• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja - Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja - Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja

(2)

kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku". Menurut Thoha (2005 : 76) "disiplin adalah suatu peraturan yang memuat keharusan, larangan, dan sanksi apabila keharusan tidak dilaksanakan atau larangan dilanggar".

Berdasarkan berbagai pengertian tentang disiplin yang telah dikemukakan di atas penulis dapat menarik suatu kesimpulan mengenai disiplin kerja yaitu disiplin kerja adalah suatu sikap yang dipenuhi dengan kesadaran untuk patuh dan taat menjalankan aturan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan aturan itu harus benar-benar dilaksanakan sebab jika aturan tersebut tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan sanksi. Disiplin merupakan suatu sikap yang tidak dapat muncul dengan sendirinya terhadap diri karyawan atau pegawai. Untuk melahirkan sikap disiplin maka sikap tersebut harus selalu dilatih dan diterapkan pada diri karyawan.

Sama halnya dengan pendapat para ahli di atas, Siagian (2004 : 305) mengatakan bahwa pembagian kegiatan disiplin ada 2 yaitu:

1. Disiplin Preventipadalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.

(3)

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pada dasarnya tujuan dari semua penerapan disiplin tersebut adalah untuk mengatur dan mendidik para karyawan untuk selalu taat pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Dilihat dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap kesetiaan dan ketaatan seseorang/ sekelompok orang terhadap peraturan-peraturan baik perbuatan pada suatu organisasi/ perusahaan untuk tujuan tertentu. Disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.

2. Adanya perilaku yang terkendali. 3. Adanya ketaatan.

Menurut Sinungan (2007:135), Untuk dapat mengetahui seseorang disiplin dalam bekerja / tidak dapat dilihat dari :

1. Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung jawan pada pekerjaan.

2. Bekerja sesuai prosedur yang ada.

(4)

2.1.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan suatu faktor penentu prestasi kerja karyawan yang amat penting untuk diperhatikan oleh pimpinan dalam sebuah perusahaan. Peran serta disiplin kerja dalam menentukan prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dapat dikatakan apabila karyawan mempunyai disiplin kerja yang baik maka disiplin kerja tersebut dapat mempermudah tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Hasibuan (2007 : 194) "kedisiplinan harus ditegakan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan untuk mewujudkan tujuannya". Lebih lanjut Hasibuan (2007 : 195) mengatakan bahwa ada 8 indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:

1. Tujuan dan kemampuan 2. Teladan pimpinan 3. Balas jasa

4. Keadilan 5. Waskat

6. Sanksi hukuman 7. Ketegasan

8. Hubungan kemanusiaan

(5)

Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas peneliti berpendapat bahwa pimpinan mempunyai andil yang cukup besar dalam menciptakan kondisi disiplin kerja. Disamping berbagai faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, terdapat juga berbagai faktor yang sering digunakan dalam menilai atau mengukur disiplin kerja karyawan. Menurut Haries (2006 : 21) indikator disiplin kerja dapat diukur dengan variabel-variabel dibawah ini:

a. Ketaatan dan kepatuhan

b. Kepatuhan terhadap perintah pimpinan c. Kesanggupan menerima sanksi".

(6)

2.1.1.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja

Menurut Luthans (2006:218), disiplin kerja dapat timbul dari diri sendiri dan dari perintah, yang terdiri dari :

1. Self Inposed Dicipline yaitu disiplin yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku.

2. Comman Dicipline yaitu disiplin yang timbul karena paksaan, perintah dan hukuman serta kekuasaan. Jadi disiplin ini bukan timbul karena perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi timbul karena adanya paksaan / ancaman dari orang.

Disiplin kerja karyawan dapat dikatakan baik, apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Matutina, 2001:67)

1. Para karyawan datang tepat waktu, tertib, teratur 2. Barpakaian rapi

3. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan 5. Memiliki tanggung jawab yang tinggi.

2.1.1.3 Alat Ukur Disiplin Kerja

(7)

jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh kantor/Instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja. Menurut pendapat Sugiyono (2007:7), disiplin kerja pegawai kantor/Instansi dapat dikatakan baik apabila :

1. Adanya ketaatan pegawai terhadp peraturan jam kerja. 2. Ketaaatan pegawai terhadap pakaian kerja.

3. Menggunakan dan menjaga perlengkapan kantor. 4. Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar. 5. Adanya semangat pegawai dalam bekerja.

Menurut Sugiyono (2002:67), kriteria yang dipakai disiplin kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator yaitu diantaranya :

1. Sikap

Sikap yang harus ditunjukkan dalam mentaati disiplin kerja adalah ketepatan waktu. Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidka lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang telah lewat, sekarang dan yang akan datang. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan tiba.

2. Norma

(8)

pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti sikap taat dan patuh dalam mengenakan seragam, atau dalam melaksanakan komitmen yang telah disetujui bersama dan terhadap peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.

3. Tanggung Jawab

Tanggung jawab dalam perusahaan yang harus dilakukan oleh karyawan mencakup mempergunakan dan memelihara peralatan kantor. Peralatan adalah salah satu penunjang kegiatan, agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Dengan penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya dapat mengurangi resiko akan kerusakan peralatan yang lebih berat. Merawat dan memelihara merupakan salah satu wujud tanggung jawab dari pegawai.

2.1.2 Motivasi Kerja

(9)

efektif dan terintergrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasaan. Robin dan Judge (2008:222), medefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya. Dari defenisi tersebut dapat dipelajari bahwa motivasi menjadi bagian yang sangat penting yang mendasari seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.

2.1.2.1 Tujuan Motivasi

Menurut Sunyoto (2012:198), tujuan motivasi antara lain sebagai berikut: 1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

4. Mempertahankan loyaitas dan kestabilan karyawan perusahaan 5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

7. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan 8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

(10)

2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Ardana, dkk (2008:31), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah:

1. Karakteristik Individu a. Minat

b. Sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan c. Kebutuhan individual

d. Kemampuan atau kompetensi e. Pengetahuan tentang pekerjaan

f. Emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai

Pada umumnya karakteristik individu ini mempengaruhi bagaimana orang menilai apa yang diperolehnya dari bermacam-macam faktor dalam pekerjaan yang telah diuraikan. Bila faktor-faktor dalam pekerjaan cocok dengan karakteristik individu, orang cenderung untuk termotivasi menjalankan tugasnya.

2. Faktor-faktor pekerjaan a. Faktor lingkungan pekerjaan

1. Gaji dan benefit yang diterima 2. Kebijakan-kebijakan perusahaan 3. Supervisi

4. Hubungan antar manusia

(11)

b. Faktor dalam pekerjaan

1. Sifat pekerjaan

2. Rancangan tugas/ pekerjaan

3. Pemberian pengakuan terhadap prestasi

4. Tingkat/ besarnya tanggung jawab yang diberikan

5. Adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan

2.1.2.3 Teori-Teori Motivasi

Menurut Hasibuan (2008:151), teori-teori motivasi dapat

diklasifikasikan atau dikelompokkan atas:

1. Teori Kepuasan ( Content Theory)

Teori kepuasan mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan

dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak serta berperilaku dengan

cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang

yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya.

Teori ini menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan

apa saja yang mendorong semangat bekerja seseorang. Hal yang memotivasi

semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasaan baik

materil maupun nonmaterii yang diperolehnya sebagai imbalan jasa dari jasa yang

di berikannya kepada perusahaan. Apabila imbal materiil dan nonmateriil yang

diterimanya semakin memuaskan, semangat kerja seseorang kan semakin

meningkat. Semakin tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin giat

(12)

2. Teori Motivasi Klasik Frederik Winsow Taylor

Teori ini berpendapat bahwa manusia mau bekerja giat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik/ biologisnya, berbentuk uang/barang dari hasil pekerjaannya. Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja giat, bilamana ia mendapat imbalan materi yang mempunyai kaitan dengan tugas-tugasnya.

3. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow Dasar Teori Hierarki Kebutuhan adalah:

1. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan.Ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan hanya akan berhenti bila akhir hayatnya tiba.

2. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator.

3. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang/hierarki yakni:

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang termasuk ke dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, perumahan, udara, dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan

(13)

d. Kebutuhan akan penghargaan atau prestise, kebutuhan akan penghargaan

diri dan pengakuan serta perghargaan prestise dari karyawan dan

masyarakat lingkungannya.

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, dengan menggunakan kemampuan,

keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang

sangat memuaskan/luar biasa.

4. Teori Dua Faktor Frederick Herzberg

Menurut herzberg, terdapat dua faktor kebutuhan yaitu pertama,

kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance

factors. Maintenance factors (faktor pemeliharaan) berhubungan dengan hakikat

manusia yang ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah.

Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan,

supervisi yang meneyenangkan, mobil dinas, rumah dinas, dan macam-macam

tunjangan lain. Hilangnya faktor pemeiharaan dapat menyebabkan timbulnya

ketidakpuasaan (disstisfiers = faktor higienis) dan tingkat absensi serta turnover

karyawan akan meningkat. Kedua, faktor pemeliharaan menyangkut kebutuhan

psikologis seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi instrinsik,

kepuasaan pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan

menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasillkan prestasi

pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, tidak akan menimbulkan rasa

ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkain faktor ini dinamakan satifiers atau

(14)

1. Prestasi

2. Pengakuan

3. Pekerjaan itu sendiri

4. Tanggung jawab

5. Kemajuan

6. Pengembangan potensi individu.

Menurut Herzberg cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah

dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan

daam pekerjaan mereka.

5. Teori X dan Y dari Mc. Gregor

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas

dapat dibedakan atas manusia penganut teori X(teori tradisional) dan manusia

penganut teori Y (teori demokratik).

Teori X :

1. Rata-rata karyawan malas dan tidak suka bekerja

2. Umumnya karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yan optimal dan

selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambing

hitamkan orang lain.

3. Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam

melaksanakan pekerjaannya

4. Karyawan ebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujuan

(15)

Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan

cara pengawasan yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja

sunggu-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung kepada

motivasi negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas. Tipe

kepemimpinan teori X adalah otoriter sedangkan gaya kepemimpinannya

berorientasi pada prestasi kerja.

Teori Y :

1. Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerja, sama

wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu

dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah dan merasa

kesal jika tidak bekerja.

2. Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk

maju dengan mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan

inovatif mengembangkan dirinya untuk memecahkan persoalan dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan pada pundaknya. Jadi, mereka

selalu berusaha mendapatkan metode kerja yang terbaik.

3. Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan

mengembangkan dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi

seharusnya memungkinkan karyawan mewujudkan potensinya sendiri

dengan memberikan sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.

Menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan

(16)

keputusan. Jenis motivasi yang diterapkan adalah motivasi positif, sedangkan tipe

kepemimpinannya adalah kepemimpinan partisipatif.

6. Teori Motivasi Claude S. George

Teori ini berpendapat bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang

berhubungan dengan tempat dan suasana dilingkungan ia bekerja, yaitu:

1. Upah yang adil dan layak

2. Kesempatan untuk maju/promosi

3. Pengakuan sebagai individu

4. Keamanan kerja

5. Tempat kerja yang baik

6. Penerimaan oleh kelompok

7. Perlakuan yang wajar

8. Pengakuan atas prestasi

7. Teori Keadilan

Karena egonya manusia juga selalu mendambakan keadilan dalam

pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif sama.

Bagaimana perilaku bawahan dinilai atasan, akan mempengaruhi semangat kerja

mereka. Keadian merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang. Jadi, atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya.

Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara

objektif (baik/salah), bukan atas suka/tidak suka. Pemberian kompensasi harus

(17)

didasarkan pada penilaian yang objektif dan adil. Jika dasar keadilan diterapkan

dengan baik oleh atasan, gairah kerja bawahan cenderung meningkat.

2.1.2.4 Metode Motivasi

Menurut hasibuan (2008:148), ada dua metode motivasi yaitu:

1. Motivasi Langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan non materiil) yang

diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi

kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti pujian, penghargaan,

tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.

2. Motivasi Tak Langsung ( Indirect Motivation)

Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas

sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang

dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat.

Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semnagat bekerja

(18)

2.1.2.5 Faktor –Faktor Motivasi Kerja

Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu faktor intern

yang terdapat pada diri karyawan itu sendiri dan faktor ekstern yang berasal dari

luar diri karyawan. Faktor intern yang mempengaruhi pemberian motivasi pada

seseorang tersebut antara lain:

1. Kematangan Pribadi

Orang bersifat egois dan manja biasanya akan kurang peka dalam

menerima motivasi yang diberikan, sehingga agak susah bekerja sama dalam

membuat prestasi kerja. Sebaliknya orang yang tingkat kematangan pribadinya

tinggi, akan lebih mudah termotivasi, bahkan tanpa dimotivasi pun yang

bersangkutan mau bekerja tekun dengan membuat prestasi.

2. Tingkat Pendidikan

Seseorang karyawan yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi

biasanya akan lebih mudah termotivasi, karena dia suadah mempunyai

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang

berpendidikan lebih rendah. Dengan pengetahuan dan wawasan yang dia miliki,

dia akan lebih mudah mengerti dan memahami serta mengantisipasi

perkembangan organisasi dan tahu apa yang dibutuhkan organisasi dari dirinya.

3. Keinginan dan Harapan Pribadi

Karyawan akan lebih bergairah bekerja bila keinginannya untuk promosi

mendapat tanggapan baik dari organisasi. Dia akan lebih rajin lagi apabila

harapan pemgembangan karier untuk masa mendatang lebih terjamin dan terarah.

(19)

mungkin ada jaminan untuk dapat terlaksana, maka yang bersangkutan akan tidak

termotivasi untuk melakukan pekerjaan. Bahkan bisa saja karyawan tersebut

hanya akan bekerja seadanya saja dan mempunyai rencana untuk mencari

pekerjaan di tempat lain yang dapat memenuhi keinginan dan harapannya itu.

4. Kebutuhan

Kebutuhan di anggap berbanding lurus dengan motivasi. Makin besar

kebutuhan seseorang untuk minta dipenuhi, semakin besar pula motivasi

seseorang untuk mau bekerja keras. Karena yang bersangkutan percaya bahwa

dengan bekerja giat dan baik tersebut, mereka akan dapat memenuhi

kebutuhannya.

5. Kelelahan dan Kebosanan

Karyawan yang berada pada tingkat kelelahan dan kebosanan, akan

memperlihatkan gejala-gejala turunnya produktivitas kerja dan mulai terjadi

berbagai kesalahan dalam pekerjaan. Menurut hasil penelitian para ahli, hal

tersebut bersumber antara lain dari faktor makanan dan minuman yang tidak

teratur, gizi dan kesehatan, rokok dan alkohol, kondisi lingkungan kerja yang

buruk, metode kerja yang kau, suasana kerja yang penuh konflik, lamanya kerja

tanpa istirahat dan pekerjaan yang monoton tanpa variasi. Sedangkan cara terbaik

untuk mengatsi kelelahan dan kebosanan, adalah dengan motivasi berupa

pemberian waktu istirahat yang cukup, menghindari mereka dari bekerja secara

rutin, tetapi melakukan pergiliran daam melakukan tugas, menciptakan

(20)

lebih harmonis dan bersahabat, seta mengusahakan terpenuhinya kebuthan

jasmani dan rohani dalam bekerja.

6. Kepuasaan Kerja

Pada umumnya, seorang karyawan akan dapat merasa puas apabila dalam

pekerjaannya terdapat kesempatan memperoleh umpan balik tentang hasil

pekerjaan yang telah dilakukan, serta terdapat kesempatan untuk memberikan

sumbangan dalam keberhasilan pekerjaan dan adanya variasi dalam melakukan

pekerjaan, juga adanya otonomi untuk bertindak dan lain-lain. Faktor ekstern yang

berasal dari luar diri karyawan juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang,

antara lain:

1. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja tersebut meliputi tempat bekerja, fasilitas, alat bantu

pekerjaan, kebersihan, penerangan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja

antara orang-orang yang ada di tempat kerja. Tempat kerja yang baik dan bersih,

mendapat cahaya cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan, jeas akan

memberiakn motivasi bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik.

Tetapi lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab dan

sebagainya, akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan daya kreativitas.

2. Rasa Aman

Rasa aman misalnya lingkungan kerja yang aman dari segala gangguan

bentuk ancaman, keamanan jabatan, status kerja yang pasti, aman atas sarana

maupun prasarana yang dipergunakan. Apabila keamanan dalam bekerja sudah

(21)

3. Penghargaan

Adanya pemberian penghargaan bagi karyawan yang berprestasi atau

yang berdedikasi tinggi terhadap perusahaan. Dengan adanya penghargaan seperti

ini akan memotivasi karyawan lainnya untuk bisa mendapatkan penghargaan

seperti ini juga.

4. Pembayaran atau Gaji

Pembayaran atau gaji adalah tingkat kompensasi yang memadai sehingga

dapat memotivasi kerja, tingkat kompensasi yang memadai merupakan harapan

setiap karyawan. Karena itu, tingkat kompensasi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan dan yang diberikan oleh organisasi lain untuk jenis pekerjaan yang

sama, sering kali menimbulkan keresahan. Jadi apabila tingkat kompensasi yang

di dapat karyawan sudah cukup atau bahkan lebih tinggi dari harapannya,

motivasi karyawan juga akan semakin tinggi dalam mencapai tujuan perusahaan.

5. Hubungan Kerja yang Harmonis

Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak, pemimpin yang adil

dan bijaksana, dan organisasi tempat bekerja dihargai oleh masyarakat. Apabila

semua ini terpenuhi, maka motivasi untuk bekerja lebih baik juga akan meningkat.

2.1.3 Kinerja Karyawan

Kinerja menurut Bernardin dan Russel dalam buku Manajemen Sumber

Daya Manusia, Sulistiyani dan Rosidah (2003:223) menjelaskan kinerja

merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi karyawan tertentu atau

(22)

bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil

yang diperoleh selama periode waktu tertentu. Sedangkan kinerja menurut Wilson

(2012:231), adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan

persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement). Suatu pekerjaan mempunyai

persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut

juga sebagai standar pekerjaan (job standart). Standar kinerja adalah tingkat yang

diharapkan suatu pekerjaan tertentu utnuk dapat diseesaikan, dan merupak

perbandingan (benchmarks) atas tujuan atau target yang ingin di capai. Kinerja

adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu

dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran

perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara, 2005:43). Kinerja merupakan istilah

yang berasal dari kata job performance yang diartikan sebagai hasil kerja kualitas

dan kuantitas yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugasnya per satuan

periode waktu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.3.1 Penilaian Kinerja

Menurut Sofyandi (2008:122), Penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan.

Dalam penilaian dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode

tertentu. Umpan balik kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik

bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi. Apabila penilaian kinerja

dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia, departemen SDM, dan akhirnya

(23)

kontribusi yang memuaskan pada organisasi. Penilaian kinerja berkenaan dengan

seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskannya. Penilaian

kinerja memberikan dasar bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji,

promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi-kondisi kepegawaian

lainnya. Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan

penilaian kerja sangat penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan dan standar kerja. Dalam persaingan global, perusahaan

menuntut kinerja yang tinggi. Seiring dengan itu, karyawan membutuhkan umpan

balik atas kinerja mereka sebagai pedoman perilakunya dimasa mendatang.

Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi

kerja keryawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya (Hasibuan:2007:87).

Adapun tujuan dan kegunaan penilaian kerja adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, pemberhentian dan penetapan berapa besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektifan

jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi

kerja dan peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

(24)

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai

tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa

hanya sekedar mempunyai system penilaian saja tetapi juga system harus efektif,

diterima dan pantas digunakan. Dengan terpenuhinya kondisi-kondisi itu akan

menghasilkan peningkatan yang diperlukan dalam sumber daya manusia.

2.1.3.2 Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan salah satu bagian siklus berkelanjutan yang

bisa digunakan oleh manajer untuk mengelola kinerja individu dan tim. Menurut

Paul (2001:5), evaluasi kinerja adalah proses yang mencakup perencanaan sejak

awal dan memeliharanya secara teratur. Evaluasi kinerja memberi cara untuk

menjelaskan bagaimana anggota tim dapat melaksanakan pekerjaannya, dan

bagaimana caranya untuk memperbaiki kinerja dimasa yang akan datang sehingga

karyawan, dan perusahaan dapat memperoleh manfaat. Evaluasi kerja juga

memberi peluang untuk bersama-sama menentukan sasaran kerja dan

merumuskan cara mencapainya. Moeheriono (2009:63), mengemukakan bahwa

evaluasi kinerja itu dapat diartikan dalam:

1. Sebagai alat yang baik untuk menentukan apakah karyawan telah memberikan

hasil kerja yang memadai dan sudah melaksanakan aktivitas kinerja sesuai

dengan standar kerja yang telah ditetapka oleh organisasi.

2. Sebagai cara untuk menilai kinerja karyawan dengan melakukan penilaian

(25)

Sebagai alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan

membuat rekomendasi perbaikan dan pengembangan selanjutnya. Keberhasilan

suatu organisasi dalam berbagai ragam kinerja tergantung kepada kinerja seluruh

anggota organisasi. Unsur individu manusialah yang memegang peranan penting

dan sangat menentukan keberhasilan organisasi ataupun perusahaan. Menurut

Dharma (2010:120), evaluasi kinerja adalah dasar dari penilaian atas tiga elemen

kunci suatu kinerja yaitu: kontribusi, kompetensi dan pengembangan yang

berkelanjutan. Penilaian harus berakar pada realitas karyawan. Penilaian bersifat

nyata, bukan abstrak dan memungkinkan manajer dan individu untuk mengambil

pandangan yang positif tentang bagaimana kinerja bisa menjadi lebih baik dimasa

depan dan bagaimana masalah-masalah yang timbul dalam memenuhi standard an

sasaran kinerja dapat dipecahkan. Evaluasi kerja diperusahaan atau di instansi

pemerintah sebaiknya dibedakan evaluasinya terhadap pimpinan dan bawahan,

serta penilai harus mengumpulkan data terlebih dahulu melalui pengamatannya

terhadap kinerja karyawan sebagai bukti awal dalam memecahkan permasalahan

karyawan yang bersangkutan dan dapat melindunginya. Selain itu, juga pabila

diperlukan pelaksanaan pelatihan terlebih dahulu dalam memberikan penilaian

pada evaluasi kinerja agar lebih berhasil, evaluasi kinerja sebaiknya menggunakan

metode yang cocok dan tepat dengan organisasi yang bersangkutan karena sebuah

metode yang tepat di suatu tempat belum tentu cocok dengan tempat lainnya.

(26)

a. Memotivasi

Untuk merancang orang dalam meningkatkan kinerja dan mengembangkan

keahlian

b. Pengembangan

Untuk memberitakan dasar untuk mengembangakan dan memperluas atribut

dan kompetensi yang relevan atas peran mereka sekarang maupun peran

dimasa depan terutama karyawan yang memiliki potensi untuk melakukannya.

Pengembangan dapat difokuskan kepada peran yang dipegang saat ini,

mnemungkinkan orang untuk memperbesar dan memperkaya jangkauan

tanggung jawab mereka dan keahlian yang mereka perlukan dan mendapat

imbalan sebagaimana mestinya.

c. Komunikasi

Untuk berfungsi sebagai saluran komunikasi dua arah tentang peran, sasaran,

hubungan, masalah kerja dan aspirasi.

Dari uraian diatas, dapat dsimpulkan bahawa evaluasi kinerja sangat

penting untuk memfokuskan dan mengarahkan karyawan terhadap tujuan strategi

pada penempatan, penggantian perencanaan, dan tujuan pengembangan sumber

daya manusia. Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat

dijadikan sebagi dasar penilaian setiap pekerjaan. Untuk memudahkan kinerja

karyawan, standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Suatu

pekerjaan dapat diukur melalui dimensi-dimensi berikut:

(27)

Dimensi ini menunjukan jumah pekerjaan yang dihasilkan individu atau

kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. Setiap pekerjaan

memiliki persyaratan yang berbeda sehingga membuat karyawan harus

memenuhi persyaratan tersebut baik pengetahuan, keterampilan, maupun

kemampuan yang sesuai. Berdasarkan persyaratan pekerjaan tersebut dapat

diketahui jumah karyawan yang dibutuhkan untuk dapat menegerjakannya, atau

setiap karyawan dapat mengerjakan berapa unit pekerjaan.

2. Kualitas Pekerjaan

Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu

untuk dapat menghasikan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan

tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standart kualitas tertentu yang harus

disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya sesuai denagn ketentuan.

Karyawan memiliki kinerja baik bila dapat menghasilkan pekerjaaan sesuai

dengan persyaratan kualitas yang dituntut pekerjaan tersebut.

3. Ketepatan Waktu

Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis

pekerjaan tertentu harus diseesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan

atas pekerjaan lainnya. Jadi, bila pekerjaan pada suatu bagian tertentu tidak

selesai tepat waktu akan menghambat pekerjaan pada bagian lain, sesuatu

pekerjaan harus diselesaikan tepat waktu karena batas waktu pesanan pelanggan

dan penggunaan hasi produksi. Pelanggan sudah melakukan pemesanan produk

samapi bats waktu tertentu. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, pihak perusahaan

(28)

digunakan sampai batas waktu tertentu saja, ini menuntut agar diselesaikan tepat

waktu, karena akan berpengaruh atas penggunaannya. Pada dimensi ini,

karyawan dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

4. Kehadiran

Suatu jenis pekerjaaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam

mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. Ada tipe pekerjaan menuntut

kehadiran karyawan selama delapan jam sehari untuk lima hari kerja daa

seminggu. Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat kehadiran karyawan dalam

mengerjakannya.

5. Kemampuan Kerja Sama

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja.

Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang

karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama antar karyawan sanagt

dibutuhkan. Kinerja karywan dapat dinilai dari kemampuannya bekerjasama

dengan rekan sekerja lainnya.

Dengan mengadakan penilaian kinerja maka diharapkan pimpinan dapat

memantau para karyawan baik secara individu maupun sebagai dalam satu

kelompok kerja. Untuk itu seorang pemimpin diharapkan dapat menetapkan

kriteria penilaian yang jelas secara objektif sehingga penilaian yang dilakukan

memperoleh hasil yang kaurat dalam setiap aktivitas pekerjaan yang dinilai.

Untuk penilaian kinerja yang efektif maka diakukan penilaian kinerja secara

spesifik dalam setiap aktivitas pekerjaan sehingga dapat memberikan umpan baik

(29)

2.2 Penelitian Terdahulu

Jane (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Displin Kerja

Komitmen Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Selektani

Horticulture Medan (Studi Kasus Pada Bagian Produksi)”. Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan yang menggunakan SPSS 15.00 for windows

menjelaskan bahwa Disiplin Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y).

Berdasarkan Uji-F diperoleh F-Hitung lebih besar dari F-Tabel (26,671 > 1,48)

dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari alpha (0,00 < 0,05). Berdasarkan

Uji-t variabel disiplin kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan pada PT. Selektani Holticulture Medan. Hasil pengujian

koefisien determinansi (ܴଶ) adalah sebesar 0,429 (42,9%), berarti variabel

dependen (Kinerja Karyawan) dapat dijelaskan oleh disiplin kerja sebesar 42,9%,

sedangkan sisanya sebesar 57,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini sehingga diperlukan penelitian lain yang melihat

variabel.

Penelitian dengan judul “ Pengaruh Stress Kerja dan Motivasi kerja

Terhadap Produktivitas Karyawan PTPN IV (Persero)” yang dilakukuan oleh

Dian (2013), menghasilkan kesimpulan bahwa Stess kerja (X1) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel produktivitas karyawan (Y) begitu juga

dengan variabel motivasi (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel produktivitas karyawan (Y). Berdasarkan pengujian koefisien determinasi

diperoleh nilai R square sebesar 0,730. Artinya 73% produktivitas karyawan pada

(30)

sedangakan sisanya sebesar 27% dapat di jelaskan oleh faktor lain yang tidak

diteliti oleh penelitian ini.

Jurnal Internasional dengan Judul “Dampak Disiplin Kerja dan Motivasi

Karyawan terhadap Kinerja (Produktivitas) Dalam Organisasi Swasta” dilakukan

oleh Fauzillah Salleh dan Zahara Dzulkifli, Universitas Sultan Zainal Abidin,

Malaysia (2011). Hubungan Karyawan dengan pimpinan baik sebesar 26

responden 48,15%. Laporan ini menunjukkan bahwa pimpinan memiliki

hubungan yang sangat baik dengan karyawan semua masalah yang terkait dengan

karyawan secara langsung meningkatkan ke manajemen puncak atau bos

memecahkan keadaan dan menjaga kemajuan yang baik dan hubungan dengan

karyawan, 26 responden 48,15 % adalah keyakinan bahwa pimpinan sangat baik.

Hal ini menunjukkan bahwa karyawan benar-benar percaya & tentang keputusan

manajemen puncak. Disiplin kerja karyawan juga terdaftar dengan baik dengan 24

responden 44,44 % dibandingkan hanya 5 responden 9,26 % yang terdaftar buruk

dalam Disiplin kerja. Hal ini adalah disiplin kerja yang baik oleh seluruh

karyawan di perusahaan. Pengakuan dari manajemen telah didaftarkan baik

dengan 23 responden 42,59 % yang merupakan pertanda baik. Karyawan menjadi

bangga bahwa upaya mereka sedang diterima. Mereka akan mendapatkan lebih

banyak kepentingan dalam pekerjaan mereka & terus berusaha untuk melakukan

lebih banyak upaya .

Jurnal Internasional dengan Judul “Motivasi dan Prestasi Kerja Staf

Akademik Negara Universitas di Nigeria: Kasus Ibrahim Babangida Badamasi

(31)

Mohammed Abubakar Mawoli2 (2012), Analisis mengungkapkan bahwa motivasi

memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar. Berdasarkan pengujian

Koefisien determinasi (R2) = 0,234 menunjukkan bahwa 23 % dari varians dalam

kinerja mengajar telah secara signifikan dijelaskan oleh motivasi, sedangkan

sisanya sebesar 77% dapat di jelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh

penelitian ini.

2.3 Kerangka Konseptual

Penyesuaian diri dari tiap individu terhadap segala sesuatu yang

ditetapkan kepadanya, akan menciptakan suatu masayarakat yang tertib dan bebas

dari kekacauan-kekacauan. Demikian juga kehidupan dalam suatu perusahaan

akan sangat membutuhkan ketaatan dari anggota-anggotanya pada peraturan

dalam ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain,

disiplin kerja pada karyawan sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan

perusahaan akan sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja. (Edy Sutrisno,

2009:85).

Pada umumnya telah diketahui bahwa sampai satu titik tertentu hasil

meningkat dengan bertambahnya motivasi, melewati titik itu tambahan dari

motivasi mengakibatkan turunnya hasil. Dengan demikian terlalu sedikit motivasi

mengakibatkan penurunan dan terlalu banyak motivasi mengakibatkan gangguan.

Beberapa tingkat optimum motivasi tergantung kepada tingkat pekerjaan dan

individu dalam suatu situasi dan waktu tertentu. (Moekijat, 2010:182).

Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk

(32)

memotivasi karyawan di waktu berikutnya. Penilaian kinerja memberikan dasar

bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian,

pelatihan, transfer, dan kondisi-kondisi kepegawaian lainnya. (Herman Sofyandi,

2008:122).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

dan motivasi kerja merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Secara skematis, kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 2.1

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah :

H1. Disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

pada PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul Medan.

H2. Motivasi Kerja bepengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

(33)

H3. Disiplin kerja dan Motivasi Kerja Berpengaruh Positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan pada PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul

Gambar

Gambar 2.1Disiplin

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mensintesa HAp dari kerabang telur ayam kampung dan kerabang telur ayam broiler, dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Komplementasi Rumput

Pemakai (user), kemampuan intelektual yang tinggi dan skbagainya akan sangat menentukan keberhasilan pelayanan perpustakaan. Disamping petugasnya perpustakaan juga

Tabel 1.2 Rekapitulasi Perbandingan Target dan Realisasi Retribusi Daerah dan Lain-Lain PAD yang SahKota Pangkalpinang Tahun 2011-101

Hasil penelitian menunjukkan bahwa facebook tidak hanya berperan sebagai media promosi dalam bisnis online, tetapi juga berperan sebagai media untuk berkomunikasi dengan

1) Konsep; berisikan konsep definisi yang berkaitan dengan subjek yang dipilih. 2) Metodologi; berisikan metodologi yang digunakan dalam pengumpulan data yang

Dengan memperhatikan hasil analisis data dari Metode Komponen Utama dan Metode Maksimu Likelihood pada keluaran R dan Minitab baik sebeleum dirotasi maupun setelah

Berdasarkan hasil perhitungan debit banjir rencana dengan HSS Nakayasu diasumsikan yang paling mendekati nilai dari debit berdasarkan data AWLR yang terletak di