MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI
Dosen Pembimbing : Dadang Kusbiantoro, S, Kep.Ns. M, Si
Oleh Kelompok 1
Nama Kelompok :
Andria Puji
Anik Retnosari
Benny Handika M.P
Buyung Kurnia R
Catur Suguharto
Cindy Mulyawati
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
KATA PENGATAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan pokok bahasan “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien amputasi.”
Makalah ini disusun atas kerja sama kelompok kami, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris,S.kep.Ns, M.kes, selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Lamongan.
3. Dadang Kusbiantoro S. Kep, Ns. M.Si selaku dosen pembimbing.
4. seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keerbatsan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena itu, segala sesutu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua pembaca.
Harapan penulis semoga makalah memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal 2. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Lamongan, Oktober 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah asuhan keperawatan pada klien dengan Amputasi telah diperiksa dan disetujui untuk Dipresentasikan Kepada Teman-Teman Mahasiswa Program S1 Keperawatan Semester V11A Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Lamongan, Oktober 2014
Mengetahui Dosen Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Kata Pengantar ...ii
Daftar Isi...iii
BAB 1 Latar Belakang ...1
1.1 Pendahuluan ...1
1.2 Rumusan Masalah ...2
1.3 Tujuan penuliasan BAB 2 Tinjauan Teori ...3
2.1 Definisi amputansi ?...3
2.2 Etiologi /faktor predisposisi amputansi ?...3
2.3 Bagaimana metode amputansi ?...3
2.4 Apa saja jenis jenis amputansi ?...4
2.5 Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?...4
2.6 Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?...5
2.7 Bagaimana pencegahan amputansi ...5
2.8 Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?...5
2.9 Bagaimana komplikasi amputansi ?...6
BAB 3 Asuhan Keperawatan 3.1 Pengkajian ...8
3.2 Diagnosa Keperawatan ...8
3.3 Rencana Keperawatan ...8
BAB 4 Penutup 4.1 Kesimpulan ...11
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memendang masalah yang di hadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memnuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif, tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes militu, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya tumior dan 5% lainnya karencacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial .Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi aktif dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
1.2Rumusan masalah
3. Bagaimana metode amputansi ? 4. Apa saja jenis jenis amputansi ?
5. Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?
6. Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi? 7. Bagaimana pencegahan amputansi
8. Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ? 9. Bagaimana komplikasi amputansi ?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien amputansi ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan pada pasien amputasi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi amputansi
2. Mengetahui faktor predisposisi amputansi 3. Mengetahui metode amputansi
4. Mengetahui jenis jenis amputansi
5. Mengetahui menifestasi klinik amputansi
6. Mengetahui pemeriksaan fisik diagnostik amputansi 7. Mengetahui pencegahan amputansi
8. Mengetahui Bagaimana penalatalaksanaan amputansi 9. Mengetahui komplikasi amputansi
10. Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien amputansi
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.(Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2.2 Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki. 2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya. 5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif. 6. Deformitas organ.
2.3 Metode Amputasi
Amputansi di lakukan sebagian kecil samapi dengan sebagian besar dari tubuh dengan metode :
1) Metode terbuka guilottone amputasi ) metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi 2) Metode tertutup di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode
ini kulit tepi ditarik atau di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di amputansi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan menjadi :
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012), adalah : 1. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
2.5 Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi antara lain ;
2. Keterbatasan fisik 3. Pantom snydrom e
4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung berdiam diri
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi : a. Foto rongent
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang b. CT san
Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputansi
d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
2.7 Pencegahan
Ada beberapa pencegahan amputasi antara lain : 1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
2. Pemeriksaan teraratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus dan mengerjakan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman 4. Penggunaan mesin industri dengan prinsip k-3
2.8 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain : a. Tingkatan amputasi
penting untuk penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan tekanan darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Perawatan pasca amputasi
1. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya iskemik
2. Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut
3. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11
4. Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut
5. Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur lutut dan paha.
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN AMPUTASI
3.1 Pengkajian
a) Biodata :
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori
2. Riwayat penyakit sekarang : kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obatyang diminum, dan cara penanggulangan
3. Riwayat penyaklit dahulu:Tanyakan apakah adanya keleinan musculoskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
c) Pemerikasaan fisik
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
1. System integumen : secara umum lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk menijau tingkat hidrasi.lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakn progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
2. System kardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah
mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indicator fungsi jantung. Mengkaji kemungkinan atherodklerosis melalui penilaian terhadap elastilitas pembuluh darah.
3. System respirasi
Adanya sianosis, riwayat gangguan pernafasan 4. System urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan warna, serta bj urine
Mengkaji tingkat kesdaran klien, serta system pernafasan khususnya system motoric dan sensorik daerah yang diamputasi
6. System mukuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral, terjadi kelemahan secara umum, keterbatasan rom dan masalah fungsi gerak lain.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
2. Gangguan harga diri ( citra tubuh ) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
3.3 Rencana Keperawatan
Pre operasi No
medis untuk mengurangi kecemasan.
4.untuk mengurangi kecemasan pada klien agar pasien lebih tenang. perasaan bebas, tidak takut. Menyatakan perlunya membuat
penilaian akan gaya hidup kepada pasien tentang
kehilangan akibat amputasi
1. Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien,
Post operasi dengan insisi bedah diharapkan nyeri hilang / berkurang. Kriteria hasil : -Menyatakan nyeri
hilang.
-Ekspresi wajah rileks teknik relakasai nafas dalam dengan tim medis dalam pemberian 3. beri informasi
yang adekuat mengenai amputasi mulai dari pasca
- atau post operasi 4. berikan motivasi
atau dukungan pada pasien
pasien menerima kenyataan dan realitas hidup yang baru. 3. memberi
kesempatan untuk
menayakan dan memberikan informasi dan mulai
menerima perubahan gambaran diri dan fungsi yang dapat
membantu penyembuhan 4. dukungan yang
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sunddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Daryadi.(2012). Askep Amputasi. http://www.nsyadi.blogspot.com (online), di askes:
29 oktober 2014
Suratun, dkk (2008). Seri Asuahan keperawatan klien dengan gangguan sistem
muskuloselektal. Jakarta: EGC
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatn Klien Gangguan Sistem