• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Penyebab Artritis Reumatoid Pada Pekerja Di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Penyebab Artritis Reumatoid Pada Pekerja Di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian WHO pada pekerja tentang penyakit akibat kerja di 5 (lima) benua

tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal

disease) pada urutan pertama 48%, kemudian gangguan jiwa 10-30%, penyakit paru

obstruksi kronis 11%, penyakit kulit (dermatitis) akibat kerja 10%, gangguan

pendengaran 9%, keracunan pestisida 3%, cedera dan lain-lain (Lestari, 2008).

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini timbul disebabkan oleh adanya

pekerjaan, kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia (manmade

diseases). Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit.

Sering kali terjadi cacat yang berat sehingga pencegahannya lebih baik dari pada

pengobatan (Anies, 2005).

Berbagai resiko dalam kesehatan dan keselamatan kerja adalah kemungkinan

terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan

kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini

dapat dilakukan semua pihak antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.

Perkembangan industri yang pesat menimbulkan lapangan kerja baru dan menyerap

(2)

informal. Semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat

menerapkan K3 (Suma’mur, 2009).

Tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja serta kecelakaan akibat kerja. Faktor

penyebab penyakit akibat kerja digolongkan menjadi lima faktor yaitu faktor fisik

seperti suara, radiasi, penerangan, getaran, suhu, dan tekanan yang tinggi, faktor

kimia seperti debu, uap, gas, larutan, awan dan kabut, faktor biologis seperti

Tuberkulosis, Hepatitis A/B, faktor fisiologis seperti sikap badan yang kurang baik,

kesalahan konstruksi mesin, kesalahan dalam melakukan pekerjaan, faktor mental

psikologis seperti hubungan kerja yang kurang baik.

Tempat pelelangan ikan (TPI) adalah merupakan tempat pertemuan antara

penjual dan pembeli dan sangat banyak dikunjungi oleh khalayak ramai, dengan

demikian setiap kegiatan perlu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta

berkesinambungan (Mubarak, 2008).

Salah satu penyakit akibat kerja yang sering terjadi pada Tempat Pelelangan

Ikan adalah Artritis Reumatoid atau Rheumatoid Arthritis, dimana gejala awal

penyakit ini biasanya perlahan namun bisa menjadi penyakit relaps atau kronis yang

(3)

terjadinya Arthritis Reumatoid dapat terbagi dalam faktor endogen dan eksogen.

Faktor endogen yaitu genetik, jenis kelamin, usia, ras, lokasi kulit, riwayat atropi.

Faktor eksogen meliputi tipe dan karakteristik agen, paparan dan faktor lingkungan.

Manifestasi ekstraartikuler sangat penting untuk menentukan morbiditas penyakit ini.

Sering ditemukan adanya riwayat penyakit serupa dalam keluarga (Mukono, 2000).

Menurut Anies (2005), penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini timbul disebabkan oleh

adanya pekerjaan, kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia

(manmade diseases). Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan

tingkat sakit. Sering kali terjadi cacat yang berat sehingga pencegahannya lebih baik

daripada pengobatan

Menurut Suma`mur (2009), berbagai resiko dalam kesehatan dan keselamatan

kerja adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan

kecacatan dan kematian. Antisipasi ini dapat dilakukan semua pihak antara pekerja,

proses kerja, dan lingkungan kerja. Perkembangan industri yang pesat menimbulkan

lapangan kerja baru dan menyerap tambahan angkatan kerja baru yang sebagian besar

(70-80%) berada di sektor informal. Semua industri, baik formal maupun informal

diharapkan dapat menerapkan K3.

Artritis Reumatoid adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau

jaringan penunjang sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit

(4)

Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya menyerang orang

yang berusia lebih dari 40 tahun (Muttaqin, 2008). Artritis Reumatoid terutama

menyerang sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki

maupun perempuan dengan segala usia. Dampak dari keadaan ini dapat mengancam

jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah

yang disebabkan oleh penyakit Artritis Reumatoid tidak hanya berupa keterbatasan

yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu

menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari

tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ

dan kematian mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,

perubahan citra diri serta risiko tinggi terjadi cedera.

Angka kejadian Artritis Reumatoid pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang

telah terserang Artritis Reumatoid, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20

tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Wijoyo, 2010).

Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan isiden pada orang berusia di atas

18 tahun berkisar 0,1% sampai 0,3%, sedangkan pada anak-anak dan remaja yang

berusia kurang dari 18 tahun 1/100.000 orang. Prevelensi diperkirakan kasus Artritis

Reumatoid diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3%

dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan studi, Artritis Reumatoid lebih banyak

(5)

diderita oleh kaum wanita, bisa menyerang semua sendi. Prevalensi meningkat 5%

pada wanita diatas usia 50 tahun (Reeves, 2001).

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian TPI Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Seperti terlihat pada Gambar 1.1 di atas bahwa tempat pelelangan ikan diduga

merupakan faktor pencetus timbulnya penyakit Artritis Reumatoid. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor usia, masa kerja, pengetahuan tentang Artritis Reumatoid,

penggunaan Alat Pelindung Diri (faktor endogen) dan suhu serta lingkungan (faktor

eksogen).

Prevalensi Artritis Reumatoid relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1% di

seluruh dunia (Suarjana, 2009). Insidensi dan prevalensi Artritis Reumatoid

bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu

negara. Misalnya, masyarakat asli Amerika, Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa

di Amerika Utara dilaporkan memiliki rasio prevalensi dari berbagai studi sebesar

(6)

di India dan di negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan di

Jerman sekitar sepertiga orang menderita nyeri sendi kronik mulai dari usia 20 tahun

dan juga seperduanya berusia 40 tahun (Suarjana, 2009).

Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi reumatik yang paling sering

dengan prevalensi 0,5% sampai 0,8% pada populasi dewasa. Insidensinya meningkat

seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60

per 100.000 wanita dewasa (Schneider, 2013). Studi Artritis Reumatoid di Negara

Amerika Latin dan Afrika menunjukkan predominansi angka kejadian pada wanita

lebih besar dari pada laki-laki, denga rasio 6-8 : 1 (Longo, 2012).

Menurut Longo (2012), sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering

menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala

asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset terjadi. Distribusi sendi yang terlibat

dalam Artritis Reumatoid cukup bervariasi. Tidak semua sendi proporsinya sama,

beberapa sendi lebih dominan untuk mengalami inflamasi, misalnya sendi-sendi kecil

pada tangan (Suarjana, 2009).

(7)

Seperti terlihat pada gambar 1.2 di atas bahwa gejala awal yang khas pada

penderita Artritis Reumatoid pada tangan ialah pembengkakan sendi sendi proksimal

interfalang yang membentuk gambaran fusiform atau spindle-shape. Keadaan ini

kemudian diikuti dengan pembengkakan sendi metakarpofalangeal yang simetrik.

Proses peradangan yang lama akan menyebabkan kelemahan dari jaringan lunak

disertai dengan subluksasi falang proksimal sehingga menyebabkan deviasi jari-jari

tangan kearah ulnar (ulnar aeviation). Deviasi ulnar ini selalu disertai dengan terjadinya

deviasi radial dan sendi radiocarpalis, sehingga akan memberi gambaran deformitas

zig-zag.

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal

menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit

masyarakat usia > 55 tahun (Dept. of Health RI, 1996). Dan berdasarkan survei WHO

di Jawa ditemukan bahwa Artritis Reumatoid menempati urutan pertama (49%) dari

pola penyakit lansia (Darmojo et. al., 1991).

Artritis Reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.

Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tatalaksananya sering merupakan masalah

utama. Insiden puncak dari Artritis Reumatoid terjadi pada umur dekade keempat,

dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki.

Membran sinovial membungkus sendi dan menahan cairan, sedangkan

sinovial sebagai pelumas. Permukaan sendi adalah tulang rawan sendi, yaitu

bahan/struktur halus seperti karet dan melekat pada tulang. Permukaan tulang rawan

(8)

tulang rawan ini berperan dalam pelumasan sendi dengan menangkap sebagian cairan

sinovial. Dan juga diperkirakan sifat tulang rawan sendi yang berpori berperan dalam

pelumasan sendi (Mansjoer, 2000).

Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal

165 dinyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya

kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi

tenaga kerja. Berdasarkan pasal di atas maka tempat pelelangan ikan mempunyai

kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui

upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.

Pengelola pasar tempat pelelangan ikan harus menjamin kesehatan dan

keselamatan baik terhadap pekerja maupun pengunjung, penyedia layanan atau

pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di tempat pelelangan

ika. Oleh karena itu tempat pelelangan ikan dituntut untuk melaksanakan upaya

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan

menyeluruh sehingga resiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat

kerja di tempat pelelangan ikan dapat dihindari (Harrington dan Gill, 2003).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Tempat Pelelangan

Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, umumnya

pada saat bekerja, para pekerja tidak memakai Alat Pelindung Diri seperti sarung

tangan dan sepatu boot, demikian juga pada saat bekerja dimana tangan dan kaki para

pekerja terpapar oleh larutan es selama 10 sampai 12 jam perhari, dimana hal ini

(9)

peneliti melakukan wawancara singkat terhadap 7 orang pekerja adalah nyeri dan

bengkak pada persendian dan jari tangan pekerja yang langsung terpapar oleh larutan

es.

Terjadinya penyakit Artritis Reumatoid pada pekerja tersebut disebabkan para

pekerja sering terpapar oleh larutan es yaitu ketika memilih dan mengambil ikan dari

peti ikan yang berisi es, dengan lamanya mereka bekerja pada tempat pelelangan ikan

tersebut artinya semakin lama masa kerja mereka tentu semakin besar kemungkinan

menimbulkan penyakit Artritis Reumatoid, disamping minimnya pengetahuan tentang

Artritis Reumatoid, dan penggunaan APD oleh pekerja.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis

faktor penyebab Artritis Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa

Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah apakah ada hubungan usia, masa kerja, pengetahuan tentang Artritis

Reumatoid dan minimnya penggunaan APD dengan timbulnya penyakit Artritis

Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitan

Untuk mengetahui hubungan antara usia, masa kerja, pengetahuan tentang

(10)

Artritis Reumatoid pada pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi tentang bahaya pekerjaan yang dapat mengancam terhadap

kesehatan kerja bagi pekerja di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

2. Meningkatkan kesadaran untuk menjaga kesehatan pekerja dalam hubungannya

dengan pekerjaan di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh Sibaji Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3. Memberikan masukan bagi pengusaha di Tempat Pelelangan Ikan Desa Paluh

Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang agar memberikan

perhatian terhadap perlindungan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi

Gambar

Gambar 1.1  Lokasi Penelitian TPI Desa Paluh Sibaji Kecamatan  Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
Gambar 1.2 Penderita Artritis Reumatoid

Referensi

Dokumen terkait

Alat Bantu Perakitan Pesawat Udara ( Fixture) Aircraft Tools Jig and 216 2. Instalasi Hidrolik dan Pneumatik Pesawat Udara Hydraulic and Pneumatic Installation) (Aircraft 2163.

Bagi Penyedia yang merasa keberatan atas hasil pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan kepada Pokja 12 Unit Layanan Pengadaan Provinsi Jawa Tengah selaku Pelaksana Pengadaan

Berdasarkan hasil dan analisa data menunjukkan bahwa pemberian minuman instan merek Marimas rasa jeruk dengan volume 0,5 ml/20 g BB mencit berpengaruh terhadap kadar

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa siswa Akuntansi SMK X tahun pelajaran 2017/2018, yang memiliki kecender- ungan gaya belajar visual mayoritas

umumnya bukan merupakan inang utama dari spesies ini, namun keberadaan tanaman hutan di suatu habitat dapat berperan sebagai inang alternatif bagi lalat buah di suatu

Berikan penilaian berdasarkan pengalaman Saudara selama mengikuti pendidikan Program Studi Magister/Doktor Teknik Sipil /Teknik Lingkungan / Teknik Kelautan / PSDA /

Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba, kedua ligamen ini melelui kanalis inguinalis kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot polos

Representasi penyelesaian Soal nomor 1 , dari deskripsi data diperoleh bahwa terjadi hambatan semantik dan sintaksis, dimana pada ST 1. mengalami hambatan