :

a. Harus lebih spesifik dan proporsional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media edukasi dan media informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat

b. Dalam memotret realitas, media massa harus focus pada realitas masyarakat, bukan pada potret kekuasaan yang ada di masyarakat itu, sehingga informasi tidak menjadi propaganda kekuasaan, potret figur kekuasaan.

c. Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi, sehingga kasus-kasus pengaburan berita dan iklan tidak harus terjadi dan merugikan masyarakat

(23)

saat ini menjadi sumber ancaman. Media massa menjadi sebuah sistem dalam sistem besar peringatan terhadap ancaman lingkungan, bukan hanya menginformasikan informasi setelah terjadi bahaya dari lingkungan itu.

e. Dalam hal menghadapi ancaman masyarakat yang lebih besar seperti terorisme, seharusnya media massa lebih banyak menyoroti aspek fundamental pada terorisme seperti mengapa terorisme itu terjadi bukan hanya pada aksi-aksi terorisme (Bungin, 2007:86).

2.4.2 Fungsi Media Masyarakat

Di Indonesia, media massa di dalam masyarakat sudah ada sejak jaman penjajahan kolonial dahulu. Pada zaman itu,pers atau media massa digunakan untuk alat propaganda politik, setelah itu pada zaman kemerdekaan, pers digunakan sebagai alat perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian pada zaman orde baru,media massa atau pers mengalami pengekangan kebebasannya di bawah payung pemerintah yang otoriter. Dewasa ini,media massa di Indonesia seperti krisis identitas. Media massa seperti kebablasan dalam mengartikan kebebasan. Banyak media massa memberitakan secara sebebas-bebasnya tanpa mengindahkan etika dan moral yang berlaku.

Menurut Harold Lasswell dan Charles Wright, fungsi media massa dalam masyarakat yakni :

a. Pengawasan (Surveillance)

Pengawasan atau surveillance adalah fungsi pertama memberi informasi dan menyediakan berita. Dalam membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca yang ekstrem atau berbahaya atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita yang tersedia di media yang penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya.

Fungsi pengawasan juga bisa mnyebabkan beberapa disfungsi. Kepanikan dapat saja terjadi karena ada penekanan yang berlebihan terhadap bahaya atau ancaman terhadap masyarakat. Lazarsfeld dan Merton (1948-1960) mencatat adanya disfungsi yang memabukkan ketika individu jatuh dalam kelesuan atau kepasifan sebagai akibat dari banyaknya informasi yang diterima. Selain itu, terlalu banyak ekspose “berita” (yang tidak biasa, abnormal, lain dari yang lain) bisa membuat

b. Korelasi (Correlation)

(24)

bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsesnsus dengan mengekspos penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media sering kali bisa menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor dan mengatur opini public.

Fungsi korelasi dapat menjadi disfungsi ketika media terus-menerus melanggengkan stereotype dan menumbuhkan kesamaan, menghalangi perubahan sosial, dan inovasi, mengurangi kritik dan melindungi serta memperluas kekuasaan yang mungkin perlu diawasi.

c. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini, mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar pengalaman umum mereka. Mereka membantu integrasi individu ke masyarakat baik dengan cara melanjutkan sosialisasi setelah pendidikan formal berakhir, ataupun dengan mengawalinya pada masa-masa pra sekolah. Telah diketahui bahwa media dapat mengurangi perasaan terasing (anomi) pada individu atau perasaan tak menentu melalui wadah masyarakat tempat dia dapat mengidentifikasikan dirinya.

Namun demikian, mengingat sifatnya yang cenderung tidak pribadi, media massa dituduh ikut berperan dalam depersonalisasi masyarakat (Disfungsi). Media massa diletakkan di antara individu dan menggeser hubungan langsung pribadi dalam komunikasi.

Media juga dikatakan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman budaya dan membantu meningkatkan masyarakat massa. Hal ini menandakan bahwa, karena media massa, kita cenderung membicarakan hal yang sama, berpakaian dengan cara yang sama, bertindak dan bereaksi dengan cara yang sama. Hal ini mendasakan pada satu gagasan bahwa jutaan orang menerima model peran yang disajikan media akibat begitu besarnya tingkat penggunaan media. Sejalan dengan adanya kecenderungan standarisasi terdapat pandangan bahwa media massa menghambat perkembangan budaya.

d. Hiburan (Entertainment)

(25)

2.4.3. Syarat Keefektifan Media

Lazrsfeld dan Merton menyebutkan tiga syarat yang diperlukan agar media menjadi efektif yakni monopolis (monopolization), kanalisasi (canalization), dan suplementasi (supplementation).

a. Monopolisasi (Monopolization)

Monopolisasi (monopolization) terjadi akibat tidak adanya upaya melawan propaganda yang dilakukan oleh media massa. Hal ini tidak hanya ada dalam masyarakat dalam sistem otoriter, tetapi juga di tiap masyarakat di mana tidak ada perlawan terhadap suatu pandangan, nilai, kebijakan, atau citra publik. Kadang kala keadaan yang hampir atau sama sekali tidak ada ini diilustrasikan oleh kenyataan bahwa bila suatu institusi yang “sakral” dipertanyakan oleh media, artikel atau program yang membahasnya akan menjadi pusat badai kontroversi dan setelah beberapa tahun berikutnya tetap diingat sebagai perkecualian yang menonjol dari norma yang ada.

b. Kanalisasi (Canalization)

Iklan biasanya hanya berusaha untuk mencoba kanalisasi atau menyalurkan pola tingkah laku atau sikap yang sudah ada. Kadang kala iklan berusaha untuk mendapatkan pelanggan dengan mengganti merek suatu produk yang biasa dia pakai, bisa saja pasta gigi atau mobil. Sekali pola tingkah laku atau sikap itu tebentuk, maka hal tersebut dapat dikanalisasikan ke satu arah atau lainnya. Sebaliknya, propaganda biasanya lebih berhubungsn dengan hal-hal yang lebih kompleks atau rumit. Tujuannya kadang-kadng aneh dengan tingkah laku yang sudah mendarah daging yang harus dibentuk lagi, bukannya dengan kanalisasi sederhana dari sistem-sistem nilai yang sudah ada.

c. Suplementasi (Supplementation)

Suplementasi melalui kontak langsung. Disini, media massa yang tidak monopolisti maupun mengkanalisasi, nyatanya, terbukti efektif juga. Di mana pesan dari media massa diperkuat dengan diskusi kelompok organisir (Severin dan Tankard, 2008:395).

2.4.4 Efek Media Massa

(26)

Efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan:

1. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri :

a. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa

media massa.

b. Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.

c. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum beraktivitas, masyarakat akan lebih dahulu melihat siaran berita televisi.

d. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman. Misalnya, untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

e. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negative terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

2. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak :

a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitis yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi.

- Efek Proposional Kognitif

(27)

b. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khlayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, marah setelah menerima pesan dari media massa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut :

1. Suasana Emotional

Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan dipengaruhi oleh situasi emosional individu.

2. Skema Kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada di dalam pikiran individu yang menjelaskan alur peristiwa.

3. Suasana Terpaan

Suasana terpaan adalah perasaan inidividu setelah menerima terpaan informasi media massa.

4. Predisposisi Individual

Predisposisi individual mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedy lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang dan mempunyai sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan- adegan lucu daripada orang yang melankolis.

5. Faktor Identifikasi

Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan (Ardianto dan Erdinaya, 2004:49).

(28)

berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, control sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan budaya (Bungin, 2007:317).

2.5 Teknologi Komunikasi

Kecanggihan teknologi semakin berkembang sejalan dengan era yang semakin maju dan penelitian-penelitian baru yang dilakukan manusia untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru termasuk di bidang komunikasi dan informasi. Diawali dengan transistor, kemudian berkembang ke microchip, sistem komunikasi satelit dan lain-lain.

Istilah teknologi komunikasi seringkali diucapkan dalam nafas yang sama dengan istilah teknologi informasi, karena pengertian yang terkandung pada masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain. Namun, istilah teknologi komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran, perangkat keras, dan perangkat lunak dari komunikasi modern, di mana teknologi informasi merupakan bagian dari padanya

Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam suatu bidang. Teknologi Komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Komunikasi adalah upaya untuk menciptakan kebersamaan makna (commonness in meaning). Dengan demikian, teknologi komunikasi merupakan penerapan guna melancarkan upaya kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat. Rogers mengatakan bahwa teknologi komunikasi sebagai alat perangkat keras, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain (Lubis, 1997:42).

(29)

Di dalam bukunya “Communication Technology: The New The New Media in Society”, Everett M. Rogers mengatakan dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi interkatif dikenal media komputer, videotext dan teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan Rogers itulah, maka masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media dimulai dari era media tulis dan cetak (Bungin, 2007:111). Perkembangan media tulis telah lama dikenal masyarakat dan menjadi pertanda peradaban sebuah bangsa. Kesimpulannya, bahwa media tulis berperan untuk menandakan sebuah kebudayaan mulai dikenal oleh umat manusia dalam bentuk media tulis yang tersimpan dan terasip dalam segala bentuk.

Berbagai Teknologi komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang “revolusi teknologi” dan “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah video tape recorder, video cassette, televis kabel, surat kabar online, akses pelayanan informasi computer dengan computer pribadi di rumah, internet, World Wide Web, serta CD-ROM. Banyak teknologi yang mempunyai dampak dramatis yaitu memberikan pengguna control yang jauh lebih banyak pada proses telekomunikasi dan informasi yang diterima (Severin dan Tankard,

2007:305). Berbagai kemampuan dan potensi yang dimiliki teknologi komunikasi memungkinkan manusia untuk saling berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lainnya. Kini dapat di atasi dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi mutakhir. Dengan penggunaan satelit misalnya, hampir tidak ada lagi batas jarak dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju dimanapun dan kapan saja diperlukan (Nasution, 1989:6).

(30)

animasi, video. Sedangkan media penyimpanan adalah buku dan kertas, kamera, alat perekam kaset, kamera film dan proyektor, alat perekam video dan disk optikal (dalam Bungin, 2007:111).

Dari penjelasan diatas, tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi komunikasi kini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak hanya dirasakan oleh orang-orang menengah ke atas namun juga oleh orang dari kalangan menengah ke bawah. Teknologi di bidang komunikasi menjadi suatu hal yang diperlukan untuk adanya perkembangan dan pembangunan baik untuk individu maupun kelompok.

2.5.1 Karakteristik Teknologi Komunikasi

Salah satu keunggulan yang ditawarkan teknologi komunikasi saat ini adalah kemungkinan bagi si penerima komunikasi untuk lebih langsung mengendalikan pesan-pesan yang ditrasnmisikan. Dewasa ini, penerima komunikasi lebih dapat menentukan pilihan-pilihan yang diinginkan atau dibutuhkannya, seperti memperoleh informasi tentang apa yang diinginkan serta kapan memerlukannya.

Bell menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi yaitu :

1. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol computer di rumah masing-masing. Pesanan akan dikirimkan langsung ke rumah pemesan oleh took tempat berbelanja.

2. Bank informasi dan sistem penelusuran, yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memperoleh kopi cetakannya dalam sekejap mata.

3. Sistem teleteks, yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan. Seperti berita, cuaca, informasi finasial, iklan terklarifikasi, catalog segala macam produk, dan sebagainya lewat layar televis di rumah masing-masing.

4. Sistem faksimil, yang memungkinjan pengiriman dokumen secara elektronik.

(31)

Menurut Ploman, kemajuan teknologi komunikasi tersebut ditandai oleh tiga karakteristik berikut ini :

1. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih di antara berbagai metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada alat peralatan “berat”, yang profesional dan mahal, maka kini tersedia bermacam sarana yang lebih “ringan”, metode yang hanya memerlukan keterampilan minimal, serta murah. Dengan kata lain, kini kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan.

2. Kemungkinan mengkombinasi teknologi, metode, dan sistem-sistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah memungkinkam dengan pengkombinasian tersebut.

3. Kecenderungan kearah desentralisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaian teknologi komunikasi (Nasution 1989:11).

Berdasarkan karakteristik serta bentuk-bentuk wujud fisik teknologi komunikasi tersebut, dapat diperkirakan betapa luasnya potensi teknologi komunikasi sehingga penerapannya pun akan meliputi berbagai bidang kehidupan manusia.

Ciri utama dari perkembangan teknologi komunikasi adalah terjadinya perkawinan antara bebagai media dan teknologi, yang kemudian menghasilkan bentuk-bentuk baru memiliki kemampuan berlipat ganda dan menciptakan aneka pelayanan komunikasi yang lengkap dan unik, yang bahkan tidak terbayangkan sebelumnya (Nasution, 1989:68). Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, computer dan televisi menjadi dan menandai teknologi yang disebut dengan internet (Bungin, 2007:113).

2.5.2 Dampak Teknologi Komunikasi

Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, mengubah konsep dan budaya komunikasi manusia. Kini, setiap orang dapat berkomunikasi dengan baik

dan cepat walaupun dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh. Tetapi, perkembangan teknologi komunikasi tersebut tidak selalu berdampak positif karena dampak

(32)

Dampak teknologi komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dalam kehidupan sosial masyarakat, secara singkat dikemukakan oleh Rogers (1986) yakni modernisasi teknologi komunikasi menyebabkan pengawasan masyarakat menjadi lebih penting, walaupun lebih sukar dilaksanakan. Teknologi komunikasi berperan utama dalam menerapkan kebijakan kebudayaan dan membantu mendemokrasikan kebudayaan, melalui pola penyebaran informasi yang lebih cepat diterima khalayak.

Dihubungkan dengan bisnis yang sangat aspek komersialisasi produk, penggunaan teknologi komunikasi dalam perusahaan multi nasional juga mampu mengubah kondisi sosial masyarakat setempat. Perusahaan besar tidak hanya memupuk modal dan memanfaatkan teknologi serta menjualnya ke pasar komunikasi, mereka menjual sejumlah kebutuhan sosio kultural yang merupakan sarana tempat bersatunya ide, rasa, nilai, dan kepercayaan.

Secara kontekstual difusi informasi ataupun difusi inovasi berhubungan dengan perubahan sosial. Perubahan sosial sebagai akibat langsung maupun tidak langsung karena pengaruh teknologi komunikasi, ternyata di negara-negara dunia ketiga tidak diimbangi dengan tindakan kekuasaan negara yang memposisikan bahwa, masyarakat telah berubah dan lebih luas wawasannya berkat teknogi komunikasi. Kekuasaan Negara hanya melakukan tindakan sloganistis dan retorika ideology pembangunan bertubi-tubi, tentang rakyat yang sejahtera secara moral maupun material. Sementara masyarakat justru melihat berbagai tindakan pemerintah yang dinilai tidak populer dan bertentangan dengan kehendak masyarakat dalam meraih kesejahteraan.

Dukungan teknologi komunikasi, membuat masyarakat dapat menilai upaya kekuasaan Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, namun di pihak lain, pemerintah yang berkuasa sering kali tidak menyadari, sehingga model penyebaran informasipun dilakukan dengan pola pengorganisasian pesan sepihak, yang bukan mustahil membatasi komunikasi yang interaktif dengan masyarakat. Komunikasi sejatinya dapat menjawab konsekuensi-konsekuensi munculnya teknologi komunikasi sebagai salah satu pondasi untuk melakukan perubahan ke arah yang dinginkan.

(33)

2.6 Kerangka Konsep

Setelah sejumlah teori diuraikan dalam kerangka teori, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kitis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1995:37). Jadi, konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Jika kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan atau dasar berpijak penelitian yang akan dilakukan, maka kerangka konsep dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan maksud dari teori yang dipakai.

2.7 Model Teoritis

Berdasarkan uraian diatas maka variabel-variabel dalam penelitian dapat digambarkan dalam suatu sebagai berikut :

Gambar 1 Model Teoritis

Persepsi Masyarakat Upaya Panitia Pendukung Pemenang

Komodo sebagai 7 Keajaib Alam

Dunia Baru

(34)

2.8 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan, dibuat batasan variabel penelitian agar lebih jelas penggunaannya dilapangan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 1 Variabel Penelitian

No. Variabel teoritis Variabel Penelitian

1.

- Mensosialisasikan Komodo melalui komunikasi antarpribadi.

- Mensosialisasikan Komodo melalui komunikasi kelompok. Seperti, seminar, talkshow, konser.

- Pemilihan Jusuf Kalla sebagai duta komodo serta para selebriti menjadi ikon komodo. - Polling SMS untuk mendukung pemenangan

Pulau Komodo

(35)

2.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1995:420). Adapun defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Upaya Panitia Pendukung Pemenangan Komodo

a. Kampanye, yaitu mensosialisasikan keberadaan pulau komodo ke masyarakat.

- Mensosialisasikan Pulau Komodo melalui komunikasi antarpribadi. - Mensosialisasikan Pulau Komodo melalui komunikasi kelompok.

Seperti, seminar, talkshow, konser.

- Pemilihan Jusuf Kalla sebagai Duta Komodo serta para selebritis menjadi Ikon Komodo.

- Polling SMS untuk mendukung pemenangan Pulau Komodo

- Saluran media lain yang digunakan seperti iklan di televisi, iklan di internet, radio, suratkabar, serta spanduk-spanduk yang dipasang tempat umum untuk mendukung Pulau Komodo.

2. Persepsi Masyarakat

a. Kejelasan informasi, yaitu dari mana sumber informasi didapat.

b. Pemahaman individu, merupakan usaha individu untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus.

c. Perhatian, yaitu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman. Perhatian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perhatian terhadap Upaya Panitia Pendukung Pemenangan Komodo.

(36)

3. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, yaitu mengelompokkan responden antara pria dan wanita.

b. Usia, yaitu usia 16 tahun keatas.

c. Pendidikan, yaitu pendidikan terakhir responden.

Gambar

 Gambar 1
Tabel 1 Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf,

Gershom Scholem'in kuru ve bilgece hikayeleri ve Mar­ tin Buber'in eski Hasidik masallarının stilize tercümeleri dışında, bu konuda İngilizce olarak yazılmış olan, gerçek

Dari hasil pengujian keamanan yang dilakukan pada Server Digital Library Universitas Bina Darma, maka secara umum ada 4 celah yang bisa dimanfaatkan oleh penyusup untuk

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Sa bisperas pa naman ng araw ng kanyang pag-alis sa bahay niyang iyon isa lamang pinakamaliit sa mga brilyanteng iyon ay sapat nang pantubos kay Huli at makapagbigay ng kapanatagan

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance yang meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran CIRC berbantuan e- book, menguji tingkat efektivitas model pembelajaran CIRC berbantuan e-book dalam